Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN

HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Sosiologi Pendidikan


Mata Kuliah: Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Hani’atul Millah M.Pd

Disusun Oleh :

1. Kurnia Putri (2106026003)


2. Novita Mukti A. (2106026050)
3. Fitri Mustika Sari (2106026055)
4. M.Alfian Azizi (2106026056)
5. Lucki Widiyas Tutik (2106026118)
6. Lia Awaliyah A. (2106026199)
7. Elok Magfiroh (21060260207

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Kebudayaan
Dengan Pendidikan” tepat pada waktunya. Tidak lupa sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada junjugan kita nabi Muhammad SAW yang semoga syafaat-Nya mengalir pada kita
di hari akhir kelak.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan dan kami terima dengan lapang dada demi kesempurnaan makalah
ini.
Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses
penyempurnaan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah selalu meridhoi segala usaha dari
kita semua.

Semarang, 14 Oktober 2023


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Dasar Kebuayaan ......................................................................................................... 6
B. Budaya Sekolah Dan Budaya Belajar ......................................................................... 7
C. Pendidikan Multicultural ............................................................................................. 9
D. Pendidikan Pada Budaya Yang Berubah ..................................................................... 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara praktis terkait erat dengan nilai-nilai budaya. Budaya Itu adalah bagian dari
pendidikan dan keduanya saling mempengaruhi serta terdapat timbal balik ketika budaya kemudian
berubah pendidikan juga bisa berubah dan sebaliknya kalaupun pendidikan berubah, maka akan
mengubah budaya. Pendidikan datang bersamaan bahkan dengan keberadaan manusia dalam proses
pembentukan masyarakat. Jadi dalam aturan internal suatu sistem kebijakan pendidikan itu dibuat oleh
pemerintah dapat dipengaruhi oleh budaya lokal karena budaya itu berakar dan dinamis.
Keberadaannya tidak hanya ada, tetapi dibangun dari nol hingga seratus tahun atau menjadi beradab
saat itu besar dan mempunyai banyak pengikut budaya.
Pendidikan awalnya sebagai kegiatan sosial budaya diubah menjadi suatu komoditas siap
untuk membeli dan menjual. Biaya pendidikan menjadi mahal dan karena itu tidak dapat diakses oleh
masyarakat miskin dan hanya dengan harga terjangkau dari orang-orang kaya, derajat internal atau
eksternal Negara-negara bergengsi siap berdagang kepada mereka yang mampu membelinya. Selain
ini Ada beberapa masalah akibat flu Budaya adalah penciptaan masalah lingkungan yang tidak
menguntungkan, masalah mentalitas/moral masih rendah: tidak percaya diri, tidak jujur dan manipulasi
proses atau hasil, kekerasan dan perilaku tidak bermoral. Namun sekarang kemajuan teknologi
menjadikan kebudayaan dalam Pendidikan mulai berbuah dimana banyaknya bantuan dari pemerintah
dan perkembangan pemikiran setiap individu menjadikan Pendidikan tidak hanya untuk orang ynag
terlahir kaya saja melainkan orang yang tidak mampu dapat mengakses pemdidikan.
Sebagai sistem pengetahuan dan Ide, budaya yang dimiliki seseorang masyarakat adalah
kekuatan yang tidak terlihat (kekuatan tak kasat mata) yang mampu memimpin dan membimbing
orang pendukung budaya ini berperilaku dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan Ide-ide yang
menjadi milik masyarakat tersebut. Sebagai sebuah sistem kebudayaan tidak diperoleh oleh manusia
secara tiba-tiba melainkan, melalui proses pembelajaran yang berkesinambungan dan tidak berhenti.
Ini membuktikan hal itu hampir semua tindakan manusia adalah budaya dan tindakan manusia
kehidupan sosial yang diperlukan terbiasa dengan pendidikan. Selain itu Pendidikan itu adalah sistem
perubahan kedewasaan, kecerdasan dan otomatisasi. Dewasa secara fisik, cerdas dalam hal
perkembangan intelektual dan matang secara perilaku. Dimana memiliki tujuan-tujuan untuk menjadi
struktur budaya manusia. Pendidikan ini adalah upaya yang terencana dengan baik mengembangkan
potensi siswa menjadi pemikiran nilai-nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakat dan
berkembang warisan ini menuju ke arah yang benar untuk kehidupan saat ini dan masa depan datang.

4
Hubungan Pendidikan dengan kebudayaan sangat berkesinambungan dimana dalam
pendidikan terdapat pelatihan untuk mempelajari kebudayaan. Sedangkan dalam system budaya untuk
menjalankan budaya diperlukan adanya pengajaran atau Pendidikan. Dalam makalah ini akan
menjabarkan bagaimana hubungan pendidikan dan kebudayaan dimulai dari pengertian dasar
kebudayaan serta bagimana budaya sekolah dan budaya belajar dan akan memaparan tentang
pendidikan multicultural serta bagimana pendidikan pada budaya yang berubah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dasar kebuadayaan ?
2. Bagimana sekolah dan budaya belajar?
3. Bagaimana pendidikan multicultular?
4. Bagaimana pada pendidikan pada budaya yang berubah?

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui pengertian dasar kebudayaan
2. Agar dapat mengetahui sekolah dan budaya belajar
3. Agar dapat mengetahui pendidikan multicultular
4. Agar dapat mengetahui pendidikan pada budaya yang berubah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Kebudayaan


Kebudayaan merupakan awalan kata dari kata budaya yang memiliki makna yakni pikiran,
akal budi dan hasil. Berdasarkan menurut oleh koentjaningrat bahwa kebudayaan adalah merupakan
semua aspek dari kemampuan dari manusia yang berdasarkan pada pemikiranya, hal ini sudah di
contohkan pada perilaku dan pada benda-benda dan berupa hasil dari karya mereka, yang dapat di
dapatkan yakni dengan cara belajar. Dengan demikian kebudayaan merupakan hasil dari karya
manusia. Hal ini menurut penuturan oleh koentjaningrat yakni menjelaskan bahwa bentuk
kebudayaan memiliki menjelaskan bahwa kebudayaan memiliki 3 bentuk , yaitu: bentuk kebudayaan
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Letaknya terdapat dalam kepala atau dalam alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan
bersangkutan itu hidup; wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat. Bentuk kedua ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lainnya dari waktu ke waktu, selalu
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata tingkah laku bentuk kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia.
Pendidikan adalah bagian dari budaya. Dunia pendidikan biasanya sesungguhnya saling
berkaitan dan memiliki nilai-nilai budaya. Pendidikan merupakan suatu proses akulturasi yakni
penanaman nilai dan norma yang dilakukan secara rinci dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
dapat mengubah manusia menjadi makhluk hidup yang berbudi luhur, mulia, dan berbudaya.
Kebudayaan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan hampir semua aktivitas manusia saling
berhubungan dari unsur-unsurnya budaya. Budaya sebagai kebenaran bahwa tidak ada seorangpun
yang hiudp dalam suatu masyarakat yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai budaya yang diakui oleh
masyarakat tersebut. Dalam yang ada pada nilai-nilai budaya inilah yang dapat dijadikan sebagai
landasan dalam pemberian makna pada suatu konsep dan pentingnya komunikasi yang terjadi pada
para antar anggota yang melaksanakan budaya. Dalam hal ini, sistem sosiokultural itu adalah sebuah
seperangkat nilai, tatanan sosial, perilaku manusia yang dapat diwujudkan dalam adanya suatu
tatanan kehidupan manusia. Dalam hal ini melaksanakan budaya pasti diperlukan adanya suatu
pendidikan dikarenakan budaya tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan.
Budaya dan pendidikan pasti mempunyai hubungan yang saling keterkaitan kebudayaan hal ini
merupakan bagian dari pendidikan. Dapat dijelaskan bahwa ketika budaya berubah, pendidikan juga
berubah dan adapun jika pendidikan berubah akaan mengubah budaya. Dalam hal ini pendidikan

6
akan selalu berubah dengan sesuai perkembangan budaya, hal ini dikarenakan pendidikan merupakan
sebuah proses transfer kebudayaan dan sebagai gambaran nilai kebudayaan. Pendidikan juga sebagai
progresif, yakni dapat patuh pada berubahan terus-menerus pengembangan sesuai kebutuhan
pengembangan budaya.

B. Budaya Sekolah Dan Budaya Belajar


1) Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah adat istiadat atau kebiasaan yang sudah berkembang dan sukar diubah di
lingkungan sekolah. Tujuan dari budaya sekolah yang penting untuk dijaga dalam sebuah sekolah:
1. Mewujudkan peningkatan hasil belajar siswa.
2. Menciptakan kepuasan kerja.
3. Mewujudkan produktivitas kerja.
4. Mengarahkan perilaku warga sekolah agar dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar
siswa.
5. Menciptakan kerja tim warga sekolah yang kompak.
6. Menyaring budaya global yang tidak sesuai dengan budaya lokal sekolah.
7. Mewujudkan peningkatan komitmen dan motivasi para warga sekolah hingga orang tua siswa.
8. Mewujudkan sekolah efektif.

Budaya sekolah cukup penting untuk lingkungan sekolah sehingga harus mendapatkan
dukungan dari semua kalangan, terutama warga sekolah. Menurut Peterson, berikut ini adalah
beberapa fungsi dari budaya sekolah: Budaya sekolah berpengaruh pada prestasi dan perilaku sekolah
serta menjadi dasar untuk siswa agar bisa meraih prestasi. Hal ini karena budaya sekolah yang baik
bisa menciptakan suasana yang tenang dan bisa memberikan peluang kompetitif dari siswa tersebut.
Budaya sekolah menciptakan tantangan kreatif, inovatif, dan visioner. Budaya sekolah membedakan
dengan sekolah lain, meskipun menggunakan komponen yang sama. Budaya sekolah membuat semua
level manajemen agar fokus pada tujuan sekolah dan budaya agar kohesi dan mengikat bersama dalam
melaksanakan misi sekolah. Budaya sekolah bisa menjadi counter productive dan sebuah rintangan
suksesnya pendidikan serta budaya. Budaya sekolah bisa membedakan dan menentukan kelompok
tertentu dalam sekolah. Budaya sekolah untuk mentransmisikan semua bentuk perilaku warga sekolah.

7
Contoh budaya sekolah

1. Gerakan literasi sekolah.


Aktivitas ini bertujuan agar peserta didik memiliki minat dalam membaca. Buku bacaan yang
dipilih harus berisi nilai-nilai budi pekerti nasional, lokal, maupun global. Sekolah bisa
mencanangkan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum atau usai waktu pelajaran.
2. Kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Selain itu, dengan
aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik bisa bersosialisasi lebih baik dan akan
terbiasa aktif, kreatif, hingga bertanggung jawab.
3. Membiasakan perilaku baik dan sopan yang sifatnya spontan.
Dengan membiasakan perilaku yang baik dan sopan pada peserta didik akan menumbuhkan
karakter tersebut di luar sekolah sekaligus. Karakter baik dan sopan dinilai sudah terbentuk dalam
diri peserta didik jika mereka telah melakukannya secara spontan.
4. Menetapkan tata tertib sekolah.
Tata tertib sekolah bisa dipakai sebagai batasan boleh atau tidak boleh peserta didik melakukan
sesuatu, misalnya tidak boleh terlambat, harus menggunakan pakaian seragam lengkap, dan
lainnya.
5. Membuat kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
Kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah proses pembelajaran akan membentuk sifat
konsisten dan tertib pada peserta didik dan pendidik. Contoh kegiatannya misalnya upacara
bendera setiap hari Senin, membaca doa sebelum melakukan pembelajaran, menyanyikan lagu
nasional, dan lainnya.

