Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISU-ISU SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN


“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi SD/MI”

Dosen Pengampu:
RINATUL KHUMAIMAH., M.PD

Disusun Oleh :
1. Yiyin Ivana Putri (202013926175)
2. Abdullah Musyaffa’ (202013926176)
3. Ferdiawan Rizki A. (20213926177)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL HIKMAH TUBAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat mnyusun dan
menyelesaikan Makalah Isu-Isu Sosial Budaya dalam Pendidikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Sosiologi Antropologi. Penyusunan
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Tanpa bantuan tersebut, penyusunan makalah ini
tidak akan berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dan Ibu
Rinatul Khumaimah, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Antropologi yang telah
membimbing kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, baik
dari segi tata bahasa maupun susunan kalimatnya. Untuk itu kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang isu-isu sosial budaya dalam prndidikan ini
dapat bermanfaat dan juga dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Tuban. 30 Juli 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Sosial-Budaya dan Pendidikan.............................................................................2
B. Hubungan Sosial-Budaya dengan Pendidikan.......................................................................2
C. Masalah Sosial Budaya dalam Dunia Pendidikan..................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dan pendidikan adalah dua komponen yang tidak bisa dipisahkan, manusia
membutuhkan pendidikan untuk keberlangsungan hidupnya. Begitu juga pendidikan
membutuhkan manusia untuk menjalankan sistem pendidikan itu sendiri, tidak mungkin
pendidikan akan berjalan tanpa subyek.

Namun dalam pendidikan tentu terdapat berbagai isu-isu, desas-desus, maupun sudah menjadi
suatu permasalahan pendidikan. Isu-isu pendidikan tak lepas dari manusianya yang kurang padu
ataupun kurang mapan dengan suatu sistem pendidikan yang berlaku. Misal pada suatu
kurikulum yang dirasa kurang sesuai dengan kepribadian maupun karakter bangsa. Otomatis
kurikulum tersebut tak akan bisa berjalan. Hingga pada akhirnya timbul lah sebuah isu-isu sosial
budaya dalam pendidikan, mulai dari tekanan publik untuk penggantian kurikulum, pencopotan
menteri, maupun isu-isu lain yang bisa menimbulkan suatu permasalahan. 1

Tentunya kita sebagai warga yang bermartabat harus bersikap secara profesional dalam
menanggapi hal-hal tersebut. Jangan hanya berkomentar yang tidak penting, ataupun
menyimpulkan sebelum tahu kebenarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosial-budaya dan pendidikan ?
2. Apa hubungan sosial budaya dengan pendidikan ?
3. Masalah-masalah sosial budaya apa saja yang muncul dalam bidang pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi sosial-budaya dan pendidikan.
2. Memahami hubungan sosial budaya dengan pendidikan.
3. Mengetahui masalah-masalah sosial budaya dalam bidang pendidikan.

1
Arifin, Muzaiyyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosial-Budaya dan Pendidikan


Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu
yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka
memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau
Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh
manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta, rasa dan karsa.
Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat
ataupun ilmu2.
Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia
dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003).3

B. Hubungan Sosial-Budaya dengan Pendidikan


Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali
hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain.
Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan
itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri
dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita sebagai masyarakat mencita-
citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik kedepannya, maka
sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi. Kebudayaan
sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal

2
Bakker, Ontologi atau Metafisika Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
3
UU No. 20 Tahun 2003
2
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki
zaman modern4.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk
mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia
terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah
yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa
keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya
telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang
dikendalikan oleh manusia.
Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat,
kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam
pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan
merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan
(pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu
mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan.
Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal
dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin
bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus
menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan5.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada
program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk
kelembagaan pendidikan formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa
pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu
dan pewarisan nilai-nilai budaya.
Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk
mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan
pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini,

4
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Ofset, 1994.
5
Dimyati, M. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Malang: IPTI. 2001.
3
pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan
pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya
adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan
peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu6.
Hubungan pendidikan dengan masyarakat memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang sama-sama saling membutuhkan (simbiotic). Masyarakat sangat
membutuhkan layanan pendidikan yang baik, dan tentunya hal itu bisa dilewati
melalui lembaga pendidikan guna mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan
harapan hidup yang sempurna. Untuk memenuhi hal tersebut lembaga membutuhkan
masyarakat agar layanan sesuai dengan keinginannya. Lembaga pendidikan tidak
dapat eksis tanpa masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai hidup yang
sempurna tanpa lembaga pendidikan.
Dalam berbagai persoalan kependidikan terutama yang berkenaan dengan
lemahnya (problematika) manajemen pendidikan suatu lembaga pendidikan, tidak
dapat dibebankan atau menyalahkan masyarakat sebagai pengguna layanan
pendidikan. Hubungan pendidikan dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi
yang diupayakan oleh sekolah sebagai salah lembaga pendidikan agar dapat diterima
di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat,
mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk
kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut
adalah untuk mensuksekan program-program pendidikan yang berada di sekolah.

C. Masalah Sosial Budaya dalam Dunia Pendidikan


Jika kita membahas permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia, pasti
akan ditemukan berbagai macam permasalahan dan bahkan terkadang tidak berujung
pada penyelesaian masalahanya. Ini dikarenakan Pendidikan tidak hanya mencakup
pada satu bidang saja, tetapi banyak bidang seperti, politik, ekonomi, dan sosial
budaya7.
Kali ini kami akan membahas tentang masalah-masalah dalam dunia pendidikan
yang berhubungan dengan sosial dan kebudayaan. Adanya isu sosial budaya dalam
pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mencapai pendidikan yang ideal bagi
masyarakat.

6
Imam Zamroni, M. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Kecil. Yogyakarta: Presma UIN Sunan
Kalijaga, 2004.
7
Keraf, Sonny A. dan Dua, Michael. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
4
Dalam perkembangannya, landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting
dalam dunia pendidikan, yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas, yaitu masyarakat yang pancasilais yang
memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-
hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia, tertib dan sadar
hokum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas
antargenerasi dan antarbangsa.
2. Transmisi budaya sekolah, berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan
sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan
fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini
tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
3. Pengendalian sosial, berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku
menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan
masyarakat seperti lembaga pemasyarakat dan lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan sebagai
budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan
perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, hubungan antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik.
Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan
kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat
terjadi hubungan timbal balik, pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk
meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat8.

Berikut ini merupakan permasalahan sosial-budaya dalam dunia pendidikan :


1. Belum Meratanya Pendidikan
Tidak meratanya pendidikan mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia
tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan faktor
utama dalam membangun karakter bangsa. Berdasarkan data, perkembangan
pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara berkembang
lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang
dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan
dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada
posisi ke-69. Indonesia kalah dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Salah satu

8
Nata, Abuddin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2009
5
hal yang menjadi kendala pendidikan di Indonesia adalah masalah akses pendidikan.
Indonesia masih perlu mendapat perhatian, lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak
dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar
terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan
13,19 % bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki.
2. Masih Rendahnya Mutu Pendidikan.
Mutu pendidikan di Indonesia sangatlah rendah. Misalnya guru cenderung
terpaku dengan buku cetak, padahal setiap pergantian kurikulum mempengaruhi
perubahan buku cetak untuk pembelajaran. Sejak zaman dahulu pembelajaran di
sekolah-sekolah masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70 an,
pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya,
guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paeketlah yang menjadi acuan
dan guru tidak mencari sumber referensi lain.
3. Masih banyaknya lulusan pendidikan yang belum siap memasuki kehidupan
ditengah-tengah masyarakat.
Setiap tahun setiap periode, setiap universitas meluluskan sarjananya. Namun
pada kenyataannya banyak sarjan yang menganggur. Kualitas pendidik yang rendah
yang mengakibatkan matinya kreativitas anak didik pasca sekolah dan jatuhnya rasa
percaya diri siswa didik ketika menghadapi dunia kerja yang keras. Lulusan sekolah
sering kali justru menjadi anak cengeng dengan sifat ABG-nya yang kental dan
semakin jauh dari realitas masyarakat disekitarnya. Disamping persoalan mendasar
tersebut dan yang telah disebutkan diatas , masalah lain yang mengemuka adalah
relative rendahnya kesejahteraan guru, minimnya sarana pendidikan dasar, dan
terbatasnya biaya operasional pendidikan. Hal ini harus dicarikan solusinya meskipun
dilakukan secara bertahap.
4. Masih rendahnya pemanfaatan IPTEK dalam penyelenggaraan pendidikan
Perkembangan dan pemanfaaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
terutama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih belum maksimal.
Hal tersebut diperkirakan akibat konvesionalnya cara yang digunakan dalam
mengajar sehingga banyak pengajar yang masih kesulitan dalam mengembangkan
fungsi IPTEK.
5. Adanya Perubahan Kurikulum. 
Dunia pendidikan di Indonesia sempat beberapa kali melakukan perubahan
kurikulum. Yang terbaru pemerintah melakukan perubahan kurikulum, dari
Kurikulum Tingkat  Satuan Pendidikan(KTSP)  2006 ke Kurikulum 2013. Dengan
6
perubahan kurikulum ini pemerintah berharap agar pendidikan di Indonesia lebih
baik dan para pelajar di Indonesia supaya lebih kritis. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dipersingkat dan materi
yang ditambahkan. Materi yang dipersingkat terdapat di materi Bahasa Indonesia,
IPS, PPKn, dsb. Sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Namun pada kenyataannya, kurikulum ini menimbulkan beberapa permasalahan.
Berikut permasalahan kurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud9.
a. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada
kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
b. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013
setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.
c. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara
instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam
hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).
Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor
159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk
mendapatkan informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain
Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum;
Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan
Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum.
Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum
dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
d. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku
yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
e. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama
sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
f. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu
substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif
berlebihan bagi para guru.
g. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga
membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian
sepenuhnya pada siswa.

9
Tholkhah, Imam dan Barizi, Ahmad. Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar Tradisi dan Integrasi
Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
7
h. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013
yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan
waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.
i. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan
dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan
sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
j. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.
k. Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendikbud Anies
Baswedan memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah
yang telah memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru
menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester diimbau kembali memakai
KTSP10.
6. Bullying (Intimidasi)
Intimidasi di sekolah adalah masalah seluruh dunia yang dapat memiliki
konsekuensi negatif bagi iklim sekolah umum dan untuk hak siswa untuk belajar di
lingkungan yang aman tanpa takut. Bullying juga dapat memiliki konsekuensi-baik
seumur hidup negatif bagi siswa yang menggertak dan untuk korban-korban mereka.
Meskipun banyak penelitian formal pada intimidasi telah terjadi di negara-negara
Skandinavia, Inggris, Jepang, Korea, Amerika dan juga Indonesia. Efek yag
ditimbulkan dari banyaknya kasus – kasus bullying misalnya hilangnya kepercayaan
diri seseorang, gangguan psikologi, trauma, bunuh diri bahkan jatuhnya korban jiwa.
Sebenarnya sudah banyak hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi kasus bullying
dengan membentuk undang-undang, tetapi hal ini terkesan sudah membudaya secara
turun-temurun di organisasi pendidikan suatu negara, khususnya sekolah. Sehingga
untuk menghilangkan masalah bullying ini sulit dilakukan11.

10
Dimyati, M. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Malang: IPTI. 2001.
11
Imam Zamroni, M. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Kecil. Yogyakarta: Presma UIN Sunan
Kalijaga, 2004.
8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga
dan melestarikan kebudayaan itu sendiri, secara proses mentransfernya yang paling
efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lain.

Namun, seiring perkembangan zaman, permasalahan yang dihadapi Indonesia


semakin kompleks, termasuk di bidang sosial kebudayaan. Beberapa masalah yang
terdapat pada dunia pendidikan yang berhubungan dengan sosial dan kebudayaan
seperti : Belum Meratanya Pendidikan, Masih Rendahnya Mutu Pendidikan, Masih
banyaknya lulusan pendidikan yang belum siap memasuki kehidupan ditengah-tengah
masyarakat, Masih rendahnya pemanfaatan IPTEK dalam penyelenggaraan
pendidikan, Adanya Perubahan Kurikulum, dan Bullying (Intimidasi).

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzaiyyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.

Bakker, Ontologi atau Metafisika Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

UU No. 20 Tahun 2003

Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Ofset, 1994.

Dimyati, M. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Malang: IPTI. 2001.

Imam Zamroni, M. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Kecil. Yogyakarta: Presma


UIN Sunan Kalijaga, 2004.

Keraf, Sonny A. dan Dua, Michael. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta: Kanisius, 2001
Nata, Abuddin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2009
Tholkhah, Imam dan Barizi, Ahmad. Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar Tradisi
dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Dimyati, M. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Malang: IPTI. 2001.

Imam Zamroni, M. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Kecil. Yogyakarta: Presma


UIN Sunan Kalijaga, 2004.

10

Anda mungkin juga menyukai