Anda di halaman 1dari 15

LITERASI MEDIA BERBASIS

TOPIK
PENDEKATAN DAN METODE LITERASI
MEDIA
• 4 (Empat) Model Pendidikan Media menurut Postman (1985 dalam Kamerer, 2013:11) :
1. The powerful media—kuasa media.
Bahwa media (televisi khususnya) memegang kuasa terhadap penonton yang pasif. Pesan media
itu. Pesan media itu sangat menyita waktu dan perhatian masyarakat, dampaknya luar biasa.
2. Media arts education—pendidikan seni media
Konstruksi pesan media perlu ditekankan dalam literasi media. Media mengonstruksi pesan; secara
tidak langsung media juga mengonstruksi kesadaran khalayak. Kesadaran baru perlu ditumbuhkan
di kalangan khalayak
3. Media literacy movement—gerakan literasi media
Pengertian literasi tidak terbatas pada baca-tulis, tapi juga mencakup budaya populer di
berbagai media (musik, video, internet, iklan , dsb.). Budaya populer dianggap sama pentingnya
dengan budaya tinggi, maka penting bagi khalayak memiliki kemampuan mengapresiasi dan
memahaminya.
4. Literasi media krisis—kombinasi
Literasi media kritis merupakan kombinasi dari ketiga pendekatan tersebut, dengan menitikberatkan
pada kritik ideologi dan politik terhadap representasi dimensi krusial seperti gender, ras, kelas,
seksualitasi. Pendekatan ini melibatkan produksi media alternatif dan analisis teks berbasis konteks
sosial, control, resistensi, dan kesenangan. Khalayak dianggap aktif dapat mengeksplorasi
hubungan antara kuasa dan informasi.
4 (EMPAT) PERSPEKTIF PENDEKATAN
LITERASI MEDIA
Seturut dengan Postman, Buckingham (2004) juga meringkas pendekatan literasi media menjadi 4 (empat)
perspektif yaitu:
1. Proteksionisme
Pendekatan proteksionisme bertujuan melindungi khalayak dari durasi penggunaan media berlebihan, konten
negatif, dan berselera rendah. Khalayak dibekali kemampuan untuk membatasi durasi dan konten media
yang diakses. Khalayak dianggap pasif.
2. Uses and gratification
Khalayak dianggap sangat pandai dalam memilih konten media, karena itu mereka mendapat bekal
kemampuan membuat keputusan sendiri. Pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif, materinya
memberi pengetahuan mengenai lingkungan makro, analisis sosial, dan perubahan sosial.
3. Khalayak aktif
Hampir mirip dengan perspektif Uses and Gratification. Bedanya, khalayak diminta merumuskan kebenaran
menurut pandangan mereka, lalu mengafirmasi/mengomparasi dengan pengalaman bermedianya. Literasi media
dianggap sebagai cara untuk membentuk opini public kritis. Biasanya program ini dibarengi
pembelajaran produksi media alternatif untuk berekspresi dan berpartisipasi secara sosial.
4. Cultural studies
Pendekatan Cultural Studies memandang literasi media merupakan bagian dari program demokratisasi
media dan masyarakat secara umum. Khalayak selayaknya diberi pengetahuan mengenai pengaruh mikro
(konten) dan makro (lingkungan) media. Berdasarkan pemahaman dan kesadaran itu, khalayak dapat memilih
Pembeda pendekatan Postman dan
Buckingham terletak pada penjabaran
keaktifan khalayak. Buckingham
membedakan aktivitas khalayak
yang didorong secara kognitif (uses
and gratification) dan afektif-
behavioral (active audience).
Sedangkan, Postman lebih
memperhatikan kemampuan
khalayak memahami konten media
untuk menciptakan kesadaran dan
pemahaman baru. Postman lebih
banyak memberi perhatian pada unsur
afektif khalayak.
PENJELASAN LITERASI
BERDASARKAN BERBASIS MEDIUM,
PESAN, DAN TOPIK
Penggunaan media bisa ditekankan pada beberapa
aspek penggunaannya terutama terkait medium,
pesan, dan topik, yaitu:
1. Literasi Media berbasis Medium: Media
Cetak, Media Penyiaran, Media Film, dan
Media Digital
2. Literasi Media berbasis Pesan: Literasi
Berita, Literasi Informasi, Literasi Hiburan,
dan Literasi Iklan
3. Literasi Media Berbasis Topik: Kewargaan,
Seks dan Gender, Multikultur, Kesehatan,
Pornografi, dan Kekerasan
LITERASI MEDIA BERBASIS TOPIK

• Konten media selalu memiliki dimensi budaya dan politik. Dimensi budaya
yang ditampilkan media meliputi simbol, bahasa, nilai, dan norma tentang
beragam isu. Dalam kehidupan sosial, hal-hal itu bertemu dengan konsepsi
alamiah milik setiap individu seperti etnis, rasa, seksualitas, kebangsaan, dan
ajaran yang diyakini melalui sosialisasi kelompok
• Pertemuan itu menciptakan dunia antara diri (self) dan liyan (others) yang
membentuk identitas, kepribadian, sudut pandang, dan perilaku khalayak.
• Selain budaya, media juga mengandung pesan politik. Dalam hal ini, politik
diartikan secara luas sebagai pembagian kuasa dalam kehidupan sehari-hari
meliputi siapa mendapat apa, kapan, di mana, dan bagaimana kekuasaan itu
ditentukan melalui interaksi sosial sehingga kelompok tertentu bisa menguasai
kelompok lain. Pembahasan mengenai konten media dalam literasi media
selalu dilakukan dalam konteks budaya dan politik.
LITERASI MEDIA BERBASIS TOPIK

• Media menampilkan beragam topik dalam berbagai bentuk pesan dan format.
Setidaknya ada 6 (enam) isu penting yang sering ditampilkan media dan
berdampak pada kehidupan khalayak secara individual dan kolektif yaitu
kewargaan, multikulturalisme, gender, kesehatan, pornografi, dan kekerasan.
• Melalui ke-enam topik tersebut khalayak dapat memahami situasi sosial,
mengaitkan perkembangan sosial dengan dirinya dan membuat keputusan
penting dalam hidupnya.
• Ke-enam topik yang sering dibicarakan media massa – yaitu kewargaan,
multikulturalisme, gender, kesehatan, pornografi, dan kekerasan – juga kerap
mengalami komodifikasi
• Topik-topik tersebut diolah sedemikian rupa agar digandrungi khalayak sehingga
pada gilirannya mendatangkan keuntungan finansial dan non-finansial (seperti
rating, adsense) kepada produsen media. Isu kesehatan sebagai misal, produsen
media mengolah pesan kesehatan yang sebenarnya biasa saja menjadi seolah-
olah gawat dan mendesak, sehingga khalayak meresponsnya dengan perhatian
berlebihan menimbulkan desakan untuk mengonsumsi obat, perawatan, dan
produk kesehatan lain.
LITERASI MEDIA BERBASIS TOPIK

• Selain komodifikasi, topik media seperti kewargaan, multikulturalisme, gender,


kesehatan, pornografi, dan kekerasan juga mengalami spasialisasi. Isu mereka
diperluas seiring dengan perluasan jangkauan media
• Perubahan paling mencolok terjadi pada isu kewargaan. Jangkauan internet
membuat khalayak global saling terhubung, maka isu kewargaan tak lagi
mencakup negara dan bangsa, tapi juga dunia.
• Persoalan lingkungan saat ini tidak jadi masalah tiap negara, tapi dibicarakan
secara global
• Media menyebarluaskan topik itu bukan lagi dalam kerangka wilayah, tapi juga
dunia
LITERASI MEDIA BERBASIS TOPIK

• Media menampilkan beragam topic dalam berbagai bentuk pesan dan format.
• Terdapat 6 isu penting yang sering ditampilkan media dan berdampak pada kehidupan
khalayak secara individual dan kolektif, yaitu:
1. Kewargaan
2. Multikulturalisme
3. Jender
4. Kesehatan
5. Pornografi
6. Kekerasan
1. Kewargaan
Kewargaan dapat diartikan sebagai status atau keanggotaan
individu di dalam kelompoknya dari lingkungan yang paling kecil
—seperti komuniktas, desa, kota, negara—hingga lingungan
terbesar yaitu dunia.
• Kualitas kewargaan ditinjau dari pendidikan kewargaan yang
memiliki 3 elemen penting, yaitu: Kebijakan sipil (Civil virtue),
Pikiran sipil (civil minded) Keterlibatan sipil (civil engagement)
• Pendidikan kewargaan secara langsung dapat meningkatkan
kualitas demokrasi. Hobbs (2009) meringkas nilai-nilai
kewargaan yang dapat mendorong demokrasi, ialah keterbukaan
(openness), pengikutsertaan (inclusion), partisipasi
(participation), pemberdayaan (empowerment), keinginan
bersama mencapai kebenaran (common pursuit of truth), dan
kepentingan public (the public interest).
• Literasi media dapat mendorong partisipasi warga melalui
kompetensi kesadaran media dan partisipasi sipil bermedia
• Kompetensi kesadaran media: kemampuan menggunakan media
untuk berkomunikasi dengan menghargai perbedaan budaya,
privasi, dan norma dalam konteks sosial budaya tertentu
• Pasrtisipasi sipil: penggunaan media secara efektif dalam
masyarakat, komunitas, perbedaan profesi, jaringan budaya, dan
sosial (Perovic, 2015:94)
2. Seks dan Gender
• Seks bersifat alamiah, ditentukan oleh pencipta manusia,
sedangkan jender merupakan hasil konstruksi sosial (Fakih,
2017)
• Perbedaan seks dan jender membuahkan beberapa masalah
seperti stereotype, diskriminasi, dan marjinalisasi, karena itu
pendidikan seks dan jender jadi penting.
• Terdapat pendidikan seks dan pendidikan mengenai jender.
• Media merupakan ruang public yang seharusnya menyediakan
kesempatan setara bagi perempuan dan laki-laki untuk masuk
ke dalamnya, sehingga mereka menghasilkan perspektif dua
jender yang seimbang.
• Media menampilkan representasi jender sebagai sebagai
panutan bagi khalayak dalam kontennya.
• Media menciptakan khalayak berbasis jender yang dianggap
memiliki kebutuhan dan aspirasi berbeda.
3. Multikulturalisme (Keberagaman Budaya)
• Konsep multikulturalisme mempunyai 3 level
yaitu demografis, politik, dan ideologis.
1. Demografis : Eksistensi keberagaman etnis
dan ras di suatu negara
2. Politik: Kebijakan dan program yang
dirancang untuk merespon danmengelola
perbedaan antar etnis dan ras tersebut
3. Ideologis: Menekankan pengakuan
keberadaan keanekaragaman etnis dan
memastikan hak-hak individu untuk
mempertahankan budaya dengan menikmati
akses penuh ke nilai-nilai yang berlaku di
dalam masyarakat.
4. Kesehatan
• Literasi media berbasis kesehatan dapat mengubah
keyakinan, sikap, niat, dan perilaku yang
mencangkup 3 hal (Bergsma, 2011), yaitu:
1. Pengetahuan tentang media dan isu kesehatan.
2. Kebiasaan mempertanyakan informasi.
3. Keterampilan berekspresi dan analisis kritis.
5. Pornografi
• Pornografi menurut UU No. 44 Tahun 2008 adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya.
• Pornografi merupakan masalah serius dan diperlukannya
penanganan yang tepat khusunya bagi anak-anak dan remaja. Media
konvensional maupun media digital mempunyai peran signifikan
dalam menyebarluaskan konten tersebut. Maka, diperlukannya
literasi yang sesuai.
• Tanamkan nilai penting, seperti agama dan etika agar siswa aktif
melindungi diri dari konten negative.
• Ajak siswa mendiskusikan berbagai konten secara kritis berkaitan
dengan manfaat dan kerugian, siapa yang diuntungkan, dan siapa
yang dirugikan.
• Gunakan media digital sebagai media pembelajaran secara
proposional.
• Bangun hubungan setara antar guru dan murid dalam mendapatkan
informasi baru yang berkualitas dari internet, termasuk mengenai
kesehatan reproduksi.
• Libatkan orang tua
6. Kekerasan
• Kekerasan menurut WHO adalah penggunaan kekuasaan atau
kekuatan fisik yang disengaja, terancam, atau actual terhadap diri
sendiri, orang lain, kelompok, atau komunitas yang menghasilkan
atau memiliki kemungkinan besar berakibat cedera, kematian,
kerusakan psikologis, keterbelakangan, dan kekurangan.
• Tujuan literasi media dengan topic kekerasan ada dua, yaitu:
1. Khalayak perlu membatasi paparan konten kekerasan.
2. Khalayak mampu mengkritisi tingkat kekerasan yang dapat
ditoleransi sesuai usia.
• Kekerasan diagungkan karena dilakukan oleh pemeran utama untuk
memecahkan masalah.
• Kekerasan bebas dari konsekuensi fisik atau kesakitan para korban,
bahkan tidak ada konsekuensi jangka panjang.
• Kekerasan di televise dalam bentuk agresi fisik tidak berakibat
fatal, bahkan dibumbui dengan humor.
• Sangat sedikit program anti-kekerasan di televisi.

Anda mungkin juga menyukai