Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh

Nama : Lasemi
NIM/NPM :
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa (PLB)
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan

UNIVERSITAS SAN PEDRO


KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Terima kasih saya
ucapkan kepada dosen mata kuliah Landasan Pendidikan, Ot Bil Wilson Selan,
S.Psi., M.Si., serta terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dari berbagai
macam sumber baik buku maupun internet. Dan harapan saya semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Saumlaki September 2022


Penulis

Lasemi

Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Isi
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai potensi, minimal potensi yang
dia miliki adalah pendengaran, penglihatan, dan hati. Guna memaksimalkan semua potensi
tersebut, maka harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan
dan terarah sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, manusia harus dibekali dengan
pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan
diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain.
Landasan pendidikan merupakan fondasi untuk memperkuat dan memperkokoh dunia
pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia dalam rangka untuk membangun dan
menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena itu, pengetahuan
landasan pendidikan merupakan sarana untuk memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
pendidikan secara komprehensif integral.
Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Dan perlunya  partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan
pengetahuan sendiri. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses
belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa .
Kebudayaan Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Kebudayaan
tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia.
Pancasila membuat indonesia tetap teguh dan bersatu didalam keragaman budaya dan
menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan
budaya lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Landasan Pendidikan?
2. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Landasan Pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam Landasan Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LANDASAN PENDIDIKAN


Pendidikan sebagai usaha dasar
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya,
utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan
pendidikan yang optimal. Perlu pula dikemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan
dilakukan melaui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar, dan atau melatih ( ayat 1
pasal 1 UU RI No. 1/1989). Tiga aspek tersebut dibedakan sebagai berikut :
1. Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi –
segi prilaku umum ( aspek pembudayaan ).
2. Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
3. Melatih, terutama berkenaan dengan ketrampilan dan kemahiran aspek
teknologi.

1. Hakikat Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang akar katanya
“pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogie”
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan
diterjemahkan menjadi “education”. “Education” berasal dari bahasa Yunani “educare”
yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar
tumbuh dan berkembang.
Pendidikan berasal dari kata didik, kata ini mendapatkan awal me, sehingga
menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi
latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Selanjutnya pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Di bawah ini saya sampaikan beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli, di
antaranya :
a) Pertama, menurut Ahmad D. Marimba (1989: 19), pendidikan adalah
bimbingan/pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
b) Kedua, menurut A. Tafsir (2004: 27), menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
c) Ketiga, menurut John Dewey (1959), pendidikan adalah suatu proses pembaharuan
makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau
pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
di lembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
d) Keempat, menurut M.J. Langeveld (1957), pendidikan adalah setiap pergaulan yang
terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan dalam suatu
keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
e) Kelima, menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Ditinjau dari terjadinya proses pendidikan, ada dua segi yang harus
dikembangkan, yaitu proses individual dan proses sosial. Beberapa ahli pendidikan
lebih menekankan kepada bagaimana mengembangkan semua kemampuan dasar
yang sudah dimiliki anak sejak lahir. Adapun pendidikan sebagai proses sosial,
pendidikan harus berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi
penerus.
Ditinjau dari tujuan yang akan dicapai dalam proses pendidikan, maka hal-hal yang
dibicarakan lebih banyak mengungkapkan sistem nilai yang akan dicapai melalui
pendidikan, di mana pelaksaan pendidikan didasarkan pada sistem nilai yang sudah dimiliki
oleh suatu masyarakat. Apabila dalam proses pendidikan lebih menekankan kepada tujuan
yang ingin dicapai, maka hal-hal yang dibicarakan lebih banyak mengungkapkan sistem
nilai yang diharapkan melalui pendidikan. Sistem nilai merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, atau negara.
Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan didasarkan kepda sistem nilai yang
sudah dimiliki oleh masyarakat, bangsa, atau negara tersebut. Tujuan yang akan dicapai
dalam proses pendidikan adalah kedewasaan jasmaniah dan rohaniah. Kedewasaan dalam
pengertian ini adalah jika seseorang badannya secara fisik sudah cukup besar dan
berkemampuan, telah sanggup melaksanakan tugas hidupnya sesuai dengan tuntutan atau
norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, serta sudah bertanggung jawab atas
perbuatannya sendiri. Sifat kedewasaan ini tampak juga pada keikutsertaan seseorang
secara konstruktif pada kehidupan masyarakat, sesuai dengan norma yang ada pada
masyarakat itu. Di samping itu, ciri-ciri orang dewasa sudah punya sifat tetap atau stabil
dan bertanggung jawab serta dapat mengambil keputusan sendiri.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan.
Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan
kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam
masyarakat mempunyai arti penting, baik bagi individu maupun masyarakat. Sebab
antara masyarakat dan individu saling berkaitan.
2. Landasan Pendidikan
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan.
Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasan
Indonesia menjadi fondasi. Dalam membuat suatu bangunan, fondasi merupakan bagian yang
sangat penting agar bangunan itu bisa berdiri tegak dan kokoh serta kuat. Tiang, genting,
kaca, dan yang lain sebagainya, dalam suatu bangunan, tidak akan bisa berdiri dan menempel
tanpa ada fondasi tersebut. Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa landasan adalah fondasi atau dasar tempat berpijaknya sesuatu
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau
dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan tentang
kebijakan dan praktik pendidikan. Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan kenyataan
tersebut dapat dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya penemuan kebijakan dan
Pratik pendidikan yang tepat guna dan bernilai guna.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar
bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya. Terdapat beberapa
landasan yang dapat dijadikan sebagai titikl tumpu dalam melakukan analisis kritis
terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam rangka membuat kebijakan dan Pratik
pendidikan, sebagaimana akan dibahas berikut ini.
A. Landasan Yuridis Pendidikan
Landasan Pendidikan yang terakhir adalah Landasan Yuridis. Sebagai
penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu dilaksanakan berdasarkan
undang-undang (Suardi,2016). Hal ini sangat penting karena pendidikan nasional adalah
perwujudan dari kehendak UUD 1945 pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, pasal
31:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah
wajib membiyayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan mengatur satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan serta akhlak yang mulia dalam
kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan dua puluh persen dari anggaran
dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan nasional di
samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai penjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani bagi pennyelenggaran
pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air
Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi penyelenggaraan
pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga pernyelenggaraan
pendidikan yang menyimpang, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan
sanksi. Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak sedikit ditemukan
penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung tetapi dalam jangka
panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan kerugian bukan hanya secara
material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan
instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan kepribadian
bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan sebagai sarana
rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi Sosial. Itulah sebabnya di samping dasar regulasi
sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi.
B. Landasan Sosiologi Pendidikan
Definisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli (Suardi,2016)
1. Menurut F.G.Robbins Sosiologi Pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.
2. Menurut E.B Reuter Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa
evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan
manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang
menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu.
3. F.G Robbins dan Brown Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu
untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman.
4. E.G Payne secara spesifik memandang sosiologi pendidikan sebagai studi
yang konfrehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan.
Landasan Sosiologi meliputi prinsip-prinsip pengembangan manusia sebagai
anggota masyarakat. Mulyana (2011) menyatakan bahwa target utama pendidikan nilai
secara sosial adalah membangun kesadaran-kesadaran interpersonal yang mendalam. Wuraji
(Suardi,2016) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
1. Interaksi guru-siswa
2. Dinamika kelompok di kelas di organisasi intra di sekolah
3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan
4. Sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan
Pendidikan tidak berlangsung dalam keadaan vakum sosial. Menurut Munib
(2008) terdapat dua isu yang akan dibahas, yaitu: (a) pendidikan dan masyarakat,
dan (b) pendidikan dan perubahan sosial
a. Pendidikan dan Masyarakat.
Dilihat dari sudut masyarakat secara keseluruhan, fungsi pendidikan
adalah untuk memelihara kebudayaan. Kebudayaan berhubungan dengan nilai-
nilai, kepercayaan, norma-norma yang turun-temurun dari generasi ke generasi
yang selalu mengalami perubahan.
