BAB I
PENDAHULUAN
Dilihat dari segi penggunaannya maka bahasa Arab ini terbagi dua yaitu :
Bahasa Ammiyah (bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi), berasal dari bahasa
daerah di Jazirah Arabiya tidak terikat pada tata bahasa.Kedua bahasa Fushah yaitu
bahasa Resmi, contohnya bahasa Al-Quran dan Hadist, untuk karangan ilmiah kitab-
kitab, surat-menyurat dan komunikasi resmi lainnya. Bahasa fushah (resmi) ini
mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena terikat erat dengan peraturan
kebahasaan diantaranya ilmu nahwu (Qawaid) dan Ilmu Balaghah Semantik Arab.
Dalam Ilmu Balaghah dibahas tata cara menyusun kalimat yang baik atau tata
cara mengucapkan kalimat yang baik. Sehingga dengan menguasai ilmu ini dapat
menyampaikan kalimat-kalimat yang bernilai sastra tinggi.
2. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian Balaghah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Balaghah
Balaghoh pada kalam ialah: kalam yang sesuai dengan tuntutan ()ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ
situasi dan kondisi percakapan serta fasih lafazhnya, baik lafazh tersebut mufrad
2
(satu kata) atau murkab (terangkai dalam satu kalimat). ( )ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏitu dinamakan
3
Seperti lagi ketika kalam khabar disampaikan kepada kepada orang yang tidak
ada keragu-raguan, maka kalam tersebut disampaikan tanpa memerlukan taukid
(penguat atau pengukuh) diuacpkan " " ﺯﻳﺪ ﻗﺎﺀﻡtanpa memerlukan pengguat, tapi kalo
5
kalam tersebut disampaikan kepada orang yang terdapat keragu-raguan atau ingkar
dalam hatinya, maka kalam itu di kasih taukid. Seperti: " "ﺇﻥ ﺯﻳﺪﺍ ﻗﺎﺀﻡdengan
6
ditambahkan huruf taukid inna dan lam qasam, akan tetapi ketika kalam tersebut
diucapakan kepada orang yang sangat ragu-ragu atau ingkar akan adanya berita itu,
maka kalam tersebut ditambahkan lagi taukid atau pengukuhnya. Seperti: " "ﺇﻥ ﺯﻳﺪﺍ ﻟﻘﺎﺀﻡ
7
dengan ditambahkan huruf taukid yaitu berupa inna dan lam qasam .
8
Yang kedua yaitu balaghah mutakalim ( )ﺑﻼﻏﺔ ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻢadalah sifat yang tertancap
dalam hati mutakalim (orang yang berbicara) sehingga mutakalim dengan sifat
tersebut mampu menyusun kalam yang yang baligh serta fasih di dalam makna yang
mutakalim kehendaki.
9
Dan setiap kalam atau mutakalim yang baligh itu pasti fasih,akan tetapi tidak
berlaku sebaliknya. Jadi setiap kalam atau mutakalim yang fasih belum tentu dihukumi
baligh, karena kalam atau mutakalim yang fasih itu belum tentu sesuai dengan situasi
10
dan kondisi.
KESIMPULAN
Adapun kalam yang baling yaitu kalam yang diucapkannya sesuai dengan situasi
dan kondisi, sedangkan mutakalim yang balingh adalah: mutakalim sifat yang tertancap
dihatinya untuk dapat menyampaikan kalam dengan baligh dan fasih.
Dan setiap kalam atau mutakalim yang baligh itu pasti fasih. akan tetapi, tidak pada
kalam atau mutakalim yang fasih itu dihukumi baligh.
DAFTAR PUSAKA
‘Abd ar-Raḫman bin Muhammad al-Akhdlari Nazham Taqrirat Jauhar al-Maknun (Kediri:
Raudlatul Ulum, tt)
Imam Akhdlori, ilmu balaghoh, terj Moch Anwar (Bandung: al-Ma’arif, 1989)
1 Qamar az-Zaman, Ilmu Balaghoh (Kediri: STAIN Kediri, tt) CD-ROM
2 ‘Abd ar-Raḫman bin Muhammad al-Akhdlari Nazham Taqrirat Jauhar al-Maknun (Kediri: Raudlatul Ulum, tt) hal
6.
8 Imam Akhdlori, ilmu balaghoh, terj Moch Anwar (Bandung: al-Ma’arif, 1989), 17.
10 Ibid.,
Poskan Komentar
"saran dan kritikan anda adalah kemajuan bagi
kami"
‹ Beranda ›
Lihat versi web