Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

DOSEN PENGAMPU:
Amberansyah, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1


Kelas 1C
Alya Nabila 2310125320025
Anita 2310125120030
Muhammad Tajidin 2310125210095
Najma Khairina 2310125220073
Noraisyah 2310125120027
Noor Habibah 2310125120031
Ririn Septiawati 2310125220024
Ruspuandi 2310125210088

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kami panjatkan dalam kehadirat Allah SWT,

yang atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik dan selesai tepat pada waktunya. Adapun topik dari makalah ini adalah

“Konsep Dasar Pendidikan”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Amberansyah, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata

kuliah Pengatar Pendidikan. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dimakalah ini. Oleh karena itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi acuan

agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 7 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Pendidikan .......................................................................... 4

B. Konsep Dasar Pendidikan .................................................................... 6

C. Karakteristik Alat Pendidikan .............................................................. 7

D. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Pendidikan ............................................ 11

E. Landasan Ilmu Pendidikan ................................................................... 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 23

A. Kesimpulan .......................................................................................... 23

B. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang hidup

manusia dan berkembang sejalan dengan perkembangan ssial budaya manusia

itu sendiri di atas permukaan bumi. Penciptaan manusia sebagai subjek

kehidupan dengan tugas sebagai khalifah untuk menciptakan sejarah bumi,

kemudian proses pendidikan dimulai ketika manusia dilahirkan dan berada di

lingkungan keluarga. Dalam hal ini orang tua sangat bertanggung jawab dalam

mendidik anak-anak mereka menuju kedewasaan. Dalam hal ini sepadan yang

dimaksud oleh filosof pendidikan, Paulo Freire (1970). Bagi penganut madzha

Freirean, pendidikan adalah demi membangkitkan kesadaran kritis (Faqih,

2007:13).

Dalam lingkungan keluarga tersebut belum ada program pendidikan

yang dilakukan di luar lingkungan keluarga atau belum adanya pendidikan

yang terstruktur. Pendidikan di lingkungan keluarga menjadi peranan yang

penting dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak, karena merupakan

pendidikan yang pertama diperoleh. Sehingga pengalaman-pengalaman yang

diajarkan ketika dalam masa anak-anak akan terbawa sampai anak tersebut

dewasa.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

seseorang. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

1
pribadi seseorang menurut ukuran normatif. Menyadari akan adanya hal

tersebut, pemerintah sangat memperhatikan dalam penanganannya dalam

bidang pendidikan, karena dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan

akan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Masalah pendidikan yang mungkin akan muncul tidak semuanya akan dapat

dipecahkan dengan metode ilmiah semata, banyak masalah kependidikan

tersebut merupakan pernyataan filosofis, yang pemecahannya memerlukan

pendidikan secara filosofis (Prasetya, 2000:151).

Adapun tujuan pendidikan secara umum bagi manusia adalah

mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan

hakikatnya seoptimal mungkin. Dengan demikian, secara potensial

keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara

optimal (Hasbullah, 2006:65).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pendidikan?

2. Apa itu konsep dasar pendidikan?

3. Apa saja karakteristik alat pendidikan?

4. Apa fungsi, manfaat, dan tujuan pendidikan?

5. Apa saja landasan ilmu pendidikan?

2
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan.

2. Untuk mengetahui apa itu konsep dasar pendidikan.

3. Untuk mengetahui apa saja alat karakteristik pendidikan.

4. Untuk mengetahui fungsi, manfaat, dan tujuan pendidikan.

5. Untuk mengetahui apa saja landasan ilmu pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata "paedagogie" dari

bahasa Yunani, terdiri dari kata "paes" artinya anak dan "agogos" artinya

membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata "educate" yang berarti

mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa

Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata "to educate" yang berarti

memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa Jerman melihat

pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni

membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi

anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan),

mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan

watak, mengubah kepribadian sang anak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pendidikan

berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan

pendidikan mempunyai pengertian, yaitu proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik

(Depdiknas, 2013: 326). Ki Hadjar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai

daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar

4
dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak

yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70) mengemukakan bahwa pendidikan

pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja,

serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak

sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang

dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Abdurrahman Saleh Abdullah

(2007: 15) menjelaskan pendidikan sebagai proses yang dibangun masyarakat

untuk membawa generasi-generasi baru kearah kemajuan dengan cara-cara

tertentu sesuai dengan kemampuan yang berguna untuk mencapai tingkat

kemajuan paling tinggi.

Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa "Pendidikan adalah proses

pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan

emosional kearah alam dan sesama manusia". Dilain pihak Oemar Hamalik

(2001: 79) menjelaskan bahwa "Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka

mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap

lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya

5
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

masyarakat".

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau

pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan

oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaanya serta

mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya

secara mandiri.

B. Konsep Dasar Pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan

anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih

jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia

bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan

nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat

untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbicara masalah pendidikan meliputi cakupan yang cukup luas,

bahkan dalam mendefinisikan pengertian pendidikan juga bervariasi. Ada yang

mengartikan pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya

di lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pendidikan juga dapat diartikan

6
sebagai proses sosial, di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan

pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah)

sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal

(Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003).

Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari

sudut pandang yang berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang

psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Banyak sudut

pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak

juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa

pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar

dapat survive dalam menjalani hidupnya.

C. Karakteristik Alat Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang

sesuai dengan harapan. Peran alat pendidikan perlu dikembangan secara

optimal. Artinya dalam penerapan dan penggunaan alat pendidikan perlu

disesuaikan dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berhubungan

dengan usia dan psikis terdidik. Untuk itu, karakteristik alat pendidikan

menjadi begian yang perlu dipahami oleh pendidik dalam melaksanakan proses

pendidikan.

Karakteristik alat pendidikan dapat diartikan sebagai persyaratan atau

berbagai kondisi ideal alat pendidikan, baik yang berkaitan dengan alat

pendidikan bentuk non material maupun material yang digunakan dalam

kegiatan pendidikan.

7
Karakteristik alat pendidikan ada dua, yaitu secara material dan non

material. Berikut penjelasannya:

1. Karakteristik Alat Pendidikan Material

Menurut Muharam A. (2009:135), meskipun alat pendidikan

kebendaan atau material seperti lahan, gedung prabot dan perlengkapan

lebih berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah, namun karena sifat

pendidikan secara umum pun memanfaatkan pentingnya peran alat

pendidikan berbentuk material, maka beberapa kerakteristik berikut ini

perlu dipahami dan dijadikan pertimbangan pendidik dalam menjalankan

kegiatan pendidikan seperti:

a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama

dengan memperhatikan keadaan setempat.

b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.

c. Biaya alat pendidikan relative murah.

d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai

sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.

e. Alat pendidikan relatif ringan untuk mudah dipindah-pindahkan.

Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus

diperhatikan pendidik adalah:

a. Ukuran fisik terdidik, agar pemakaiannya berfungsi dan efektif.

8
b. Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu sesuai

dengan akivitas terdidik dalam proses pendidikan dan kuat, mudah

pemeliharaan, dan mudah dibersihkan.

c. Mempunyai pola dasar yang sederhana.

d. Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun.

e. Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri sendiri.

f. Kontruksi perabot hendaknya kuat dan tahan lama, mudah dikerjakan

secara masal, tidak terganggu keamanan terdidik, bahannya mudah

didapat di pasaran, dan disesuaikan dengan keadaan setempat.

Pembuatan alat pendidikan akan dapat diandalkan keberhasilannya,

apabila dimulai dengan suatu perencanaan yang mantap. Artinya didalam

menyusun perencanaan, telah dipikirkan secara matang tentang manusia,

materi serta pembiayaan yang akan menunjang keberhasilan pendidikan,

sehingga benar-benar akan memenuhi syarat filosofis, didaktis, pedagogis,

psikologis, ekologis, ekonomis dan seterusnya.

2. Karakteristik Alat Pendidikan Non Material

Muharam A. (2009:133-135) manyatakan bahwa ada beberapa

karakteristik perbuatan atau tindakan sebagai alat pendidikan non material,

yakni:

a. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan awal-awal dalam

proses pendidikan dengan memikirkan terlebih dahulu tentang

bagaimana cara melakukan sesuatu karena manusia mempunyai sifat

9
konservatif yang cenderung untuk mempertahankan atau tidak merubah

kebiasaan.

b. Perbuatan atau tindakan hendaknya membiasakan terdidik akan hal-hal

yang harus dikerjakan agar menjadi biasa untuk melakukan sesuatu

secara otomatis, tanpa harus disuruh lagi oleh orang lain atau menunggu

sampai orang lain merasa tidak senang padanya karena kebiasaan yang

buruknya.

c. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan dengan hati-hati,

baik dalam frekuensi maupun cara melakukannya.

d. Perbuatan atau tindakan hendaknya digunakan dengan diikuti oleh

bimbingan apa yang sebaiknya harus dilakukan terdidik.

e. Perbuatan atau tindakan hendaknya dilakukan atau diawali dengan

memberikan beberapa gambaran yang sesuai sebelum mengajak terdidik

untuk melakukannya.

f. Perbuatan atau tindakan hendaknya pendidik tidak harus memaksakan

diri sedemikian rupa sehingga pendidik tidak lagi hidup wajar sebagai

pribadi atau sebagai diri sendiri.

g. Perbuatan atau tindakan hendaknya tidak berlebihan, misalnya dalam

memuji karena akan berakibat kurang baik, terutama pada pendidik yang

sudah lebih mampu menimbang dengan akalnya.

h. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya bijaksana menanggapi

kalau ada sesuatu kesalahan dari terdidik, sebab belum tentu suatu

kesalahan itu dibuat dengan sengaja. Misalnya dalam menerapkan

hukuman pelanggaran yang dilakukan terdidik.

10
D. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Pendidikan

a. Fungsi Pendidikan

Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan

dengan fungsi yang nyata (manifest) yakni sebagai berikut:

• Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

• Mengembangkan bakat perorangan demi kepuasan pribadi dan bagi

kepentingan masyarakat.

• Melestarikan kebudayaan.

• Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:

• Mengurangi pengendalian orang tua terhadap anak-anaknya.

Melalui pendidikan sekolah, orang tua melimpahkan tugas serta

wewenangnya dalam mendidik anak kepada pihak sekolah.

• Menyediakan sarana untuk pembangkangan.

Sekolah mempunyai potensi untuk menanamkan nilai

pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya

perbedaan pandangan antara sekolah serta masyarakat tentang sesuatu

hal, seperti pendidikan seks serta sikap terbuka.

• Mempertahankan sistem kelas sosial.

Pendidikan sekolah diharapkan bisa mensosialisasikan kepada anak-

anak didiknya guna menerima perbedaan prestise, privilise, serta status

yang ada dalam masyarakat. Sekolah pun diharapkan menjadi saluran

11
mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi ataupun paling tidak

sesuai dengan status orang tuanya.

• Memperpanjang masa remaja.

Pendidikan sekolah bisa pula memperlambat masa dewasa

seseorang sebab siswa masih tergantung secara ekonomi kepada orang

tuanya.

Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni

sebagai berikut:

• Transmisi (pemindahan) kebudayaan.

• Memilih dan mengajarkan peranan sosial.

• Menjamin integrasi sosial.

• Sekolah mengajarkan corak kepribadian.

• Sumber inovasi sosial.

b. Manfaat Pendidikan

Menurut Amartya sen, pemenang nobel ekonomi tahun 1998,

manfaat pendidikan memiliki nilai intrinsik dan instrumental. Contohnya

yang sederhana adalah kemampuan dasar dalam membaca dan menulis

(literacy) serta berhitung nomerasi yang memberi manfaat sangat luas bagi

masyarakat. Banyak manfaat sosial yang dapat diperoleh dengan adanya

kemampuan baca tulis dan berhitung oleh masyarakatnya, dan kedua

kemampuan dasar tersebut dapa dicapai berkat adanya penyelenggaraan

layanan satuan pendidikan ditingkat dasar dan menengah. Sebagai

12
konsekuensi dari luasnya cakupan manfaat pendidikan dikedua jenjang

pendidikan tersebut, akan mendorong terjadinya campur tangan oleh

pemerintah melalui berbagai produk kebijakan publik demi tersedianya

akses pendidikan yang seluas-luasnya bagi masyarakat contohnya program

pendidikan gratis 9 tahun di Indonesia. Menurut Dr Sen, jika dibandingkan

dengan berbagai jenjang pendidikan dibawahnya maka manfaat jaka

panjang pendidikan diperguruan tinggi justru akan lebih banyak dinikmati

oleh individu yang mengikutinya karena fokus pembelajarannya lebih

terletak pada peningkatan pengetahuan dan keahlian khusus, yang akan

berujung pada peningkatan manfaat ekonomis bagi para lulusannya dimasa

mendatang. Dengan demikian, dalam konteks pembiayaan layanan

pendidikan umum bagi masyarakat, prioritas kebijakan alokasi pembiayaan

untuk layanan pelayanan pendidikan publik semestinya memberi manfaat

bagi pesera didik ditingkat satuan pendidikan dijenjang yang lebih rendah

(dalam hal ini jenjang pedidikan dasar dan menengah).

Beberapa manfaat pendidikan, yaitu:

a. Sebagai sarana Informasi serta Pemahaman, untuk meningkatkan dan

memberikan informasi serta pemahaman akan seluruh ilmu pengetahuan

yang ada disetiap manusia.

b. Untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul, menciptakan

penerus bangsa yang ahli diberbagai bidang.

c. Sebagai wadah untuk memperdalam suatu ilmu pengatahuan, pendidikan

bisa bermanfaat bagi seseorang yang ingin memperdalam suatu disiplin

ilmu.

13
d. Jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, semakin tingginya

jenjang pendidikan yang dimiliki kemungkinan untuk memperoleh

pekerjaan yang diinginkan semakin besar peluangnya.

e. Untuk membentuk pola pikir yang ilmiah, pendidikan tinggi biasanya

memiliki pola pikir yang lebih ilmiah serta mereka akan berpikir dengan

fakta-fakta yang ada dibandingkan dari sisi emosional mereka.

f. Untuk mencegah adanya generasi yang tidak berpengetahuan,

pendidikan akan dapat membantu seseorang memahami apa saja hal-hal

yang baik dan benar.

g. Menciptakan generasi muda bangsa yang cerdas, dengan melalui

pendidikan dapat membuat generasi muda yang mempunyai nilai moral

serta integritas yang tinggi.

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting

di dalam pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak

dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Dalam

penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan

yang hendak dicapai, hal ini dapat dibuktikan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang

berlaku pada masa Orde Lama berbeda dengan tujuan pendidikan pada masa

Orde Baru. Sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan mengenai tujuan

pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan

14
pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara

Indonesia.

Maunah (2009: 1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah

perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses

pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun

kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya dimana individu hidup. Suardi

(2010: 7) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil

pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselengarakan kegiatan

pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau

latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini

tujuan pendidikan merupakan komponen dari sistem pendidikan yang

menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga

pendidik perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani

dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan pendidikan nasional di atas harus diupayakan dapat dicapai

oleh semua penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan

yang bersifat formal. Untuk mencapainya membutuhkan waktu yang lama

dan memerlukan analisis tujuan yang lebih spesifik dari setiap jenjang

pendidikan disesuaikan dengan taraf kemampuan dan kebutuhan peserta

15
didik. Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah untuk

mendidik anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu

kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya

(kodratnya) dan masyarakatnya.

Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan

pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.

Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan

adalah membentuk pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Selanjutnya

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) Pasal

31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang." 2) Pasal 31, ayat 5

menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan

Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

16
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Selanjutnya tujuan pendidikan menurut UNESCO Dalam upaya

meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui

peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,

Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat

pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1)

learning to know (belajar menngetahui), (2) learning to do (belajar

melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar menjadi sesuatu), dan (4)

learning to live together (belajar hidup bersama). Dimana keempat pilar

menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

E. Landasan Ilmu Pendidikan

Landasan mengandung arti sebagai dasar atau tumpuan. Istilah

landasan dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu pada arti kata tersebut maka

dapat dipahami bahwa landasan merupakan suatu dasar pijakan atau fondasi

tempat berdirinya sesuatu.

Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar, atau asas konseptual yang

menyelubungi pendidikan secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait

dengan landasan pendidikan ini adalah hakikat manusia sebagai makhluk

pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial, aliran pelaksanaan, hingga

permasalahan-permasalahan pendidikan.

17
Yatimah (2017: 354) mengatakan bahwa secara leksikal, landasan

berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh karena itu, landasan (pendidikan)

merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan dalam

melaksanakan pendidikan. Landasan-landasan tersebut meliputi landasan

hukum, filosofis, ilmiah, hingga yuridis atau hukum yang melindungi hak

pendidikan.

Landasan pendidikan memiliki fungsi yang ingin dicapai. Beberapa

fungsi landasan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pijakan utama yang kokoh dan adil untuk memastikan keadilan

pendidikan seperti dalam landasan hukum pendidikan.

2. Barometer utama untuk memastikan kualitas pendidikan yang terarah sesuai

dengan kebutuhan dan tujuannya.

3. Landasan perlindungan hukum untuk menjaga keadilan dan kemerataan

pendidikan.

4. Perlindungan fungsi pendidikan pada pakemnya agar tidak disalahgunakan

untuk hal yang buruk.

Landasan pendidikan juga memiliki hasil yang ingin dicapai melalui

kajian dan pengaplikasiannya. Tujuan dari landasan pendidikan adalah sebagai

berikut:

1. Pendidikan menjadi hak seluruh manusia tanpa syarat apa pun.

2. Pemerataan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas bagi

seluruh umat manusia.

3. Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali.

18
4. Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan dan

membantu manusia untuk dan tidak disalahgunakan untuk hal yang negatif.

Berdasarkan sifatnya, landasan dibedakan menjadi dua jenis yaitu

landasan yang bersifat material dan konseptual (Robandi, 2005: 1). Landasan

material lebih bersifat fisik atau berwujud seperti sarana prasarana, peserta

didik, dan lingkungan, sedangkan landasan konseptual lebih bersifat asumsi

atau teori-teori, contohnya adalah UUD 1945 dan teori pendidikan. Dengan

berpegang teguh pada landasan pendidikan yang kokoh, setidaknya kesalahan-

kesalahan konseptual dalam pendidikan yang merugikan dapat dihindari,

sehingga pada praktiknya pendidikan dapat berjalan sebagaimana fungsinya

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Macam-macam landasan konseptual ilmu pendidikan yang terdiri dari

landasan filosofis, landasan empiris, yuridis, dan landasan religi.

1) Landasan Filosofis

Landasan filosofis pendidikan adalah pandangan-pandangan yang

bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikat ilmu,

nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga

pendidikan. Filosofis artinya berdasarkan filsafat pendidikan (Umar & Sulo

2010: 97). Filsafat (philosophy) berasal dari kata philos dan shopia. Philos

berarti cinta dan shopia berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah

dalam Rukiyati (2015: 1). Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,

menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi

mengenai kehidupan dan dunia.

19
Dalam pendidikan yang menjadi pokok utama adalah manusia, maka

landasan filosofis pendidikan adalah untuk menjawab apa sebenarnya

hakikat manusia. Berdasarkan sudut pandang pedagogik, sebagaimana

dikemukakan oleh M.J Langeveld (1980) pendidikan berlangsung dalam

pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belum dewasa

dalam suatu lingkungan.

2) Landasan Yuridis

Landasan yuridis pendidikan adalah aspek-aspek hukum yang

mendasari dan melandasi penyelenggaraan pendidikan (Arif Rohman,

2013). Pendidikan tidak berlangsung dalam ruang hampa melainkan ada

dalam lingkungan masyarakat tertentu dengan norma dan budaya yang

melekat di dalamnya. Oleh karena itu, pendidikan melekat pada masyarakat,

kemudian masyarakat tersebut menginginkan pendidikan yang sesuai

dengan latar belakangnya.

Supaya pendidikan tidak melenceng dari jalurnya maka perlu diatur

dalam regulasi yang berlaku di masyarakat atau negara. Sistem pendidikan

di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian

dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum lainnya seperti, Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia, ketetapan MPR.

Berikut ini beberapa landasan hukum sistem pendidikan di Indonesia

(Hasbullah, 2008):

a) Pasal 31 UUD 1945 tentang Pendidikan Nasional

20
b) Undang-Undang tentang pokok pendidikan dan kebudayaan

c) Peraturan pemerintah

3) Landasan empiris

a. Landasan psikologis

Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi

yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia pada

umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi

manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk

mengenali dan menyikapi manusia yang bertujuan untuk memudahkan

proses pendidikan (Robandi, 2005:25).

b. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan

masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa sehingga tercipta nilai-nilai

sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang

mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-

masing anggota masyarakat (Robandi, 2005: 26).

c. Landasan Historis

Landasan historis pendidikan nasional di Indonesia tidak terlepas

dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk

melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman Kerajaan

Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang

menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.

21
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis

Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau

pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis

tentang proses perjalanan pendidikan di Indonesia yang terjadi pada

periode tertentu di masa yang lampau.

d. Landasan Religi

Landasan religi adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi

atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan

atau studi pendidikan (Hasubllah, 2008). Landasan religius ilmu

pendidikan bertolak dari hakikat manusia, yaitu manusia sebagai

makhluk Tuhan YME, manusia sebagai kesatuan badan dan rohani,

manusia sebagai makhluk individu, dan manusia sebagai makhluk sosial.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu gagasan yang menjadi landasan bagi

sistem pendidikan suatu negara atau masyarakat. Pendidikan merupakan

elemen kunci dalam pengembangan individu dan masyarakat. Masyarakat

dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai - nilai, dan

kepribadian yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan hidup melalui

proses pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan juga memberikan dampak

yang luas dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara.

pendidikan bukan sekedar transfer informasi tetapi mengembangkan

pemikiran kreatif, berpikir kritis, dan kemampuan beradaptasi.

B. Saran

Sebagai calon pendidik kita harus dapat melaksanakan tugas dengan baik

oleh karena itu sebaiknya sebagai calon pendidik kita harus benar-benar

mengkaji pengertian pendidikan, unsur-unsur pendidikan dan sistem

pendidikan. Karena semakin luas pengetahuan seseorang maka akan semakin

baik pula pemahaman orang tersebut dalam pendidikan dilingkungannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul, dkk. 2015. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Prenamedia Group.

Yatimah, D. 2017. Landasan Pendidikan. Jakarta: Alumgadan Mandir.

Rubiyanto, Rubino, dkk. 2003. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah

University Press.

Sumantri, Muhammad, S., & Durotul Yatimah. 2017. Pengantar Pendidikan.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Hidayat, R., & Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan "Konsep, Teori dan

Aplikasinya". Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan

Indonesia (LPPPI).

Khoiri, A., Susilawati, E., Hamidah, Kusuma, J. W., Suharyanto, E., Sumarni, T.,

. . . Khasanah. (2023). KONSEP DASAR TEORI PENDIDIKAN

KARAKTER. Batam: Yayasan Cendikia Mulia Mandiri.

Mudyahardjo, R. (2016). Pengantar Pendidikan : sebuah studi awal tentang

dasar-dasar pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Munawarah, I. (2019). KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN. Jakarta.

Rahmat, A. (2014). PENGANTAR PENDIDIKAN (Teori, Konsep, dan Aplikasi).

Gorontalo: Ideas Publishing.

Umatin, C., Annisa, C., Ilmiyah, N. F., Khoirot, A., Laili, U. F., Triani, D. A., . . .

Sulistyawati, E. (2021). Pengantar Pendidikan. Malang: CV. Pustaka

Learning Center.

24
25

Anda mungkin juga menyukai