Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETERKAITAN PENDIDIKAN DENGAN


ILMU PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Arin Rukniyati Anas, M.Pd

Kelompok 1
Disusun oleh :
Nurpah
Ina
Moch. Farhan
Jamhar

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL AZAMI CIANJUR
2023/1444 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Ilmu Pendidikan, dengan judul : “ Keterkaitan Pendidikan Dengan Ilmu
Pendidikan”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang denngan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pelangaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena ini, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembanngan dunia pendidikan.

Cianjur, 19 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak terampil
menjadi terampil dan tidak disipilin menjadi disiplin. Pendidikan itu sendiri
merupakan ujung tombak dari keberhasilan suatu negara . Mengapa
demikian ? Karena dengan pendidikan membentuk pribadi yang berkarakter
entah buruk maupun baik dengan begitu, maju dan tidaknya suatu negara
bergantung kepada generasi-generasi penerus bangsa yang berpendidikan.
Kualitas dan mutu pendidikan yang sangat rendah sangat berpengaruh kepada
perubahan suatu negara, sebaliknya kualitas mutu pendidikan yang tinggi akan
mempengaruhi suatu negara baik dari segi ekonomi, politik dan budayanya
dan dengan begitu negara tersebut dikatakan telah maju. Kualitas dan mutu
pendidikan yang tinggi akan menyelamatkan negara keluar dari kebodohan,
kemiskinan bahkan hingga keluar dari jajahan negara lain yang hanya
membelenggu dan memparasit. Akan tetapi pada saat ini perolehan pendidikan
hanya sebatas perolehan pendididikan saja. Tidak mengacu pada wawasan
masa depan yang dapat mensejahteraan manusia. Hal ini dipengaruhi karena
pendidikan tidak diartikan sebagaimana mestinya, dan hanya sekedar
mengetahui pendidikan itu seperti apa tidak mengetahui keharusan seperti apa
yang diharapkan sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri. Untuk menyikapi
hal semacam itu, disini penulis akan memberikan penjelesan mengenai
pendidikan yang sebenarnya sekaligus penjelasan mengenai unsur-unsur yang
membentuk kegiatan pendidikan. Dengan penjelasan seperti itu diharapkan
lebih mendalami mengenai pendidikan itu sendiri. Karena pada dasarnya
pendididikan itu sebagai jalan keluar untuk menuju cakrawala dunia sehingga
dapat menopang keberhasilan suatu negara dan memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi
dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan titik
sentral pembahasan dalam makalah ini, sebagai berikut:
1.
2.
3.

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHSAN

A. Pengertian

Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat
manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada
kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman
mempunyai garis persamaan. Pendidikan sudah dikenal berabad-abad sebelumnya
semenjak zaman kuno dan berkembang sangat pesa, hingga sekararang ini. Garis
persamaan atau benang merah pendidikan dari masa ke masa ialah :

1. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.

2. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal.

3. Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus


memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-
masing bangsa.

Beberapa bidang kajian ilmu yang melandasi munculnya pendidikan terdiri dari
beberapa disiplin ilmu antara lain Filsafat pendidikan, Sosiologi pendidikan,
Antropologi pendidikan, Agama, Ekonomi pendidikan, Kajian pendidikan
perbandingan, Kajian-kajian kebijaksanaan pendidikan

Hingga kini pendidikan terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari


proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Untuk
menghasilkan peserta didik yang diharapkan, proses pendidikan senantiasa
dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah
munculnya gagasan Pendidikan Karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Gagasan ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai
belum sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang
berkarakter. Bahkan, ada juga yang menyebut bahwa pendidikan Indonesia telah
gagal dalam membangun karakter. Penilaian ini didasarkan pada banyaknya para
lulusan sekolah dan sarjana yang cerdas secara intelektual, namun tidak bermental
tangguh dan berperilaku sesuai dengan tujuan mulia pendidikan. Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendapat lain pendidikan merupakan
suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang
berjalan seumur hidup. Secara substansial, pendidikan tidak sebatas
pengembangan intelektual manusia, artinya tidak hanya meningkatkan
kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia.
makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak manusia guna
memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan
mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Yang lebih menarik dari
pengertian pendidikan diatas adalah konsep pembinaan kepribadian dan
keterampilan. Pembinaan kepribadian diarahkan pada model tertentu. Oleh karena
itu, tolok ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas.

