OLEH :
Drs.H. NANI ABDULGANI,M.Pd.
PENGERTIAN
• Retorika (rhetoric) secara harfiyah artinya keahlian
berpidato atau kepandaian berbicara. Kini lebih
dikenal dengan nama Public Speaking.
• Menurut KBBI, rétorika artinya keterampilan
berbahasa secara efektif, studi tentang pemakaian
bahasa secara efektif dalam karang-mengarang; seni
berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.
• Dalam bahasa Inggris, retorika (rhetoric) berasal dari
bahasa latin, rethorika yang berarti ilmu berbicara
atau seni bicara.
• Di dalam Wikipedia, retorika diartikan sebagai berikut :
“Retorika (dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator,
teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara
persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui
karakter pembicara, emosional atau argumen (logo)”
• Di dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan tiga
arti retorika, 1) keterampilan berbahasa secara efektif; 2)
studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dl karang-
mengarang; 3) seni berpidato yang muluk-muluk dan
bombastis.
• Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren
dalam Modern Rethoric mendefinisikanya retorika
sebagai “ The art using language effectively”, seni
penggunaan bahasa secara efektif (Moede, 2002:
38).
• Dewasa ini retorika cenderung dipahami sebagai
“omong kosong” atau “permainan kata-kata” (
“words games”), juga bermakna propaganda
(memengaruhi atau mengendalikan pemikiran-
perilaku orang lain).
Teknik propaganda “Words Games” terdiri dari:
• Name Calling — Pemberian julukan
buruk, labelling theory.
• Glittering Generalities — Kebalikan dari name
calling, yakni penjulukan dengan label asosiatif
bercitra baik.
• Eufemism — Penghalusan kata untuk
menghindari kesan buruk atau menyembunyikan
fakta sesungguhnya.
GAYA BAHASA RETORIKA
• Unsur yang paling penting dalam retorika adalah bahasa,
yaitu bahasa yang dikuasai audiens, mudah dicerna.
• Pemilihan jenis bahasa (bahasa daerah, bahasa nasional, atau
campuran) tergantung kondisi dan tingkat formalitas acara.
Gaya bahasa dalam retorika meliputi:
• Metafora — menerangkan sesuatu yang sebelumnya tidak
dikenal dengan mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang
dapat disadari secara langsung, jelas dan dikenal, tamsil;
• Monopoli Semantik — penafsir tunggal yang memaksakan
kehendak atas teks yang multi-interpretatif;
• Fantasy Themes — tema-tema yang dimunculkan oleh penggunaan kata/istilah
bisa memukau khalayak;
• Labelling — penjulukan, audiens diarahkan untuk menyalahkan orang lain,
• Kreasi Citra — mencitrakan positif pada satu pihak, biasanya si subjek yang
berbicara;
• Kata Topeng — kosakata untuk mengaburkan makna harfiahnya/realitas
sesungguhnya;
• Kategorisasi — menyudutkan pihak lain atau skenario menghadapi musuh yang
terlalu kuat, dengan memecah-belah kelompok lawan;
• Gobbledygook — menggunakan kata berbelit-belit, abstrak dan tidak secara
langsung menunjuk kepada tema, jawaban normatif;
• Apostrof — pengalihan amanat dengan menggunakan proses/kondisi/pihak
lain yang tidak hadir sebagai kambing hitam yang bertanggung jawab kepada
suatu masalah.
RETORIKA DAKWAH
• Retorika Dakwah adalah pidato atau ceramah
yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke
jalan Tuhan (sabili rabbi) mengacu pada
pengertian dakwah dalam QS. An-Nahl:125:
“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan
Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…”
• Ayat tersebut juga merupakan acuan bagi
pelaksanaan retorika dakwah.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, ayat tersebut menunjukkan, dalam garis
besarnya, umat yang dihadapi seorang da’i (objek dakwah) dapat dibagi atas tiga
golongan, yang masing-masingnya dihadapi dengan cara yang berbeda-beda sesuai
hadits: “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan)
akal mereka”.
• a. Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir kritis, dan
cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-
alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
• b. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berpikir kritis dan
mendalam, belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini
dipanggil dengan mau’idzatul hasanah, dengan ajaran dan didikan, yang baik-
baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
• c. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut.
Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar
pikiran, guna mendorong supaya berpikir secara sehat.
Retorika (Dakwah) Islam
• Secara bahasa kata Dakwah berasal dari bahasa arab. Kata dakwah adalah bentuk masdar dari
fi’il madli da’a yad’u – دعا ي دعو دعاء ودعوة - yang berarti mengajak, mengundang, memanggil
atau berdoa.
• Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak
arti, antra lain :
• Berdo’a Dan Berharap
• ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه ال يحب المعتدين
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS Al-A’raf : 55)
• Mengajak Dan Mengundang
قل هذه سبيلي أدعو إلى هللا على بصيرة أنا ومن اتبعني وسبحان هللا وما أنا من المشركين
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang
yang musyrik". (QS. Yusuf : 108 )
Menurut Istilah
• Dr. Abdul Karim Zaidan, di dalam Ushul Al-Dakwah menerangkan makna dakwah: “yang
dimaksud dengan dakwah adalah mengajak kepada Allah swt, sebagaimana firman
Allah:
وسبحان هللا وما أنا من المشركين قل هذه سبيلي أدعو إلى هللا على بصيرة أنا ومن اتبعني •
“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk
orang-orang yang musyrik". (qs. Yusuf: 108)
Dan yang dimaksud dengan mengajak kepada Allah adalah mengajak kepada agamanya
yaitu Islam. Sebagaimana firman Allah swt:
إن الدين عند هللا اإلسالم •
• “sesungguhnya agama yang diridloi Allah adalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19)
• Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara
terminologis dengan definisi yang variatif seperti :
• Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman
kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Nabi Muhammad SAW,
yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam”
• Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat
dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain.
• Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi
yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir“.
• Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk
mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang
agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama”.
• Dari definisi-definisi tersebut di atas secara
utuh dan lengkap dapat disimpulkan, bahwa
"Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam
kepada umat manusia seluruhnya dan
mengajak mereka untuk komitmen dengan
Islam pada setiap kondisi dan dimana serta
kapan saja, dengan metodologi dan sarana
tertentu, untuk tujuan tertentu".
URGENSI RETORIKA DALAM DAKWAH
• Retorika dakwah dapat dimaknai sebagai pidato
atau ceramah yang berisikan pesan dakwah yakni
ajakan ke jalan Allah (Sabilillah) mengacu pada
pengertian dakwah dalam surat alnahl : 125 :
• ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي
أحسن •
“serulah oleh kalian umat manusia ke jalan tuhanmu
dengan hikmah, nasihat yang baik dan berdebatlah
dengan mereka secara baik-baik.”(QS. Annahl : 125)
• Seorang dai perlu mempelajari retorika dari ilmu
komunikasi. Karena ia berguna untuk membuktikan
maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya.
Sehingga dengan retorika ini, seorang dai bisa berusaha
mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat
mengalihkan pikirannya dari pikiran-pikiran yang mungkar
kepada pikiran-pikiran yang seusai dengan jalan Allah, yang
juga termasuk di dalamnya mempengaruhi keyakinan,
perbuatan, perilaku dan juga pengetahuan dengan seperti
itu diharapkan tujuan dakwah yang disampaikan oleh
seorang dai dapat diterima oleh jamaah dengan baik
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, menjelaskan maksud ayat diatas, umat
yang dihadapi seorang muballigh dapat dibagi atas 3 golongan, yang masing-
masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda.