Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-nya, kami dapat menyelesaikan makalah Multikultural dengan judul
“Sosial budaya sebagai landasan pendidikan”.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi hadist tahun 2024/2025. Tak hanya itu kami berharap makalah ini
bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah Bahasa Indonesia ini dapat
memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga
mengucapakan terima kasih kepada pembaca yang telah membaca makalah ini
hingga akhir.
i
Daftar isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI...................................................................................................…...ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan Masalah..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
1. Pengertian Pendidikan...............................................................................5
2. Pengertian Budaya......................................................................................6
1. Komponen Kurikulum............................................................................14
Kesimpulan.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada budaya sekolah yang positif atau mendukung mutu pembelajaran, ada pula
budaya sekolah yang negatif atau menghambat upaya peningkatan mutu
pembelajaran.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Crow dan Crow berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
melibatkan berbagai jenis kegiatan yang sesuai dengan kehidupan sosial seseorang
dan berfungsi untuk meneruskan adat istiadat, budaya, dan lembaga-lembaga
sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Istilah pendidikan berasal dari kata Yunani 'paedagogie', yang terdiri dari
kata 'pais' yang berarti anak dan 'lagi' yang berarti kepemimpinan. Yang dimaksud
dengan “Pedagogi” adalah mengajar anak. "Pendidikan" diterjemahkan sebagai
"pendidikan" dalam bahasa Inggris. Pendidikan berasal dari kata Yunani educare
yang artinya mengeluarkan apa yang tersimpan dalam jiwa anak serta
membimbing pertumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan pendidikan
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan pertumbuhan manusia. Mulai
5
dari perkembangan jasmani, kesehatan, kemampuan, pemikiran, emosi, kemauan,
sosial, hingga pengembangan keimanan, semuanya diurus oleh para pendidik.
Artinya pendidikan bertujuan untuk menyempurnakan manusia dan
meningkatkan taraf hidupnya dari kehidupan alam ke kehidupan budaya.
Pendidikan berarti membudayakan manusia.1
2. Pengertian Budaya
1
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
6
dan keyakinan digunakan dalam kehidupan manusia dan melahirkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni,
dan lain-lain. Manusia sebagai makhluk sosial menghasilkan sistem pemikiran,
nilai, moral, norma dan keyakinan.
Namun bahkan dalam interaksinya dengan orang lain dan alam, manusia
ditentukan oleh sistem pemikiran, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah
mereka kembangkan. Seiring berkembangnya kehidupan manusia, demikian pula
sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Pendidikan adalah suatu proses terencana yang mengembangkan potensi
peserta didik agar mempunyai sistem gagasan, nilai, moral, dan keyakinan yang
diwarisinya dari masyarakat dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang
sesuai bagi kehidupannya saat ini dan di masa depan. sebuah inisiatif.
7
Kita harus menyempurnakan cita-cita pendidikan permanen yang
menekankan pelestarian dan pengembangan budaya, serta pendidikan progresif
yang menekankan pertumbuhan individu. Hal ini menciptakan visi pendidikan
yang melibatkan siswa sebagai anggota kewarganegaraan global, mendorong
kreativitas, dan menghasilkan warga negara yang dapat menghadirkan alternatif.
Atas dasar ini, kewajiban pendidikan negara merupakan restrukturisasi
sosial yang penting.
2
Sukardjo, M, Komarudin Ukim. 2013. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
3
Nur Ahib. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan.
http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/viewFile/5/ 5. Diakses 28 Desember 2015 :
11:30.
8
3. Fungsi landasan budaya dalam pendidikan
c. Filter : menyaring budaya Anda sendiri dan budaya negara lain yang tidak
sesuai dengan nilai budaya dan martabat bangsa Anda.
a. Pengembangan pikiran, hati nurani dan potensi emosi peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sesuai
dengan nilai-nilai universal dan tradisi agama-budaya bangsa.
9
e. Mengembangkan lingkungan hidup sekolah yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta lingkungan belajar yang penuh dengan
kebangsaan dan kekuatan (martabat) yang tinggi.
10
d. Tujuan Pendidikan Nasional : merupakan rumusan yang mengungkapkan
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia dan
dikembangkan oleh satuan pendidikan yang berbeda pada tingkat dan jalur
yang berbeda. Tujuan pendidikan nasional mencakup berbagai nilai
kemanusiaan yang seharusnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional merupakan sumber yang paling
efektif bagi pendidikan kebudayaan dan pengembangan karakter bangsa.
11
berusaha, atau mewujudkan kebiasaan mereka. Oleh karena itu, pengembangan
struktur dan fungsi kurikulum memerlukan pemahaman budaya.4
4
Abdullah Idi , Pengembangan Kurikulum, teori & praktek (Cet.1; Yogyakarta, arr
ruzz media, 2007), h. 77
5
Abdullah Idi , Pengembangan Kurikulum, teori & praktek, h. 77
12
a. Keterampilan mengajar
b. Transmisi budaya
d. Pembentukan disiplin
6
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis (Cet 3; Bandung;Rosdakarya,
2008),h. 18-23
13
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, termasuk muatan
budaya umum seperti nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.. 7
1. Komponen Kurikulum
a. tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Yang ingin kami tuju secara
khusus adalah orang seperti apa yang akan kami kembangkan melalui
kurikulum kami
7
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis, h. 18-23.
14
d. Metode evaluasi dan cara mengukur dan menilai kurikulum serta hasil proses
pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum..8
2. Bagaimana sebaiknya saya memilih bahan ajar untuk mencapai tujuan ini?
Secara fisik, kurikulum juga dapat berupa suatu proses pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa atau guru di suatu sekolah, yang dapat diamati secara
langsung atau melalui alat perekam tertentu. Pada dasarnya kurikulum merupakan
pusat dari proses pendidikan..10Dengan kata lain, hanya unsur fisik yang terlibat
dalam proses pendidikan dan unsur non fisik seperti proses berpikir, proses
8
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Cet. XVII; Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 2010), h. 303.
9
S. Nasution, Kurikulumdan Pembelajaran (Bandung: Jemmars, 2008), h. 17.
10
P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4thed. (Cet 1; New York: Longman, 2005), h. 54.
15
pengumpulan informasi, proses pembentukan sikap, proses internalisasi, dan
proses pembentukan kebiasaan yang dikenali melalui prosedur dan alat tertentu,
hal tersebut dapat dianggap sebagai konstruk suatu masalah.
Menurut sejarah, sejak tahun 1968, kurikulum telah mengalami enam kali
perubahan. yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum
1994, Kurikulum 2004, dan Kurikulum 2006, Kurikulum KTSP. Reformasi
kurikulum bukan berarti menteri mengubah kurikulum, namun mungkin perlu
adanya perubahan kurikulum karena perubahan masyarakat, penggunaan ilmu
11
Lihat, Nana Syaodih S., Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, dalam
Anik Ghufron, Fondasia: MajalahIlmiah FondasiPendidikan, Volume 1 Nomor 9 (Maret,
2008), h. 4.
12
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktik (Cet III;
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008),
13
Lihat, P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4thed, h. 60.
16
kehidupan yang berbeda. Kesalahan umum yang terjadi adalah rekonstruksi
terlalu terfokus pada satu tingkat, misalnya tingkat nasional, dan/atau pada satu
aspek, misalnya bidang ilmu pengetahuan tertentu. Kelemahan rekonstruksi juga
terjadi ketika asumsi yang digunakan salah untuk memprediksi kebutuhan
masyarakat di masa depan dan rekonstruksi didasarkan pada asumsi tersebut.
14
Jon Wiles dan Joseph Bondi, Curriculum Development: A Guide to Practice (New
Jersey: Pearson Education, Inc., 2002), h. 29.
15
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Cet.2; Bandung: Remaja
Rosdakarya,2006), h. 91
17
Berangkat dari orientasi tersebut, selanjutnya kurikulum dikembangkan
menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses
pembelajaran, dan akhirnya dievaluasi. Hasil evaluasi itulah yang kemudian
dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya,
hinggamembentuk siklus.
Seperti yang disampaikan oleh Seller di atas, jika merujuk pada proses
pengembangan kurikulum sebagai sebuah siklus, maka pengembangan kurikulum
pada hakikatnya adalah pengembangan komponen-komponen pembelajaran
16
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, h. 91.
18
sebagai implementasi kurikulum, namun juga komponen-komponen yang
membentuk sistem kurikulum itu sendiri. Oleh karena itu, ada dua aspek yang
sama pentingnya dalam pengembangan kurikulum yaitu sisi kurikulum sebagai
pedoman yang membentuk kurikulum tertulis, dan sisi kurikulum sebagai
implementasi yang tidak lain hanyalah sistem pembelajaran.
17
Nana Sudjana, Pembinaandan Pengembangan Kurikulumdi Sekolah, h. 9.
18
Nana Sudjana, Pembinaandan Pengembangan Kurikulumdi Sekolah, h. 36
19
penilaian. Oleh karena itu, proses pengembangan kurikulum pada hakikatnya
merupakan proses penggabungan keempat unsur tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip pengembangan.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
P.F. Oliva, Developing the Curriculum, 4th ed. Cet 1; New York: Longman,
2005.