1) Keluarga dan Sekolah
Keluarga merupakan salah satu pelaksana sosialisasi nilai-nilai dan norma-
norma di masyarakat. Faktor terpenting dalam hubungan antara keluarga dan
sekolah adalah bahwa keluarga tetap mempunyai tanggung jawab utama dalam
proses sosialisasi, meskipun sekolah dalam sosialisasi mempunyai
tanggung jawab untuk menyampaikan informasi, keterampilan, dan
nilai-nilai serta norma-norma untuk membekali anak agar dapat berpartisipasi lebih
efektif.
2) Pemerintah dan Sekolah
Tugas utama pemerintah adalah mengupayakan agar sekolah dapat
membentuk masyarakat baru yang dapat bertanggung jawab dan ikut berpartisipasi
aktif dalam pembangunan masyarakat sesuai dengan garis kebijaksanaan
pemerintah. Dengan demikian akan tercipta suatu sistem pemerintahan dan
sistem pendidikan yang mantap.
3) Ekonomi dan Sekolah
Pertumbuhan ekonomi masyarakat tergantung pada ketersediaan tenaga
ahli yang terdidik dan terlatih yang dihasilkan oleh sekolah. Sebaliknya
keberadaan dan perkembangan lembaga sekolah tergantung pada dana yang
disediakan oleh masyarakat.
4) Agama dan Sekolah
Budaya masyarakat banyak dipengaruhi oleh nilai dan norma agama yang
dianut oleh masyarakat. Karena sekolah merupakansalah satu lembaga
sosialisasi masyarakat yang bertujuan membekali peserta didik agar dapat hidup di
masyarakat, maka pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah.
5) Masyarakat dan Sekolah.
Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan masyarakat dan tidak
bisa lepas dari pengaruh kondisi masyarakat. Sistem persekolahan harus
memperhatikan aspirasi masyarakat, sebaliknya masyarakat harus terlibat
langsung dalam memelihara keberadaan dan kelangsungan hidup sekolah. Peran
sekolah terhadap masyarakat adalah:
a. Sebagai pewaris, artinya mentransformasikan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai budaya kepada siswa melalui proses belajar dan mengajar
di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas
b. Sebagai pemelihara, artinya melalui sekolah dapat diupayakan kelestarian
nilai-nilai budaya yang sudah mapan.
c. Sebagai agen pembaharuan,yang meliputi reproduksi budaya, difusi
kebudayaan, dan peningkatan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
b. Pendidikan dan Perubahan Sosial
Sekolah dan masyarakat saling mempengaruhi dalam berbagai cara. Beberapa
di antara perubahan tersebut adalah:
1) Perubahan teknologi.
Dilihat dari sudut pandang sekolah, perubalhan teknologi mempunyai tiga
dampak penting, yaitu:
a. Perubahan teknologi dapat menciptakan suatu tuntutan bagi individu
untuk memiliki keterampilan baru. Dampaknya bagi sekolah adalah
terjadinya perubahan kurikulum pada bidang-bidang yang dapat
memenuhi tuntutan tersebut.
b. Perubahan teknologi menuntut agar sekolah dapat mempersiapkan
lulusannya untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
c. Pengaruh teknologi terhadap sekolah yang terutama adalah pada
penggunaan media pembelajaran, komunikasi, transformasi, dan revolusi
bioteknologi.
2) Perubahan demografi.
Perubahan penting yang terjadi sehubungan dengan ukuran, penyaluran,
dan komposisi penduduk. Pengaruhnya terhadan pendidikan antara lain:
a. Pengembangan kebijaksanaan pendidikan.
b. Pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru.
c. Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan fasilitas
pendidikan.
3) Urbanisasi dan sub-urbanisasi.
Meningkatnya urbanisasi dan sub-urbanisasi sebagai dampak dari
perubahan demografi menimbulkan permasalahan yang harus dihadapi oleh sekolah.
Beberapa di antaranya yaitu:
a. Tanggung jawab sekolah membantu penyesuaian diri dari berbagai
macam kelompok yang sebagian besar merupakan penduduk perkotaan.
b. Sekolah mempunyai peranan yang penting dalam membantu mekanisme
kontrol sosial di masyarakat.
c. Sekolah menentukan pengalaman pendidikan khususnya dalam
mempersiapkan peserta didik secara tepat untuk hidup di perkotaan
4) Perubahan politik masyarakat, bangsa, dan negara. Dua perubahan utama
telah dan akan terus berlangsung, yang memiliki dampak terhadap pendidikan,
terjadi di dalam struktur pemerintahan dan di dalam masyarakat, yaitu:
a) Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan- kegiatan anggota
masyarakat. Akibat perubahan itu pada pendidikan dapat dilihat antara lain
dalam bentuk finansial (bantuan finansial) negara bagian atau provinsi kepada
pendidikan dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengelolaan dan kebijaksanaan sekolah.
b) Berkembangnya saling ketergantungan antara pemerintah negara yang satu
dengan pemerintah negara yang lain, ticak hanya di dalam lingkungan
masyarakatnya tetapi juga antar bangsa. Perubahan ini mengakibatkan
meningkatnya secara dramatis ruang lingkup dari fungsi sekolah untuk
memasukkan sosialisasi anggota masyarakat dunia seperti juga masyarakat kita
sendiri.
C. Landasan Filosofis Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
samapai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofi pendidikan
adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang
pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang
diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat hubungan implikasi antara gagasan-
gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum tehadap gagasan-agasan pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya,
melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-
citakan.
Upaya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pemikiran- pemikiran filsafati
yang terjadi di belakang peristiwa pendidikan. Filsafat sebagai induk dari semua ilmu,
berperan untuk mempersoalkan dan mengkaji segala sesuatu yang berada "di belakang"
peristiwa pendidikan. Peran filsafat ini yang meletakkan dasar pikiran kepada landasan
pendidikan.
Landasan filosofis sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan
bergayut dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang
"sesuatu" terutama berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Pandangan hidup
sebagai sistem nilai yang dipegang teguh bukan semata-mata terdapat pada individu,
melainkan juga pada sekelompok masyarakat suatu bangsa. Filsafat pendidikan nasional
Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada Pancasila
(Munib,2008). Oleh karena itu kaidah dan norma sosial maupun sistem nilai yang
dianut secara nasional mengacu kepada Pancasila. Berkenaan dengan landasan
filosofis pendidikan, maka operasionalisasi pendidikan baik secara makro maupun
mikro haruslah berlandaskan Pancasila dan diarahkan membentuk manusia
Indonesia yang Pancasilais sejati. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia
serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa (Tap MPR No. II/MPR/1993).
Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan, berarti bahwa:
i. Dalam merumuskan tujuan, metode, materi, dan pengelolaan belajar dan
mengajar dijiwai dan didasarkan pada Pancasila.
ii. Sistem penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan nasional
haruslah berlandaskan Pancasila
iii. Hakikat manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila,
dan makhluk religius, haruslah diwujudkan melalui upaya pendidikan,
sehingga akan tercipta integritas kepribadian manusia Indonesia sesuai dengan
yang dicita-citakan oleh Pancasila
Filsafat Pancasila mencakup nilai yang dijunjung tinggi dan dijadikan
pedoman perbuatan dan tingkah laku bagi setiap warga negaranya. Dengan demikian
dalam keseluruhan proses pendidikan, pendidik harus mempunyai pandangan
mengenai gambaran masyarakat yang dicita-citakan dan bagaimanakah gambaran
manusia yang harus dibentuknya. Di samping itu landasan filsofisnya menjadi acuan dalam
menentukan tujuan, corak, metode. dan alat pendidikan. Selanjutnya arah pendidikan
hendaknya bermuara pada aspek integralistis (individu dan sosial), aspek etis (taat pada
norma-norma Pancasila), dan aspek religius (kebebasan beragama dan taat pada norma-
norma agama yang dipeluknya).