B. Unsur-unsur yang membentuk kegiatan pendidikan


1. Subyek yang dibimbing ( peserta didik ) Peserta didik berstatus sebagai
subjek didik. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas ia ingin
mengembangkan diri secara terus menerus guna memecahkan masalah
hidup yang dujumpainya. Ciri khas peserta didik yang harus dipahami
pendidik ialah :
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik. Artinya anak sejak lahir memiliki potensi –
potensi yang ingin dikembangkan, untuk itu dibutuhkan bimbingan dan
bantuan.
b) Individu yang sedang berkembang. Artinya perubahan yang terjadi
dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri
maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Artinya dalam perkembangannya peserta didik membutuhkan
bantuan dan bimbingan.
d) Individu yang memiliki kemampuan mandiri. Artinya peserta didik
memiliki perkembangan kearah kedewasaan dan cenderung ingin
memerdekakan diri.
2. Orang yang membimbing ( pendidik )
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Hal yang perlu diperhatikan
pendidik adalah soal kewibawaan. Kewibawaan ( kekuasaan batin
mendidik ) harus dimiliki pendidik dan menghindari unsur wewenang
jabatan. Justru dengan kewibawaan muncul sikap mengakui, menerima
oleh orang lain. Kewibawaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang
telah dewasa. Yaitu kedewasaan jasmani dan rohani. Kedewasaan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang
optimal. Dan kedewasaan rohani bila individu telah cita - cita hidup dan
pandangan hidup yang mantap. Orang dewasa adalah orang yang dapat
mempertanggungjawabkan segenap aktivitas yang bertalian dengan
statusnya. Apabila bisa menerapkan itu semua orang dewasa akan
memiliki kewibawaan dalam dirinya. Sepanjang antara peserta didik dan
pendidik terdapat hubungan gayung bersambut kata berjawab maka selama
itu pula terdapat pengakuan akan adanya kewibawaan pendidik oleh
peserta didik. Bagaimanapun juga kewibawaan harus dijaga dan dipelihara
agar tidak pudar. Menurut M.J Langeveld ada 3 sendi kewibawaan yang
harus dibina yaitu kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan.
3. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik ( interaksi edukatif )
Interaksi edukatif sebenarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan yang optimal harus ada komunikasi intensif
antara pendidik dengan peserta didik.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan ( tujuan pendidikan )
Di dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi
inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan
bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan
kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan lingkungan. Dengan
demikian jiwa Bhineka Tunggal Ika dapat ditumbuhkembangkan
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan ( materi pendidikan )
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan ( alat dan metoda ) Alat dan
metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat
jenisnya dan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode
diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang
preventif dan kuratif. Bersifat preventif, yang bermaksud mencegah
terjadinya hal – hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan
bahkan juga hukuman. Sedangkan bersifat kuratif, yang bermaksud
memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian
kepercayaan, saran bahkan juga hukuman. Untuk memilih dan
menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.
b) Kesesuaian dengan peserta didik.
c) Kesesuaian dengan pendidik sebagai pemakai.
d) Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut.
Persyaratan – persyaratan tersebut perlu diperhatikan agar jangan sampai
salah. Sebab kesalahan pemakaian alat dan metode menjadikan peserta
didik frustasi dan mungkin salah arah.
7. Tempat dimana bimbingan berlangsung (lingkungan
bimbingan/lingkungan pendidikan) Lingkungan pendidikan biasa disebut
tri pusat pendidikan yaitu yang pertama keluarga, lingkungan sekolah dan
di masyarakat.
Ada beberapa definisi tentang i1mu pendidikan:

Menurut Prof. DR. M.J. Langeveld:

Pedagogik atau i1mu pendidikan ialah suatu i1mu yang bukan saja menelaah
obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek itu, melainkan
mempelajari pula betapa hendaknya bertindak (Langeveld, 1971: pasal 1).

Menurut Prof. Brodjonegoro dan Drs. Soetedjo:

Ilmu pendidikan atau pedagogik adalah teor! pendidikan, perenungan tentang


pendidikan. Dalam arti yang luas pedagogik adalah i1mu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan (Suwarno, 1982:11).
Menurut DR. Sutari Imam Barnadib:

"ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan"


(1986:17).

Menurut Prof. DR. N. Driyarkara:

"ilmu pendidikan adaIah pemikiran tentang iImiah realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan dididik)" (1980:66).

Melihat dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa iImu pendidikan itu sendiri
tidak dapat dilepaskan dari makna pendidikan. Oleh karena itu pula, ilmu
pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu tentang pendidikan. Langeveld misalnya
menyebut iImu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang praktis karena ilmu itu
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia secara khusus, yaitu
perbuatan mendidik, meskipun di dalamnya terdapat banyak pembahasan
mengenai hal-hal yang bersifat teoretis. Pembahasan tentang pendidikan dan ilmu
pendidikan menyangkut ikhwal hakikat manusia yang menjelaskan kedudukan
peserta didik dan pendidik dalam interaksi pendidikan. Untuk pelaksanaannya
dalam pendidikan sangat bergantung kepada keyakinan ahli ilmu pendidikan yang
bersangkutan.
C. Status Ilmiah Ilmu Pendidikan

Telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari hakikat serta keseluruhan upaya pendidikan dalam arti upaya
pembimbingan bagi peserta didik ke arah tujuan tertentu. llmu pendidikan sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, memiliki obyek dan metode kajian yang 'berbeda dari
psikologi, sosiologi, antropologi. Lapangan kajian ilmu pendidikan adalah situasi
pendidikan, yakni situasi yang terdapat dalam kehidupan manusia, situasi
pergaulan manusia. Situas~ pendidikan adalah agogis, yakni dalam situasi yang
mengandung usaha-usaha mempengaruhi, membimbing, memberikan bantuan,
mengajarkan nilai dan norma kehidupan etis, dari pendidik kepada anak didik.
Selanjutnya ilmu pendidikan itu perlu ditelaah, apakah telah memadai ditinjau dari
ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu yang utuh? Untuk itu perlu terlebih
dahulu dijabarkan ciri-ciri pokok dari suatu ilmu yang utuh. Sesuatu dikatakan
ilmu jika memiliki tiga dasar keilmuan, yakni:

1. dasar ontologis (harus mempunyai obyek)

2. dasar epistemologis (harus mempunyai metode dan serumpun)

3. dasar aksiologis (berguna bagi kesejahteraan manusia).

Dasar ontologis ilmu pendidikan adalah empirik karena objeknya tindakan


mendidik yang terdapat dalam dunia pengalaman. OIeh karena itu, bila kita
menafsirkan fenomena pendidikan itu hanya berdasarkan observasi pada
peristiwa-peristiwa yang tampak, berarti kita belum menemukan makna
pendidikan yang hakiki. Untuk menemukan makna dari tindakan mendidik, kita
perlu menganalisis secara kritis mengenai alasan-alasan dan tujuan-tujuan
pendidik bertindak baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam situasi dan
kondisi yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dan tujuan yang hendak
dicapai. Dilihat dari segi epistemologis, ilmu pendidikan tidak cukup bila hanya
menggunakan metode-metode empirik untuk memahami hakikat dari tindakan
mendidik itu. Metode empiris yang dipakai tersebut harus dilengkapi analisis
rasional dan transendental, untuk menguak makna dari fenomena tersebut.
Penggabungan metode-metode empirik dan rasional serta transendental untuk
memahami makna hakiki dari peristiwa dan tindakan mendidik. , Serumpun,
artinya ilmu tersehut harus merupakan suatu kesatuan, di mana bagian-bagiannya
merupakan satu, rumpun, yakni rumpu'n i1mu pendidikan. ' Dasar aksiologis,
yaitu adanya nilai kegunaan dari Hmu pendidikan bagi kepentingan kesejahteraan
manusia lahir dan batin. Ilmu pendidikan tidak mungkin dapat melepaskan diri
dari pengajian dan penelitian peranan niIai-nilai dan normanorma dalam
kehidupan manusia, khususnya dalam kegiatan pendidikan. Dengan melihat
uraian di atas jelaslah bahwa ilmu pendidikan memenuhi syarat jika ilmu
pendidikan itu dikatakan ilmiah dan berdiri sendiri, bukan sebagai kumpulan dari
ilmu-ilmu lain,
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan itu sangatlah penting bagi setiap indvidu, karena dengan individu
telah mampu menguasai pendidikan maka individu tersebut menjadi pendekar
ksatria menumpas kebodohan suatu negara dan mengubah masadepan suatu
negara. Membentuk karakter bangsa merupakan sebuah keniscayaan yang perlu
dilakukan apabila bangsa ini berkehendak menjadi bangsa yang martabat dan
berbudaya. Pendidikan sebagai langkah tegas pembentuk karakter perlu dan wajib
dilakukan. Bangsa ini memang memerlukan pendidikan karakter. Akan tetapi
jangan meninggalkan salah satu unsur-unsur yang membentuk kegiatan
pendidikan agar dapat dikatakan sebagai pendidikan yang ideal. Ilmu pendidikan
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, memiliki obyek dan metode kajian yang
berbeda dari psikologi, sosiologi, dan antropologi. Lapangan kajian ilmu
pendidikan adalah situasi pendidikan. Metode yang dipakai adalah metode
empiris, dengan dilengkapi analisis rasional dan transendental, untuk membuka
cakrawalci. makna dari fenomena pendidikan, Dan akhirnya' ilmu pendidikan itu
berguna bagi kesejahteraan manusia sebab ilmu pendidikan tidak mungkin lepas
dari pengkajian dan penelitian peranan nilai-nilai dan . norma-norma dalam
kehidupan manusia, khususnya kegiatan pendidikan. Pada dasarnya pendidikan
adalah perbuatan manusiawi dan lahir dari pergaulan antarpendidik dan peserta
didik dalam suatu kesatuan hidup. Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan
dan keterampilan, melainkan juga acuan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Nilai
kemanusiaan .tersebut lebih mengarah pada watak dan kepribadian. Pendidikan
tidak hanya berkaitan dengan masa lalu dan· masa kini, tetapi lebih
mementingkan kehidupan manusia di masa datang. Dengan demikian, pendidikan
dilaksanakan sekarang, dengan modal pengalaman masa lalu, untuk diarahkan
pada masa yang akan datang. Untuk itulah dalam pendidikan harus memusatkan
perhatian kepada masalah yang akan datang
B. Saran

Menurut pendapat saya pendidikan masa kini belum sepenuhnya membaik


tapi masih sangat minim karna banyak pendidik yan belum sepenuhnya mengikuti
prosedur sebagai seorang pendidik. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia harus
di benahi lebih baik lagi agar dapat meminimalisir penyimpangan pendidikan.
Dan tidak hanya itu, agar hasil pendidikan seperti yang diharapkan dengan kata
lain berjalan dengan lancar, perkenalkanlah pendidikan dari mulai bunganya
hingga mencapai akarnya sejak sedini mungkin
DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo Dwi, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.


Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Keiompok Pengaji Sejarah dan Filsafat Pendidikan. 1992. Keperluan dan
Keharusan llmu Pendidikan. Jakarta: FlP lKIP Jakar
(http://the-muchlas.blogspot.co.id/2012/01/bidang-ilmu-dan-kajian-dasar-
dasar.html)
http://rizchaochand.student.umm.ac.id/2011/08/05/pendidik-sebagai-unsur-
pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai