Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran

pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan

diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan

ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai

objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik,

motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja

pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang

direncanakan tercapai semaksimal mungkin.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengertian Hakikat Pendidikan?

2. Apa itu Hakikat Pendidikan Menurut Islam?

3. Apa tujuan dari Hakikat Pendidikan?

4. Apa Pengertian dari Hakikat Guru sebagai Pendidik?

5. Apa peran pendidik dalam Pengajaran?

6. Apa Tujuan dari seorang Pendidik?

7. Apa Syarat – syarat dan Sifat – sifat Yang Harus dimiliki oleh Seorang

Pendidik?

8. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Pendidik?

C. Rumusan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat Pendidikan

2. Untuk Mengetahui Hakikat Pendidikan Menurut Islam

1
3. Untuk Mengetahui tujuan dari Hakikat Pendidikan

4. Untuk Mengetahui Pengertian dari Hakikat Guru sebagai Pendidik

5. Untuk Mengetahui peran pendidik dalam Pengajaran

6. Untuk Mengetahui Tujuan dari seorang Pendidik

7. Untuk Mengetahui Syarat – syarat dan Sifat – sifat Yang Harus dimiliki

oleh Seorang Pendidik

8. Untuk Mengetahui Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Pendidik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hakikat Pendidikan

Pada hakikatnya, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat, yaitu

pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi (metafisik).

1. Didalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau

kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari

makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek dasar analisis

yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan.

Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang interen

dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan

melalui proses pendidikan.

2. Pendekatan ontologi menekankan pada hakikat keberadaan pendidikan itu

sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberdaan manusia.

Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik terlepas dari

makna keberadaan manusia itu sendiri.

Berikut adalah skema dari hakikat pendidikan :

1
Universitas Negeri Yogyakarta, “Hakikat Pendidikan” ,
https://eprints.uny.ac.id/9002/2/bab%202%20-10604227179.pdf , diakses pada 14 Oktober 2019,
pukul 16:36 WIB.

3
Dari uraian dan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan

adalah pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh selama manusia lahir

hingga dewasa.

1. Manusia mengusahakan proses yang terus menerus. Manusia melakukan

rekonstruksi pengalaman dan sekaligus merupakan proses pertumbuhan

yang mengarah ke pertumbuhan selanjutnya

2. Relevansi tersebut merupakan tuntutan sejak kecil, remaja, hingga dewasa.

Masa relevansi juga sejak di pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan

masa dunia pekerjaan

3. Masa penyesuaian diri adalah masa fleksibilitas yang disesuaikan dengan

kebutuhan diri pada masanya. artinya manusia harus bisa dan mampu serta

mau menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat, desa, dan kota. Manusia juga harus menyesuaikan

diri dengan segala situasinya, berpendidikan ataukah kurang

berpendidikan, miskin atau kaya. Disamping itu juga ia harus

menyesuaikan diri dengan tempat atau menyesuaikan diri secara

geografis.2
2
Staff Universitas Negeri Yogyakarta, “Hakikat, tujuan dan Proses Pendidikan”,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20Yuli%20Sectio%20Rini,%20M.Hum./
PENDIDIKAN%20HAKEKAT,%20TUJUAN,%20DAN%20PROSES%20Makalah.pdf diakses

4
4. Cita-cita manusia itu harus sesuai dengan tanggung jawab dan

pendidikannya. Baik pendidikan formal, maupun pendidikan masyarakat

atau lingkungan.

5. Manusia memiliki upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

bimbingan pengajaran agar menguasai kemampuan sesuai dengan peran

yang harus dimainkan manusia.

Hal seperti diatas adalah juga seperti yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara
bahwa nilai yang diraih adalah manusia yang utuh, lahir dan batinnya, yaitu
manusia yang cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur.3
B. Hakikat Pendidikan Menurut Islam

Pendidikan menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan

dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Pengertian

tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang

lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran. Ada 3

pengertian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu:

1. Ta”lim : Pembinaan/Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)

2. Tarbiyah : Pengajaran

3. Ta”dib : Pembinaan/Pengarahan (moral dan esetika)

Pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang

terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga istilah

tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu dan yang lainnya

berbeda. Beda istilah ta‟lim mengesankan memberikan proses pemberian

bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, mengesankan proses


pada 13 Oktober 2021, pukul 16:52 WIB.
3
Amin Kuneifi Elfachmi, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm 14

5
pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental.

sementara istilah ta‟dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral

dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat

manusia.4

C. Tujuan Hakikat Pendidikan

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dasarnya pendidikan

mempunyai dua tujuan besar yakni mengembangkan individu dan masyarakat

yang “ smart and good”. Konsepsi tujuan tersebut mengandung arti bahwa

tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan individu dan masyarakat

agar cerdas (smart) dan baik (good).

Secara elaboratif tujuan ini oleh Bloom dirinci menjadi tujuan

pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan

pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.

Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah

usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.5

Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan

seperti yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas.


4
Andira, “Makalah Pengantar Pendidikan”,
https://andira95.blogspot.com/2013/06/hakikat-pendidikan.html, diakses pada Tanggal12 Oktober
2021, Pukul 14:02 WIB
5
Pasal 1 butir 1 Undang - Undang Sidikan Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

6
Membantu menyadarkan anak tentang profesi yang ada padanya, membantu

mengembangkan potensi seoptimal mungkin, memberikan pengetahuan dan

keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivasi untuk terlibat dalam

pengalaman-pengalaman yang berguna. Mengusahakan lingkungan yang

serasi dan kondusif untuk belajar, mengarahkan bila ada penyimpangan,

mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik berkeinginan untuk

menguasainya, mengusahakan alat-alat, meningkatkan intensitas proses

pembelajaran.

Selain itu, dalam proses pengembangan Pendidikan harus mengacu pada

konsepsi-konsepsi Pendidikan yang ada. Berikut ini konsep-konsep tentang

Pendidikan yang telah dirangkum oleh Saifuloh :

1. Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan,

sehingga memungkinkan transmisi kebudayaan dari generasi satu ke

generasi berikutnya.

2. Pendidikan adalah proses dimana individu diajar bersikap setia dan taat

dengan mana pikiran manusia ditera dan dibina.

3. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan didalam, dimana individu

diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan

dan minatnya.

4. Pendidikan adalah pembangunan kembali atau penyusunan kembali

pengalaman, sehingga memperkaya arti perbendaharaan pengalaman yang

dapat meningkat ke kemampuan dalam menentukan arah tujuan

pengalaman selanjutnya.

7
5. Pendidikan adalah proses dimana seseorang diberi kesempatan

menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan lingkungan yang

berkaitan dengan kehidupan modern untuk mempersiapkan agar berhasil

dalam kehidupan orang dewasa.

D. Pengertian Hakikat Guru sebagai Pendidik

Hakikat Guru Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya

adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang

ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak

didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses

memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses

belajar.

Siapakah yang dimaksud guru? Jawabannya sebagai berikut. Di dalam

Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 6

ditetapkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7

Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi

peserta didik , baik petensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai

dengan nilai-nilai ajaran Islam.8

6
Pasal 1 Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
7
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI. Nomor: 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya, (Bandung: Fokusmedia), 2003, h. 7.
8
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Padang: Kalam Mulia, 1990), h.
19.

8
Beberapa kata di atas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik,

karena keseluruhan kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan

pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Kata-kata

yang bervariasi tersebut menunjukan adanya perbedaan ruang gerak dan

lingkungan di mana pengetahuan dan keterampilan diberikan. Uraian singkat

di atas tampak bahwa ketika menjelaskan pengertian pendidik selalu dikaitkan

dengan bidang tugas atau pekerjaan. Jika dikaitkan dengan pekerjaan maka

variabel yang melekat adalah lembaga pendidikan, walau secara luas

pengertian pendidik tidak terikat dengan lembaga pendidikan. Ini menunjukan

bahwa pada akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian tertentu yang

melekat pada seseorang yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan. Didalam

pendidikan ada proses belajar mengajar dengan kata lain adalah pengajaran.

E. Peran Pendidik dalam Pengajaran

Pendidik dalam rangka pengajaran dituntut untuk melakukan kegiatan

yang bersifat edukatif dan ilmiah. Oleh karena itu peran pendidik tidak hanya

sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pembimbing yaitu sebagai wali yang

membantu anak didik mengatasi kesulitan dalam studinya dan pemecahan bagi

permasalahan lainya. Dilain pihak pendidik juga berperan sebagai pemimpin

(khusus diruang kuliah/kelas), sebagai komunikator dengan masyarakat,

sebagai pengembangan ilmu dan penjabaran luasan ilmu (innovator), bahkan

juga berperan sebagai pelaksana administrasi. Peranan pendidik dapat ditinjau

dalam arti luas pendidik mengemban peranan-peranan sebagai ukuran

kognitif, sebagai agen moral, sebagai

9
inovator dan kooperatif.9

Pendidik sebagai ukuran kognitif. Tugas pendidik umumnya adalah

mewariskan pengetahuan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-

hal yang akan diwariskan itu sudah tentu harus sesuai ukuran yang telah

ditentukan masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial,

ekonomi, dan politik. Karena itu pendidik harus mampu memenuhi ukuran

kemampuan tersebut.

Pendidik sebagai agen moral dan politik. Pendidik bertindak sebagai agen

moral masyarakat, karena fungsinya mendidik warga masyarakat agar

mengetahui huruf, pandai berhitung dan berbagai keterampilan kognitif

lainnya. Keterampilan-keterampilan itu dipandang sebagai bagian dari proses

moral, karena masyarakat yang telah pandai membaca dan pengetahuan, akan

berusaha menghindari dari tindakan-tindakan kriminal dan menyimpang dari

aturan masyarakat.

Pendidik sebagai inovator. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka masyarakat senantiasa berubah dan berkembang dalam semua

aspek. Perubahan dan perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi

pendidikan. Tanggung jawab melaksanakan inovasi itu diantaranya terletak

pada penyelenggaraan pendidikan.

Peranan kooperatif dalam melaksanakan tugasnya pendidik tidak mungkin

bekerjasama sendiri dan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Karena itu

para pendidik perlu bekerja sama antara sesama pendidik dan dengan pekerja-

9
Syaiful Akhyar, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006), h.
18.

10
pekerja sosial, lembaga lembaga kemasyarakatan, dan dengan persatuan orang

tua murid.

Dalam proses pengajaran dikelas peranan pendidik (mengadopsi istilah

”guru‟) lebih spesifik sifatnya. Peranan itu meliputi lima hal yaitu; (a)

Pendidik sebagai model, (b) Pendidik sebagai perencana, (c) Pendidik sebagai

peramal (d) pendidik sebagai Pemimpin (e) Pendidik sebagai penunjuk jalan

atau sebagai pembimbing kearah pusat-pusat belajar.

Menambahkan hal itu Djamarah, menuliskan peran pendidik adalah;

1. Korektor; Yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan

mana nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari

afektif sampai ke psikomotor

2. Inspirator; pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar

mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi

permasalahan lainya.

3. Informator; pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Organisator; Mampu mengelola kegiatan akademik (belajar)

5. Motivator; Mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif

belajar

6. Inisiator; pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan

dan pengajaran

7. Fasilitator; pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar

11
8. Pembimbing; membimbing anak didik manusia dewasa susila yang cakap

9. Demonstrator; jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan bahan

pelajaran yang susah dipahami

10. Pengelola kelas; mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif

11. Mediator; pendidik menjadi media yag berfungsi sebagai alat komunikasi

guna mengefektifkan proses interaktif edukatif

12. Supervisor; pendidik hendaknya dapat, memperbaiki, dan menilai secara

kritis terhadap proses pengajaran dan

13. Evaluator; pendidik dituntut menjadi evaluator yag baik dan jujur.10

F. Tujuan Pendidik

Pendidik adalah orang dewasa yang mempunyai rasa tanggung jawab

untuk memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai kedewasaannya, mampu

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan sebagai

individu yang sanggup berdiri sendiri.11

Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan

anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah

secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa

depan anaknya. Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun

karena mereka tidak mempunyai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka

10
Hamdani Ihsan Dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka
Media, 1998), h. 92.
11
Ibid, h.93

12
mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang

dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.12

G. Syarat – syarat dan Sifat – sifat Yang Harus dimiliki oleh Seorang

Pendidik

Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat Jasmani dan Sehat

Rohani.

Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :

1. Harus beragama.

2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara

yang demokratis.

4. Harus memiliki perasaan panggilan murni.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :

1. Integritas pribadi, pribadi yang segala aspeknya berkembang secara

harmonis.

2. Integritas sosial, yaitu pribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.

3. Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-

norma susila yang dipilihnya.13

H. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

Mengenai tugas pendidik, ahli-ahli pendidikan Islam juga ahli pendidikan

Barat telah sepakat bahwa tugas pendidik ialah mendidik. Mendidik adalah

12
Ibid, h.94
13
Ibid., hlm. 103.

13
tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk

mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,

menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain.14

Dalam Al-Qur‟an juga dijelaskan tentang tugas seorang pendidik atau

pendidik. Al-Qur‟an telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya

dalam pendidikan dan fungsi fundamental mereka dalam pengkajian ilmu-

ilmu Ilahi serta aplikasinya.15

Pendidik, jika ingin berhasil dalam dalam kegiatannya mendidik anak,

harus mematuhi 8 adab atau etika yang biasa dimaknai juga sebagai tugas

kewajiban selaku pendidik yang telah diatur pedomannya berlandaskan nilai-

nilai luhur Islam. Al-Ghazali sebagaimana dikutip Al-Abrasy- menjelaskan

tugas dan kewajiban pendidik sebagai berikut :16

1. Sayang kepada murid sebagaimana sayangnya kepada anaknya sendiri dan

berusaha memberi pelajaran yang dapat membebaskannya dari api neraka.

Oleh karena itu, tugas pendidik adalah lebih mulia daripada tugas kedua

orang tua.

2. Mengikuti akhlak dan keteladanan Nabi Muhamad SAW. Oleh karena itu,

seorang pendidik tidak boleh mengharapkan gaji, upah atau ucapan terima

kasih. Ia mengajar harus dengan niat beribadat dan mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

14
Ibid., hlm. 78.
15
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 168.
16
Ibid, 169.

14
3. Membimbing murid secara penuh, baik dalam cara belajar maupun dalam

menentukan urutan pelajaran. Ia harus memulai pelajaran dari yang mudah

dan berangsur meningkat kepada yang sukar.

4. Menasehati murid agar senantiasa berakhlak baik. Ia harus memulai

nasehat itu dari hanya sekedar sindiran serta dengan penuh kasih sayang,

tidak dengan cara dengan terang-terangan, apalagi dengan kasar dan

mengejek, yang malah akan membuat murid menjadi kebal atau keras

kepala sehingga nasehat itu akan menjadi seumpama air dalam keranjang

menetes ke dalam pasir.

5. Menghindarkan diri dari sikap merendahkan ilmu-ilmu lain di hadapan

anak, misalnya pendidik bahasa mengatakan ilmu fikih tidak penting,

pendidik fikih mengatakan ilmu tafsir tidak perlu dan sebagainya.

6. Menjaga agar materi yang diajarkanya sesuai dengan tingkat kematangan

dan daya tangkap muridnya. Ia tidak boleh memberikan pelajaran yang

belum terjangkau oleh potensi inteljensi anak didiknya.17

7. Memilihkan mata pelajaran yang sesuai untuk anak-anak yang kurang

pandai atau bodoh. Ia tidak boleh menyebut-menyebut bahwa di belakang

dari ilmu yang sedang diajarkanya masih banyak rahasia yang hanya ia

sendiri mengetahuinya. Kadang-kadang pendidik, dengan sikap

menyembunyikan semacam itu, ingin memperlihatkan dirinya sebagai

17
Teori Al-Ghazali mengenai penyesuaian pelajaran dengan tingkat kematangan anak
telah menyebabkannya tampil sebagai pelopor dari pemeransertaan ilmu jiwa ke dalam kegiatan
pendidikan. Lihat Fathiyah Hasan Sulaiman Madzahibu fi Al Tarbiyah, Bahtsun fi Al Madzahibi
Al Tarbawi ‘inda Al Ghazali. (Al Qahirah : Maktabah Nahdah, 1964), h. 36.

15
seorang yang sangat dalam ilmunya sehingga orang banyak harus

berpendidik kepadanya .18

8. Mengamalkan ilmunya, serta perkataannya tidak boleh berlawanan dengan

realitas zhahir perbuatannya. Sebab, jika demikian halnya maka murid-

murid tidak akan hormat kepadanya.19

18
Ibid, h. 37.
19
Al-Ghazali, I, Ihya Ulumuddin, (Mesir : Darul Ihya al-Kutub, t.t.), hlm. 55-58.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.

Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta

didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan

sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Seorang pendidik

mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya sebagai seorang

pendidik. Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan

potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan

yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai

insan kamil, manusia utuh atau kaffah.Hakikat pendidikan ini dapat terwujud

melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟limdan tadris), pembersihan dan

pembiasaan (tahdzib dan ta`dib) dan tadrib (latihan) dengan memperhatikan

Kompetensi-kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan

sosial.Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin,karakter, pikiran

dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan

antara ranah-ranah tersebut.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik-

baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, tim penulis

mohon maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun kami terima agar

memperbaiki makalah-makalah berikutnya.

17

Anda mungkin juga menyukai