D. Landasan Budaya Pendidikan
Sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan kelangsungan hidup masyarakat
adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk mendukung nilai-nilai budaya
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat
mempunyai peranan mewariskan, memelihara, dan sekaligus sebagai agen pembaharuan
kebudayaan. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia.
Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan
dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan unsur dan peristiwa
budaya. Pendidikan melibatkan sekaligus sebagai kiat dan disiplin pengetahuan yang
mempengaruhi manusia untuk belajar. Pendidikan merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni
generasi manusia berturut-turut mengambil peran, sehingga menghasilkan peradaban
masa lampau dan mengambil peranan di masa kini serta mampu menciptakan peradaban
di masa depan. Dengan kata lain pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan,
sebagai pemegang peran, dan sebagai pemberi kontribusi.
Dengan demikian dapat dipahami pendidikan sebagai aset untuk pemeliharaan
masa lampau, penguatan individu, dan masyarakat yang sekarang serta sebagai
penyiapan manusia berperan di masa depan.
Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan berperan dalam
membangun peradaban dan pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti
bangunan fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan, kebiasaan, peran dan alam
kehidupan sekarang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan
datang, karena pemeliharaan peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir.
Analisis antropologi budaya dapat membantu mengatasi problema-
problema pendidikan yang dimunculkan oleh kelompok- kelompok minoritas dan budaya
yang lain. Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri
dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah
melalui pengajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi
sebagai penyampai, pelestari, dan sekaligus pengembangan kebudayaan.
a. Kebudayaandan Sekolah
Tradisi kebudayaan menghambat perkembangan dalam berkompetisi dengan
kelompok lain. Sejalan dengan penelitian Otto Klinerberg (1954), bahwa kegagalan
kelompok minoritas pada umumnya bukan disebabkan semata-mata oleh ras atau suku,
namun disebabkan oleh tradisi budaya mereka.
b. Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok budaya.
Pertentangan yang disebabkan oleh adanya berbagai kelompok budaya dan ras dapat
berupa prasangka negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap
pendidikan.
c. Stereotipe
Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta
keseganan dan rasa takut berkurang, jika guru menunjukkan stereotipe yang
menyenangkan.
d. Faktor budaya dalam proses pengajaran (culture factors in teaching)
Mengajar merupakan upaya mengkomunikasikan secara jelas tentang nilai-nilai
pengajaran. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi, seperti: nilai-nilai
budaya orang tua, penggunaan bahasa, keadaan sosial yang dibawa anak dari
lingkungan (tradisi) dan pengaruh kelompok dominan. Keadaan ini mensyaratkan
perhatian, pemahaman, dan penyesuaian guru agar peranserta orang tua dalam kegiatan
sekolah dapat tercipta.
e. Pelatihan budaya untuk pendidikan.
Perlu dikembangkan kondisi sekolah yang di dalamnya terdapat pertentangan antara
kelompok mayoritas dan minoritas yang sering menghadapi konflik budaya antara guru,
siswa, dan orang tua. Kenyataan ini menuntut adanya kepelatihan budaya bagi pendidik agar
ia mampu menghubungkan nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan proses
pengajaran.
f. Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel) yang tidak dapat diabaikan
Penguasaan terhadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan bahan-
bahan pengajaran.
g. Sub-kebudayaan (sub-culture).
Perbedaan warna kulit dan kemiskinan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan. Karena kelompok-kelompok tersebut saling menolak terhadap pelayanan
sekolah. Hambatan ini dapat diatasi melalui pendidikan orang tua, memadukan sub-
culture di sekolah, mengadakan penyesuaian tingkah laku di sekolah dan kurikulum
sekolah wajib memperhatikan latar belakang budaya siswa
h. Dinamika kelompok sosialisasi Sekolah harus mampu menghilangkan adanya
kelompok- kelompok minoritas dan membawanya ke arah perubahan melalui sted tas
proses sosialisasi.
