Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Kebudayaan sebagai landasan pendidikan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Multikultural

Dosen Pengampu:

Irfan Fauzi Rahman, M.Pd

Disusun Oleh:

Ambran Abi Yasa (2381030142)

Cindy Rahma Sari (2381030128)

Valin Nuraulia Diani (2381030125)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2024

1
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-nya, kami dapat menyelesaikan makalah Multikultural dengan judul
“Sosial budaya sebagai landasan pendidikan”.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi hadist tahun 2024/2025. Tak hanya itu kami berharap makalah ini
bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah Bahasa Indonesia ini dapat
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga
mengucapakan terima kasih kepada pembaca yang telah membaca makalah ini
hingga akhir.

Cirebon, 9 Maret 2024

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI...................................................................................................…...ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah................................................................................3

B. Rumusan Masalah..........................................................................................4

C. Tujuan Masalah..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional.......................5

1. Pengertian Pendidikan...............................................................................5

2. Pengertian Budaya......................................................................................6

3. Fungsi landasan budaya dalam pendidikan................................................9

4. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan..............................................9

5. Nilai-nilai Budaya dalam Pendidikan.....................................................10

B. Landasan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan.....11

C. Komponen dan Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan.......................14

1. Komponen Kurikulum............................................................................14

2. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan.............................................15

BAB III PENUTUP............................................................................................21

Kesimpulan.....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karena budaya memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan


mutu pendidikan, maka konteks persoalan mengenai muatan budaya sebagai
landasan pendidikan menjadi penting. Pendidikan dan kebudayaan selalu hadir
dalam kehidupan sehari-hari karena kebudayaan merupakan satu kesatuan utuh dan
menyeluruh yang berlaku dalam masyarakat.

Pendidikan dan kebudayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam


penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur suatu bangsa serta
mempengaruhi perkembangan karakter berdasarkan nilai-nilai luhur budaya.

Pendidikan dan kebudayaan juga berkaitan dengan motivasi, karena proses


pendidikan tidak lepas dari pengaruh budaya.

Unsur penting budaya sekolah adalah norma, kepercayaan, tradisi, ritual


keagamaan, ritual, dan mitos yang ditafsirkan oleh kelompok sosial tertentu.

Ada budaya sekolah yang positif atau mendukung mutu pembelajaran, ada pula
budaya sekolah yang negatif atau menghambat upaya peningkatan mutu
pembelajaran.

Sekolah mempunyai kewajiban untuk mewariskan kebudayaan kepada


generasi berikutnya dan harus selalu memperhatikan masyarakat dan
kebudayaan pada umumnya.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian pendidikan dan peranannya dalam memanusiakan


generasi muda, serta bagaimana pendidikan dapat menjadi penyesuaian diri
terhadap lingkungan?

2. Apa pengertian budaya dan bagaimana kebudayaan berperan sebagai


landasan dalam sistem pendidikan suatu negara?

3. Bagaimana kebudayaan dapat memengaruhi pengembangan kurikulum dan


proses pembelajaran di sekolah?

C. Tujuan Masalah

1. Pengembangan Identitas dan Karakter Bangsa: Tujuan dari pembangunan


kurikulum dengan landasan budaya adalah untuk mengembangkan pikiran,
hati nurani, dan potensi emosi peserta didik sehingga mereka menjadi
individu yang berakar pada nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. Pembentukan Perilaku Terpuji: Kurikulum bertujuan untuk


mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan
nilai-nilai universal dan tradisi agama-budaya bangsa, sehingga mereka
menjadi warga negara yang bermartabat.

3. Penanaman Jiwa Kepemimpinan dan Tanggung Jawab: Tujuan lainnya


adalah menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, agar mereka dapat berperan
aktif dalam memajukan masyarakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional

1. Pengertian Pendidikan

Makna pendidikan sangatlah beragam dan berbeda-beda. Tergantung


sudut pandang masing-masing orang. Menurut Driyakarya, pendidikan merupakan
upaya memanusiakan generasi muda.

Crow dan Crow berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
melibatkan berbagai jenis kegiatan yang sesuai dengan kehidupan sosial seseorang
dan berfungsi untuk meneruskan adat istiadat, budaya, dan lembaga-lembaga
sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sedangkan Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan


berarti upaya untuk memajukan pengembangan karakter (kekuatan batin), pikiran
(kecerdasan) dan fisik pada anak. Istilah pendidikan berasal dari kata Yunani
'paedagogie', yang terdiri dari kata 'pais' yang berarti anak dan 'lagi' yang berarti
kepemimpinan. Yang dimaksud dengan “Pedagogi” adalah mengajar anak.

Istilah pendidikan berasal dari kata Yunani 'paedagogie', yang terdiri dari
kata 'pais' yang berarti anak dan 'lagi' yang berarti kepemimpinan. Yang dimaksud
dengan “Pedagogi” adalah mengajar anak. "Pendidikan" diterjemahkan sebagai
"pendidikan" dalam bahasa Inggris. Pendidikan berasal dari kata Yunani educare
yang artinya mengeluarkan apa yang tersimpan dalam jiwa anak serta
membimbing pertumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan pendidikan
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan pertumbuhan manusia. Mulai

5
dari perkembangan jasmani, kesehatan, kemampuan, pemikiran, emosi, kemauan,
sosial, hingga pengembangan keimanan, semuanya diurus oleh para pendidik.
Artinya pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan manusia dan
meningkatkan taraf hidupnya dari kehidupan alam ke kehidupan budaya.
Pendidikan berarti membudayakan manusia.1

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Ayat 1,


pendidikan adalah tujuan membantu peserta didik mewujudkan potensi, budi
pekerti, kecerdasan, dan akhlak yang tinggi, serta aktif mengembangkan
kemampuannya. Upaya sadar untuk menciptakan suasana dan proses belajar,
keterampilan yang mereka dan masyarakat butuhkan. Pendidikan adalah asas,
landasan dan landasan yang memperkuat dunia pendidikan dan
memberdayakannya untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai pentingnya pendidikan, jelas


bahwa pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan dan sebaik-
baiknya penyesuaian diri anak didik terhadap lingkungannya agar ia dapat
mengalami perubahan-perubahan yang menyertainya. sendiri Jelas bahwa ini
adalah proses yang ditargetkan. Bentuknya dapat berupa nasehat, pendidikan dan
atau pelatihan.

2. Pengertian Budaya

Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan sistem pemikiran, nilai, moral,


norma, dan kepercayaan manusia yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Sistem
gagasan, nilai, moral, norma, dan kepercayaan merupakan hasil interaksi manusia
satu sama lain dan dengan lingkungan alam. Sistem gagasan, nilai, moral, norma,

1
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.

6
dan keyakinan digunakan dalam kehidupan manusia dan melahirkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni,
dan lain-lain. Manusia sebagai makhluk sosial menghasilkan sistem pemikiran,
nilai, moral, norma dan keyakinan.

Namun bahkan dalam interaksinya dengan orang lain dan alam, manusia
ditentukan oleh sistem pemikiran, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah
mereka kembangkan. Seiring berkembangnya kehidupan manusia, demikian pula
sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Pendidikan adalah suatu proses terencana yang mengembangkan potensi
peserta didik agar mempunyai sistem gagasan, nilai, moral, dan keyakinan yang
diwarisinya dari masyarakat dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang
sesuai bagi kehidupannya saat ini dan di masa depan. sebuah inisiatif.

Kebudayaan memegang peranan penting sebagai landasan sistem pendidikan


suatu negara. Di Indonesia, setiap negara mempunyai ciri khasnya masing-
masing, dan diperlukan landasan pendidikan yang kokoh untuk membangun ciri
khas tersebut. Pendidikan sebagai suatu hal yang universal diwariskan secara
turun-temurun. Untuk memahami dasar-dasar pendidikan, penting untuk
mempertimbangkan pandangan sosial budaya suatu masyarakat, karena setiap
negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, bangsa, dan


negara untuk mendidik generasi baru demi kemajuan umat manusia.Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2013 menyebutkan bahwa
tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah mengembangkan sumber daya
manusia yang beriman, setia, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

7
Kita harus menyempurnakan cita-cita pendidikan permanen yang
menekankan pelestarian dan pengembangan budaya, serta pendidikan progresif
yang menekankan pertumbuhan individu. Hal ini menciptakan visi pendidikan
yang melibatkan siswa sebagai anggota kewarganegaraan global, mendorong
kreativitas, dan menghasilkan warga negara yang dapat menghadirkan alternatif.
Atas dasar ini, kewajiban pendidikan negara merupakan restrukturisasi
sosial yang penting.

Sukardjo (2013: 13) menyatakan pentingnya membahas tujuan pendidikan,


mengingat perjalanan suatu lembaga pendidikan dengan visi yang jelas selalu
diawali dengan tujuannya. Begitu pula dengan pendidikan yang saat ini
merupakan harapan untuk kehidupan yang lebih baik, harus selalu dilandasi oleh
tujuan yang ingin dicapai. Setelah Anda memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai,
langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan alat tambahan yang akan
mendukung Anda mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien. Kejelasan
tujuan penting untuk penerjemahan dan mempermudah persiapan cara lain.2

Menurut Nur Ahid (2006: 19), kurikulum mencakup seluruh pengalaman,


kegiatan dan pengetahuan siswa di sekolah atau di bawah bimbingan guru.
Artinya, aktivitas siswa memungkinkan pengalaman belajar di dalam kelas juga.
Pembelajaran tatap muka, praktik keterampilan, dan pembelajaran di luar kelas.
Melalui kegiatan pramuka dan kunjungan ke tempat wisata. Kurikulum
merupakan landasan proses pembelajaran di sekolah dengan rencana pencapaian
tujuan belajar mengajar.3

2
Sukardjo, M, Komarudin Ukim. 2013. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

3
Nur Ahib. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan.
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/5/ 5. Diakses 28 Desember 2015 :
11:30.

8
3. Fungsi landasan budaya dalam pendidikan

Fungsi dasar kebudayaan dalam pendidikan adalah:

a. Perkembangan : Mengembangkan potensi peserta didik menjadi individu


yang berpendidikan tinggi. Hal ini ditujukan kepada peserta didik yang telah
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter negara.

b. Peningkatan: Memperkuat peran pendidikan nasional dalam tanggung


jawabnya mengembangkan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.

c. Filter : menyaring budaya Anda sendiri dan budaya negara lain yang tidak
sesuai dengan nilai budaya dan martabat bangsa Anda.

4. Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan Tujuan landasan budaya


dalam pendidikan

Tujuan Landasan Budaya dalam Pendidikan Tujuan landasan budaya dalam


pendidikan adalah:

a. Pengembangan pikiran, hati nurani dan potensi emosi peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sesuai
dengan nilai-nilai universal dan tradisi agama-budaya bangsa.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada peserta didik


sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan siswa sehingga menjadi pribadi yang mandiri,


kreatif dan berwawasan kebangsaan.

9
e. Mengembangkan lingkungan hidup sekolah yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta lingkungan belajar yang penuh dengan
kebangsaan dan kekuatan (martabat) yang tinggi.

5. Nilai-nilai Budaya dalam Pendidikan

Nilai-nilai Budaya yang dikembangkan dalam pendidikan diidentifikasi dari


sumber-sumber berikut ini.

a. Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh


karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu berlandaskan
pada ajaran agama dan keyakinan. Secara politik, kehidupan berbangsa juga
dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari agama. Memperhatikan hal
tersebut, maka pendidikan budaya dan nilai-nilai kebangsaan harus
didasarkan pada nilai dan aturan yang bersumber dari agama.

b. Pancasila : Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pada asas-asas


kehidupan berbangsa dan bernegara yang disebut Pancasila. Pancasila
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijelaskan lebih lanjut dalam
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga
– warga negara yang lebih baik, mampu, mau dan mampu mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berwarganegara.

c. Kebudayaan: sebagai kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup.


Masyarakat yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai budaya yang diakui dalam
masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut menjadi landasan dalam
memberi makna pada sesuatu. Konsep dan makna dalam komunikasi sosial
manusia. Pentingnya kedudukan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat
memerlukan kebudayaan. Ini berfungsi sebagai sumber informasi berharga
tentang pendidikan budaya dan karakter nasional.

10
d. Tujuan Pendidikan Nasional : merupakan rumusan yang mengungkapkan
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia dan
dikembangkan oleh satuan pendidikan yang berbeda pada tingkat dan jalur
yang berbeda. Tujuan pendidikan nasional mencakup berbagai nilai
kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.

Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional merupakan sumber yang paling
efektif bagi pendidikan kebudayaan dan pengembangan karakter bangsa.

B. Landasan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan


dalam pengembangan kurikulum

Kurikulum di bidang pendidikan memerlukan perhatian yang baik, baik


oleh pemerintah sebagai pemegang umum maupun oleh sekolah yang langsung
melaksanakan kurikulum tersebut kepada siswa. Kurikulum dapat dianggap
sebagai desain pendidikan. Sebagai elemen desain, kurikulum menentukan
penyampaian dan hasil pendidikan. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan
peserta didik memasuki lingkungan sosial. Pendidikan bukan sekedar pendidikan,
tetapi juga transmisi pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk
pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan, pekerjaan dan masyarakat. Siswa
berasal dari komunitas, menerima pendidikan formal dan informal dalam
lingkungan komunitas, dan berorientasi pada kehidupan bermasyarakat.

Ada dua pertimbangan sosiokultural yang menjadi dasar pengembangan


kurikulum. Pertama, setiap orang dalam suatu masyarakat selalu dihadapkan pada
permasalahan ketidakdewasaan budaya di kalangan anggotanya. Artinya
masyarakat tidak mampu beradaptasi dengan kebiasaan kolektifnya. Kedua, dalam
masyarakat mana pun, kurikulum mencerminkan cara orang berpikir, merasakan,

11
berusaha, atau mewujudkan kebiasaan mereka. Oleh karena itu, pengembangan
struktur dan fungsi kurikulum memerlukan pemahaman budaya.4

Oleh karena itu, pengembang kurikulum harus:

a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.

b. Menganalisis budaya masyarakat dimana sekolah tersebut berada.

c. Analisis kekuatan dan potensi daerah.

d. Menganalisis persyaratan dan kebijakan kerja.

e. Menafsirkan kebutuhan individu dalam konteks manfaat sosial.5

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa melalui pendidikan, masyarakat


belajar tentang peradaban masa lalu, berpartisipasi dalam peradaban masa kini,
dan menciptakan peradaban masa depan. Penerapan teori, prinsip, hukum dan
konsep yang terkandung dalam semua ilmu pengetahuan dalam kurikulum perlu
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat agar hasil belajar
yang dicapai siswa lebih bermakna bagi kehidupan. Pengembangan kurikulum
harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan sosial. Di sini,
tuntutan masyarakat menjadi salah satu landasan pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan


masyarakat dan perkembangan masyarakat. Disinilah tuntutan masyarakat
adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. Tujuh fungsi
sosialpendidikan, yaitu:

4
Abdullah Idi , Pengembangan Kurikulum, teori & praktek (Cet.1; Yogyakarta, arr
ruzz media, 2007), h. 77
5
Abdullah Idi , Pengembangan Kurikulum, teori & praktek, h. 77

12
a. Keterampilan mengajar

b. Transmisi budaya

c. peningkatan adaptasi terhadap lingkungan

d. Pembentukan disiplin

e. Peningkatan kegiatan kelompok

f. Peningkatan perilaku etis, dan seleksi sumber daya manusia

g. Kompensasi untuk layanan.. 6

Faktor kebudayaaan merupakan bagian yang penting dalam


pengembangan kurikulum, antara lain:

1. Individu dilahirkan tanpa budaya dalam kebiasaan, cita-cita, sikap,


pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain. Semua itu dapat dicapai melalui
interaksi individu dengan lingkungan, budaya, keluarga, masyarakat sekitar,
dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memperkenalkan siswa pada salah satu
kurikulum.

2. Kurikulum pada dasarnya memperhatikan aspek sosial dan budaya. Aspek


sosiologi berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat yang sangat berbeda,
misalnya di bidang industri, pertanian, dan perikanan. Pendidikan pada
hakikatnya bertujuan untuk mendidik anggota masyarakat agar dapat
berintegrasi dengan orang lain, beradaptasi dan hidup serta berkembang.
Kualitas hidup mereka sebagai makhluk budaya; Hal ini berdampak pada

6
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis (Cet 3; Bandung;Rosdakarya,
2008),h. 18-23

13
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, termasuk muatan
budaya umum seperti nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.. 7

Mengingat pentingnya pengembangan kurikulum dalam meningkatkan


kualitas sumber daya manusia, maka sangat penting bagi akademisi untuk
memahami bagaimana seharusnya kurikulum dikembangkan, baik dalam tahap
kurikulum sebagai hasil gagasan, rencana, pengalaman maupun
pengembangannya, mengacu atau mempunyai landasan yang kuat dan kokoh agar
kurikulum dapat berfungsi dan memenuhi peranannya sesuai dengan kurikulum.
Persyaratan pelatihan harus ditetapkan sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan
nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

C. Komponen dan Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan

1. Komponen Kurikulum

Komponen Kurikulum Kurikulum dapat diuraikan secara struktural, paling


sedikit memuat empat komponen penting yang saling berkaitan. Hasan Ranglung
merinci empat unsur kurikulum, yaitu:

a. tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Yang ingin kami tuju secara
khusus adalah orang seperti apa yang akan kami kembangkan melalui
kurikulum kami

b. pengetahuan, informasi, data, kegiatan, dan pengalaman yang membentuk


kurikulum. Yang kedua adalah topikal.

c. metode dan teknik pengajaran yang digunakan guru untuk mengajar,


memotivasi, dan membimbing siswa ke arah yang diinginkan oleh kurikulum.

7
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis, h. 18-23.

14
d. Metode evaluasi dan cara mengukur dan menilai kurikulum serta hasil proses
pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum..8

Nasution menjelaskan keempat komponen tersebut berdasarkan empat


pertanyaan penting yang diajukan W. Tyler. Diantara lain:

1. Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?

2. Bagaimana sebaiknya saya memilih bahan ajar untuk mencapai tujuan ini?

3. Bagaimana seharusnya materi disajikan agar dapat mengajar secara efektif?

4. Bagaimana efektivitas pembelajaran dapat dievaluasi? 9

2. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan

Kurikulum merupakan salah satu unsur penting dalam suatu lembaga


pendidikan. Secara fisik, kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen yang
mencakup berbagai komponen, seperti: Gagasan tentang pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam kurikulum, isi yang harus diperoleh siswa untuk mencapai
tujuan tersebut dan proses untuk memperoleh isi itu, evaluasi untuk menentukan
perolehan keterampilan khusus dalam tujuan tersebut, dan komponen lainnya.

Secara fisik, kurikulum juga dapat berupa suatu proses pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa atau guru di suatu sekolah, yang dapat diamati secara
langsung atau melalui alat perekam tertentu. Pada dasarnya kurikulum merupakan
pusat dari proses pendidikan..10Dengan kata lain, hanya unsur fisik yang terlibat
dalam proses pendidikan dan unsur non fisik seperti proses berpikir, proses

8
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Cet. XVII; Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 2010), h. 303.

9
S. Nasution, Kurikulumdan Pembelajaran (Bandung: Jemmars, 2008), h. 17.
10
P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4thed. (Cet 1; New York: Longman, 2005), h. 54.

15
pengumpulan informasi, proses pembentukan sikap, proses internalisasi, dan
proses pembentukan kebiasaan yang dikenali melalui prosedur dan alat tertentu,
hal tersebut dapat dianggap sebagai konstruk suatu masalah.

Menurut sejarah, sejak tahun 1968, kurikulum telah mengalami enam kali
perubahan. yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum
1994, Kurikulum 2004, dan Kurikulum 2006, Kurikulum KTSP. Reformasi
kurikulum bukan berarti menteri mengubah kurikulum, namun mungkin perlu
adanya perubahan kurikulum karena perubahan masyarakat, penggunaan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan lain-lain.11 Perubahan kurikulum ini


merupakan salah satu inovasi dalam dunia pendidikan. Perubahan Kurikulum
2006), hal. 91. Hal ini disebabkan kurikulum menempati “posisi sentral” dalam
proses pendidikan.12

Dalam buku Pengembangan Kurikulum, Oliva juga menyatakan bahwa


kurikulum adalah alat pendidikan yang secara langsung menghadirkan pendidikan

sebagai jawaban terhadap tantangan masyarakat.13 Tantangan komunitas ini dapat


dikategorikan pada tingkat yang berbeda-beda. Seperti di tingkat nasional, lokal
dan langsung (regional). Tantangan-tantangan tersebut tidak muncul begitu saja,
namun direkonstruksi oleh sekelompok masyarakat dan umumnya dilegitimasi
oleh para pengambil keputusan.

Rekonstruksi menyangkut berbagai aspek kehidupan pada tingkat tersebut.


Rekonstruksi memang sulit, namun menjadi lebih sulit lagi bila menyangkut
penggabungan berbagai kepentingan yang berkaitan dengan tingkat dan dimensi

11
Lihat, Nana Syaodih S., Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, dalam
Anik Ghufron, Fondasia: MajalahIlmiah FondasiPendidikan, Volume 1 Nomor 9 (Maret,
2008), h. 4.

12
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktik (Cet III;
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008),
13
Lihat, P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4thed, h. 60.

16
kehidupan yang berbeda. Kesalahan umum yang terjadi adalah rekonstruksi
terlalu terfokus pada satu tingkat, misalnya tingkat nasional, dan/atau pada satu
aspek, misalnya bidang ilmu pengetahuan tertentu. Kelemahan rekonstruksi juga
terjadi ketika asumsi yang digunakan salah untuk memprediksi kebutuhan
masyarakat di masa depan dan rekonstruksi didasarkan pada asumsi tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, kurikulum dapat dikatakan sebagai pusat


pendidikan. Artinya kegiatan pendidikan antara pendidik dan peserta didik sangat
dipengaruhi oleh isi kurikulum. Dengan kata lain, tidak ada kegiatan pendidikan
tanpa kurikulum.

Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan, maka pengembangan


kurikulum juga sangat diperlukan. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya
berarti perencanaan isi, materi, dan metode pembelajaran. Menurut Wiles dan
Bondi, pengembangan kurikulum adalah proses pengorganisasian pembelajaran
untuk bertindak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.14

Seller dan Miller, sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik,


mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian

kegiatan yang dilakukan secaraterus menerus.15 Dengan ini Seller


memandangbahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan
orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan
tujuan pendidikan, pandangan tentang hakekat belajar dan hakekat anak didik,
pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain
sebagainya.

14
Jon Wiles dan Joseph Bondi, Curriculum Development: A Guide to Practice (New
Jersey: Pearson Education, Inc., 2002), h. 29.

15
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Cet.2; Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006), h. 91

17
Berangkat dari orientasi tersebut, selanjutnya kurikulum dikembangkan
menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses
pembelajaran, dan akhirnya dievaluasi. Hasil evaluasi itulah yang kemudian
dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya,
hinggamembentuk siklus.

Menurut Oemal Hamarik Seller, arah pengembangan kurikulum menyangkut


enam aspek yakni:

1. Tujuan pendidikan berkaitan dengan arah kegiatan pendidikan. Artinya


kemana kita ingin membawa siswa yang kita latih.

2. Pandangan tentang anak-anak: Apakah Anda memandang anak-anak sebagai


makhluk aktif atau pasif?

3. Dilihat dari proses pembelajaran: Apakah proses pembelajaran dianggap


sebagai proses transformasi pengetahuan atau perubahan perilaku pada anak.

4. Pandangan tentang lingkungan: Apakah lingkungan belajar harus dikelola


secara formal atau dikelola secara bebas agar anak dapat belajar dengan
leluasa?

5. Gagasan tentang peran guru: Haruskah guru berperan sebagai pemimpin


otoriter, atau haruskah guru dipandang sebagai fasilitator yang bersedia
memberikan bimbingan dan dukungan kepada anak-anak dalam pembelajaran
mereka?

6. Penilaian Pembelajaran: Apakah keberhasilan diukur dengan


tes atau non tes?16

Seperti yang disampaikan oleh Seller di atas, jika merujuk pada proses
pengembangan kurikulum sebagai sebuah siklus, maka pengembangan kurikulum
pada hakikatnya adalah pengembangan komponen-komponen pembelajaran

16
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, h. 91.

18
sebagai implementasi kurikulum, namun juga komponen-komponen yang
membentuk sistem kurikulum itu sendiri. Oleh karena itu, ada dua aspek yang
sama pentingnya dalam pengembangan kurikulum yaitu sisi kurikulum sebagai
pedoman yang membentuk kurikulum tertulis, dan sisi kurikulum sebagai
implementasi yang tidak lain hanyalah sistem pembelajaran.

Menurut Nana Sujana, pengembangan kurikulum adalah tahap lanjutan dari


pengembangan kurikulum, yaitu upaya untuk menambah nilai dan meningkatkan
apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan potensi kurikulum..17Usaha tersebut
dilaksanakan setelah adanya evaluasi, sehingga dapat diketahui kekurangan dari
aspek pelaksanaan dan pembinaan kurikulum. Dengan mengetahi
kekurangan tersebut, pengembang kurikulum segera mencarikan solusi dan
mengambil alternatif lain yang lebih baik, dengan tujuan pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum dari tahun ke tahun terus meningkat sehingga adanilai
tambah. Siklus aktivitas seperti itu kemudian disebut sebagai pengembangan
kurikulum.

Proses pengembangan kurikulum menurut Zais dalam Nana Sudjana


, proses pengembangan kurikulum harus diawali dengan penetapan landasan
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis sebagai sistem nilai dan
pandangan hidup berbangsa. Berdasarkan prinsip-prinsip filosofis tersebut, kita
menentukan hakikat pengetahuan, sosial budaya, peserta didik, dan teori belajar.
Dengan kata lain, dasar pengembangan kurikulum adalah prinsip filosofis, prinsip
psikologis, prinsip sosiokultural, dan prinsip teknis.18

Setelah menetapkan landasan-landasan yang menjadi landasan kurikulum,


langkah selanjutnya adalah menetapkan komponen-komponen kurikulum ditinjau
dari tujuan, sasaran umum dan khusus, isi atau tema, kegiatan pembelajaran dan

17
Nana Sudjana, Pembinaandan Pengembangan Kurikulumdi Sekolah, h. 9.

18
Nana Sudjana, Pembinaandan Pengembangan Kurikulumdi Sekolah, h. 36

19
penilaian. Oleh karena itu, proses pengembangan kurikulum pada hakikatnya
merupakan proses penggabungan keempat unsur tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip pengembangan.

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah Pendidikan merupakan upaya


memanusiakan generasi muda dengan mengajarkan nilai-nilai budaya, adat
istiadat, dan lembaga sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya
diartikan sebagai keseluruhan sistem pemikiran, nilai, moral, norma, dan
kepercayaan manusia dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memegang peranan
penting sebagai landasan sistem pendidikan suatu negara, membentuk karakter,
sikap, dan perilaku peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa. Tujuan landasan budaya dalam pendidikan adalah
mengembangkan pikiran, hati nurani, dan potensi emosi peserta didik agar
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, serta menjadi pribadi yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kurikulum merupakan pusat dari
proses pendidikan, memuat tujuan pendidikan, isi, metode pengajaran, dan
evaluasi. Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan aspek-aspek
filosofis, psikologis, sosiokultural, dan teknis untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan.

Dengan demikian, pendidikan yang kokoh dan bermutu membutuhkan


landasan budaya yang kuat dalam pengembangan kurikulum untuk menghasilkan
generasi yang memahami dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai budaya
serta karakter bangsa dalam kehidupan mereka.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bondi, Joseph dan Jon Wiles. Curriculum Development: A Guide to


Practice, New Jersey: Pearson Education, Inc., 2002.

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet.2; Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2006

Idi , Abdullah. Pengembangan Kurikulum, teori & praktek , Cet. 1; Yogyakarta,


arr ruzz media, 2007.

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, Cet. XVII; Jakarta:


Pustaka Al-Husna, 2010

Lihat, Syaodih S, Nana. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum,


dalam Anik Ghufron, Fondasia: Majalah Ilmiah Fondasi Pendidikan,
Volume 1 Nomor 9 (Maret, 2008),

Nur Ahib. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia


Pendidikan.
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/5/5.
Diakses 28 Desember 2015 : 11:30.

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.Seller

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis, Cet 3;


Bandung;Rosdakarya, 2008.

P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4th ed. Cet 1; New York: Longman,

2005.

S. Nasution, Kurikulumdan Pembelajaran, Bandung: Jemmars, 2008.


Sukardjo, M, Komarudin Ukim. 2013. Landasan Pendidikan Konsep
dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.Seller.

Sudjana, Nana Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet III;


Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktik,


Cet III; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.

Anda mungkin juga menyukai