BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Betakang
Dilihat dari segi usianya, Penafsiran al-Qur’an termasuk yang paling tua
dibandingkan dengan kegiatan ilmiyah lainnya di dalam Islam. Pada saat al-Qur’an
diturunkan lima belas abad yang lalu, Rasulullah Saw. yang berfungsi sebagai
atau sama artinya. Keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah Saw,
walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui, sebagai
akibat dari tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang Rasul
yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya mereka terpaksa melakukan
ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan semacam Ali bin Abi
Adapun masalah cabang furu' agama yang bukan masalah pokok, ayat-ayatnya
ada yang bersifat umum dan samar-samar yang memberikan peluang kepada para
1
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam (Cet. VI: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001) h
211
1
mujtahid yang handal ilmunya untuk dapat mengembalikannya kepada yang tegas
pokok, dan yang bersifat partikal ( Juz’i ) kepada yang bersifat unifersal ( Kulli ).2
sebagian ayatnya ada yang samara-samar ( mutasyabihat ). Oleh karena itu seseorang
diperlukan kemampuan yang tinggi dan mendalam untuk dapat memahami maksud
antara ayat-ayat al-Qur'an merupakan sebuah wacana yang sangat menarik kita
diskusikan bagaimana ayat-ayat ini merespon berbagai budaya yang ada di era
globalisasi ini hingga menjadi kajian yang kritis dan transformatif dan dapat
argumentasi dan rasionalisasi yang kuat untuk mengantarkan kita kepada peningkatan
B. Rumusan Masalah
Dari gambaran awal diatas, maka ada beberapa permasalahan yang akan
menjadi kajian khusus didalam makalah yang kami susun ini , yaitu:
2
Manna Khalil Al-Qattan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an ( Cet. 10:Mesir Maktabah
Wahbah,1997)h.303
3
Manna Khalil Al-Qattan. Op.Cit. h 304
2
BAB II
PEMBAHASAN
merupakan isim musytaq yang berarti sesuatu yang dikokohkan. Ihkam al-kalam
berarti mengokohkan perkataan dan memisahkan berita yang benar dari yang salah,
dari urusan yang lurus dari yang sesat. Jadi al-kalam ahkam perkataan yang seperti itu
sifatnya4.
Kata mutasyabih berasal berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa yang
kesamaran antara dua hal. Tasyabaha dan isytabaha berarti dua hal masing-masing
Muhkam berarti sesuatu yang menunjukan kepada artinya yang tidak menerima
pembatalan dan pergantianjelas, sendirinya secara jelas, dan sama sekali tidak
mengandung ta'wil, artinya tidak menghendaki arti lain yang bukan arti formalnya.
Sedangkan Mutasyabih berarti lafal yang sifatnya sendiri tidak menunjukkan pada
4
Achmad Warson Munawir. Kamus Arab Indonesia, (Cet.XIV: Surabaya:Pustaka Progresif,
1997) h 286
5
Manna Khalil Al-Qattan. Lot.Cit.
4
Muhkam adalah ayat yang bisa dillihat pesanya dengan gamblang atau melalui
ta'wil karena ayat yang perlu dita'wil itu mengandung pengertian lebih dari suatu
diketahui oleh Allah. Misalnya saat datangnya hari kiamat dan maina huruf tahajji;
yaitu huruf-huruf yang terdapat pada awal surah seperti Qaf, Alif, Lam, Mim dan
lain-lainya.
bermacam .7
Muhkam adalah ayat yang jelas petunjuknya dan tidak mengandung naskah,
sedangkan mutasyabih ialah yang samar atau tersembunyi yang tidak diketahui
ma'nanya secara akal dan naql atau hanya Allah yang tahu maknanya.8
Muhkam adalah ayat yang ditunjukan ma'nanya yang kuat, yaitu lafal nash dan
lafal dzahir. Mutasyabih ialah yang tunjukan ma'nanya tidak kuat, yaitu mujmal,
6
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, ( Cet.II: Surabaya:Dunia Ilmu,2000) h 240.
7
Abdul Jalal, Op.Cit. h,240
8
Ibid. h 41
5
lafal yang bias berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa
membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak dapat berdiri sendiri
7. Imamul Haramain, bahwa lafal muham ialah lafal yang tetap susunan , dan
tertibnya secara biasa, sehingga mudah difahami maksud dan artinya. Sedangkan
lafal mutasyabih ialah lafal yang makna tersusunnya tidak terjangkau oleh ilmu
bahasa manusia , kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda / isyarat yang
menjelaskannya.
8. Imam Ath-Thibi mengatakan , lafal muhkam ialah lafal yang jelas maknanya
diambil dari lafal ihkam ( makhuzul ihkaami ) yang berarti baik / bagus.
Sedangkan lafal yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit difahami,
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ulama di atas, maka kami
dari penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ayat-ayat muhkam merupakan suatu
ayat yang memiliki ma'na yang sangat Jelas yang tidak Membutuhkan suatu
yang tidak memiliki ma'na yang jclas dan membutuhkan pena'wilan dan kadang-
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan
dan menjadikan ayat yang muhkam sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat. Allah
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi)
nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya,
Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Dari ayat tersebut, jelas Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menurunkan al-
Qur’an itu ayat-aytnya ada yang muhkamat dan ada yang mutasyabihat. Tapi yang
belum jelas, apa sebab-sebab adanya ayat muhkamah dan mutasyabihat itu ?
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkam itu sudah jelas,
yakni sebagiman sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di atas. Di samping
7
itu al-Qur’an merupakan kitab yang muhkam seperti keterangan ayat 1 surah Hud :12
Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang
Maha Bijaksana lagi Maha tahu,
Juga karena kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat al-Qur’an itu rapid an
urut, sehingga dapat dipahami umat dengan mudah, tidak menyulitkan dan tidak
samara artinya, disebabkan kebanyakan maknanya juga mudah dicerna akal pikiran.
disebabkan tiga hal: yakni karena kesamaran pada lafal, pada makna, dan pada lafal
dan maknanya.13
karena kesamaran pada lafal, baik lafal yang masih mufrad ( lafal yang belum
tersusun dalam kalimat ) ataupun yang sudah murakkab ( lafal yang sudah tersusun
dalam kalimat ).
Contoh kesamaran mufrad ialah seperti adanya lafal : اباdalam ayat 31 surah
Abasa :
12
Abdul Jalal, Op.Cit. h,244
13
Ibid. h 245
8
Sehingga baru jelas kalu yang dimaksud dengan abban adalah rerumputan,
seperti bayam, kangkung dan sebagainya yang disenangi manusia maupun hewan.
kesamaran pada maknanya ayat. Contohnya seperti makna dari sifat-sifat-Nya Allah
SWT, seperti sifat Rahman Rahim-Nya, atau seperti sifat Qudrah Iradah-Nya,
maupun sifat-sifat lainnya. Dan juga seperti makna dari ihwal hari kiamat,
kenikmatan syurga, siksa kubur dan siksa neraka. Akal pikiran manusia tidak akan
tangkap. Bagaimana mereka mengerti arti maknanya kalau mereka belum pernah
melihatnya.
lafal dan makna ayat-ayat itu. Contohnya ayat 189 surat al-Baqarah :
Orang yang tidak mengerti adat istiadat bangsa Arab masa jahiliyyah tidak
akan fahamterhadap maksud ayat tersebut. Sebab kesamaran dalam ayat tersebut
terjadi pada lafalnya , karena terlalu ringkas , juga terjadi pula pada maknanya,
9
karena termasuk adat kebiasaankhusus orang arab yang tidak mudah diketahui oleh
bangsa-bangsa lain.
Tentulah maksud ayat tersebut akan lebih mudah dimengerti. Apalagi bila
orang sudah mengerti berbagai syarat dan rukun ihram, sehingga tidak akan ada
Berbagai penjelasan dan defnisi kita baca di atas dapat diketahui dua hal yang
sangat penting. Pertama, dalam membicarakan muhkam tidak ada kesulitan. Muhkam
adalah ayat yang jelas atau rajib ma'nanya. Kedua, pembicaraan tentang mutasyabih
menimbulkan masalah yang perlu dibahas lebih lanjut. Apa sumber yang yang
dalam menghadapinya.
14
Abdul Jalal, Op.Cit. h,244
10
yang terang dan jelas maksudnya, sedangkan mutasyabih itu tidak ada yang
mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan bagi orang-orang yang mendalam ilmunya
bahwa kami beriman kepadanya, semua itu dari Tuhan kami. Pendapat ini dianut oleh
menyatakan bahwa dengan adanya firman Allah ”warrasihuna fii i1mi” memberi
mutasyabih. Pendapat yang senada datang dari Abu Ishak al-Syiraziy yang
mengatakan bahwa "Allah swt. Yang menguasai ilmu bukanlah untuk dirinya sendiri,
ini Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahui maknanya kepada
tiga bahagian.
