Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah : Ilmu sosial dan Perilaku Kesehatan


Dosen : Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc

STUDI-STUDI TENTANG KEBUDAYAAN DAN


KEPRIBADIAN

KELOMPOK 3
KELAS C

Okto Muharam Heluth K012211059

Andi Cendra Pertiwi K012211049

Afiah Gani K012211033

Magfirah Handayani K012211063

Andi Ainun Musfirah K012211052

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
rahmat dan kasih sayang_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu
Budaya Dasar ini.

Makalah Ilmu Budaya Dasar yang diberi judul Peran Kebudayaan Dalam
Membentuk Kepribadian ini, kami susun sebagai pelengkap tugas dan mempunyai
tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya maupun
pihak yang terkait didalamnya serta dapat memberikan motivasi atau dorongan
agar memiliki kepribadian yang lebih baik di masa yang akan mendatang dan bisa
sebagai bahan acuan.

Penyusun menyadari banyak kekurangan dan hambatan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran serta kritik
agar dimasa yang akan datang dapat menyempurnakan makalah ini atau dapat
menjadikannya lebih baik dari sekarang. Dan dalam penyusunan makalah ini
penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu dan mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makassar, 25 Agustus 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Sasaran ............................................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 4

A. Kebudayaan ........................................................................................ 4
B. Kepribadian ........................................................................................ 6
C. Hubungan Kepribadian dan Kebudayaan........................................... 7
D. Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan............................................. 9
E. Studi Kasus Kebudayaan dan Kepribadian ........................................ 11

BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................................ 19
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau


diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli sepakat
bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-
hal yang dipelajari. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi,
tetapi terus menerus berganti-gantinya alam dan zaman.

Secara umum Kebudayaan dan Kepribadian saling memiliki keterkaitan


dalam kehidupan setiap manusia. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, selain itu karena disebut
sebagai makhluk sosila maka manusia tidak bisa hidup sendiri / saling
ketergantungan.

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang
memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut
Soerjanto Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal
daribahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia.

Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan


terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan
psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa
perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Konsep
kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk
merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya.

Secara sederhana hubungan antara Budaya dan Kepribadian adalah manusia


yang terbentuk dalam suatu kepribadian dan kebudayaan merupakan obyek yang

1
2

dilaksanakan manusia dari sisi lain hubungan antara manusia dan kepribadian
adalah setiap kebudayaan yang berada di lingkungan manusia itu tinggal akan
membentuk kepribadian, dan biasanya faktor lingkungan dan kebudayaan yang
berada disekitarnya itu yang dapat membentuk suatu kepribadian sehingga di
setiap tempat atau lingkungan pasti setiap manusia mempunyai kepribadian yang
bermacam– macam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kebudayaan?
2. Apa pengertian dari kepribadian?
3. Bagaimana hubungan antara kepribadian dan kebudayaan?
4. Bagaimana hubungan antara manusia, masyarakat, dan kebudayaan?
5. Bagaimana studi kasus kebudayaan dan kepribadian di Indonesia?

C. Tujuan
Dalam makalah yang kami buat ini diharapkan dapat menambah wawasan
kami dan pembaca untuk dapat menentukan kepribadian yang baik dalam
ruang lingkup budaya di sekitarnya, antara lain :
1. Mengetahui peran budaya dalam pembentukan kepribadian yang baik
Dengan memahami makna dari kebudayaan dapat diambil sikap baiknya
yaitu kita bisa mengambil segi positif kebudayaan kita seperti gotong
royong, saling bantu, toleransi atau yang lainnya dari segi positifnya.
2. Mengetahui berbagai macam masalah tentang kebudayaan
Setiap kebudayaan pasti bermacam – macam dan mempunyai persoalan
tersendiri denagn memahaminya kita bisa memecahkan masalah tersebut
dengan cara yang lebih baik.
3. Dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, antara
lain:
a. Warisan Biologis (Heredity)
3

