Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

“Pendidikan Ditinjau dari Perspektif Antrapologi”

Dosen Pengampu: Dr. Edi Wardani, M.Pd.I

OLEH:
1. Lola Rotazila ( T.MPI.I.2020.047)
2. Ridho Akbar ( T.MPI.I.2020.0 )
3. Aditya Anggara ( T.MPI.I.2020.0 )

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SYEKH MAULANA QORI BANGKO


INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH MAULANA QORI BANGKO
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat  dan 


salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya kami
dapat  menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Pendidikan ditinjau dari
Perspektif Antrapologi”  guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi
dan Antropologi Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang harus


dihadapi. Kami sepenuhnya menyadari bahwa kemungkinan besar masih dapat
berbagai kekurangan dalam penyusunannya. Untuk itu, kami meminta
masukannya atas kekurangan pembuatan makalah ini, dan mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca.

Bangko,  September 2022

Penyusun

i
DAFTAR IS

I
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Antrapologi dan Sifat Keilmuan...........................................................................2
B. Antrapologi Pendidikan sebagai Disiplin Ilmu....................................................3
C. Kebudayaan dan pendidikan................................................................................7
BAB III.........................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi


peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dari beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau
diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke
arah yang positif. Pendidikan, pada dasarnya adalah proses komunikasi yang
didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung
sepanjang hayat (life long process), dan generasi ke generasi.
Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar,
didalamnya tidak lepas dari keterbatsan-keterbatasan yang dapat melekat
pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan
sarana pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu
kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan
yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala bidang.
    
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu antrapologi dan sifat keilmuan?
2. Bagaimana antrapologi pendidikan sebagai disiplin ilmu?
3. Apa itu kebudayaan dan pendidikan

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk memahami antrapologi dan sifat keilmuan?


2. Untuk memahami bagaimana antrapologi pendidikan sebagai disiplin ilmu?
3. Untuk mengetahui apa itu kebudayaan dan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antrapologi dan Sifat Keilmuan

Secara umum, Antropologi adalah studi tentang umat manusia,


berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Sedangkan, Antropologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan
Antropologi. (Nasution, 2004).

Antropologi pendidikan mencoba mengungkapkan proses-proses


transmisi budaya atau pewarisan pengetahuan melalui proses enkulturasi dan
sosialisasi. Selain itu, proses belajar individu sebagai kegiatan sosial budaya
merupakan pemahaman dari Antropologi Pendidikan, termasuk di dalamnya
peran pendidikan formal dan pendidikan informal. (Nasution, 2004).

Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dapat dilakukan


melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan
sebagai satu keseluruhan.

G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan


antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan
empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses
pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. (Hasojo,
1984).
Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi
bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk
dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan
memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.

Semakin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak


diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat
kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga
dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk
mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja
sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling
berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan
hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga
dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di
dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan
perubahan terhadap kebudayaan. (Hasojo, 1984).

B. Antrapologi Pendidikan sebagai Disiplin Ilmu

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran,


pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter
serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang
ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan
keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan
berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam
memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak


diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat
kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga
dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk
mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja
sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling
berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan
hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga
dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di
dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan
perubahan terhadap kebudayaan.

G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan


antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan
empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses
pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. Teori
khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin
antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah
merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek
pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai
antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-
praktek pendidikan.

Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi


bermanfaat bagi pendidikan. Dimana para pendidik harus melakkan secara
hati-hati. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat bersifat unik, sukar untuk dibandingkan sehingga harus ada
perbandingan baru yang bersifat tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan
oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan
mempengaruhi pendidikan.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan


yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan
dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar
kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan
data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik
bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu
keseluruhan.

Antropologi pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin


ilmu pada pertengahan abab ke-20. Sejak saat itu, antropologi pendidikan
berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat (pedesaan dan
perkotaan) yang dapat merubah perubahan social. Demikian juga mengenai
perwujudan kebudayaan para ahli mengambil kebijakan pendidikan yang
berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian. Konferensi
pendidikan antropologi yang berorientasi pada perubahan sosial di Negara-
negara baru khususnya melalui pendidikan persekolahan mulai digelar. Hasil-
hasil  kajian pendidikan di persekolahan melalui antropologi diterbitkan pada
tahun 1954 dibawah redaksi G.D. Spindler (1963).

