RUANG
PUBLIK
Ruang Publik
Roger Scurton
Menurut Para
Ahli Jurgen Habermas
Rustam Hakim Carr dkk
1 2 3
Negative space
Ruang ini berupa ruang publik yang tidak dapat Private space
dimanfaatkan bagi kegiatan publik secara optimal Ruang ini berupa ruang yang dimiliki
karena memiliki fungsi yang tidak sesuai dengan secara privat oleh warga yang biasanya
kenyamanan dan keamanan aktivitas sosial serta berbentuk ruang terbuka privat,
kondisinya yang tidak dikelola dengan baik. Bentuk dari halaman rumah dan ruang di dalam
ruang ini antara lain ruang pergerakan, ruang servis bangunan.
dan ruang-ruang yang ditinggalkan karena kurang
baiknya proses perencanaan
Hubungan Islam dan Ruang Publik
Simbol – simbol islam hadir semakin mencolok di ruang publik Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi
perbedaan – perbedaan tafsir masyarakat tentang agama maupun pengalaman – pengalaman
kesejahteraan dan kontekstual berhadapan dengan negara. Islam berkembang menjadi rujukan utama
ketika masyarakat menggantungkan asa dan memupuk mimpi tentang masa depan yang lebih baik bagi
kehidupan bersama. Dari isu keagamaan sentral yang berkembang di ruang publik, masih berkisar pada
isu keyakinan (akidah), ibadah (ritual), akhlak (moralitas), makanan halal, dan hukum keluarga
(pernikahan dan waris). Namun harus diakui efikasi pengaruh simbol dan nilai - nilai islam mengalami
peningkatan karena kisaranna antara 35 – 45 %. Media yang paling populer dipakai dan berpengaruh
dalam mendorong kehadiran islam di ruang publik adalah pengeras suara dari masjid atau majlis taklim,
TV, dan pengajian di tempat publik (seperti lapangan, jalan umum, rumah penduduk, dan ruang
pertemuan) serta buku, seni musik, seni peran,sastra, papan nama, sticker, spanduk, dan baliho yang
diletakkan di tempat – tempat publik, unjuk rasa dan peraturan daerah. Internet dalam hal ini merupakan
media yang sangat jarang dipakai. Tingkat resepsi masyarakat terhadap penetrasi islam di ruang publik,
terutama menyangkut isu – isu yang biasa diangkat kalangan islam kultural juga tinggi. Hal ini terlihat
dari tingkat penerimaan mereka terhadap pemberitaan figur teladan islami, tayangan musik dan sinetron
/ film islami, peletakan simbol,ajaran dan propaganda islam di tempat – tempat publik, dan unjuk rasa
menyangkut isu moralitas.
Lanjutan....
Tingkat resepsi masyarakat terhadap islam di ruang publik yang isinya terkait ibadah ritual, cara
berpakaian, bacaan islami, dan keterlibatan pada organisasi massa islam juga tinggi. Bahkan bisa
dipastikan dalam beberapa hal yang disbeut terakhir itu, telah menjadi pendalaman, perluasan dan juga
penguatan identitas keislaman di tingkat individu dan masyarakat, sebagaimana pandangan dan observasi
para sarjana. Penggunaan jilbab di kalangan masyarakat muslim perempuan dalam lima tahun terakhir ini
mengalami peningkatan yang baik. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan penetrasi islam di ruang publik
berkorelasi positif dengan orientasi keislaman masyarakat pada pandangan kelompok islamis. Misalnya
pengetauhan dan unjuk rasa yang mengusung khilafah islamiyah / negara islam dan pemberlakuan
syari’ah lewat UU/perda, tayangan VCD/DVD tentang penderitaan dan perjuangan kaum muslimin di
wilayah konflik, dan spandukatau balihon tentang syariat islam sebagai solusi krisis yang menimpa
Indonesia. Hampir seluruh masyarakat muslim indonesia juga mengikuti pemilihan umum, baik ditingkat
nasional maupun lokal. Selain itu, hampir seluruh masyarakat muslim juga menerima pancasila sebagai
dasar negara dan Undang – undang Dasar 1945 sebagai sumber hukum utama.kecuali demokrasi dalam
pengertian politik, demokrasi dalam pengertian budaya juga diterima dan dipraktikkan dengan baik, karena
hampir seluruh masyarakat muslim indonesia memiliki praktik toleransi yang tinggi (menghormati orang
yang memiliki pendapat yang berbeda, orang lain yang aktif di organisasi yang berbeda, dan mendukung
hak untuk bebas dari rasa takut dan ancaman). Artinya, penetrasi simbol – simbol islam di ruang publik
tidak menjadi ancaman terhadap demokrasi di Indonesia.
Ruang Publik dan Identitas Politik
Secara teoritis politik identitas menurut Lukmantoro adalah politis untuk mengedepankan
kepentingankepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau
karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas merupakan
rumusan lain dari politik perbedaan. Politik Identitas merupakan tidakan politis dengan upaya-upaya
penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi kebijakan, penguasaan atas distribusi nilai- nilai yang
dipandang berharga hingga tuntutan yang paling fundamental, yakni penentuan nasib sendiri atas dasar
keprimordialan. Pada saat dunia Islam yang terpecah sedang berada di buritan peradaban sejak
beberapa abad yang lalu, akan sangat sulit menemukan pribadi-pribadi Muslim yang mampu secara
psiko-religio-kultural bersikap lebih tenang, objektif, dan realistik, kecuali mereka yang terdidik dan
tercerahkan. Di negara – negara Uni Eropa sejak beberapa tahun terakhir, jumlah Muslim sudah
mencapai 20 juta, Di Amerika penduduk Muslimnya ber gerak antara 6-8 juta, baik yang berasal dari
imigran maupun melalui konversi. Di antara Muslim perantau di belahan bumi Barat itu, masih ada saja
yang terpasung oleh konsep klasik Islam. Akibatnya perasaan keterasingan sering menghantui mereka di
tanah air. Munculnya kelompok garis keras Muslim umumnya berasal dari mereka yang merasa terasing
ini. Ini adalah di antara tragedi diaspora Muslim di awal abad ke-21 yang tidak jarang menggunakan jubah
Islam sebagai politik identitasnya. Tetapi mereka yang percaya bahwa Amerika, misalnya, dapat saja
menjadi bumi Islam, sekalipun jumlahnya minoritas, akan bersik ap lebih longgar dalam menafsirkan
ajaran Islam untuk mencari jawab tentang makna keberadaan mereka di sana.
Lanjutan....
Di sinilah pembicaraan tentang politik identitas menjadi sangat krusial untuk dikaji sebagai bahan penting
bagi pembacaan peta politik Indonesia kontemporer. Menurut Tibi, ada dua kemugkinan yang akan
berlaku dalam hubungan Eropa dan Islam. Pertama, proses pengeropaan Islam (the Europeanization of
Islam); kedua, proses pengislaman Eropa (the Islamization of Europe). Tibi memilih yang pertama,
karena ini yang paling masuk akal dan realistik, sedangkan kelompok politik identitas Islam
memperjuangkan opsi yang kedua, sebagai kelanjutan dari gagasan dâr al-islâm periode klasik yang
sudah sangat lapuk, tetapi doktrin ini masih saja mempengaruhi prilaku sebagian orang Islam masa
sekarang. Sikap a-historis ini ikut bertanggungjawab mengapa sebagian orang Islam masih saja berada
di alam mimpi, sehingga tidak mau hirau terhadap perubahan sosial yang sedang berlaku. Dalam
pandangan saya, jika opsi kedua ini yang terus dipegang, maka bentrokan berdarah tidak mungkin dapat
dihindari, sebab pada dasarnya psikologi orang Eropa pada umumnya masih belum rela menerima
kehadiran Islam di kalangan mereka, apalagi dalam bentuk en mass. Ingatan kolektif mereka tentang
berbagai peristiwa masa lampau, seperti kekalahan pasukan Islam di Poiters tahun 732 masehi, Perang
Salib selama beberapa abad, dan penaklukkan Konstantinopel oleh Turki Usmani tahun 1453 masih
segar.