Anda di halaman 1dari 3

Bertauhid dalam ibadah sholat

Shalat pun dikaitkan dengan tauhid. Tidak ada syariat kepada Nabi kita saat fase
sebelum hijrah kecuali tauhid dan shalat. Tauhid adalah hal pertama yang
ditanyakan kepada seorang hamba di kuburnya. Sedangkan shalat adalah hal
pertama yang dihisab pada seorang hamba setelah ia dibangkitkan.

Shalat itu tidak seperti amalan yang lain. Sesungguhnya shalat


adalah praktik dari tauhid itu sendiri. Shalat adalah amalan yang
memperbaiki dan menjaga seorang hamba. Menambah iman dan
menjadikan keislaman seseorang sah. Shalat adalah amalan yang
mengagungkan tauhid. Dan ia dilakukan berulang-ulang. Bahkan
shalat adalah tauhid itu sendiri.

Tauhid adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan dengan lisan dan


praktiknya shalat itu sendiri. Terdapat sebuah hadits diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah


meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257).

Dua hal ini kalimat tauhid dan perbuatan tauhid yaitu shalat. Keduanya
memasukkan seseorang ke dalam Islam dengan mengerjakannya. Dan
keduanya pulalah yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam apabila
ditinggalkan.

Berakhlak dalam Ibadah Shalat

Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Akhlak Seorang Muslim (1983: 5-6)


menyatakan meskipun ibadah-ibadah yang diperintahkan ajaran Islam
sangat bervariasi cara dan bentuknya, seperti misalnya shalat yang
menekankan pada aspek ucapan dan perbuatan, ibadah zakat tekanannya
pada pengeluaran sebagian harta yang dimiliki, dan ibadah-ibadah lainnya
namun ibadah-ibadah tersebut khususnya ibadah shalat memiliki ruh dan
napas yang sama.

Yakni, terbentuknya akhlak yang mulia dalam kehidupan seorang Muslim.


Akhlak mulia itu tercermin terutama setelah yang bersangkutan melakukan
kegiatan-kegiatan ibadah tersebut.

Seorang Muslim yang shalatnya khusyuk, di samping ketika


melaksanakannya tepat dan benar, juga setelah shalat orang tersebut
berusaha menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar

Allah SWT berfirman: "Bacakan apa yang telah diwahyukan kepadamu,


yaitu Alkitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan,
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah lain). Dan, Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS Al-Ankabut [29] : 45).

Bertasawuf dalam Ibadah Shalat

Dalam kajian tasawuf, secara umum ada dua makna sufistik shalat :

Pertama, shalat itu adalah mi’raj artinya mendaki, taraqqi menuju Allah. Dan setiap kali
hamba Tuhan akan mendaki (mi’raj) pada saat itu Tuhan akan turun. Misalnya bagi orang
yang shalat, tetapi shalat itu tidak pernah mengangkatnya maka shalatnya itu diragukan.
Karena merasa tidak dekat dengan Allah. Artinya orang itu baru shalat secara lahiriyah dan
secara sufistik belum menimbulkan perubahan yang ada dalam dirinya. Karena tujuan dari
pada shalat bukan sekedar gerakan-gerakan badan, tetapi adanya keterkaitan hati dengan
Allah.

Kedua, shalat yang bisa menjadi kekuatan spiritual. Dalam konteks inilah bisa dimengerti
bahwa fungsi shalat dalam persepsi al-Qur’an diklaim mampu mencegah kemungkaran,
Selain itu Shalat juga sebagai sumber segala kekuatan dan penolong dalam (QS. Al-Baqarah
[2]: 45)

Yang artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” dalam (QS. Al-Baqarah
[2]: 45)

Anda mungkin juga menyukai