Konferensi memberi rekomendasi untuk melakukan serangkaian


penelitian antropologi pendidikan di persekolahan, mengingat jalur perubahan
social budaya salah satunya dapat dilakukan dengan melalui pendidikan
formal. Banyak penelitian menunjukan bahwa system pendidikan di negara-
negara baru diorientasikan untuk mengokohkan kelompok sosial yang tengah
berkuasa.

Antropologi Pendidikan sebagai disiplin kini banyak di kembangkan


oleh para ahli yang menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu
masyarakat. Antropologi di negara-negara maju memandang salah satu
persoalan pembangunan di negara berkembang adalah karena masalah budaya
belajar. Kajian budaya belajar kini menjadi perhatian yang semakin menarik,
khususnya bagi para pemikir pendidikan diperguruan tinggi. Perhatian ini
dilakukan dengan melihat kenyataan lemahnya mutu sumber daya manusia
yang berakibat terhadap rentannya ketahanan social budaya masyarakat
dalam menghadapi krisis kehidupan.

Orientasi pengembangan budaya belajar harus dilakukan secara


menyeluruh yang menghubungkan pola budaya belajar yang ada di dalam
lingkungan masyarakat dan lembaga pendidikan formal. Van Kemenade
(1969) dalam Imran Manan telah mengingatkan: “persoalan pendidikan
jangan hanya dianggap melulu persoalan pedagogis didaktis metodis dan
tidak menjadi masalah kebikakan social, sehingga pendidikan tidak ada lagi
menjadi kebutuhan bersama. Untuk itu perlu analisa empiris tentang tugas
pendidikan  dalam konteks kehidupan masyarakat”.

Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua


kategori. Pertama, pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber
dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua,
pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat.
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan
social budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:

1. Orientasi teoritik yang focus perhatiannya kepada keseimbangan secara


statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.
2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara
dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni
orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalanya
3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis,
dimana sumber teori dating dari rumpun teori structural.
4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global
atas gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multicultural
termasuk didalamnya.

C. Kebudayaan dan pendidikan

Kebudayaan berarti semua cara hidup yang telah diperkembangkan oleh


anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan kebudayaan tertentu
dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu masyarakat tertentu
yang terdiri dari cara berpikir, cara bertindak, dan cara merasa yang
dimanifestasikan seperti agama, hukum, bahasa, seni dan kebiasaan-
kebiasaan. Kebudayaan yang paling sederhana mencakup cara tidur, cara
makan atau pun cara berpakaian. Untuk membedakan antara kebudayaan dan
masyarakat adalah bahwa masyarakat adalah suatu penduduk local yang
bekerja sama dalam jangka waktu yang lama untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan kebudayaan adalah cara hidup dari masyarakat tersebut, atau hal-
hal yang mereka pikirkan, rasakan, dan kerjakan.

Makna kebudayaan, secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of


life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain
kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan
dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu
termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut
disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan
dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota
masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.

Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai


kegiatan/aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan
dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat
yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan
ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut. Menurut R.
Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:

1. Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang


dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat. Ex, bahasa,
hubungan kekerabatan, pakaian dan kepercayaan.
2. Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial
tertentu. Ex, kelompok golongan profesi.
3. Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti
pendeta, ulama, pelukis dan filosof.

Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:

1. Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan
juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
2. Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan
benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan
oleh tiap anggotanya.
3. Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung
oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah
diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
4. Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta
tindakan-tindakan yang aktual.
5. Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif
stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Antropologi pendidikan adalah cabang


spesialisasi yang termuda dalam antropologi. Antropologi sebagai kajian manusia
dan cara-cara hidup mereka, yang muncul pada saat lahirnya gagasan oleh
semangat etnografi, arkeologi, geologi dan terutama di dorong oleh semangat
Darwinisme. Dengan didorong oleh konsep evolusi organisme, mulailah
berkembang Antropologi dengan pandangan bahwa pada dasarnya semua
kebudayaan manusia berkembang melalui tahap-tahap yang menjurus kearah
kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Eropa dan Amerika.

B. Saran

Semoga Materi yang saya sajikan bisa memberikan pengetahuan yang


bertambah dan semoga para pembaca menjadi lebih paham dan mengerti kajian
pendidikan dilihat dari berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, B. (2006). Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan.


Antropologi Indonesia,
Apgar, D. (2006). Risk Intelligence. Massachusetts: Harvard Business School
Press.
Demerath, P., & Mattheis, A. (2012). Toward common ground: The Uses of
Educational Anthropology in Multicultural Education. International
Journal of Multicultural Education, 14(3),
Marzali, A. (2000). Pendidikan Antropologi dan Pembangunan Indonesia.
Antropologi Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai