Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

TENTANG ILMU KALAM

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Iis Adkiyah
Istianah
Nailatul Umniah
Tanzihan M.W

(7)
(9)
(14)
(17)

LEMBAGA PENDIDIKAN MAARIF KABUPATEN BANYUMAS

MA MAARIF NU I CILONGOK
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ILMU KALAM

A.

Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu Kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan
dalil-dalil aqliyah (rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan
dari para penentang. Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar.
Menurut persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas
dua bagian. Pertama,fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok
agama atau ilmu tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang
berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya
cabang saja. Al-Farabi mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang
membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai
yang berkenaan dengan masalah setelah kematian yang berlandaskan doktrin
Islam. Penekanan akhirnya adalah menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalildalil rasional. Sedangkan Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini
( ilmu kalam) bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan
dengan aqidah imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang
bersandar kepada nalar. Menurut Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak
terdapat perkataan al-Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri
sebagaimana yang diartikan sekarang. Arti semula dari istilah al-Kalam adalah
kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu maksud Kemudian dipakai
untuk menunjukkan salah satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara. Sebagai contoh,
kata-kata kalamullah banyak terdapat dalam al-Quran, diantaranya pada Surah
al-Baqarah ayat 75, 253, dan Surah an-Nisa ayat 164.
Penggunaan al-Kalam sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana
kita kenal saat ini pertama kali digunakan pada masa kekhalifahan Bani
Abbasiyah, tepatnya pada masa khalifah Al-Mamun.Sebelumnya, pembahasan
tentang kepercayaan-kepercayaan dalam islam disebut al-fiqh fi ad-din, sebagai
imbangan terhadap al-fiqh fi al-ilm yang diartikan ilmu hukum ( ilmu qanun ).
Biasannya mereka menyebutkan al-fiqhi fiddiniafdhalu minal fiqhi fil ilmi, ilmu
aqidah lebih baik dari ilmu hukum. Adapun yang melatarbelakangi mengapa
ilmuini dinamakan Ilmu Kalam adalah :
1. Permasalahan terpenting yang menjadi tema perbincangan pada masa
permulaan Islam adalah masalah firman Allah ( Kalam Allah ), yaitu al-

Quran. Apakah Kalamullah tersebut qadim atau hadits ( baru )?


Walaupun permasalahan ini hanya merupakan salah satu bagian dari
pembahasan ilmu ketuhanan dalam Islam, namun karena ia menjadi
bagian terpenting maka ilmu ini dinamai Ilmu Kalam.
2. Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan, para mutakallim ( ahli
Ilmu Kalam ) menggunakan dalil-dalil aqliyah dan dampaknya tercermin
pada keahlian meraka dalam berargumentasi dengan mengolah kata-kata.
Dengan demikian, mutakallim diartikan juga dengan ahli debat yang
pintar memakai kata-kata.
3. Secara harfiah, kata kalam berarti pembicaraan. Tetapi secara istilah,
kalam tidaklah dimaksudkan pembicaraan dalam pengertian sehari-hari,
melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan
menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalasm ialah rasionalitas
atau logika .
B.

Sumber-Sumber Ilmu Kalam


Sumber-sumber ilmu kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dalil
naqli ( al-Quran dan Hadits ) dan dalil aqli ( akal pemikiran manusia ). AlQuran dan Hadits merupakan sumber utama yang menerangkan tentang wujud
Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan permasalahan aqidah
Islamiyah uang lainnya. Para mutakallim tidak pernah lepas dari-dari nash-nash
al-Quran dan Hadits ketika berbicara masalah ketuhanan. Masing-masing
kelompok dalam ilmu kalam mencoba memahami dan menafsirkan al-Quran
dan Hadits lalu kemudian menjadikannya sebagai penguat argumentasi mereka.
Berikut ini adalah sumber-sumber ilmu kalam:
1. Al-Quran
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan,di antarannya adalah :

Q.S. Al-Ikhlas : 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Esa.

Q.S. Asy-Syara : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai


apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertahta di atas Arsy. Ia pencipta langit,bumi, dan semua
yang ada diantara keduannya.

Q.S.Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai tangan yang


selalu berada diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama
mereka berpegang teguh dengan janji Allah.

Q.S. Thaha : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai mata
yang selalu digunakan untuk memgawasi seluruh gerak, termasuk gerakan
hati makhluk-Nya.

Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,tuntunan, dan


hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan
rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ketuhanan disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah
ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
2. Hadist
Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam banyak
hadits, Diantarannya yaitu hadits yang menjelaskan tentang iman, islam, dan
ihsan termasuk menyinggu ilmu kalam,salah satu di antaranya juga. Adapula
beberapa Hadits yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai prediksi
Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam,
diantaranya :
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi
tujuh puluh dua golongan.
Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, Akan menimpa umatku yang pernah menimpa Bani
Israil, Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku
akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka,
kecuali satu golongan saja, Siapa mereka itu, wahai Rasulullah? tanya
para sahabat. Rasulullah menjawab mereka adalah yang mengikuti jejakku
dan sahabat-sahabatku.
Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan
dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajiiian ilmu
kalam, mempunyai sanad sangat banyak. Diantara sanad yang sampai kepada
Nabi adalah yang berasal dari berbagai sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu
Hurairah, Abu Ad-Darba, Jabir, Abu Said Al-Khudri, Abu Abi Kaab,

Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Ummah, Watsilah bin Al-Aqsa[2].
Adapula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat. Diantaranya
adalah Hadits yang mengatakan bahwa umat islam akan terpecah belah
kedalam beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja
yang benar, sedangkan yang lainnya sesat.
3. Pemikiran Manusia
Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia berasal
dari pemikiran umat islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat
islam. Di dalam al-Quran, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang
memerintahkan manusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal
ini biasanya Al-Quran menggunakan redaksi tafakkur, tadabbur, tadzakkur,
tafaqqah, nazhar, fahima, aqala, ulul al-albab, ulul al-ilm, ulu al-abshar, dan
ulu an-nuha. Diantara ayat-ayat tersebut yaitu :
Artinya : Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar. Yang keluar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. ( Q.S. At-Thariq Ayat 5-7
)
Ayat-ayat yang lain dapat ditemukan pada Surah Muhammad : 24,
An-Nahl : 68-69, Al-Isra : 44, Al-Anam : 97-98, At-Taubah : 122, Shad : 29,
Az-Zummar : 9, Adz-Dzariyat : 47-49, Al-Ghatsiyah : 7-20, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jika umat islam sangat termotivasi untuk
memaksimalkan penggunaan rasionya, hal itu bukan karena ada pengaruh
dari pihak luar saja, melainkan karena adanya perintah langsung dari ajaran
agama mereka. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan sangat jelasnya
penggunaan rasio dan logika dalam pembahasan ilmu kalam. Adapun sumber
kalam berupa pemikiran dari luar Islam, Ahmad Amin menyebutkan
setidaknya ada tiga faktor penting.
Pertama, kebanyakan orang-orang yang memeluk Islam setelah
kemenangannya, pada awalnya mereka memeluk berbaga agama yaitu
Yahudi, Nasrani, Manu, Zoroaster, Brahmana, Sabiah, Atheisme, dan lainlain.Mereka dilahirkan dan dibesarkan dalam ajaran-ajaran agama ini.
Bahkan diantara mereka ada yang benar-benar memahami ajaran agama
aslinya. Setelah fikiran mereka tenang dan mereka benar-benar teguh
memeluk agama Islam, mulailah mereka memikirkan ajaran-ajaran agama