1. Bahagian yang tak ada jalan mengetahuinya, seperti terjadi kiamat, keluar
15
Subkhi Al-Shalih, Mabahits fi Ulumil Qur’an, ( Cet II;Beirut:Dar al-Ilm li Al-Malayin tth)
h. 28
16
Subkhi Al-Shalih, Op.Cit. h 285
11
3. Bahagian yang terletak antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh
yang lain.17
Dalam bahagian ini kami dari penulis akan membahas secara khusus ayat-ayat
mutasyabih yang meryangkut sifat-sifat Tuhan, yang dalam Al-Suyuti "ayata al-
Shifat," dan dalam istitah Shubhi al-Shalih" mutasyabih al-shifat". Ayat-ayat yang
2. (QS.AL-An'am (61)
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-
malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Di dalam ayat-ayat ini terdapat kata-kata "bersemayam", dan "di atas" yang
dibasakan atau dijadikan sifat bagi Allah. Kata-kata ini menunjukan keadaan, tempat,
dan anggota yang layak bagi mahkluk yang baharu.Karena dalam ayat-ayat tersebut
kata-kaia ini dibahasakan kepada Allah yang qadim (absolut). Maka sulit dipahami
maksud yang sebenarnya. Karena 'itu pula ayat-ayat tersebut dinamakan "mutasyabih
2. Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya
mustahil. kepada makna yang lain dengan zat Allah. Karena itu mereka
dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengadilan Allah terhadap alam ini
oleh ulama khalaf semua lapal yang mengandung arti "cinta''muka" dan
"malu" bagi Allah ditakwil dengan Ma’na majas yang terdekat 18 Dalam pada
ilmuan (apalagi orang ilmuan) akan tetapi dapat dipahami oleh ulama
bertentangan, karena semua ayat al-Qur'an bisa dikatakan muhkam, jika dimaksud
adalah bahwa semua ayat-ayat al-Qur'an susunan redaksi lafal dan keindahan urutan-
urutan rasamnya sungguh sempurna dan tidak sedikitpun ada keraguan di dalamnya.
18
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grapindo, 2002) h.118
19
Abdul Jalal, Op.Cit. h,244
14
sejauh yang dimaksud adalah keserupaan dan keserasian antara ayat-ayat, baik dalam
bidang balagan dan I'Jas nya maupun karena kesulitan dan ketidak manpuan
yang lain. Dalam pengertian inilah Allah menurunkan al-Qur'an sebagai kitab al-
jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
ayat-ayat al-Qur’an.
f. Membantu para guru, dosen, muballigh dan juru dakwah dalam usaha
masyarakat.
16
yang banyak juga. Bahkan lebih banyak daripada hikmah ayat yang muhkamatdi atas.
a. Rahmat Allah SWT. Sebab sifat dan zat Allh SWT itu ditampakkan
kepada manusia yang lemah itu. Karena itu Allah menyamarkan sifatdan
Allah SWT yang besar bagi manusia. Jika tidak disamarkan bias menjadi
dihantui rasa takut, jika mereka mengerti kapan akan mati. Karena itu
b. Ujian dan cobaan terhadap kekuatan iman umat manusia. Apakah dengan
tetap iman atau tidak ? Karena itu ayat 7 Surat Ali-Imran disebutkan:
ilmu-Nya yang maha mengetahui segala hal, meski terhadap hal-hal yang
malaikat pun tidak dapat mengetahuinya. Hal ini seperti ucapan para
d. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar dan rajin meneliti.
mereka pedomani itu mau tidak mau mereka harus giat mempelajarinya,
segalanya.
dahulu mempelajri beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan berbagai isi
sebagainya.
mutasyabihat diturunkan oleh Allah SWT, dalam al-Qur’an maka kita diperbolehkan
menta’wil ayat-ayat yang mutasyabihat dengan ketentuan tidak keluar dari qaidah-
qaidah penta’wilan ayat dan tidak smpai membawa kita pada tingkat menyekutukan
Allah SWT.
21
Abdul Jalal, Op.Cit. h,268
20
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang kami tulis di dalam makalah tersebut maka kami
1. Ayat muhkam sesuatu yang dapat dipahami artinya atau maksudnya tanpa
dengan ketinggian yang berupa ma'nawi, yaitu mengendalikan alam ini tanpa
dengan: Allah maha tinggi, bukan berada disuatu tempat dengan melalui
pendekatan ta'wil.
3. Ayat muhlkam dan mutasyabih memiliki relepansi yang sangat kuat yang tak
yang samara-samar.
4. Hikma yang bisa dipetik dengan adanya ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
melingkupinya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam (Cet. VI: Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2001)
AI-Zarqani Muhammad Abdul al-Azhim, Manahil al-Irfan Fii Ulum Qur'an, Cet, I
Berut: Daar Ilmiah, 2003
Al-Shali Subkhi, Mabahist fi Ulum al-Qur'an, Cet.VI1I; Beirut. Daar al-ilmi Li--
Malayin al t. tht
Ash shiddieqy M. Hasbi, Ulum Qu'ran, Cet. 11 jakarta: PT Bulan Bintang, 1972
Munawir Achmad Warson, Kamus Arab Indonesia, Cet. XIV. Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997
Marzuki Kamaluddin, Ulum Qur'an, Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1994
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Cet. IV; jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada,2002)