2. )Budaya Belajar

Budaya belajar merupakan suatu ciptaan manusia yang tampak sebagai perilaku mengenai
belajar, digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk menampakkan tindakan dan perbuatan dalam
lingkungan sekitarnya. Budaya belajar juga sebagai mutu kehidupan yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan semangat, nilai dan norma yang ada pada lingkungan tersebut baik itu dalam sekolah
maupun luar sekolah, yang unggul dalam suasananya, rasa, sifat yang mampu meningkatkan
kecerdasan setiap individu, keterampilannya, kedisplinan, rasa tanggung jawab dan motivasi dalam
belajar. Budaya belajar juga dapat dipandang sebagai proses adaptasi manusia dan lingkungannya, baik
berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

8
Menurut Kholis, 2022 terdapat 3 indikator akan terciptanya suatu budaya belajar dalam siswa
diantaranya:

1. Budaya belajar siswa ketika di dalam kelas


Tampak dalam proses pembelajaran di kelas adalah fakta bahwa para siswa dapat dan memiliki
kemauan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan rasa antusias (empati) yang tinggi. Hal
ini diukur dengan tindakan-tindakan mereka selama mengikuti pembelajaran di kelas seperti
bertanya pada saat pembelajaran, memperhatikan penjelasan dengan baik, mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan, dan juga mengikuti pembelajaran dengan baik dan rasa antusias yang tinggi.
2. Budaya belajar siswa ketika di luar kelas masih dalam lembaga pendidikan

Hal ini dapat kita lihat ketika siswa belajar sebelum kelas dimulai ataupun sebelum ujian
dimulai dan hal tersebut terjadi ketika jam istirahat berlangsung maupun sebelum mulai masuk ke
dalam kelas. Selain itu, juga nampak bahwa siswa mengerjakan tugasnya atau pekerjaan rumah
(PR) dengan sungguh-sungguh, selain itu juga mereka mengadakan diskusi untuk membahas
materi-materi yang diberikan oleh gurunya baik itu membahas tugas-tugas ataupun yang lainnya.
Jadi, terdapat beberapa hal yang melandasi budaya belajar di luar kelas namun masih dalam suatu
lembaga pendidikan yaitu belajar untuk mempelajari pelajaran yang akan dating, mengerjakan
tugas atau pekerjaan rumah dengan baik dan benar, mengguakan waktu luang dengan baik untuk
belajar, menanyakan dan mendiskusikan terkait pelajaran bersama teman maupun guru. Fakta
tersebut ada karena mereka termotivasi untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga mereka
mendapatkan bekal yang baik ketika akan menghadapi ujian.

3. Budaya belajar siswa ketika di luar kelas (luar lembaga pendidikan)


Sebagai bentuk belajar siswa ketika di luar sekolah (luar lembaga pendidikan) biasana yaitu
mereka belajar sendiri maupun secara bersama-sama apalagi dalam mempersiapkan ujian dan
mendiskusikan hal tersebut, selain itu mereka juga memiliki antusias tersendiri dalam mencari
soal-soal untuk dipelajari kembali, hal ini disebabkan siswa memiliki motivasi untuk belajar
dengan baik dan ingin mendapatkan nilai yang bagus.

C. Pendidikan Multicultular
Multikultural berasal dari dua kata yaitu Multi dan Kultul, multi artinya banyak dan kultul artinya
budaya. Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi
sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa
pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mencakup seluruh siswa tanpa membedakan
kelompok-kelompoknya, seperti gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama. Menurut Yusuf al

9
Qardhawi 2001:79) pendidikan multikultural bertujuan untuk menjunjung tinggi harkat martabat
manusia menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, yaitu, nilai kesetaraan,
toleransi, pluralisme, dan demokrasi.
1. Nilai Kesetaraan
Kesetaraan merupakan sebuah nilai yang menganut prinsip bahwa setiap individu memiliki
kesetaraan hadan posisi dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap individu tanpa terkecuali
memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial di masyarakat. Di
dalam agama apapun akan mempunyai dampak yang sangat luas apabila sebuah agama
mempunyai kepedulian terhadap lingkungan masyarakat, karena agama harus mampu
menerjemahkan visi kemaslahatan sosial bagi masyarakat. Kesetaraan dalam agama, terutama
agama Islam, Allah telah memerintahkan untuk menghapuskan perbudakan. Prinsip kesetaraan
Islam tidak hanya tentang kehidupan beragama saja akan tetapi dalam berbagai aspek
kehidupan manusia.
2. Nilai Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap bagaimana menghargai orang lain yang memiliki perbedaan.
Pendidikan multikultural sanggat menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Begitu
pula Islam adalah agama yang mempunyai semangat toleransi yang tinggi. Islam bersifat adil
dan moderat dalam arti tidak ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Hal yang tidak terfikirkan
oleh umat Islam saat ini telah lama dilakukan oleh Rasulullah saw. sikap toleransi yang beliau
terapkan saat ini menggambarkan bahwa beliau sangat menghargai umat yang lainnya. Dalam
pandangan yang lebih luas ini, sesungguhnya nilai-nilai toleransi yang terdapat dalam syari’at
Islam adalah nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan multikultural.
3. Nilai Demokrasi
Prinsip demokrasi dalam pendidikan merupakan suatu prinsip yang dapat membebaskan
manusia dari berbagai jenis kungkungan serta memberikan kesempatan bagi perkembangan
manusia. Masuknya ideologi demokrasi ke dalam pendidikan merupakan bentuk pengakuan
terhadap kekuasaan rakyat. Islam yang memuat nilai-nilai universal salah satunya juga memuat
nilai demokrasi. Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa, Islam mendahului faham demokrasi
dengan menetapkan kaidah-kaidah yang menjadi penopang esensi dan substansi demokrasi.
Keistimewaan demokrasi adalah dapat memperjuangkan dan melindungi rakyat dari
kesewenag-wenangan. Dengan begitu prinsip demokrasi dalam pendidikan sesungguhnya
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk dapat mengenyam pendidikan.
Tumbuhnya demokrasi dalam proses pendidikan mendorong tumbuhyna multikulturalisme
dalam pendidikan. Multikulturalisme memasuki berbagai ruang lingkup kehidupan
10
masyarakat, terlebih aspek pendidikan. Masyarakat akan memperoleh keadilan demokrasi
apabila seluruh kebutuhan rakyat dapat terakomodir dengan baik. Lebih jauh lagi demokrasi
memuat nilai-nilai keadilan untuk rakyat.
4. Nilai Pluralisme
Pluralisme merupakan kemajemukan yang mengakui adanya perbedaan. Di Indonesia,
pendidikan multikultural dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi
masyarakat Indonesia yang heterogen dan plural. Pendidikan multikultural yang dikembangkan
di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi yang di jalankan sebagai counter
terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu tidak dilaksanakan
dengan hati-hati, justru mungkin akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan rasional
(disitegrasi bangsa dan separatisme).
5. Agar peserta didik tidak meinggalkan akar budaya
Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga signifikan
dalam upaya membina peserta didik agar tidak meninggalkan akar budaya yang ia miliki
sebelumnya, saat ia berhubungan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi. pertemuan
antar budaya di era globalisasi ini bisa menjadi ‘ancaman’ serius bagi peserta didik. Untuk
menyikapi realitas tersebut, peserta didik tersebut hendaknya diberikan pengetahuan yang
beragam. Sehingga peserta didik tersebut memiliki kemampuan global, termasuk kebudayaan.
Dengan beragamnya kebudayaan peserta didik perlu diberi pemahaman yang luas tentang
banyak budaya, agar siswa tidak melupakan asal budayanya. Model pendidikan di Indonesia
menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang di pakai untuk
mencapainya. Selain itu, pendidikan multikultural dimungkinkan akan terus berkembang
seperti ‘bola salju’ yang menggelinding, semakin membesar dan ramai di perbincangkan. Dan
yang lebih penting adalah pendidikan multikultural akan dapat diberlakukan dalam dunia
pendidikan di negeri yang multikultural. Dalam melaksanakan pendidikan multikultural di
Indonesia, seharusnya dikembangkan prinsip solidaritas, yaitu kesiapan untuk berjuang dan
bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya
sendiri. Solidaritas menuntut agar kita melupakan upaya-upaya penguatan identitas, melainkan
menuntut kita agar berjuang bersama yang lain. Dengan demikian, kehidupan multikultural
yang dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan segera
terwujud. Banyaknya keragaman yang ada di Indonesia seharusnya membuat negara Indonesia
menjadi contoh yang baik dari dunia internasional dalam hal kehidupan yang majemuk atau
beragam. Tetapi, bukan hal yang mudah untuk menyatukan masyarakat yang berbeda dari segi
agama, ras, budaya serta bahasa. Namun, ketika masyarakatnya sadar bahwa mereka berada
11
pada wilayah yang mengharuskan mereka hidup berdampingan, maka secara perlahan namun
pasti hal itu dapat berjalan.

Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang memberikan penekanan terhadap proses


penanaman cara hidup yang saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya
hidup di tengah-tengah masyarakat dengan tingkat pluralitas yang tinggi. Di Indonesia yang memiliki
kemajemukan masyarakat yang tinggi, pendidikan ini memiliki peran yang sangat strategis untuk dapat
mengelola kemajemukan secara kreatif.

D.Pendidikan Yang Berubah

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
budaya. Pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Perubahan pada budaya
itu sendiri dapat terjadi karena faktor internal (dari dalam masyarkat) maupun faktor eksternal (dari
luar masyarakat). Perubahan pada faktor internal dapat terjadi karena adanya rasa ketidakpuasan
terhadap tatanan dan peraturan yang berlaku, serta kehadiran inventor dan inovator. Sedangkan
perubahan pada faktor eksternal lebih kepada akibat atau dampaknya. Pendidikan sendiri tidak hanya
identik dengan kegiatan sekolah, tetapi juga pada proses pembudayaan dalam keluarga dan
masyarakat.

Budaya yang berubah memiliki dampak yang signifikan terhadap pendidikan. Perubahan dalam
nilai-nilai, norma, dan budaya dapat mempengaruhi bagaimana pendidikan itu dapat disampaikan,
diterima, dan diinterpretasikan oleh individu dan masyarakat. Dampak perubahan sosial budaya
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum yang relevan


Budaya yang berubah dapat mendorong terjadinya perubahan pada kurikulum pendidikan.
Nilai-nilai, keyakinan, dan kebutuhan yang berbeda dalam masyarakat dapat mengharuskan
penyempurnaan kurikulum untuk mencerminkan perubahan tersebut. Misalnya, jika terjadi
pergeseran nilai-nilai yang lebih berorientasi pada keragaman dan inklusi, kurikulum dapat
diperluas untuk mencakup isu-isu tersebut.
2. Metode pembelajaran berbeda
Perubahan sosial budaya dapat mengubah metode pembelajaran dalam pendidikan. Misalnya,
dengan adanya kemajuan teknologi dan digitalisasi, penggunaan teknologi dalam pembelajaran
telah menjadi lebih umum. Metode pengajaran yang fleksibel dan berbasis teknologi mungkin
menjadi lebih populer sebagai respons terhadap perubahan tersebut.

12
3. Peran guru dan siswa
Perubahan sosial dan budaya berpengaruh pada peran guru dan siswa dalam proses
pendidikan. Misalnya, dalam masyarakat yang lebih berorientasi pada pembelajaran kolaboratif,
guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu, sedangkan siswa lebih aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya.
4. Nilai-nilai dan norma dalam pendidikan
Perubahan sosial budaya berpengaruh terhadap nilai-nilai dan norma yang digunakan dalam
pendidikan. Misalnya, apabila masyarakat menghargai kerja tim dan kolaborasi, pendidikan dapat
mengutamakan pengembangan keterampilan sosial dan kerja sama antar siswa. Akan tetapi jika
masyarakat lebih mementingkan persaingan individual, pendidikan mungkin lebih fokus pada
pengembangan keterampilan kompetitif.
Hubungan Kebudayaan Dengan Pendidikan

Pendidikan adalah bagian dari budaya. Dunia pendidikan pada umumnya hal ini sebenarnya
tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya. Pendidikan adalah satu proses akulturasi, yaitu
penanaman nilai dan norma secara berurutan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengubah manusia
menjadi makhluk hidup berbudi luhur, mulia dan berbudaya. Tanpa budaya sama dengan makanan
kelihatannya enak tapi membosankan dan hambar. Secara filosofis, pendidikan berasal dari
kebudayaan manusia yang mengakar kuat.

Kebudayaan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan hampir semua aktivitas manusia
tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsurnya budaya. Budaya sebagai kebenaran bahwa tidak ada
seorang pun yang hidup dalam suatu masyarakat yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai budaya yang
diakui oleh masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya inilah yang dijadikan landasan memberi makna
pada suatu konsep dan pentingnya komunikasi antar anggota yang menjalankan budaya. Sistem
sosiokultural itu adalah seperangkat nilai, tatanan sosial, perilaku manusia yang diwujudkan dalam
suatu tatanan kehidupan manusia. Dalam menjalankan budaya diperlukan suatu Pendidikan karena
budaya tidak dapat dijalankan tanpa adanya pengetahuan.

Budaya dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat kebudayaan adalah bagian dari
pendidikan. Ketika budaya berubah, pendidikan juga berubah juga bisa berubah dan jika pendidikan
berubahan akan mengubah budaya. Pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan budaya,
mengapa pendidikan adalah sebuah proses transfer kebudayaan dan sebagai cerminan nilai kebudayaan
(pendidikan reflektif). Pendidikan juga progresif, yaitu tunduk pada perubahan terus-menerus
pengembangan sesuai kebutuhan pengembangan budaya. Kedua properti mereka terhubung erat dan

13
terintegrasi. Ini memerlukan pelatihan formal dan tidak resmi. Ada perbedaan budaya cermin bagi
setiap bangsa yang melakukannya perbedaan sistem, isi dan pelatihan baik mengajar maupun menjadi
cermin tingkat pendidikan dan budaya. Pendidikan dalam formulasi ini itu sebenarnya sebuah proses
peradaban. Dalam arti ganda hampir sama, yaitu nilai-nilai. budaya punya tiga hal penting, yaitu
pertama kebudayaan sebagai gaya hidup. Kedua kebudayaan adalah sebuah proses dan ketiga
kebudayaan mempunyai visi tertentu. Jadi jelas sekali bahwa pendidikan dan kebudayaan mempunyai
kaitan yang erat karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu dan lainnya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan harus bisa berkesinambungan, dimana dalam
setiap pendidikan itu pasti akan juga terdapat budaya. Karena kebudayaan merupakan hasil dari karya
manusia itu sendiri. Ada tiga wujud dalam budaya pertama, Gagasa (wujud ideal) wujud ideal
kebudayaan adalah yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya uang sifatnya masih abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh: wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran masyarakat.

Kedua, Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam msyarakat itu. Ketiga, Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa
hasil dari aktivitas, perbuatan. Dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
budaya. Pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Perubahan yang bisa
terjadi karena faktor internal atau eksternal menjadikan perubahan dalam budaya memiliki dampak
yang signifikan terhadap pendidikan. Dunia pendidikan pada umumnya hal ini sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai budaya. Pendidikan adalah satu proses akulturasi, yaitu penanaman nilai dan
norma secara berurutan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengubah manusia menjadi makhluk
hidup berbudi luhur, mulia dan berbudaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kholis, R. A. N. (2022). INDIKATOR-INDIKATOR BUDAYA BELAJAR SISWA, PENYEBAB


DAN FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNGNYA. An-Nahdliyah: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(1), 67-82.

Academia.edu. konsep Budaya Belajar. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2023. Melalui tautan berikut
https://www.academia.edu/34272234/Konsep_Budaya_Belajar_Info_K_moe_pdf

Amin, Muh. 2018. Pendidikan Multikultural. JURNAL PILAR : Jurnal Kajian Islam Kontemporer. Volume 09 , No.
1http://www.uin-alauddin.ac.id /download-Pendidikan-Multikultural-Sitti-Mania.pdf)

Syamsidar, S. (2015). Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan. Al-Irsyad Al-Nafs:
Jurnal Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2(1), 99-108.

Normina, N. (2017). Pendidikan dalam Kebudayaan. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI


Kalimantan, 15(28), 17-28.

16

Anda mungkin juga menyukai