mereka sebelumnya dan mengangkat persoalan-persoalanya lalu memberinya


corak baju keislaman.
Kedua, golongan Mutazilah memusatkan perhatianya untuk dakwah
Islam dengan membantah argumentasi-argumentasi orang-orang yang
memusuhi Islam. Untuk itu, mereka tidak akan bias menolak lawa-lawannya
kecuali sesudah mereka mempelajari pendapat-pendapat serta alas an-alasan
lawan mereka. Maka terjadilah perdebatan-perdebatan yang rasional antar
agama saat itu.
Ketiga, sebagaimana pada faktor kedua dimana para mutakallimun
sangat membutuhkan filsafat Yununi untuk mengalahkan lawan-lawannya,
maka mereka terpaksa mempelajari dan mengambil manfaat dari ilmu logika,
terutama dari sisi ketuhanannya. Misalnya An-Nadham, seorang tokoh
Mutazilah, ia mempelajari filsafat Aristoteles dan menolak beberapa
pendapatnya, demikian juga Abu al-Hudzail al-Allaf.
4. Insting
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu,
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan
asal-usul agama dikalangan orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan
bahwa animism-anggapan adanya kehidupan pada benda-benda matimerupakan

asal-usul

kepercayaan

adanya

Tuhan.

Adapun

Spencer

mengatakan lain lagi. Ia mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek


moyang merupakan bentuk ibadah yang paling tua. Keduanya menganggap
bahwa animisme dan pemujaan terhadap nenek moyang sebagai asal-usul
kepercayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih
dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia yang suka
mengalami mimpi. Didalam mimpi, seorang dapat bertemaan terhadap,
bercakap-cakap, bercengkerama, dan sebagainya dengan orang lain, bahkan
dengan orang yang telah mati sekalipun. Ketika seorang yang mimpi itu
bangun, dirinya tetap berada di tempat semula. Kondisi ini telah membentuk
intuisi bagi setiap orang yang telah bermimpi untuk meyakini bahwa apa yang
telah dilakukannya dalam mimpi adalah perbuatan roh lain, yang pada
masanya roh itu akan segera kembali. Dari pemujaan terhadap roh
berkembang ke pemujaan terhadap matahari, lalu lebih berkembang lagi pada
pemujaan terhadap benda-benda langit atau alam lainnya. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa kepercayaan adanya Tuhan, secara instingtif, telah


berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh sebab itu, sangat wajar
kalau William L. Reese mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan
ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak
lama. Ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos
(thelogia was originally viewed as concerned with myth). Selanjutnya, teologi
itu berkembang menjadi theology natural (teologi alam) dan revealed
theology (teologi wahyu).
C.

Jenis-jenis Ilmu Kalam


Al Kalam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu isim (kata benda), fiil (kata kerja),
dan harf (kata bantu) yang mengandung makna
Setiap ungkapan atau kalimat yang digunakan oleh orang-orang Arab, semuanya
tidak akan terlepas dari ketiga pembagian diatas, yaitu: isim, fiil, dan harf.
a.

Isim
Menurut etimologi (bahasa), isim berarti kata yang menunjukkan kepada
sesuatu (benda). Menurut terminologi ahli nahwu, isim berati kata yang
menunjukkan satu makna tanpa terkait dengan waktu.
Contoh: ( Muhammad); ( Ali); ( laki-laki); ( unta);
(sungai); ( Apel); ( Lemon); ( tongkat)

b.

Fiil
Menurut etimologi, fiil berarti peristiwa. Menurut terminologi ahli nahwu,
fiil berarti kata yang menunjukkan satu makna (pekerjaan) dan terkait
dengan salah satu dari tiga batasan waktu, yaitu masa lampau (fiil madhi),
masa sekarang (fiil mudhari), dan masa yang akan datang-yaitu waktu
yang terjadi setelah terucapnya kata tersebut (fiil mudhari dan fiil amrbermakna perintah). Sebagai contoh: ( telah menulis)
(sedang/akan menulis) ( tulislah!).

c.

Harf
Menurut etimologi, harf berarti ujung/tepi, sedangkan menurut terminologi
ahli nahwu, harf berarti satu kata yang hanya mempunyai makna jika
digabung bersama kata lain. Misalnya, huruf . Huruf ini menunjukkan
makna permulaan / dari, dan ia hanya mempunyai makna jika digabung
dengan kata lain.

Beberapa contoh dari Harf: , , , , , , , , , , , (hingga, akan, bahkan, ya, untuk, sesungguhnya, akan tetapi, kecuali, atas,
dari, ke, dari) dan yang lainnya.
Contoh dalam kalimat: saya (telah) berangkat dari rumah.

D.

