Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA ISLAM

ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

Disusun Oleh:
Kelompok III
Fandy Naufal Rahman 23010119130098
Muhammad Ikhsan 23010119130065
Andrian Dwi Cahyo 23010119130108
Farid Bayu Kumolo 23010119120014
Fadilah Atika Rahmah 23010119130286

PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika, moral, dan akhlak adalah sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia

terutama umat muslim. Sebagai makhluk hidup yang dikarunia akal dan pikiran yang

lebih baik dibandingkan makhluk hidup lainyaa sudah semestinya etika, moral, dan

akhlak lebih dikedepankan demi tercapainya manusia yang berbudi luhur dan berakhlak

mulia. Akhlak menyangkut hal yang berhubungan dengan perbuatan baik, buruk, benar

dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang panutannya bersumber dari Al-

Qur’an dan Hadis Rasulullah saw, sedangkan etika yang bersumber dari hasil budaya

dan adat istiadat suatu tempat yang berlaku dalam suatu masyarakat. Sebagai para

pelajar seharusnya sudah memahami bahwa mempelajarai ilmu etika, moral, dan

akhlak memang sangatlah penting bagi para penuntut ilmu. Dengan mempelajari illmu

etika, moral, dan akhlak para penuntut imu akan mengetahui apa yang baik diperbuat

dan tidak baik untuk diperbuat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas adalah :

A) Apa yang dimaksud dengan etika, moral, dan akhlak

B) Bagaimana karakteristik etika dalam islam

C) Apa hubungan tasawuf dengan akhlak

D) Aktualisasi akhlak dalam kehidupan masyarakat


1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

A) mengetahui pengertian dari etika, moral, dan akhlak

B) mengetahui karakteristik etika dalam islam

C) mengetahui hubungan antara tasawuf dengan akhlak

D) mengetahui aktualisasi dal kehidupan masyarakat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

Secara substansial etika, moral dan akhlak adalah sama, yaitu ajaran tentang

baik dan buruk perilaku manusia dalam hubungan nya dengan Allah, sesama manusia

dan hubungan dengan alam. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah dasar

atau ukuran baik dan buruk itu sendiri.

2.1.1 Pengertiaan Etika, Moral, dan Akhlak

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang juga berarti adat kebiasaan.

Menurut Frans Magnis etika adalah filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang

ajaran-ajaran dan pandangan moral. Dengan demikian etika adalah ilmu pengetahuan

tentang kesusilaan (Harahap, 2015). Menurut bahasa etika manusia adalah aturan atau

pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia dan merupakan ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk

dikatakan baik maupun buruk. Etika merupakan ilmu yang menyelidiki mana yang baik

dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh apa yang

diketahui oleh akal pikiran. Dalam ajaran islam etika bersifat teosentrik yaitu berkisar

sekitar Tuhan dalam etika islam, yaitu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal soleh

dan dosa, dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka.

Dasar konsep etika secara umum diantaranya yaitu tujuan hidup setiap muslim

seperti mengharamkan makanan dan minuman yang dilarang agama, keyakinan

terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunnah yang membawa konsekuensi logis sebagai

standar dan pedoman utama bagi setiap muslim, dan islam mendidik berbuat baik
dengan mencegah segala kemungkaran yang bertentangan dengan ajaran islam yang

berpedoman pada al-quran dan hadist.

Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan,

adat istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang

berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan

pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial

dan masyarakat. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai

penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan (Pebriana, 2017).

Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu

perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak

atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas

merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan

kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang menyangkut sopan santun dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau sopan santun. Berns (1997)

mengemukakan bahwa moralitas mencakup mematuhi aturan sosial dalam kehidupan

sehari-hari dan conscience atau aturan personal seseorang untuk berinteraksi dengan

orang lain. Imam Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku seseorang

yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada pesan

(ketentuan) Allah Yang Maha Esa. Menurut pandangan Islam kriteria moral yang benar

adalah (1) Memandang martabat manusia, dan (2) Mendekatkan manusia kepada Allah.

Akhlaq berasal dari bahasa Arab akhlaaq bentuk jama’ dari khuluq yang berarti

tingkah laku, perangai atau tabiat. Sebagai istilah, akhlaq diartikan dengan: Sikap yang

melahirkan perbuatan, baik perbuatan yang baik maupun yang buruk, atau sifat hati

yang tercermin dalam perilaku. Akhlak itu dapat dikatakan ibarat keadaan jiwa dan

bentuknya bersifat batin. Hal ini seperti bentuk kebaikan lahiriah secara mutlak.
Seseorang tidak dapat sempurna dengan hanya indahnya dua mata saja, tidak hanya

dengan hidung yang mancung, pipi yang halus, tetapi haruslah indah semua. Seperti

kebagusan dhahiriah itulah sempurnanya batin agar tercapai kebaikan akhlak. Akhlak

itu bukanlah perbuatan, melainkan gambaran atas jiwa yang tersembunyi. Karena itu

dapat dikatakan bahwa akhlak itu nafsiah (bersifat kejiwaan) dan yang tampak itu

dinamakan perilaku atau tindakan. Dengan demikian akhlak ialah sumber, sedangkan

perilaku ialah bentuknya (Lubis, 2012).

Di dalam buku Ihya’Ulumuddin, al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak

berkaitan dengan kata al-khalqu (kejadian) dan al-khuluqu (akhlak atau tingkah laku).

Baik al-khalqu dan al-khuluqu berarti baik lahir dan batin. Karena yang dimaksud

dengan al-khalqu adalah bentuk lahir dan al-khuluqu adalah bentuk batin. Hal ini

berkaitan dengan keadaan manusia yang tersusun dari jasad (tubuh) yang terlihat mata

dan dapat diraba serta unsur roh dan jiwa yang hanya dapat dilihat dengan mata hati.

Dari dua unsur tersebut, unsur roh dan jiwa lebih besar nilainya dibanding dengan tubuh

yang terlihat dengan mata kepala. Karena urusan roh disandarkan Allah kepada-Nya

sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Shad ayat 71-72 yang artinya:

“Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah dan ketika dia telah Kubentuk

dengan sempurna dan telah Kutitipkan ke dalamnya ruhKu, hendaklah kamu tunduk

merendahkan diri kepada-Nya”. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa

seseorang yang mendorong nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui

pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan menurut Al-Ghozali akhlak adalah

sesuatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang timbul akibat perbuatan-perbuatan dengan

mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

2.1.2 Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak


Pada prinsipnya antara etika, moral, dan akhlaq itu memiliki persamaan, yaitu

sama-sama membicarakan tentang kebaikan dan keburukan yang menyangkut

perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, atau alam

sekitarnya. Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk menciptakan

keharmonisan dalam hubungan antara sesama manusia (habl minannas) dan hubungan

vertikal dengan khaliq (habl minallah). Namun, dari ketiganya ini memiliki perbedaan

dari segi pengertian, dan tolak ukurnya. Dari ketiganya mengacu kepada ajaran atau

gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik. Ketiganya

juga merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat

kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang

atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya. Hal yang

membedakan antara etika, moral, dan akhlaq dapat disimpulkan antara lain :

 Etika merupakan penilaian suatu hal yang ukurannya adalah akal manusia.

 Etika bersifat temporar, sangat bergantung dengan aliran filosofis dari orang

yang menganutnya

 Etika merupakan filsafat nilai pengetahuan tentang kesusilaan

 Etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan hati nurani

 Etika sendiri baik dan buruknya ditentukan oleh akal pikiran manusia yang

bertujuan untuk menciptakan keharmonisan

 Moral merupakan penilaian suatu hal yang ukurannya adalah tradisi yang

berlaku.

 Moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan kepada tradisi, adat budaya

yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk terciptanya

keselarasan hidup manusia

 Etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi


 Akhlaq merupakan suatu hal yang ukurannya adalah wahyu Allah

 Akhlak merupakan bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah

 Akhlak lebih bersifat 8ocal8endental

 Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu

perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan

bersumber dari ajaran Allah.

2.1.3 Karakteristik Etika Dalam Islam

Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di

belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian

akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-

daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam (Habibah 2015).

Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak

dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan

dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang

demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia

saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan

untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan

sepenuhnya oleh etika atau moral.

Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu

sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam)

mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama

makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).


2.2.1 Jenis-Jenis Akhlak

Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak

yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan

kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.

2.2.1.1 Akhlak Mahmudah

“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda

keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-

sifat yang terpuji pula”

Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada

rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, bersyukur atas segala nikmat

Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati

janji, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim,

menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah,

suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi

binatang, dan menjaga kelestarian alam.

2.2.1.2 Akhlak Madzmumah

“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat

yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”

Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan

dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur,

riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,

mengadu domba, sombong, putus asa, mencemari lingkungan, dan merusak alam.

Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak


mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak

madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain (Munawar2012).

Allah berfirman dalam surat At-tin ayat 4-6, artinya: “Sesungguhnya Kami telah

menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan

mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan

beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”

2.2.2 Faktor Pembentuk Akhlak

2.2.2.1 Adat/Kebiasaan

Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan

secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu

Bakar Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang

sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.

2.2.2.2 Wirotsah (Keturunan)

Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak

keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya.

Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

2.2.2.3 Lingkungan Pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya

manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi

dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku (Rohayati 2011). Contohnya Akhlak orang tua
dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah

dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.

2.3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Islam terdapat istilah akhlak dengan tasawuf. Ajaran mengenai tasawuf

memiliki memiliki berbagai pandangan dan pemikiran di kalangan ulama. Istilah

tasawuf berasal dari kata sufi yang berarti suci. Tasawuf berasal dari golongan sufi yang

senantiasa menghubungkan ajaran agama dengan penyucian hati antara hubungan

manusia dengan Tuhan. Menurut Huda (2014) tasawuf yang tujuan pokoknya adalah

menyucikan hati dalam rangka usaha menuju Allah Sang Maha Suci, yang didalamnya

termuat ajaran tentang akhlak kepada Allah.

Dasar dari ajaran tasawuf adalah perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai

cerminan dari perilaku sufisme, diantaranya menjauhi kehidupan duniawi, hidup

sederhana, berdiam diri di Gua Hira, dan melakukan pendekatan diri terhadap Allah

SWT lewat doa, sholat, dan zikir. Dasar yang kedua dalam ajaran tasawuf adalah ayat

suci Al-Quran: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh

merugi orang yang mengotori jiwanya” (Q.S. Asy-Syams : 9). Ayat ini menjelaskan

bahwa beruntung bagi orang yang menyucikan jiwanya sebagaimana tasawuf.

Ajaran akhlak islam dengan tasawuf tidak bertentangan. Akhlak Islam

menginginkan umat Islam mendapatkan kemuliaan akhlak berdasarkan agama,

sedangkan tasawuf menuju kepada hal tersebut. Hubungan akhlak dengan tasawuf

dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Sama-sama berorientasi kepada ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT.


2. Sama-sama berorientasi terhadap kebersihan jiwa.

3. Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan dunia dan akhirat.

Tasawuf telah mengajak kepada akhlak utama yang diajarkan dalam Islam. Akhlak

yang mulia itu dijadikan sebagai landasannya, menyucikan jiwanya dengan cara berhias

diri dengan keutamaan akhlaknya berupa tawadhu’ (rendah diri atau rendah hati),

meninggalkan diri dari akhlak yang tercela, memberikan kemudahan dan lemah lembut,

menjauhkan diri dari perkara yang berat, dan menjauhi perdebatan dan amarah

(Badrudin, 2015).

2.4 Aktualisasi Akhlak terhadap masyarakat

2.4.1 Akhlak Terhadap Keluarga

Sebelum akhlak di aktualisasikan di ruang masyarakat, akhlak di aktualisasikan

di dalam ruang keluarga sebab keluarga adalah komponen masyarakat terdekat yang

wajib di junjung tinggi. Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak,

kakak,adik,kakek,nenek,dan seluruh kerabat yang memiliki hubungan darah. Dalam

kehidupan sehari-hari kita harus bersikap baik kepada keluarga terutama orang tua, baik

itu ayah maupun ibu. Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dengan selalu siap

apabila diminta untuk berbuat sesuatu, tidak mengeluh dengan segala keadaan yang

sedang menimpa keluarga,tidak menyakiti perasaan orang tua dengan kata kata kasar

maupun dengan nada membentak, dan selalu mendoakan orang tua agar diberi

kesehatan,keberkahan dalam hidupnya, panjang umur, dan masuk surga tanpa

merasakan panasnya api neraka.

Hal baik yang anak lakukan kepada orangtua belum seberapa dengan

perjuangan dan kebaikan yang orang tua berikan kepada anaknya, sehingga berbuat
baik kepada orang tua selain menjadi kewajiban seorang anak kepada orang tuanya

namun juga sebagai balas budi atas segala kemudahan yang orang tua berikan kepada

anaknya. Sesuai dengan firman Allah : “ Kami perintahkan kepada manusia supaya

berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan

susahpayah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya

sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan

supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan

kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku

bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah

diri." ( Q.S Al-Ahqaf :15 )

2.4.2 Akhlak Terhadap Masyarakat danTetangga

Akhlak terhadap masyarakat antara lain :

1. Memuliakan tamu

2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa.

4. Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat.

5. Memberi makan fakir miskin.

6. Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan bersama.

7. Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita.

Hal ini sesuai sabda Rasulullah : “Kalau ia ingin meminjam hendaklah engkau

pinjamkan, kalau ia minta tolong hendaklah engkau tolong, kalau ia sakit hendaklah

engkau rawat, kalau ia ada keperluan hendaklah engkau beri bantuan, kalau ia mendapat
kesenangan hendaklah engkau beri ucapan selamat, kalau ia dapat kesusahan hendaklah

engkau hibur, kalau ia meninggal hendaklah engkau antarkan jenazahnya. Janganlah

engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya dan janganlah engkau susahkan ia

dengan bau masakanmu kecuali engkau hadiahkan kepadanya, dan kalau tidak engkau

beri bawalah masuk kedalam rumahmu dengan sembunyi, dan jangan engkau beri

anakmu bawa keluar buah-buahan itu, kecuali nanti anaknya inginkan buahan itu. (

H.R. Abu Syaikh )

Dengan pernyataan hadits rasulullah swa diatas menunjukkan kepada kita

bahwa orang muslim sangat dianjurkan untuk berbuat baik terhadap tetangga. Orang

yang selalu berbuat baik terhadap tetangganya berarti dia telah menjalankan perintah

rasulullah. Sebagaimana sabdanya: “Man aamana billaahi walyaumil aakhiri falyukrim

jaarahu” (HR. Bukhari). Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir

hendaklah memuliakan tetangganya”


BAB IV

SIMPULAN

Secara terminologi pengertian akhlak adalah sebuah tatanan yang tertanam

kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan ringan,

tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Etika adalah adat kebiasaan di

suatu tempat serta moral merupakan penentuan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan,

sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut

maupun tidak patuh. Konsep etika, moral, dan akhlak dalam Islam sangat terkait erat

dengan konsep keimanan. Akhlak Islam memiliki beberapa keistimewaan dan ciri-ciri

khusus (karakteristik) yang membedakannya dari sistem akhlak lainnya. Islam

memandang sedemikian urgennya akhlak sehingga misi diutusnya Nabi Muhammad

shallallahu alaihi wasallam adalah untuk menyempurnakan akhlak.


Daftar Pustaka

Badrudin. 2015. Akhlak Tasawuf. Cetakan II, IAIB Press, Serang.

Bafadhol,I. 2017. Pendidikan akhlak dalam perspektif islam. J.Pendidikan Islam.

6 (12) : 45-61.

Habibah,S. 2015. Akhlak dan etika dalam islam. J. Pesona Dasar 1 (4) : 73-87.

Huda, S. 2014. Tasawuf sebagai akhlak: Kajian tekstual atas kata-kata emas Shaykh

Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen. J. Ilmu Keislaman. 9(2): 127-151.

Manan,S. 2017. Pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan.

J.Pendidikan Agama Islam -Ta’lim. 15(1) : 49-65

Munawar,A., A.H.M. Tuah, dan Z. Stapa. 2012. Memperkasakan jati diri melayu-

muslim menerusi pendidikan islam dalam pengajaran akhlak. J. Hadhari. 1

(1) : 23-35.

Munirah. 2017. Akhlak dalam perspektif pendidikan islam. J. Auladuna. 4 (2) : 39-47.

Rohayati, E. Pemikiran al-ghazali tentang akhlak. J. Pendidikan Islam. 16

(1) : 93-112.

Pebriana, P. H. 2017. Analisis kemampuan berbahasa dan penanaman moral pada anak

usia dini melalui metode mendongeng. J. Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini. 1 (2):139-147.

Harahap, R. Z. 2015. Etika islam dalam mengelola lingkungan hidup. J. EduTech. 1

(1):1-13.

Lubis, A. S. 2012. Konsep akhlak dalam pemikiran al-ghazali. J. Hikmah. 6

(1):58-67.

Anda mungkin juga menyukai