Shalat pun dikaitkan dengan tauhid. Tidak ada syariat kepada Nabi kita saat fase
sebelum hijrah kecuali tauhid dan shalat. Tauhid adalah hal pertama yang
ditanyakan kepada seorang hamba di kuburnya. Sedangkan shalat adalah hal
pertama yang dihisab pada seorang hamba setelah ia dibangkitkan.
Dua hal ini kalimat tauhid dan perbuatan tauhid yaitu shalat. Keduanya
memasukkan seseorang ke dalam Islam dengan mengerjakannya. Dan
keduanya pulalah yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam apabila
ditinggalkan.
Dalam kajian tasawuf, secara umum ada dua makna sufistik shalat :
Pertama, shalat itu adalah mi’raj artinya mendaki, taraqqi menuju Allah. Dan setiap kali
hamba Tuhan akan mendaki (mi’raj) pada saat itu Tuhan akan turun. Misalnya bagi orang
yang shalat, tetapi shalat itu tidak pernah mengangkatnya maka shalatnya itu diragukan.
Karena merasa tidak dekat dengan Allah. Artinya orang itu baru shalat secara lahiriyah dan
secara sufistik belum menimbulkan perubahan yang ada dalam dirinya. Karena tujuan dari
pada shalat bukan sekedar gerakan-gerakan badan, tetapi adanya keterkaitan hati dengan
Allah.
Kedua, shalat yang bisa menjadi kekuatan spiritual. Dalam konteks inilah bisa dimengerti
bahwa fungsi shalat dalam persepsi al-Qur’an diklaim mampu mencegah kemungkaran,
Selain itu Shalat juga sebagai sumber segala kekuatan dan penolong dalam (QS. Al-Baqarah
[2]: 45)
Yang artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” dalam (QS. Al-Baqarah
[2]: 45)