Sejarah Kelahiran Ilmu Kalam


Secara harfiah, kata-kata Arab kalam, berarti "pembicaraan". Tetapi
sebagai istilah, kalam tidaklah dimaksudkan "pembicaraan" dalam pengertian
sehari-hari, melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan
menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalam ialah rasionalitas atau logika.
Karena kata-kata kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter jemahan kata
dan istilah Yunani logos yang juga secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi
yang dari kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai derivasinya. Kata
Yunani logos juga disalin ke dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika,
khususnya logika formal atau silogisme ciptaan Aristoteles dinamakan Ilmu
Mantiq ('Ilm al-Mantiq). Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis".
Dari penjelasan singkat itu dapat diketahui bahwa Ilmu Kalam amat erat
kaitannya dengan Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan Falsafah secara
keseluruhan, mulai dikenal orang-orang Muslim Arab setelah mereka
menaklukkan dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa yang berlatarbelakang peradaban Yunani dan dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir
semua daerah menjadi sasaran pembebasan (fat'h, liberation) orang-orang
Muslim telah terlebih dahulu mengalami Hellenisasi (disamping Kristenisasi).
Daerah-daerah itu ialah Syria, Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat
Hellenisme yang giat seperti Damaskus, Atiokia, Harran, dan Aleksandria. Persia
(Iran) pun, meski tidak mengalami Kristenisasi (tetap beragama Majusi atau
Zoroastrianisme), juga sedikit banyak mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur
sebagai pusat Hellenisme Persia.
Di dalam lapangan pemikiran Islam istilah kalam memiliki 2 pengertian
yaitu firman Allah dan Ilmu kalam. Pengertian yang kedua ini lebih
menunjukkan kepada teologi dogmatik dalam Islam dan sekaligus juga
merupakan initi pembahasan dalam ilmu kalam.
Kata-kata kalam dalam Al-Quran seperti pada firman Allah SWT :




Artinya :

Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung. (QS. An-Nisa; 164)
Ilmu kalam disebut juga dengan ilmu tauhid, ilmu shuluddin dan ilmu fiqh
al-akbar.
Dinamakan dengan ilmu kalam karena :
1.

Masalah perselisihan yang paling sering diperdebatkan di


antara golongan-golongan Islam adalah masalah teologis, terutama
menyangkut firman Tuhan atau kalam Ilahi.

2.

Ilmu kalam adalah dalil-dalil aqli sebagaimana yang tampak


pada pembicaraan mutakallimin, mereka jarang menggunakan dalil-dalil
naqli kecuali digunakan setelah menetapkan benarnya pokok persoalan
terlebih dahulu kemudian menggunakan dasar-dasar pikiran yakni berupa
argumen yang logis-rasional.

3.

Pembuktian tentang keyakinan-keyakinan agama menyerupai


logika dalam filsafat, penamaan ilmu kalam adalah untuk membedakan
dengan logika dalam filsafat.
Syekh Muhammad Abduh mengatakan ilmu kalam disebut juga dengan ilmu

tauhid karena bagiannya yang terpenting menetapkan sifat wahdah (satu) bagi
Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya
dan kepada-Nya lah kembali segala alam ini yang merupakan penghabisan segala
tujuan. Asal makna tauhid adalah meyakinkan bahwa Allah SWT satu tidak ada
syarikat bagi-Nya.
Husain Affandi Al-Jasr mengatakan ilmu tauhid adalah :
.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan akidah
agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
Disetiap aliran-aliran kalam masing-masing mempunyai dalil-dalil atau
kensep-konsep sendiri baik dari dalil naqli maupun dalil aqli yang pada intinya
adalah untuk mengEsakan Allah SWT dengan jalan yang mereka tempuh
masing-masing. Misalnya kaum khawarij dengan paham ekstrimnya, mutazilah
dengan lebih mengutamakan daya nalar manusia (akal) dan lain sebagainya.

Dinamakan dengan ilmu ushuluddin atau ilmu aqaid karena persoalan


kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah yang menjadi pokok
pembicaraannya.
Abu Hanifah menyebut ilmu kalam ini dengan Fiqh al-Akbar, menurut
persepsi beliau, hukum Islam itu dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas 2 bagian.
1. Fiqh al-Akbar yang membahas masalah keyakinan atau pokok-pokok
agama (ilmu tauhid)
2. Fiqh al-Ashgar yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah
muamalah, bukan pokok-pokok agama melainkan hanya persoalan cabang
saja.
Abd al-Munim mengatakan bahwa ilmu kalam mencakup akidah imaniah
dengan menggunakan argumentasi rasional. Ilmu itu muncul untuk membela
agama Islam dan menolak akidah-akidah yang masuk dari agama lain. Disebut
ilmu kalam karena masalah penting yang dibicarakan di dalamnya adalah
mengenai kalam Allah, yaitu Al-Quran. Ilmu kalam menyangkut persoalan
akidah yang mendalam seperti tauhid, hari akhirat, hakikat sifat-sifat Tuhan,
qada dan qadar, hakikat kenabian, dan penciptaan Al-Quran.
Berkaitan dengan masalah aqidah itu Muzafaruddin Nadvi melihat ada 4
masalah pokok yang menjadi objek kajian penting dalam pemikiran Islam
khususnya ilmu kalam yaitu :
1. Masalah kebebasan berkehendak, yaitu apakah manusia memiliki
kebebasan berkehendak atau tidak, apakah mempunyai kekuasaan atau
tidak.
2. Masalah sifat Allah, yaitu apakah Allah memiliki sifat-sifat itu merupakan
bagian dari Dzat-Nya atau bukan.
3. Batasan iman dan perbuatan, apakah perbuatan manusia itu merupakan
bagian dari keimanannya atau terpisah
4. Perselisihan antara akal dan wahyu, yaitu apakah kretieria dari kebenaran
itu akal atau wahyu. Dengan kata lain apakah akal menjadi pokok wahyu
atau sebaliknya.
E.

Fungsi Ilmu Kalam


Salah 1 fungsi ilmu kalam yaitu menyampaikan aqidah dan melindunginya
dari ajran yang dapat menyesatkan umat islam. Dasar ajaran aqidah yaitu
meyakini Alllah swt. sebagai satu-satunya Tuhan dan tidak ada tuhan selain Allah
swt . lahirnya ilmu kalam setelah lahirnya beberapa kelompok islam, dimana
awal terbentuknya kelompok-kelompok tersebut karena peristiwa politik.

Namun, seiring berjalannya waktu kelompok-kelompok tersebut menjadi sebuah


paham atau aliran-aliran baru dalam islam. Diluar kelompok-kelompok yang
terbentuk karena peristiwa politik akhirnya banyak terbentuk aliran-aliran baru
yang tidak dilatarbelakangi peristiwa politik. Aliran tersebut menganut paham
yang berbeda satu sama lainnya. Ilmu kalam sebagai ilmu yang membicarakan
masalah kepercayaan dan membuat orang semakin yakin akan keimanan
terhadap Allah swt. Dapat dijadikan sebagai bidang ilmu yang dapat
mempertahankan aqidah yang benar dari aqidah yang menyesatkan. Di dalam
ilmu kalam dipelajari tentang pemikiran masing-masing aliran. Selama paham
yang digunakan masih menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai dasar, maka
paham tersebut dapat diartikan bukan aliran yang salah. Akan tetapi jika
pemahaman dan penafsiran yang salah tentang isi Al-Quran dan hadis dijadikan
dasar ,maka aliran tersebut menjadi salah. Apalagi aliran yang secara terang
terangan tidak menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai dasar sebuah pemahaman
dari ajaran agama islam. Pada masa sekarang ini kita harus berhati-hati atas
politik yang dilancarkan oleh orang atau kelompok yang ingin melihat
kehancuran umat islam. Mereka mulai membuat aliran-aliran tau pemahaman
baruyang salah tentang islam. Bahkan mereka mendanai kelompok yang salah
tersebut untuk menyebarkan ajarannya. Banyak orang munafik yang berbicara
tentang kemajuan islam tetapi kenyataannya dia sendiri yang menjatuhkan dan
menghancurkan islam. Paham ilmu kalam menunjukkan kepada kita ajaran yang
benar dan ajaran yang salah tentang islam, sehingga diharapkan kita dapat
mempertahankan aqidah islam sampai akhir hayat.
Dengan demikian manfaat Ilmu Kalam hanya untuk:
1. Menjaga orang awam dari gangguan ahli bid`ah
2. Mengajak orang awam ahli bid`ah kepada jalan yang benar dengan
berbagai perdebatan yang berprinsip kepada kebenaran, bukan kepada
panatisme Ilmu debat dan Ilmu Kalam.
3. Memberikan alas an mengenai keykinan atau keimanan yang ada pada
ajaran Islam
Mengupas dan membantah terhadap orang-orang yang menyalahi,

F.

mengingkari serta menyeleweng dari aqidah Ialam


Memberikan kepuasan kepada fikiran dari keraguan dalam keimanan
Untuk memahami dari kepercayaan agama di luar Isam.

Akibat dan Efek Ilmu Kalam

1. Al-Quran di dalam seruannya kepada tauhid membentangkan aliran-aliran


penting dan agama-agama yang bertebaran pada zaman Nabi s.a.w., lalu alQuran menolak perkataan-perkataan mereka. Secara tabi'I, para ulamak telah
mengikut cara al-Quran di dalam menolak mereka yang bertentangan, di mana
apabila penentang memperbaharui cara, maka kaum muslimin juga
memperbaharui cara menolaknya.
2. Perselisihan di dalam masalah politik menjadi sebab di dalam perselisihan
mereka mengenai soal-soal keagamaan. Jadilah parti-parti politik tersebut
sebagai satu aliran keagamaan yang mempunyai pandangannya sendiri. Parti
(kelompok) Imam Ali r.a. membentuk golongan Syiah, dan manakala mereka
yang tidak bersetuju dengan Tahkim dari kalangan Syiah telam membentuk
kelompok Khawarij. Dan mereka yang membenci perselisihan yang berlaku di
kalangan umat Islam telah membentuk golongan Murji'ah.:
3. Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda. Perbedaan ini terdapat dalam
hal pemahaman ayat Al-Quran, sehingga berbeda dalam menafsirkan pula.
Mufasir satu menemukan penafsiranya berdasarkan hadist yang shahih,
sementara mufasir yang lain penafsiranya belum menemukan hadist yang
shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau hanya
mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadist.
4. Adanya pemahaman ayat Al-Quran yang berbeda Para pemimpin aliran pada
waktu itu dalam mengambil dalil Al-Quran beristinbat menurut pemahaman
masing-masing
5. Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda. Penyerapan hadist berbeda,
ketika para sahabat menerima berita dari para perawinya dari aspek matan
ada yang disebut hadist riwayah (asli dari Rasul) dan diroyah (redaksinya
disusun oleh para sahabat), ada pula yang di pengaruhi oleh hadist
(israiliyah), yaitu: hadist yang disusun oleh orang-orang yahudi dalam rangka
mengacaukan islam.
6. Adanya kepentingan kelompok atau golongan Kepentingan kelompok pada
umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran, sangat jelas, dimana
syiah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji Ali bin Abi Thalib,
sedangkan khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya.
7. Mengedepankan akal. Dalam hal ini, akal di gunakan setiap keterkaitan
dengan kalam sehingga terkesan berlebihan dalam penggunaan akal, seperti
aliran Mutazilah.

8. Adanya kepentingan politik. Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan


politik pada zaman Ustman bin Affan yang menyebabkan wafatnya beliau,
kepentingan ini bertujuan sebagai sumber kekuasaan untuk menata
kehidupan.
9. Adanya beda dalam kebudayaan. Orang islam masih mewarisi yang di
lakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah. Seperti menghalalkan kawin
kontrak yang hal itu sebenarnya sudah di larang sejak zaman Rasulullah.
Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib oleh aliran
Syiah.
G. Dalil dalam Ilmu Kalam
Dalil adalah penunjuk. Secara istilah dalil adalah sesuatu yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu yang lain. Dalam ilmu mantiq dalil dibagi menjadi
dua, yaitu dalil naqli dan dalil aqli (akal).
Dalil naqli adalah dalil yangbersumber pada al Quran dan al Hadits.
Dalil-dalil yang berasal dari al Quran semuanya berstatus sebagai dalil yang
Qathi al wurud, artinya sudah diyakini merupakan wahyu Allah yang terpelihara
dari campur tangan manusia. Akan tetapi dari segi pengertiannya ayat-ayat al
Quran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu qathi ad dalalah dan zanni ad
dalalah. Qathi ad dalalah adalah yang pengertiannya dapat difahami langsung
dari ayat-ayat itu sendiri dan tidak memerlukan penjelasan yang lain. Sedangkan
yang dinamakan ayat zanni ad dalalah adalah ayat yang baru dapat difahami
dengan bantuan ilmu-ilmu lain misalnya ilmu nahwu.
Dalil aqli adalah dalil-dalil yang diperoleh melalui penalaran akal (ijtihad).
Ijtihad adakalanya dilakukan dengan membandingkan segi persamaan (illat) yang
terdapat dalam satu perbuatan yang belum tentu ada ketentuan hukumnya dengan
perbuatan lain yang sudah ada ketentuan hukumnya dalam dalil naqli (qias).
Adakanya ijtihad dilakukan dengan memperhatikan ruh tasyri (jiwa atau
semangat hukum), kemaslahatan umum dan sebagainya.
Peranan berfikir rasional hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan
tegas dan jelas disebut dalam Al Quran dan Hadist, yaitu ayat yang Qothi. serta
memberikan kebebasan pada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta
mendirikan daya yang kuat kepada akal.
Sedangkan berfikir tradisional terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat
yang mengandung arti dzanni disamping itu juga tidak memberikan kebebasan

kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat serta memberikan daya yang
kecil kepada akal.
Adapun peranan dalil dalam ilmu kalam adalah sebagai berikut ;
1. Dasar hukum untuk melaksanakan ibadah dan muamalah yang sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Memperkokoh keimanan terhadap Allah SWT sebagaimana firman Allah
SWT ;
Artinya : Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang
mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS.Al-Anbiya : 22)
3. Menjawab persoal-persoalan duniawi dan ukhrowi
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS.Fussilat : 53)
Dapat disimpulkan dalam pembahasannya ilmu kalam memiliki beberapa
sumber yaitu:
Al Quran
Sebagai sumber ilmu kalam, Al Quran banyak menyinggul hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah :
a. Q.S. Al Ikhlas [112]: 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan
tidak diberanakkan, serta tidak sesuatupun di dunia ini yang menyamai-Nya.
b. Q.S. Asy Syura [42]: 7. Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan tidak menyerupai
apapun di dunia ini. Ia Maha mendengar dan Maha Mengetahui.
c. Q.S Al Furqon [25]: 59. Ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan yang Maha
Penyanyang bertahta diatas Arsy. Ia menciptakan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang ada di antaranya.
d. Q.S. Al Fath [48]: 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan memiliki tangan yang selalu
berada diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka
berpegang teguh pada ajaran Allah.
e. Q.S. An Nisa [4]: 125. Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan menueunkan aturan
berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama
apabila melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah.
f. Q.S. Ali Imran [3]: 83. Ayat ini menjelasakan bahwa Tuhan adalah tempat
kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
g. Q.S. Al Anbiya [21]: 92. Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dalam berbagai
suku, ras atau etnis dan agama apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh karena

itu, semua umat dalam kondisi dan situasi apapun harus mengarahkan
pengabdiannya hanya kepada-Nya,
h. Q.S. Al Hajj [22]: 78. Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang yang ingin
melakukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai jihad
apabila dilakukannya hanya karena Allah SWT semata.
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntuna dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak
ditemukan. Oleh sebab itu para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan,
yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenak dengan istilah ilmu kalam

Sumber :
https://www.google.com/search?q=artikel+ilmu+kalam+&ie=utf-8&oe=utf-8
http://www.khasanah-islam.com/2012/07/pengertian-ilmu-kalam.html

Anda mungkin juga menyukai