E. Landasan Iptek Pendidikan
Salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat
mengembangkan iptek. Kemampuan dalam bidang iptek menyangkut kemampuan dalam
ilmu pengetahuan (science), rekayasa (engineering), dan teknologi. Kegiatan ilmu
pengetahuan yang menyangkut proses menyelidiki suatu fenonmena yang menghasilkan
teori, model dan cara-cara untuk mempengarulhi fenomena tersebut. Kegiatan teknologi
adalah proses memproduksi barang dan jasa, yang juga menghasilkan sejumlah konsep
dan metode mengenai proses produksi tersebut. Kegiatan rekayasa menghubungkan
kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu mencari bagaimana caranya
menyelesaikan suatu masalah.
Dengan spektrum kegiatan iptek tersebut, kontribusi pendidikan terhadap
kemajuan iptek dapat berupa mulai dari kegiatan hafalan meneliti suatu fenomena,
menyelesaikan masalah dan sampai produksi barang. Hubungan antara pendidikan dan
iptek saling bergantung dan timbal balik, artinya kemajuan pendidikan diarahkan untuk
kemajuan iptek. Sebaliknya perkembangan iptek akan berpengaruh terhadap
perkembangan pendidikan. Ini berarti, bahwa operasionalisasi pendidikan harus pula
berlandaskan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar pendidikan tidak
ketinggalan dengan pesatnya kemajuan iptek.
Asumsi-asumsi apakah yang kiranya dapat berjalan beriringan dengan kemajuan
iptek. Asumsi-asumsi tersebut menurut Tosten Husen (1988: 212), adalah:
i. Pendidikan akan menjadi proses belajar seumur hidup.
ii. Pendidikan tidak akan lagi terputus-putus. Pendidikan akan lebih banyak
merupakan proses belajar terus-menerus dipandang dari perjalanan waktu
maupun dari segi keterpaduannya di dalam fungsi-fungsi lain di dalam kehidupan.
iii. Pendidikan formal yang biasa berlangsung di gedung sekolah konvensional akan
lebih mempunyai arti dan lebih relevan dalam hal penerapannya, karena dapat
dijangkau oleh semakin banyak perorangan
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka agar pendidikan selalu bergayut
dengan perkembangan iptek, diperlukan adanya reorientasi mengenai arah dan tujuan
pendidikan di sekolah, yaitu dak lagi mengutamakan alih pengetahun, melainkan
peningkatan kemampuan belajar (learning capacity) siswa dan belajar seumur hidup anpa
akhir, Hal ini berarti perlu kita tanggalkan secepatnya sistem ehgajaran secara hafalan di
luar kepala, secara memorisasi, pada semua tingkat sistem pendidikan. Cara mendidik harus
mengakui dan menerima individualitas setiap siswa dan mencoba merangsangnya untuk
berpikir sendiri secara kritis dan kreatif.
Suardi (2016) menyebutkan bahwa implikasi IPTEK dalam pengembangan
kurikulum, antara lain:
a) Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak
menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik
masyarakat Indonesia.
b) Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik
untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
c) Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang
di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan, penggunaan
strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak
langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
F. Uji Kemampuan Penguasaan Materi
1. Jelaskan implikasi Pancasila sebagai Landasan Idiil Pendidikan Nasional
2. Kita telah memiliki Pancasila sebagai landasan filosofis (idiil)
pendidikan, bolehkahkah kita mengadopsi dan mengaplikasikan filsafat lain dalam
rangka praktek pendidikan?
3. Jelaskan mengapa masyarakat melakukan pendidikan (sosialisasi atau enkulturasi)
3. Fungsi Landasan Pendidikan
Misi utama landasan pendidikan ini tertuju kepada pengembangan wawasan
kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang
pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi pendidikan
yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi
memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan pendidikan adalah
sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
4. Jenis-Jenis Landasan Pendidikan
1. Landasan religius pendidikan
2. Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran
agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
3. Landasan filosofis pendidikan
4. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat
yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
5. Landasan ilmiah pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu
tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Dengan berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, atau sejarah.
a. Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
b. Landasan sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah sosiologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
c. Landasan antropologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah antropologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
d. Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah ekonomi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
e. Landasan biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah biologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
f. Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah politik yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
g. Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari konsep
dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak
perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang.
h. Landasan fisiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah fisiologi tentang manusia yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
i. Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
peraturan perundangan yang berlaku yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. 
5. Implikasi terhadap Pendidikan
Konsep tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat
nilai memberikan imlikasi terhadap tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, metode atau
cara-cara pendidikan, peranan pendidik dan peranan peserta didik.
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional seyogyanyabertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yng demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
            Dalam konteks pendidikan di SD, tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari
betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangka salah
satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang pandai membaca, menulis dan
berhitung saja; bukan untuk mengembangkan anak didik agar berilmu saja; bukan hanya
untuk memperoleh keterampilan saja, dsb,. Melainkan demi berkembangnya seluruh potensi
peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya: baik dimensi individualitas,
sosialitas, kultural, moralitas, dan keberagamaannya.
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan hendaknya disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a) peningkatan iman
dan takwa; b) peningkatan akhlak mulia; c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik; d) keragaman potensi daerah dan lingkungan: e) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; f) tuntutan dunia kerja; g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni; h) agama; i) dinamika perkembangan global; dan j) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan. Ketentuan mengenai perkembangan kurikulum sebagai mana dimaksud diatas
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional).
            Berbagai hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan seperti
dikemukakan diatas adalah relevan dengan keperluan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Namun demikian, dalam penjabarannya kedalam kurikulum pendidikan
di SD hendaknya memperhatikan pula dan mempertimbangkan pula tingkat perkembangan
anak didik usia SD.
3. Metode Pendidikan
Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternatif untuk diaplikasikan.
Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam
segala konteks praktek pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya
dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat
manusia atau anak didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu
pendidikan yang tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada
prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
4. Peranan Pendidik dan Anak Didik
Ada berbagai peranan pendidik dan anak didik yang harus dilaksanakannya, namun
pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: “ing ngarso
sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi anak
didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus mampu membangun karsa
(kehendak) pada diri anak didiknya; dan “tut wuri handayani” artinya bahwa sepanjang
tidak berbahaya, pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar mandiri.
5. Asas - Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga
semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dansemangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.   Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di
masa depan.
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur
tangan bila diperlukan.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif).
6. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar
Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pendidik (Guru) kepada Siswa,
sehingga terjadi proses belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran yang baik adalah hasil belajar tahan
lama, dan hasil belajar merupakan pengetahuan yang asli dan otentik.Mendidik adalah
penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
mencapai tujuan pendidikan. Hasil mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang
instan. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi
anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru
tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik.Tidak setiap guru mampu mendidik
walaupun ia pandai mengajar, untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi
dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma
dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan materi yang
disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus tumbuh sesuai dengan ajaran
agama dan norma-norma dalam masyarakat. Belajar adalah usaha anak didik untuk
meningkatkan kemampuan Kognitif, Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Agar anak didik dapat mengikuti perubahan dalam pola kehidupan, serta dalam
menjalain kerjasama, maka anak didik harus dapat :
a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami
pengetahuan lebih lanjut.
b. Belajar berkarya (learning to do) untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan
profesionalisme.
c. Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan semua potensi
yang ia miliki.
d. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan
mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain yang
didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi tantangan masa
depan.
Tiap proses dalam pendidikan memiliki berbagai keterbatasan, yaitu :
1. Batas-batas Pendidikan pada peserta didik.
Intinya tiap peserta didik memiliki perbedaan kemampuan yang tidak sama
sehingga hal tersebut dapat membatasi kelangsungan hasil pendidikan, solusinya
pendidik harus mencari metode-metode pembelajaran sehingga dapat berkembang
seoptimal mungkin.
2. Batas-batas pendidikan pada pendidik
Para pendidik sendiri memiliki berbagai keterbatasan ada yang sifatnya relatif
masih bisa di tolerir dengan cara pendidik sendiri mengupayakan mengatasi
keterbatasannya, namun permasalahannya jika tidak dapat di tolerir berdampak pada
peserta didik itu sendiri, mereka akan tidak memahami apa yang disampaikan pendidik.
3. Batas-batas pendidikan pada lingkungan dan sarana pendidikan
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan salah satu penentu kualitas akhir
pendidikan. Lingkungan dan sarana yang tidak memadai, akan menghambat
berlangsungnya proses pendidikan. Disini pendidik harus lebih kreatif dengan
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber proses pembelajaran
7. Tripusat Pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya sesalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut
tripusat pendidikan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam
lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar
Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an
lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil
orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk
keluarga inti ( ayah, ibu dan anak ).
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat
yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan
individual) maupun pendidikan sosial.
2. Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah
dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat.
Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk
menyiapkan manusia indonesia sebagai individu warga masyarakat, warga
negara dan warga dunia di masa depan, yang mana secara bertahap sekolah
dikembangkan menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia
Indonesia di masa depan.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah
antara lain :
a. Pengajaran yang mendidik
b. Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan
penyuluhan (BP) di sekolah
c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar
(PSB)
d. Peningkatan dan pemantapan program pengeloalaan sekolah.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah
mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan
keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti
pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak
sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan
pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
b. Lembaga – lembaga kemasyrakatan dan/atau kelompok sosial
dimasyarakat
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang
( by design ), maupun yang dimanfaatkan ( utility ).
Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial – budaya sebagai
berikut :
 Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau
sawah dengan tanaman pokok padi.
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang
atau sawah.
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah
dengan tanaman pokok padi.
 Tipe masyarakat perkotaan.
Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik
seseorang, terdapat juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan
atau kelompok sosial seperti remaja masjid, pramuka karang taruna dan
sebagainya, yang mempunyai fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya
antara lain :
a. Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain
b. Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas
c. Menguatkan sebagian dari nilai – nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat orang dewasa
d. Memberikan kepada anggota – anggotanya cara – cara untuk
membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas
e. Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan
pada prinsip persamaan hak
f. Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara
memuaskan ( pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis
tingkah laku tertentu, dan lain – lain
g. Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang
yang lebih kompleks.
Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi
anak – anaknya, yakni :
a. mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara
memberikan pengalaman – pengalaman yang menyenangkan
bagimereka.
b. Mengajarkan kepada mereka tingkah laku dan prinsip – prinsip moral
yang sesuai dengan keyakinan – keyakinan agamanya
d. Memberikan model – model bagi perkembangan watak .

B. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan


Peserta Didik
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan yakni:
1) Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2) Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3) Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan Dalam petunjuk penerapan
muatan lokal kurikulum SD (lamp, Kep. Men. Dikbud No. 0412/U1987)
dikemukakan beberapa tujuan yang lebih rinci dari muatan lokal tersebut yang
dapat dikatagorikan dalam dua kelompok, sebagai
berikut;
1. tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai yakni:
a) bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid
b) sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan
c) murid dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang
ditemukan disekitarnya
d) murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya yang terdapat di daerahnya
2. Tujuan-tjuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya,
yakni:
a) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya
b) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
c) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari
keterasingan terhadap lingkungannya sendiri Muatan lokal kurikulum SD
tersebut dapat diperluas dan ditingkatkan dengan cara memperhatikan ;
1) GBBP yang berlaku
2) Sumberdaya yang tersedia
3) Kekhasan lingkungan (alam, sosial dan budaya) dan kebutuhan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A.R.S.,(1991), Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:Mutammam),


CV Diponegoro, Bandung.
Achmad Munib.2008.Pengantar Ilmu Pendidikan

Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertian dan Sejarah Perkembangan,
Balai penelitian, IKIP Bandung.
Muchtar, O, (Penyunting), (1991), Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung.
Mudyahardjo, R., (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT.Remadja
Rosdakarya, Bandung.
Mulyana, Rohmat.2011.Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.Bandung: Alfabeta
Suardi,dkk.2016. Dasar-Dasar Pendidikan
Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha
Nasional, Surabaya-Indonesia.
Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum
(Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung.
Pidarta, Made.2001. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai