Anda di halaman 1dari 11

SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)

PENDOKUMENTASIAN STRATEGI

OLEH

NUR ILMI MARDATILLAH 70200117006


MIFTAHUL JANNAH SUTANTO 70200117046
VIRA ALMUNAWIRA 70200117129
ALVIN ALWI 70200117075

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap manajemen
perusahaan yang harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan
prosedur kegiatan harus ditentukan dan didokumentasikan serta diperbaharui jika
diperlukan. Kumpulan pendokumentasian pada K3 yaitu menyatukan secara
sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja,
mendokumentasikan peranan, tanggung jawab, dan prosedur, memberikan arah
mengenai dokumen yang terkait.
Pendokumentasian strategi disusun atas beberapa kriteria yaitu perencanaan
rencana strategi keselamatan dan kesehatan kerja, manual sistem manajemen K3,
dan penyebarluasan informasi keselamatan dan kesehatan kerja. Pengendalian
dokumen dapat diindentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab,
dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi, dan
sebelum dokumen diterbitkan terlebih dahulu harus disetujui oleh personil yang
berwenang.
Kriteria strategi pendokumentasian:
1. Perencanaan Renstra K3
a. Identifikasi potensi bahaya oleh petugas yang kompoten
Identifikasi potensi bahaya merupakan suatu cara untuk menemukan
situasi yang mana sumber energi yang digunakan di tempat kerja tanpa
adanya pengendalian yang memadai. Potensi bahaya adalah kondisi atau
keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara
kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, dan penyakit akibat kerja (PAK). Kecelakaan dan
kerusakan kebanyakan terjadi karena adanya kontak dengan sumber energi
yang melampaui nilai ambang batas (NAB) tubuh atau struktur bahan.
Sumber energi yang berbahaya tergantung dari jenis dan kondisi tempat
kerja serta semuanya memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan
sekecil apapun risikonya.
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya
sumber daya manusia yang kompoten (berwenang). Pengadaan sumber daya
manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompotensi kerja serta kewenangan
dibidang K3 yang dapat dibuktikan melalui sertifikat K3 yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang dan surat izin kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang berwenang Pengidentifikasian kompetensi
kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan
menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan. Pelatihan dan
kompetensi kerja dilakukan dengan melakukan pengidentifikasiaan dan
pendokumentasian standar kompotensi kerja K3. Standar kompotensi kerja
K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan:
1) Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada
2) Memeriksa uraian tugas dan jabatan
3) Menganalisis tugas kerja
4) Menganalisis hasil inspeksi dan audit, dan
5) Meninjau ulang laporan
Hasil dari identifikasi kompotensi kerja digunakan sebagai bahan
dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi
dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kerja.
Misalnya “disuatu perusahaan terdapat permasalahan pada bagian
penempatan kabel listrik yang seharusnya diperhatikan agar keselamatan
di tempat kerja dapat terjamin. Oleh karena itu, dibutuhkan
petugas/personil/tim yang melakukan manajemen risiko di perusahaan
tersebut yaitu petugas electrician(Tukang listrik) yang berkompeten.
Maka dari itu kompetensinya dapat dilihat dari trainingnya (sertifikat)
atau wewenangnya (job desc-nya) atau dilihat dari hasil kerjanya yaitu
berupa dokumen risk management dan prosedurnya yang sudah ada.
b. Penetapan Renstra K3 dan Penerapan
Rencana srategi (Renstra) disusun dan ditetapkan oleh
perusahaan/pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3. Dalam menyusun
rencana K3, perusahaan/pengusaha harus mempertimbangkan:
1. Hasil peneelaah awal, merupakan tinjauan awal kondisi K3 perusahaan
yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.
2. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko, harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.
3. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya, harus
ditetapkan, dipelihaara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan
4. Sumber daya yang dimiliki, meliputi tersedianya sumber daya manusia
yang kompoten, saran dan prasarana serta dana.
Perusahaan/pengusaha dalam menyusun dan menetapkan serta menerapkan
renstra K3 harus melibatkan ahli K3, P2K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain
yang terkait di perusahaan. Dalam menetapkan dan menerapkan renstra K3
paling sedikit memuat:
1. Tujuan dan sasaran
2. Skala prioritas
3. Upaya pengendalian bahaya
4. Penetapan sumber daya
5. Jangka waktu pelaksanaan
6. Indikator pencapaian, dan
7. Sistem pertanggungjawaban
Terdapat rencana atau program kegiatan untuk mengendalikan risiko yang
diidentifikasi pada potensi bahaya sebelumnya oleh petugas yang berkompeten.
Memerhatikan detil rencana tersebut. Bentuk dokumen dapat berupa
program/rencana K3. Misalnya rencana startegis dan penerapannya yaitu
dipersiapkan panel listrik ditempat yang aman (upaya pengendalian bahaya).
c. Pembuatan Rensus Berkaitan dengan Produk, Proses, Proyek atau Tempat
Kerja Tertentu
Rensus (Rencana Khusus) merupakan detail rencana yang lebih spesifik,
hampir sama pada renstra namun di rensus ini, rencana yang akan di
tetapkan dan diterapkan lebih spesifik. Misalnya di dalam panel listrik
terdapat beberapa cabang aliran listrik ke kabel-kabel. Oleh karena itu,
proses penanganannya haruslah lebih spesifik.
d. Perencanaan Berdasarkan Potensi Bahaya, Insiden, Catatan K3
Bila rencana yang disusun dan diterapkan berasal dari kegiatan
manajemen risiko otomatis kriteria ini terpenuhi. Tindakan dalam
pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi tindakan pengendalian, yang
harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan,
produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Pengendalian risiko kecelakaan dan PAK dilakukan
melalui:
1. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi
2. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau PAK
3. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
a. Pengendalian teknis/rekaya yang meliputi eliminasi, substitusi,
isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi. Dalam pelaksanaan
perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-unsur:
identifikasi potensi bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan personil memiliki
kompootensi kera dan diberikan wewenang dan tanggung jawab
yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Insentif, penghargaan dan motivasi diri
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi dan
e. Penegakan hukum
Misalnya, memiliki recode sebelumnya mengenai kecelakaan
kerja yang terjadi misalnya terbakarnya kabel aliran listrik atau
terkelupasnya kabel yang beraliran listrik karena sesuatu yang
melindas atau yang menjepit kabel tersebut.
e. Perencanaan Tujuan K3 yang Dapat Diukur, Menetapkan Prioritas dan
Penyediaan Sumber Daya
Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
1. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dtinjau kembali secara teratur
sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit
memenuhi kualifikasi: dapat diukur, satuan/indikator pengukuran dan
sasaran pencapaian. Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3,
Pengusaha harus berkonsultasu dengan wakil pekerja/buruh, ahli K3,
P2K3, dan pihak-pihak lain yang terkait
2. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko,
dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi
diprioritaskan dalam perencanaan.

3. Penetapan Sumber Daya


Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya
sumber daya manusia manusia yang kompeten, sarana dan prasarana
serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan.

Rencana ini dapat dilihat pada detil dari tiap rencana/program K3, apa
tujuannya/sasaran, siapa pelaksananya, adakah fasilitas yang dibutuhkan.
Misalnya untuk melancarkan tugas kepada para karyawan, pelaksana
dari rencana/program K3 ini yaitu petugas yang kompoten. Fasiltas yang
dibutuhkan berupa tools (alat-alat listrik, tangga, dll).

2. Manual Sistem Manajemen K3


a. Manual Meliputi Kebijakan, Tujuan, Rencana, Prosedur K3 Untuk Semua
Tingkatan Dalam Perusahaan
Dokumen berupa manual SMK3. Berisi seluruh rencana pelaksaan
kegiatan pekerjaan. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian
tugas dan tanggung jawab di perusahaan, dokumen ditinjau ulang secara
berkala dan jika diperlukan dapat direvisi, dokumen sebelum diterbitkan
harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang berwenang, dokumen versi
terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu, semua dokumen
yang telah using harus segera disingkirkan, dan dokumen mudah ditemukan,
bermanfaat dan mudah dipahami. Prosedur operasi/kerja harus disediakan
pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan
K3 (Job Safety Analysis) oleh personil yang kompoten. Prosedur informasi
K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:
1) Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam
kinerja perusahaan.
2) Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar
perusahaan, dan
3) Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada
orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.
Adapun informasi yang mesti dikomunikasikan yaitu persyaratan
eksternal/internal perundang-undangan dan internal/ekternal kinerja
K3, izin kerja, hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat,
alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi, kegiatan pelatihan K3,
kegiatan inspeksi, kalibraasi dan pemeliharaan, pemantauan data,
hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut,
identifikasi produk termasuk komposisinya, informasi mengenai
pemasok dan kontraktor dan audit serta peninjauan ulang SMK3.
Prosedur pelaporan informasi (internal dan eksternal) yang
terkait harus diterapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat
waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat
ditingkatkan. Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen
dan/atau pemerintah.
b. Bila diperlukan dibuat manual khusus yang berkaitan dengan produk, proses
atau tempat kerja tertentu
Misalnya, dokumen manual untuk pengelolahan Bahan Kimia,
Limbah, Manual untuk Ergonomi, dll).
c. Manual SMK3 mudah didapat semua personil perusahaan
Manual disimpan pada lokasi yang mudah diakses oleh personil perusahaan,
misalnya disimpan di perpustakaan perusahaan atau di dokumen kontrol.
3. Penyebaran Informasi K3
a. Penyebaran kegiatan dan masalah K3 disebarkan secara sistematis
Penyebaran kegiatan dam masalah K3 dapat disebarkan dengan bentuk
berupa papan pengumuman, poster, verbal dalam briefing/apel, dan lain-lain.
b. Catatan informasi K3 dipelihara dan bersifat terbuka
Catatan informasi K3 haruslah dijaga dan dipatuhi, serta semua
personil/pekerja harus mengetahuinya tanpa terkecuali satupun. Bentuk
catatan informasi K3 ini bisa bermacam-macam dan harus disimpan dengan
baik dokumentasinya. Catatan infomasi K3 dapat berupa laporan kegiatan,
tempelan pada papan pengumuman, catatan training, dan lain-lain.
Contoh Kebijakan K3
Kami berkomitmen untuk:
1. Membangun lingkugan kerja yang aman, sehat, dan produktif bagi seluruh
karyawan dan orang lain (termasuk pihak ke-3 dan pengunjung) di tempat kerja
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan
Kerja (K3) di tempat kerja.
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3
guna meningkatkan Budaya K3 yang baik di tempat kerja.

Untuk mencapainya, kami akan:


1. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berkelanjutan serta sumber daya yang relevan
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya terkait K3
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan
Kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3 perusahaan.

Makassar, 23 September 2019

PT X

Anda mungkin juga menyukai