PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu keunikan Al-qur’an ialah segi metode pengajaran dan penyampaian
pesan tersebut adalah metode yang paling singkat, mudah dan jelas. Salah satu
(perumpamaan; jamaknya amsal) dalam hal-hal yang mendasar dan bersifat abstrak.
Metode tersebut dapat kita temukan, misalnya ketika Al-qur’an menjelaskan keesaan
Tuhan dan orang-orang yang mengesakan Tuhan, Tentang kemusyrikan dan orang-
orang musyrik, tentang sikap dan kenyataan-kenyataan yang akan dihadapi dan
disampaikan Al-qur’an itu terlihat secara langsung. Oleh karena itu makna amsal
dalam Al-qur’an dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan
1
Rahman Dahlan, Kaidah-kaidah Penafsiran Al-Qur’an Disusun Berdasarkan Al-Qawaid Al-
Hisan li Tafsir al-Qur’an Li As-Sa’di, (Cet.II; Bandung: Penerbit Mizan, 1998), h. 156
1
salah satu cara yang baik untuk menyatakan suatu pikiran dalam bentuk kesusastraan
Arab. Oleh karenanya, dalam pengungkapan suatu pikiran, baik dalam bentuk berita,
Antara lain dengan mengemukakan kisah paktual atau simbolik, atau perumpamaan-
perumpamaan.2
pendengaran dan penglihatan; untuk memberikan hidayah pada jiwa-jiwa dengan apa
yang diketahuinya.
perumpamaan bagi mereka dari diri mereka sendiri, dan untuk memenuhi kebutuhan
mereka kepadanya; agar mereka memikirkannya hingga mengetahui apa yang tidak
barang siapa berfikir akan perumpamaan yang Allah swt. Sebutkan dalam kitab-nya,
maka sungguh menjadi orang yang alim,3 yang dengannya seseorang dituntut untuk
2
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Pesan, Kesan, dan Cahayanya, (Cet.I; Bandung:
Penerbit Mizan, 1996), h. 9
3
Abi ‘Abdillah Muhammad bin ‘Ali Al-Hakim At-Turmuzi, Al-Amsal min Al-Kitab wa As-
Sunnah, (Cet. I; BairutLibanon: Muassasah Al-Kutub As-Saqafiyyah, 1409 H)Alih bahasa dalam edisi
Indonesia dengan judul, Perumpamaan-perumpamaan dalm al-Qur’an dan As-Sunnahi oleh Ibnu
Ibrahim di tahiq oleh Mustafa ‘Abdul Qadir ‘Ata’. (Cet.I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 28
2
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang sangat sederhana ini, penulis mengangkat tiga rumusan
masalah yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amsal
Kata Amsal berasal dari kata masal yang terdiri dari mim, sin, dan lam, yang
yang ini seperti itu”. Namun disini penulis mencoba mengungkapkan pengertian
Amsal Al-qur’an secara etimologis dan terminologis serta beberapa pandangan para
Secara etimologis kata Amsal adalah bentuk jamak dari kata masal dan kata
misal yang berarti misal. Perumpamaan, sesuatu yang menyerupai dan bandingan.
terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu
diucapkan.4
biasanya digunakan untuk sesuatu keadaan sesuatu kisah yang hebat. Masal adalah
menonjolkan sesuatu makna yang abstrak kedalam bentuk indrawi agar menjadi
Zamakhyari telah mensyaratkan akan ketiga arti ini dalam kitabnya, al-
kasysyaf, ia berkata: Amsal menurut asal perkataan mereka berarti al-misl dan an-
nasir (yang serupa, yang sebanding). kemudian setiap perkataan yang berlaku,
popular, yang menyerupakan sesuatu (orang, keadaan dan sebagainya) dengan murid
atau apa yang terkandung dalam perkataan itu disebut masal. Mereka tidak
menjadikan sebagai masal yang layak diterima dan dipopulerkan kecuali perkataan
yang mengandung keanehan dari beberapa segi. Dan katanya lebih lanjut. “masal”
dipinjam (dipakai secara pinaman) untuk menunjukkan keadaan .sifat atau kisah jiga
dan konsep Amsal itu merupakan bentuk majaz yang selanjutnya sebagai pembangun
seni puitik secara umum. Amsal merupakan bentuk lain dari perbandingan yang
Para kritikus sastra semenjak era Abu ‘Ulbaidah (w. 207/822) dan Al-Jahiz
(w. 255/868) menetapkan bahwa masal atau tamsil sebagai konsep-konsep ilustrasi
puitik sama seperti halnya dengan tasybih, yang dalam sastra dan puisi Arab klasik
tidak saja mempunyai fungsi membuat obyek ungkapan semakin indah dan sarih atau
jelas, namun tamsil pun juga demikian. Persamaannya bahwa kedua tersbut sama-
terletak pada cakupan dari dua istilah tamsil dengan tasybih. Menurut Al-Jurjani (w.
5
Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Tebesar; (Cet. I; Yokyakarta: El Saq Press,
2005), h.234
5
471/ 1078), perbedaanya adalah: Tasybih lebih umum cakupannya sehingga setiap
Pada sisi lain (sebagaimana kutipan Dr. Mardan dari kitab Min Ma’ani al-
Qur’an li ‘Abdurrahman Fuad), bahwa ada juga yang melihat perbedaan keduanya
pada aspek penekanan dan pemaknaannya dalam Al-qur’an. Kata tamsil bisa
dapat diartikan dengan arti etimologis. Asy-Syabih dan an-nasir. Juga tidak dapat
yang dipakai oleh para pengubah Amsal-amsal, sebab Amsal Al-qur’an bukanlah
perkataan itu. Juga tidak dapat diartikan dengan arti Amsal menurut ulama bayan,
karena diantara Amsal qur’an ada yang bukan istiarah dan penggunaanya pun tidak
begitu popular. Oleh karena itu maka definisi terakhir lebih cocok dengan pengertian
Amsal qur’an, yakni menonolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan
padat serta mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupah tasybih atau
6
Nur Kholis Setiawan, op.cit., h. 236-237
6
dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak ( ma’qul) dengan yang indrawi (kongkrit mahsus), atau mendekatkan salah
satu dari dua maksud dengan yang lain dan menganggap salah satu sebagai yang
lain.7
lain, demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupakan sesuatu dengan aslinya.
Contohnya; “rubbah ramiyah min ghairi ramin”, maksudnya berapa banyak musibah
diakibatkan oleh kekalahan pemanah. Orang yang pertama mengatakan seperti ini
yang abstrak dalam ungkapan yang indah. Singkat dan menarik yang mengena dalam
indah yang diberikan oleh Allah swt melalui Al-qur’an berapa ungkapan yang
singkat, jelas dan padat untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dalam rangka
Abdurrahman Muhammad bin Husain An-Naisaburi, kemudian Imam Abu Hasan bin
‘Ali bin Muhammad Al-Mawardi, Ibnu Kayyim Al-Jauziyah dan Imam Jalaluddin
As-Syuti.9
Amsal Al-qur’an tebagi tiga macam, Amsal musarrahah, Amsal kaminah dan Amsal
mursalah.10
1. Amsal musarrahah
Amsal musarrahah ialah yang didalamnya dengan lafazh masal atau sesuatu
9
Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’I, Ulumul Qur’an II, Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 2000),
h. 35
10
Manna Khalid al-Qattam,op cit.,44
8
gelap gulita, gurah dan kilat…sampai dengan Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu”. (Al-Baqarah:17-20).11
Didalam ayat-ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (masal) bagi orang
munafik. Masal yang berkenan dengan api. Karena didalam api terdapat unsur
cahaya. dan masal yang berkenan dengan air (ma’i) atau seperti) orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit…”karena didalam air terdapat materi kehidupan dan
wahyu yang turun dari langit bermaksud untuk menerangi hati dan
dalam dua keadaan. Disatu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk
dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi Islam tidak memberikan pengaruh “Nur-
nya terhadap hati mrereka. Karena Allah menghilangkan cahaya (nur) yang ada
dakam api itu, “Allah menghilangkan cahaya (yang menyirani) mereka dan
membiarkan unsur “membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang
menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap
gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia meletakkan
jari jemari untuk menyumbat telinga bahwa qur’an dengan segala peringatan, perintah
larangan dan kitabnya bagi mereka tidak ubahnya dengan petir yang turun sambar
menyambar.
11
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu AL-Qur’an ( Cet.III; Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008) h. 356
9
b. Allah juga menyebutkan dua macam masal air, (ma’i) dan api (nar), misalnya
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-
lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang menggembleng. Dan
dari (benda) yang mereka lebur dalam api. Untuk di buat perhiasan dan barang-
barang keperluan lain. Terdapat pula buih seperti itu. Begitulah Allah membuat
perumpamaan kebenaran dan kepalsuan. Adapun buah itu bilang bagai barang yang
tiada berharga, sedang apa yang berguna kepada manusia tinggal tetap di muka bumi.
Wahyu yang diturunkan Allah dari langit untuk kehidupan hati diserupakan
dengan air hujan yang diturunkan untuk kehidupan di bumi dengan tumbuh-
tumbuhan. Dan hati diserupakan dengan lembah. Arus air yang mengalir di lembah,
membawa buih dan sampah. Begitupula hidayah dan jika bila mengalir di hati akan
Demikianlah Allah membuat masal bagi yang hak dan yang bathil.
Amsal kaminah ialah perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas lafazh
singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang
12
Fahruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an Jilid III (Cet.I; Jakarta: PT. Rineka Cipta.1992), h. 284
13
Manna Al-Qaththan op.cit. h.358
10
a. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan “sebaik-baik perkara adalah yang tidak
b. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu tidak sama dengan
telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku bertambah tetap hati saya (dengan
imanku)”
c. Ayat yang senada dengan ungkapan “seperti yang kamu telah lakukan, maka
d. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk dua kali
11
lafazh tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal.
Secara selintas, ciri utamanya adalah sama dengan ciri utama peribahasa
Katakanlah: “tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.”
(Al-Isra’: 84
membandingkan antara sikap orang yang istiqamah dengan orang yang tidak punya
pendirian.14
yang gaib yang sulit dijangkau oleh akal manusia. Dengannya, Allah menggambarkan
dalam bentuk kisah, agar mudah dipahami oleh manusia. Misalnya, dalam QS Ar-
Ra’ad, 13:35.
menciptakan mulai dari makhluk terkecil sampai kepada yang terbesar. Firmannya
yang telah menciptakan ‘Isa a.s. (tanpa ayah, kemudian di berikan kepadanya
penyakit buta) dimana tak satu makhluk pun yang dapat menandingi terlebih lagi
Para Ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka namakan Amsal
mursalah ini, apa atau bagaimana hukum mempergunakannya sebagai matsal? Dalam
telah keluar dari adab Al-qur’an. Alasannya adalah karena Allah menurunkan Al-
qur’an bukan untuk dijadikan masal tetapi untuk direnungkan dan di amalkan isi
kandungannya. Salah satu contoh Amsal mursalah dalam Al-qur’an yang menjadi
Ayat ini dapat di jadikan sebagai matsal ketika mereka saling meninggalkan
satu sama lain (karena berselisih), padahal ini tidak dibenarkan. Sebab Allah
menurunkan Al-qur’an bukan untuk dijadikan masal, tetapi untuk direnungkan dan
15
Mardan, op.cit.,h. 180
16
Ibid
14
mengenai apa paedah dan kegunaan Amsal itu, diantaranya al-Hasyr (59); 21 supaya
manusia berfikir, Al-Ankabut (29): 43, orang-orang berilmu menggunakan akal untuk
menganalisisnya, dan Al-Zumar (39): 27 supaya manusia bersikir ada kesamaan yang
bisa terlihat dalam ayat itu yaitu bahwa Amsal itu untuk manusia. Kemudian terlihat
pula tiga fungsi jiwa manusia yang terkait dengan Amsal yaitu, yatafakkar, ya’qil
dan yatasakkar ini menunjukkan saat-saat tertentu. Manusia berfikir. Amsal yang
terdapat dalam Al-qur’an bisa menjadi sasaran pemikirannya. Disaat lain Amsal bisa
menjadi sasaran analisis atau bahan untuk analisis. Dan disaat lain lagi Amsal
Pertama, riwayat yang diceritakan oleh Imam Al-Baihaqi dari Abu Hurairah
yang berkata, “Rasulullah Saw. Bersabda, ‘sesungguhnya Al-qur’an itu turun dengan
lima kandungan (pokok), yaitu: halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan Amsal.
17
Jalaluddin Al-Syuti, Al-Itqam fi Ulum Al-Qur’an Jas I I, (Bairut Dar al-fikr,t.th
15
Maka, kerjakan yang halal, jauhilah yang haram, ikuti yang muhkam, yakinilah yang
terbesar adalah ilmu Amsal-nya. Sayangnya, banyak manusia yang lalai dengan Al-
qur’an karena sibuk dengan Amsal dan lupa dengan al-matsulat (objek
perumpamaan). Pada hal, perumpamaan tanpa pelaku bagaikan kuda tanpa kendali,
atau seperti unta tanpa tali kekang.” Lebih dari itu, ulama lainnya mengungkapkan
bahwa Imam Al-Syafi’I menganggap Amsal sebagai salah satu ilmu Al-qur’an yang
wajib di ketahui oleh seorang mujtahid. Dia mengatakan bahwa seorang mujtahid
harus memahami Amsal dalam Al-qur’an. Sebab, hal itu akan semakin mempertegas
mengandung perbedaan pahala, kehancuran amal perbuaan, pujian, celaan, atau apa
sehingga dapat dirasakan atau mudah dihayati oleh manusia. Misalnya Allah
18
Muhammad Ibnu Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmi-ilmu Al-Qur’an (Cet. I; Bandung: PT
Mizan Pustaka,2003), h.246
16
membuat Amsal bagi keadaan orang yang memanfaatkan harta dengan riya’ seperti
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah)
yang tampak atau teransparansi menadikan yang gaib seakan langsung dapat
3. menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat,
4. mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika ia
merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Seperti Amsal QS. Al-Baqarah (2) 261
19
Lihat Manna Al-Gathtan, op.cit., h.361
17
Dan adapun hikmah dari konsep uslub amsal /perumpamaan yang di tuangkan
Al- qur’an akan merasakan seolah-olah pesan yang di sampaikan Al-qur’an itu
terlihat secara langsung. Oleh karena itu makna Amsal dalam Al-qur’an dapat
mendorong jiwa untuk menerima makna yang di maksudkan dan membuat akal
perumpamaan yang Allah swt. Sebutkan dalam kitabnya, maka sungguh menjadi
orang yang ‘alim, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr, 59:21
3. Hidup di dunia ini adalah pilihan. Allah swt. Membuat semacam perumpamaan
dengan konsep amsal untuk menunjukkan kepada kita akan sebuah pilihan yang
terbaik bahwa betapa meruginya orang yang mengikuti hawa nafsunya untuk
mengingkari perintah dan larangannya. Seperti kehidupan yang telah dialami umat-
umat terdahulu, baik dalam hubungannya dengan sifat-sifat baik maupun yang buruk,
kandungannya yang simbolik, sebagai pelajaran yang amat berharga menuju insan
Jadi mengenai ciri Amsal secara khusus dan terperinci belum di temukan
dalam kitab-kitab Ulumul qur’an. Namun, dari beberapa keterangan yang ada, penulis
atas makna yang samar atau abstrak sehingga menjadi jelas, konkret, dan berkesan.
BAB III
KESIMPULAN
sebagai berikut:
gaya yang indah yang di berikan oleh Allah swt melalui Al-qur’an berapa
ungkapan yang singkat, jelas dan padat untuk dijadikan sebagai teladan yang
2. Dalam memahami Amsal ada tiga yaitu: Amsal musarrahah, Amsal kaminah,
yang konkrit sehingga dapat dirasakan atau mudah dihayati oleh manusia,
DAFTAR PUSTAKA
…………, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Cet. III; Bogor; Pustaka litera Antar Nusa
1996
Al-Qattan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet. III; Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008
Jalaluddin, Al-Syuti, Al-Itqam fi Ulum Al-Qur’an, Jas II; Bairut, Dar Al-Fikr,t.th
Kauma,Fuad, Tamsil al-Qur’an, Cet. II; Yokyakarta: Pustaka pelajar Offset, 2004