Warisan biologis manusia bermacam – macam, dan berbeda artinya


setiap individu mempunyai cirri khas masing – masing yang tidak
sama walaupun dia itu kembar sekalipun
b. Warisan Lingkungan Alam (Natural Enviroment)
Perbedaan iklim di berbagai daerah sangat mempengaruhi dan
menyebabkan manusia melakukan adaptasi sesuai dengan iklim yang
terjadi pada daerah tersebut.
c. Warisan Sosial dan Kebudayaan
Setiap manusai mempunyai kebudayaan yang bermacam – macam,
dan biasanya antar budaya bisa saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
d. Pengalaman Unik
Setiap Individu pasti memiliki pengalaman yang berbeda – beda serta
beraneka ragam, dan dari pengalaman tersebutlah biasanya
kepribadian seseorang juga dapat berubah
D. Sasaran
Dalam Ruang lingkup yang lebih luas Peran Kebudayaan Nasional
Indonesiaterdapat beberapa poin :
1. Akar Kebudayaan Indonesia
2. Kebudayaan Barat di Indonesia
3. Dampak Positif
4. Dampak Negatif

Sasaran yang ingin dicapai untuk seluruh masyarakat luas di tanah air
Indonesia tentang kebudayaan yang menjadi salah satu faktor dalam
membangun kepribadian seseorang. Dikarenakan masyarakat sekarang di
kalangan anak kecil, remaja dewasa, maupun orang tua sekarang kurang
memperhatikan kebudayaan timur yang menjunjung tinggi nilai kesopan
santunan dalam sehari – hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
cara belajar. Adapun tindakan manusia yang didapat tidak dengan belajar seperti
tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan manusia yang merupakan
kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan,
minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi
tindakan kebudayaan.
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah. Bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah “hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”. Budaya adalah daya dan budi yang berupa cipta karsa
dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Kata
culture merupakan kata yang sama artinya dengan kebudayaan. Berasal dari
bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan,
Pada hakikatnya, kebudayaan adalah warisan sosial. Dalam arti bahwa
kebudayaan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui suatu proses
pembelajaran, baik secara formal maupun secara informal. Dari definisi-definisi
kebudayaan dapat dinyatakan bahwa inti pengertian kebudayaan mengandung
beberapa ciri pokok yaitu sebagai bahwa kebudayaan itu beraneka ragam,
kebudayaan itu diteruskan melalui proses belajar, kebudayaan itu terjabarkan dari
komponen biologi, psikologi, sosiologi dan eksistensi manusia, kebudayaan itu
berstruktur, kebudayaan itu terbagi dalam aspek-aspek, kebudayaan itu dinamis
dan nilai-nilai dalam kebudayaan itu relatif.
Inti penting dari budaya adalah pandangan yang bertujuan untuk
mempermudah hidup dengan mengajarkan orang-orang bagaimana cara
beradaptasi dengan lingkungannya. Seperti yang Triandis tuliskan bahwa budaya
berperan untuk memperbaiki cara anggota kelompok suatu budaya beradaptasi
dengan ekologi tertentu dan hal ini melibatkan pengetahuan yang dibutuhkan
orang supaya mereka dapat berperan aktif dalam lingkungan sosialnya.

4
5

Menurut Sulasman dan Gumilar wujud kebudayaan terdiri dari:


1. Ide/Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
Ide-ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu
masyarakat, member jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu
tidak lepas dari dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu
system. Para ahi sosiologi dan antropologi menyebut system ini adalah
budaya, atau cultural system. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah
lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini,
yaitu adat istiadat.
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati
dan didokumentasikan.
3. Artefak (Karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Ketiga wujud dari kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan
masyarakat tak tentu terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan
adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya
manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya
manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya ,
6

kebuayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tetentu yang makin


lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga
mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan pula cara berpikirnya.

B. Kepribadian
Kepribadian ialah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
tingkah laku dan tindakan seseorang individu. dalam bahasa pupoler, istilah
kepribadian juga berarti ciri-ciri watak yang konsisten, sehingga seorang individu
memiliki suatu identitas yang khas. Misalnya dalam bahasa sehari-hari kita
mengatakan bahwa seseorang memiliki kepribadian maksudnya ialah bahwa
individu tersebut memiliki ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan
konsekuen, yang menyebabkan ia memiliki identitas yang berbeda dari individu-
individu lainnya.
Personality atau kepribadian berasal dari kata Persona yang berarti topeng
yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa Romawi
Persona berarti Bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Adapun pribadi
yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person atau personal dalam
bahasa Latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri
orang sendiri.
Kepribadian mewujudkan perilaku manusia, perilaku manusia dapat
dibedakan dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang
perilaku yang ada dalam diri seorang individu. Kepribadian dapat diberikan
batasan sebagaimana dikatakan oleh Theodere M Newcomb, yaitu kepribadian
merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk pada sikap seseorang untuk berbuat,
mengetahui, berpikir dan bertindak apabila dia berhubungan dengan orang lain
atau menanggapi suatu keadaan.
7

C. Hubungan Kepribadian dan Kebudayaan


Pengkajian kebudayaan dan kepribadian dalam kompleks disiplin ilmu
antropologi sudah berkembang kira-kira sekitar tahun 1920-an. Hampir semua
penelitian tersebut dilakukan sehubungan dengan timbulnya perhatian terhadap
masalah-masalah kepribadian, nilai universal dari konsep dan teori psikologi,
generalisasi watak bangsa, dan kebutuhan naluriah manusia.
Kepribadian merupakan faktor kunci dalam mendefinisikan keunikan
dalam individu dan membentuk individu tersebut melalui sebuah kehidupan.
Budaya adaah cara hidup. Budaya tidak hanya melihat berdasarkan nilai – nilai
sadar kita, tetapi juga melihat asumsi dan percaya pada perkembangannya.
Budaya merupakan faktor penting dalam membentuk suatu kepribadian. Studi
budaya dan kepribadian berusaha untuk memahami pertumbuhan perkembangan
identitas pribadi atau sosial yang berkaitan dengan lingkungan sosial. Dengan
menggunakan beberapa elemen sosial umum dan mekanisme ada kemungkinan
terbentuk fitur umum dan kepribadian bagi anggota masyarakat.
Budaya diwariskan melalui bahasa dan bermacam-macam prilaku dan
dapat dimungkinkan manusia berinteraksi dalam bahasa yang sama dan hidup di
zaman yang sama. Kita adalah pewaris kebudayaan, setiap individu yang baru
muncul akan mengikuti tatanan kebudayaan kita. Kepribadian sangat ditentukan
oleh faktor kebudayaan yang terjadi pada lingkungannya.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, antara
lain:
1. Warisan Biologis (Heredity)
Warisan biologis manusia bermacam – macam, dan berbeda artinya
setiap individu mempunyai cirri khas masing – masing yang tidak sama
walaupun dia itu kembar sekalipun
2. Warisan Lingkungan Alam (Natural Enviroment)
Perbedaan iklim di berbagai daerah sangat mempengaruhi dan
menyebabkan manusia melakukan adaptasi sesuai dengan iklim yang
terjadi pada daerah tersebut.
8

3. Warisan Sosial dan Kebudayaan


Setiap manusai mempunyai kebudayaan yang bermacam – macam, dan
biasanya antar budaya bisa saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
4. Pengalaman Unik
Setiap Individu pasti memiliki pengalaman yang berbeda – beda serta
beraneka ragam, dan dari pengalaman tersebutlah biasanya kepribadian
seseorang juga dapat berubah
Dalam setiap masyarakat atau beberapa jenis kepribadian bahwa anak
biasanya menyalin, di masyarakat eropa jenis utama dari kepribadian terkait
dengan beberapa fitur :
a. Keramahan
b. Kebaikan
c. Kerjasama
d. Daya Saing
e. Berorientasi pada praktek dan efisiensi kerja, serta
f. Ketepatan waktu
Hubungan antara budaya sangatlah jelas, karena kepribadian terdiri dari
sebagian besar internalisasi unsur budaya. Budaya adalah aspek kepribadian
kolektif. Dan munculnya kepribadian dibedakan atas beberapa subkultur,
diantaranya etnis, kelas sosial, agama dan kriteria pekerjaan.
Dimulai pada masa bayi, kita belajar bagaimana menjadi manusia
melalui interaksi dengan orang lain dalam budaya kita. Tanpa adanya sosial
dan komunikasi antar orang lain, maka seorang anak tidak bisa menjadi
makhluk sosial yang normal, karena tidak cukup untuk mengembangkan
bahasa, atau ekspresi emosional atau respon sosial yang diharapkan. Budaya
tidak dapat dipisahkan dengan kepribadian karena kebudayaan menengahi
semua pikiran dan pengalaman manusia dalam bentuk interaksi sosial.
Budaya diwariskan melalui bahasa dan bermacam-macam prilaku dan
dapat dimungkinkan manusia berinteraksi dalam bahasa yang sama dan hidup
di zaman yang sama. Kita adalah pewaris kebudayaan, setiap individu yang
9

baru muncul akan mengikuti tatanan kebudayaan kita. Kepribadian sangat


ditentukan oleh faktor kebudayaan yang terjadi pada lingkungannya.
Penerapan yang baik dari sebuah kebudayaan sudah cukup berjalan
dengan baik, tapi banyak hal yang tidak bisa dihindari adalah salah satunya
masuknya kebudayaan-kebudayaan asing yang dapat menggeser kebudayaan
yang di miliki serta antusiasme masyarakat dengan budaya asing ukup besar.
Sehingga dapat menyebabkan kepribadian seseorang bisa berubah karena
adannya budaya asing tersebut. Datangnya budaya asing yang paling dominan
adalah banyaknya turis-turis asing yang datang berkunjung kedaerah-daerah
dengan membawa kebudayaannya.
D. Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
Menurut Prasetya bahwa manusia, masyarakat dan kebudayaan saling
berhubungan. Hubungan tersebut dapat dipahami dari uraian sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan masyarakat
Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal ini bukan hanya
sekedar ketentuan semata-mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam
yaitu bahwa hidup bermasyarakat itu ialah rukun bagi hidup manusia agar
dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaan. Tanpa
masyarakat, hidup manusia tidak dapat menunjukkan sifat-sifat kemanusian.
2. Hubungan manusia dengan kebudayaan
Di pandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua
segi, yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk biologi
b. Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi
atau anatomi; dan sebagai makhluk sosio-budaya manusia dipelajari
dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara
hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur
fisiknya dapat mengubah lingkungan berdasarkan pengalaman. Juga
memahami, menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat
manusia.
10

Akhirnya terdapat suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia


yang menganalisis masalah-masalah hidup sosio-kebudayaan manusia.
Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran kepada kita bahwasanya
hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedangkan pada hewan
tidak memiliki kemampuan tersebut.
Hanya manusia sajalah yang memiliki kebudayaan karena manusia
dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber
pada akal manusia. Kesimpulannya bahwa hanya manusialah yang dapat
menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
manusia.
3. Hubungan masyarakat dengan kebudayaan
Masyarakat ialah kumpulan orang yang hidup dalam satu daerah
tertentu, yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang
mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam
masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecapakan,
pengetahuan-pengetahuan yang baru, sehingga penimbunan itu dalam
keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya. Kebudayaan bersifat
kumulatif bertimbun. Dapat diibaratkan manusia adalah sumber
kebudayaan. Kebudayaan tidak mungkin timbul tanpa adanya
masyarakat, dan eksistensi masyarakat hanya dapat dimungkinkan
dengan adanya kebudayaan.
4. Hubungan manusia, masyarakat dan kebudayaan
Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat lagi dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga
unsur inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung. Masyarakat tidak
dapat dipisahkan dari manusia karena hanya manusia saja yang hidup
bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling
memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak.
Sebaliknya, manusia pun tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat,
tidak dapat menunaikan bakat-bakat manusianya yaitu mencapai
11

kebudayaan. Dengan kata lain, dimana orang hidup bermasyarakat pasti


akan timbul kebudayaan. Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau
arah di dalam bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-
pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan itu tidak
dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat. Akhirnya dimana
manusia hidup bermasyarakat di sanalah ada kebudayaan.
E. Studi Kasus Kebudayaan dan Kepribadian
Berikut ini beberapa studi kasus kebudayaan dan kepribadian serta persepsi
sehat sakit di Indonesia:
1. Kajian Budaya Perilaku Ibu Hamil dan Nifas
a. Tradisi Ibu Hamil
1) Ibu Hamil melakukan Pijat
Ibu hamil suku banjar melakukan pijat secara rutin di Desa Kitano
dan Desa Pematang Baru berdasarkan pada tradisi turun temurun yang
percaya dengan melakukan pijat dapat memperbaiki posisi bayi dan
memudahkan proses persalinan. Namun, dalam dunia kedokteran tidak ada
yang membenarkan tindakan tersebut bahkan tidak direkomendasikan
walaupun dilakukan oleh ahli pijat kehamilan. Pijat yang dilakukan pada
ibu hamil diperbolehkan untuk memperlancar peredaran darah dan
mengurangi ketegangan otot sehingga tubuh menjadi rileks, tetapi tidak
disarankan pada bagian perut dan melakukan konsultasi terlebih dahulu
pada pelayanan kesehatan sebelum melakukan pijat.
2) Ibu Hamil mengkonsumsi dan mandi dengan Banyu Baya
Banyu baya merupakan air biasa yang dibacakan atau ditiupkan
sesuatu terlebih dahulu oleh bidan maupun tokoh adat kemudian diberikan
kepada ibu hamil. Hal tersebut dipercaya dapat menghindarkan ibu hamil
dari berbagai macam gangguan kehamilan dan dilancarkan proses
melahirkannya. Kebutuhan cairan sehari hari adalah 50 ml/kgBB/hari, dan
kebutuhan eliminasi 1500-1600ml/hari. Menurut Emoto (2016), air dapat
merespon kata-kata positif dengan membentuk kristal yang indah.
Sebaliknya jika air diberikan kata-kata negative maka tidak akan
12

membentuk kristal. Pada saat air dibacakan doa islam, kristal bersegi enam
dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Temuan ini menjelaskan
kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Meminum banyu baya tidak memiliki dampak negatif bagi ibu
hamil selama air yang dikonsumsi bersih dan terbebas dari kontaminasi
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan waterborn disease.
3) Mengkonsumsi dan Mengoleskan Minyak Bangsul ke Perut Ibu
Hamil
Minyak bangsul merupakan minyak yang dipercaya dapat
melancarkan proses persalinan. Ibu hamil dengan usia kehamilan 7 bulan
akan meminum tiap pagi dan dioleskan di perut. Ibu hamil yang
mengkonsumsi minyak kelapa selama trimester ketiga kehamilan telah
mengurangi angka kematian janin. Mengkonsumsi minyak kelapa selama
kehamilan mungkin membantu melindungi anak dari efek stres sebelum
melahirkan, yang diyakini menyebabkan masalah perkembangan
neurologis setelah lahir.
4) Ibu Hamil memakai Cincin Benang
Setelah dinyatakan hamil, seorang ibu hamil pada suku Banjar
diwajibkan memakai cincin yang terbuat dari beberapa helai benang hitam
di ibu jari. Hal tersebut diyakini bahwa pemakaian benang yang dililitkan
dengan jumlah ganjil, 3, 5, 7, 9 dapat terhindar dari gangguan makhluk
halus seperti kuyang (makhluk halus dari Kalimantan). Prinsip pengobatan
jimat menurut Elmberg, adalah orang yang menggunakan benda-benda
kuat atau jimat untuk memberi perlindungan terhadap penyakit. Namun,
secara medis pemakaian cincin benang tidak memberikan pengaruh
terhadap kesehatan ibu hamil karena pemakaian cincin benang hanya
merupakan tradisi suku Banjar yang masih berlaku di Kecamatan
Martapura Timur. Kesehatan ibu hamil dipengaruhi oleh perilaku hidup
bersih dan sehat, makanan bergizi, dan pemeriksaan rutin ke tenaga
kesehatan.
13

5) Upacara Mandi 7 Bulanan


Masyarakat Banjar menganggap bahwa kehamilan bulan ganjil
merupakan kondisi yang sangat sakral. Upacara mandi-mandi adat Banjar
biasanya dilakukan saat usia kehamilan 7 bulan yang dimaksudkan untuk
menolak bala dan mendapatkan keselamatan. Tahapan upacara 7 bulanan
memiliki makna khusus yang berkaitan dengan kehamilan makna tersebut
terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Pecahnya Ketuban yang dipercaya apabila
kuantan tanah ketika diduduki pecah. Namun secara medis, pecahnya
ketuban bukan dikarenakan ritual tersebut melainkan karena terjadinya
sungsang, preeklamsi, anemia, gemelli dan hidramnion. Faktor tersebut
yang merupakan faktor penyebab kematian ibu dan kematian bayi (Huda,
2013). 2) Proses Melahirkan Lancar apabila mayang pecah dengan sekali
tepuk, ibu hamil dapat meloloskan diri dari (benang dibuat melingkar)
lawai dan pecahnya telur ketika diinjak. Lancar tidaknya proses
melahirkan secara medis bukan karena ritual tersebut melainkan karena
adanya power (tenaga mengejan ibu), passanger (janin), passage (jalan
lahir), psikis (mental dan kesiapan ibu) dan paramedis (Untari et. al,
2015).

b. Pantangan Perilaku
1) Kesulitan Saat Melahirkan
Pantangan perilaku ibu hamil tidak boleh duduk di depan pintu dan
meletakkan sisir di atas kepala karena dianggap akan sulit pada saat
melahirkan. Pantangan tersebut secara medis tidak berpengaruh dan tidak
ada hubungannya dengan kelancaran proses melahirkan.
2) Gangguan Makhluk Halus
Ibu hamil dilarang keluar rumah menjelang magrib dan keluar hutan.
Hal tersebut dipercaya bahwa ibu hamil memiliki bau yang harum
sehingga rawan terkena gangguan mahluk halus. Secara psikologis ibu
hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak
14

dianjurkan berpergian. Secara medis, ibu hamil memang tidak dianjurkan


untuk sering terkena udara malam. Seperti pada penelitian Untari et al
(2015), yang menyatakan bahwa secara medis-biologis ibu hamil tidak
dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu
dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbondioksida (CO2).
3) Anak Lahir Cacat
Membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar
merupakan pantangan ibu hamil, karena dikhawatirkan anak yang lahir
memiliki bibir sumbing. Selain itu, Ibu hamil juga dilarang untuk
menganyam bakul karena dikhawatirkan anak yang dilahirkan memiliki
jari tangan yang dempet. Suami/ibu hamil juga tidak diperkenankan untuk
menyembelih hewan karena dikhawatirkan anaknya lahir cacat. Selain itu,
masyarakat suku banjar juga percaya apabila ada orang yang ingin lewat,
harus melalui depan ibu hamil tidak boleh lewat belakang, karena
dikhawatirkan anaknya nanti menghadap kebelakang. Ditinjau dari segi
medis, anak sumbing dan anak lahir cacat tidak memiliki hubungan
dengan perilaku pantangan tersebut. Karena sumbing merupakan kondisi
terbelah pada bibir akibat gangguan yang terjadi pada embrio
perkembangan struktur wajah (Loho, 2013). Faktor lain yang
mempengaruhi bibir sumbing yaitu faktor genetik atau keturunan serta bisa
disebabkan oleh faktor obat-obatan yang bersifat teratogen seperti asetosal
dan aspirin.
4) Gangguan Kehamilan
Gangguan kehamilan berupa anak terlilit tali pusat yang terjadi
karena ibu hamil melilit handuk di leher. Secara medis, terjadinya lilitan
tali pusat tidak disebabkan oleh lilitan handuk di leher ibu hamil
melainkan hiperaktivitas gerakan bayi yang diduga dapat menyebabkan
lilitan tali pusat karena ibunya aktif (Untari et al, 2015). Tali pusat yang
panjang juga dapat menyebabkan bayi terlilit. Pada kehamilan kembar dan
15

air ketuban berlebihan atau polihidramnion juga dapat menyebabkan bayi


terlilit tali pusat.
5) Ari-Ari Tertinggal
Ibu hamil suku Banjar tidak diperbolehkan untuk menyobek daun
pisang, karena dikhawatirkan ari-ari bayi tertinggal (retensio plasenta).
Retensio plasenta adalah kondisi tertahannya atau belum keluarnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin
adalah umur, multiparitas, dan riwayat kehamilan serta persalinan
terdahulu. Jadi, secara medis menyobek daun pisang tidak dapat
mempengaruhi terjadinya retensio plasenta bayi pada saat melahirkan
(Ratu et a, 2013).
c. Pantangan Ibu Nifas
1) Tidak Diperbolehkan Berhubungan Intim
Pantangan perilaku suami dan istri tidak diperkenankan untuk
melakukan hubungan suami istri selama 40 hari setelah melahirkan karena
dipercaya ibu akan cepat tua. Secara medis, berhubungan intim sebelum 40
hari memang tidak diperbolehkan karena luka pada vagina masih belum
kering. Hal ini didukung oleh penelitian Yulianti (2014) yang menyatakan
bahwa berhubungan intim sebelum 40 hari akan memperhambat
penyembuhan jalan lahir, infeksi bahkan pendarahan belum muncul
ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan
maupun ketakutan akan hamil lagi.
2) Tidak boleh keluar rumah selama 40 hari
Ibu nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena dianggap
sangat rentan dimasuki roh jahat. Ibu nifas yang tidak diperbolehkan
keluar rumah sama sekali selama 40 hari akan berdampak negatif bagi
kesehatan Ibu nifas. Hal ini dikarenakan Ibu nifas tidak dapat terkena
paparan sinar yang mengakibatkan kurangnya vitamin D yang diperoleh.
Paparan sinar matahari menghasilkan vitamin D yang paling baik dan tidak
terdapat kasus intoksikasi vitamin D.
16

3) Tidak Melipat Kaki Pada Saat Duduk


Melipat kaki pada saat duduk dipercaya dapat menyebabkan vagina
menjadi bengkak. Secara medis, ibu nifas yang baru saja melahirkan
dianjurkan untuk tetap memposisikan kaki lurus dan tidak dilipat
dikarenakan dapat menyebabkan robekan vagina semakin lebar. Hal ini
didukung oleh penelitian Handayani (2010), yang menyatakan bahwa
secara medis posisi kaki yang lurus lebih menguntungkan karena membuat
aliran darah jadi lancar, juga menghindari robeknya jahita di area vagina.
4) Tidak boleh Mengkonsumsi Makanan Amis
Ibu nifas suku banjar memiliki beberapa pantangan makanan yang
berbau amis, iwak bapatil (lundu, puyau, patin). Ibu nifas tidak
diperkenankan untuk makan makanan yang berbau amis dan ikan berpatil
karena dapat mempengaruhi ASInya, anak dan kencing juga akan berbau
amis. Selain itu ibu nifas tidak boleh makan ikan papuyu/betok karena
dianggap dapat menyebabkan sakit kepala. Pantangan ini sebenarnya
menurut kesehatan justru merugikan. Hal ini dikarenakan menurut
Manuaba (2007), protein hewani merupakan protein lengkap (sempurna)
yang mengandung berbagai asam amino esensial lengkap yang dapat
memenuhi unsur-unsur biologis.
2. Persepsi Sehat dan Sakit
a. Orang Papua
Orang Papua memiliki persepsi tentang sehat dan sakit berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing. Namun, kepercayaan tersebut sudah
mulai berkurang bagi orang-orang yang tinggal diwilayah perkotaan,
sedangkan di daerah pedesaan kepercayaan tersebut masih dianut dan
masih dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya anim
yang berada di selatan Papua mempunyai pandangan mengenai sehat dan
sakit, dimana menganggap orang sakit disebabkan karena guna-guna
(black magic). Selain itu, masyarakat mengganggap penyakit itu
disebabkan karena tidak adanya keimbangan antara lingkungan hidup dan
manusia. Lingkungan sudah tidak dapat mendukung kehidupan manusia,
17

karena mulai banyak. Terganggunya keseimbangan alam akan


menyebabkan banyaknya orang sakit. Pada keadaan tersebut, mereka
meyakini akan datangnya seseorang yang kuat (Tikanem) yang nantinya
akan melakukan pembunuhan secara berurutan sebanyak lima orang pada
setiap kampong untuk mengembalikan kondisi lingkungan menjadi normal
dan dapat mendukung kehidupan warga.
b. Orang Amungne
Orang Amungne juga mempercayai bahwa penyakit akan muncul
apabila terjadi ketidakseimbangan antara lingkungan dengan manusia.
Lingkungan tersebut dimaksudkan pada tanah karena tanah adalah
“mama” yang memelihara, mendidik, merawat,dan memberikan makan
kepada mereka. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya penyakit
masyarakat dianjurkan untuk tidak merusak alam (tanah), dan harus terus
dipelihara secara baik. Selain itu, orang Moi di Kepala Burung Papua
meyakini sakit disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan supernatural,
seperti dewa-dewa, kekuatan bukan manusia seperti roh halus dan
kekuatan manusia denganmenggunakan black magic. Terdapat
kepercayaan lainnya yaitu apabila seseorang melanggar beberapa
pantangan-pantangan secara adat maka akan menderita sakit.
c. Orang Moi
Orang Moi memiliki beberapa pantangan bagi ibu hamil dan
suaminya terhadap beberapa makanan, dan kegiatan, ataupun tidak boleh
melewati beberapa tempat keramat karena bisa terkena roh jahat dan akan
sakit. Untuk mempertahankan kondisi sehat, orang Moi tidak
diperkenankan untuk makan makanan tertentu dan tidak melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu seperti membunuh binatang besar dan
sebagainya.
d. Orang Hatam
Orang Hatam percaya bahwa Ibu hamil sulit melahirkan
disebabkan karena terkena buatan orang dengan obat racun (rumuep) yaitu
suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut “priet”. Orang Kaureh
18

di kecamatan Lereh percaya bahwa seorang ibu yang mandul adalah hasil
perbuatan orang lain yaitu dengan ilmu hitam yang berasal dari kutukan
oleh keluarga yang tidak menerima bagian harta maskawin.
e. Orang Jawa
Konsep sakit di Jawa mengarah pada masalah fungsional dan
disfungsional peran aktivitas sosial seseorang dalam masyarakat. Jadi
ketika seseorang itu sakit maka dia akan merasa terganggu dalam
menjalankan perannya. Dalam masyarakat Jawa, penyakit diare pada anak
dianggap bukan penyakit yang serius. Ini disebabkan karena mereka
menganggap hal tersebut merupakan salah satu tanda perkembangan anak
(bertambah akal dan keterampilannya), sehingga tidak muncul
kekhawatiran (Nildawati, 2020).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian dan
kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kebudayaan menjadi faktor
yang sangat penting terbentuknya suatu kepribadian. Dunia Internasional dapat
mengenal Indonesia karena memiliki keaneka ragamann budaya yang cukup
banyak dan dalam setiap daerah memiliki ciri khas masing – masing serta
kepribadiannya.
Kebudayaan mencerminkan kepribadian bangsa kita dan kita wajib untuk
menjaganya jangan sampai rusak taupun hilang bahkan kita harus
melestarikannya. Selain itu kita dapat menjadikannya sumber kekuatan untuk
ketahanan budaya nasional bangsa Indonesia. Pemerintah dan masyarakat
mempunyai peran yang penting agar dapat terwujudnya suatu cirri khas jati diri
Bangsa Indonesia.

B. Saran

1. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap


pembentukan kepribadian seseorang, kebiasaan maupun pengalaman sejak
kecil menjadi karakter yang membedakannya dengan pribadi yang lain,
tidak mungkin identik sama walau dalam satu keluarga
2. Menerima ataupun menolak suatu kebudayaan merupakan pilihan setiap
individu, Reward and Punishment dalam norma-norma sosial yang berlaku
di masyarakat dapat memberikan batasan atau filter terhadap kebudayaan
tersebut. Namun, diharapkan masyarakat dapat memilah dan memilih
tradisi yang sesuai dengan kebutuhan serta tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Emoto M. 2006. The Hidden Messages in Water Susi Purwoko. Jakarta:


Gramedia.

Handayani S. 2010. Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
di Indonesia. INFOKES: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika
Kesehatan. 1(2): 21-7.

Huda N. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RS


PKU Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kodiran, 2004. Pewarisan Budaya dan Kepribadian. Vol 16 No. 1. Jurnal


Humaniora

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Loho JN. Prevalensi Labioschisis di RSUP. Prof.Dr.R.D.Kandou Manado Periode


Januari 2011–Oktober 2012. Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013; 1(1): 396-01.

Manuaba IBG, Chandranita M, IBG Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah


Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nildawati, A. 2020. Studi Kasus Sosio Antropologi Kesehatan.

Prasetya, Joko Tri. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ikapi

Ratu MN. Firmansayah. Yulinda F. 2013. Hubungan Faktor Risiko Ibu Bersalin
Dengan Retensio Plasenta. Jambi Medical Journal. 1(1): 1-9.

Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-teori Kebudayaan: Teori dan Aplikasi.
Bandung: Pustaka Seti

20
21

Untari I, Mayasari S. 2015. Study Of Developing The Myths Of Pregnancy In Bps


Zubaidah. University Research Colloquium, ISSN 2407-9189.

Yuliyanti L. 2014. Gambaran Perawatan Ibu Nifas di Wilayah Kecamatan Miri


Sragen. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai