Anda di halaman 1dari 21

I’JAZ (KEMUKJIZATAN) AL-QURAN

DAN KONSEP AL-SIRFAH

DOSEN PENGAMPU:

ATIK FIKRI ILYAS,Lc,MA

OLEH:

MENTARI AULIA PUTRI

AYU SRI WAHYUNI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

TEKNIK INFORMATIKA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah I’jaz (Kemukjizatan)
Al-Quran dan konsep al-Sirfah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbng dan teman-teman yang telah memberi
dukungan dalam pengerjaan makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan materi-
materi yang telah disediakan dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna. Oleh sebab itu,penulis


mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang.....................................................................................................

1.2.Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3.Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. I’jaz Al-quran…………………………………..................................................

2.2. Aspek kemukjizatan Al-Quran…………………………....................................

2.3. Contoh Kemukjizatan Al-Quran……….............................................................

2.4. Konsep Al-Sirfah……………………................................................................

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan.........................................................................................................

3.2.Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap nabi yang diutus Allah selalu dibekali mukjizat. Diantara fungsi mukjizat
adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang dibawa
oleh nabi tersebut. Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian
masyarakat yang dihadapi tiap-tiap nabi. 1Pada hakikatnya, setiap mukjizat bersifat
menantang, baik secara tegas atau tidak.Oleh karena itu, tantangan tersebut harus
dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya. Oleh karena itu pula,
jenis mukjizat yang diberikan kepada nabi selalu disesuaikan dengan keahlian
masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi
masyarakat yang ditantang tersebut.2

Masih banyak di kalangan kaum Muslim yang menyikapi dan memperlakukan al-
Qur’an sebatas kitab keramat penangkal bala. Adapun al-Qur’an sebagai mukjizat
terbesar Nabi Saw., pilar pokok ajaran Islam, pegangan utama setiap Muslim dalam
segala aspek kehidupannya, masih luput dari pemahaman sebagian kaum Muslim.
Intrekasi sebagian besar kaum Muslim dengan al-Qur’an tidak melampaui pembacaan
lahiriah untuk mendatangkan keberkahan, pengulangan kata tanpa merasakan makna
yang dimuatnya, dan masih jarang sampai kepada tahap tadabbur.

Ini berarti bahwa sebagian umat Islam belum mampu memahami kedudukan al-
Qur’an sebagai risâlah samâwiyah nan kekal abadi yang Allah peruntukkan bagi
manusia dan kemanusiaannya. Risalah al-Qur’an yang mencakup semua aspek
kehidupan itu terjamin keabadian, keutuhan, orisinalitas serta kesinambungannya.
Menurut penulis, itulah arti sebenarnya dari i’jâz (kemukjizatan) al-Qur’an, dan

1 Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi, Mukjizat Al-Qur’an, terj., Bungkul Indah, 1995, hlm. 3.
2 Harum  Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 794-795.
pengertian ideal dari statemen “Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad
Saw.,”  yang setiap orang Islam pintar melafalkannya.
1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah.


Diantaranya:

1. Apa itu I’jaz Al-quran?


2. Apa saja aspek kemukjizatan Al-Quran?
3. Apa saja contoh kemukjizatan Al-Quran?
4. Apa itu konsep Al-Sirfah?

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui apa itu I’jaz Al-quran


2. Untuk mengetahui apa saja aspek kemukjizatan Al-Quran
3. Untuk mengetahui apa saja contoh kemukjizatan Al-Quran
4. Untuk mengetahui apa itu konsep Al-Sirfah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 I’jaz Al-Quran

Menurut bahasa kata 1’jaz berasal dari kata masdar dari kata kerja a’jaza yang


berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il
sulasi mujarrad ajaza yang berarti Lemah, yang lawan katanya qodaroh yang berarti
kuat/mampu. Kata I’jaz al-qur’an adalah suatu kata makjud yang terdiri dari dua kata
yang di mudhofkan, yaitu; di modhofkannya kata masdar I’jaz kepada pelakunya
yaitu al-qu’an sehingga berarti melemahkan Al-qur’an atau Al-qur’an melemahkan/
menjadikan tidak mampu. Artinya melemahkan kepada orang yang berusaha meniru
al-qur’an.

Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari katai’jaz diambil dari kata


kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan
pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat.

Kata I’jaz dalam bahasa Arab berarti menganggap lemah kepada orang lain.


Sebagimana Allah berfirman:

“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)

Maksud kumukjizatan Al-Qur’an bukan semata mata untuk melemahkan


manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahanya untuk mendatangkan semisal
Al-Qur’an akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran
Al-Qur’an dan Rasul yang membawanya dan sekaligus menetapkan bahwa sesuatu
yang dibawa oleh mereka hanya sekedar menyampaikan risalah Allah SWT,
mengkhabarkan dan menyerukan.
 Dalam buku “Sejarah Al-Qur`an”  karangan Drs. H.A. Mustofa, beliau
menjelaskan bahwa mukjizat ialah suatu hal atau perbuatan  yang luar biasa, yang
dijadikan Tuhan timbul dari Rasul-rasulNya, dan Rasul-rasul tersebut minta
tandingan kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulannya, supaya orang-
orang tersebut mencoba pula melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan Rasul-
rasul tersebut, dan ternyata orang-orang itu tidak dapat menandingi keajaiban
tersebut. Dengan demikian terbuktilah kebenaran Rasul-rasul tersebut. 3

2.2 Aspek Kemukjizatan Al-Quran

Sampai saat ini tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan aspek-aspek
kemukjizatan al-Qur’an. Namun demikian, aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu aspek kebahasaan, berita ghaib, dan
isyarat ilmiah

1. Aspek Kebahasaan

Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang
digunakan oleh orang-orang Arab. gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada
saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantarnya, kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang
sangat baik namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun kandungan
misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya ba-hasa yang
digunakan oleh Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang mu-lanya dikenal
sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha
untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk Islam dan beriman pada kerasulan
Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an.

3 Mustofa, Sejarah Al-Qur`an (Surabaya: al-Ikhlas,1994), 138.


Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun. Menurut
Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, jika diperhatikan secara seksama dalam al-Qur’an
banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi bahasa. Hal itu terlihat dari ket-
eraturan bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya. Pada dasarnya, bunyi-
bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis: konsonan dan vokal. Konsonan adalah bunyi
bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara di salah satu tempat dalam
saluran suara di atas glottis (misalnya: b, c dan d). Vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa penyem-pitan dalam saluran suara di
atas glottis (misalnya: a, i, u, e, o).4

2. Aspek Berita Gaib

a. Berita gaib masa lampau

Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemapa-
ran kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita Arab saat itu,
dan tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam kajian-kajian kese-
jarahan.Informasi al-Qur’an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang
semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri
Muhammad sendiri. Dan berikut ini contoh dari kisah-kisah tersebut:

Kisah Nabi Nuh as.

Keterangan ini ditegaskan dalam QS. Hūd: 49.

Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya, dan tidak pula kaummu
sebelum ini.

Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengi-
kutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para

4 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 91, 177
penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-nabi lain, seperti Nabi
Ibrahim, Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa, Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya sulit
diketahui umat manusia tanpa wahyu.

Rangkaian-rangkaian kisah dalam al-Qur’an diungkapkan untuk menguraikan


aja-ran-ajaran keagamaan, sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam
ban-yak hal. Penelitian antropologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi
Nuh. Umar Anggara menyimpulkan bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Ya-hudi
dan diperkuat hadis Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula dari
keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak, yaitu Sam, Ham, Yafat dan
Kan‘an. Kan‘an merupakan salah satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya
sehingga terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang selamat.

Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan keturunan yang kemudian menjadi
bangsa Arab dan Persia. Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal
bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan Asia Tengah. Sedang
Kan’an melahirkan bangsa Phinisia, namun dibasmi dan diserap oleh Israil. Sebab
itulah, bangsa-bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau Semit, bangsa
Afrika biasa disebut Hamit. Sedangkan Eropa banyak yang membangsakan dirinya
sebagai bangsa Arya. Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam
tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.5

b. Berita gaib masa datang

Di samping menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat kisah-kisah, al-


Qur’an juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang aka terjadi, baik di dunia,
maupun di akhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan al-Qur’an akan
terjadi, dan beberapa telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini contohnya:

Kemenangan umat Islam atas Quraisy

5 Ibid
Informasi akan datangnya kemenangan umat Islam atas kaum Quraisy digam-barkan
oleh QS. al-Qamar: 45:

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.

Melalui ayat ini, Allah menginformasikan kepada Muhammad SAW bahwa


kaum musyrikin Quraisy akan dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa
Rasulullah SAW masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa tahun kemudian, tepatnya
pada tahun VIII Hijriyah, mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath
Makkah.6

3) Aspek Isyarat Ilmiah

Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya isyarat ilmiah yang
dikemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada
abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Nabi Muhammad yang ummī tentu saja
tidak akan mengetahuinya jika tidak diberi wahyu oleh Allah yang Maha
Mengetahui.7

Isyarat-isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan.
misalnya;

Astronomi

Penciptaan Alam ”Teori Big Bang ”

Berdasarkan Teori Big Bang, alam semesta tercipta dari kumpulan gas yang disebut
‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi bintang-bintang, planet-planet,
matahari, bulan dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa’:30 disebutkan:

6 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987), hlm.
195.
7 Kusmana dan Syamsuri, Pengantar Kajian Al-Qur'an: Tema Pokok, Sejarah dan
Wacana Kajian (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hlm. 85
dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka
tiada juga beriman?’

Kata rata berarti perpaduan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang
homogen. Sedangkan kata fataqa berarti memisahkan.

2.3 Contoh Kemukjizatan Al-Quran

Kemukjizatan Al-Qur’an dari Aspek Bahasa dan Sastra

Kemukjizatan Al-Quran dari Aspek Bahasa dan Sastra - Kalimat-kalimat


dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang
konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh
kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang
digambarkannya. Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat
dari balaghoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam
mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif
antara Autor(Allah) dan penikmat (umat).

Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya


Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya
antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam
pengucapannya. Lebih lanjut dengan mengutip Az-Zarqoni keserasian tersebut adalah
tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah (nasal). Dari paduan ini bacaan Al-
Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. 

Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga
warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi
keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti beragam
sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi (18: 9-16) yang diakhiri
vocal “a” dan diiringi konsonan yang bervariasi, sehingga tak aneh kalau mereka
(masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. 

Selain efek fonologi terhadap irama, juga penempatan huruf-huruf Al-Qur`an


tersebut menimbulkan efek fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip
Shihabuddin Qulyubi dalam bukunya Najlah “Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz
‘amma”, bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf sin) memberi
kesan bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan
bacaan cepat huruf ra’ pada QS. An-Naazi’at menggambarkan getaran bumi dan
langit. Contoh lain dalam surat Al-haqqah dan Al-Qari’ah terkesan lambat tapi kuat,
karena ayat ini mengandung makna pelajaran dan peringatan tentang hari kiyamat.

Dari pemilihan kata dan kalimat misalnya, Al-Qur`an mempunyai sinonim


dan homonym yang sangat beragam. Contohnya kata yang berkaitan dengan perasaan
cinta.‫علق‬ diungkapkan saat bertatap pandang atau mendengar kabar yang
menyenangkan, kemudian jika sudah ada perasaan untuk bertemu dan mendekat
menggunakan ‫ميل‬, seterusnya bila sudah ada keinginan untuk menguasai dan
memiliki dengan ungkapan ‫ودة‬ZZ‫م‬, tingkat berikutnya ‫محبة‬, dilanjutkan dengan ‫خلة‬,
lalu ‫بابة‬ZZZZ‫الص‬ , terus ‫وى‬ZZZZ‫اله‬ , dan bila sudah muncul pengorbanan meskipun
membahayakan diri sendiri namanya ‫العشق‬ , bila kadar cinta telah memenuhi ruang
hidupnya dan tidak ada yang lain maka menjadi ‫التتيم‬ , yang semua itu bila berujung
pada tarap tidak mampu mengendalikan diri, membedakan sesuatu maka
disebut ‫وليه‬yang semua kata-kata tersebut mempunyai porsi dan efek makna masing-
masing. 

Kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi kesusasteraan dan music

Profesor Dorman, dari Amerika menuliskan, “Al-Qur’an, kata perkatanya


diwahyukan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw., tiap-tiap kata Al-
Qur’an adalah lengkap dan sempurna. Al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal dan
merupakan bukti atas kejujuran sekaligus kebenaran klaim Rasulullah Muhammad
saw. Sebagian dari sisi kemukjizatan Al-Qur’an terkait dengan gaya bahasa esai dan
sasteranya yang betul-betul sempurna, agung dan mulia, sehingga baik manusia
maupun dewa tidak sanggup membuat tandingan bahkan untuk satu surat saja
darinya.” 

Profesor A. Guallavome mengatakan, “Al-Qur’an dengan irama spesialnya


memiliki musik yang merdu dan menyenangkan bagi setiap telinga yang
mendengarnya. Betapa banyak orang kristen arab yang memuji gaya bahasa sastera
Al-Qur’an. Para orientalis yang menguasai bahasa dan sastera arab pun memuji
kefasihan, kelembutan dan kehalusan gaya Al-Qur’an. Ketika Al-Qur’an dibacakan,
daya tariknya yang khas mau tidak mau menarik hati setiap pendengar kepada
dirinya, manis serta musik merdu inilah yang meredam suara-suara sumbang yang
mencelanya dan meniupkan ruh kepada bingkai syariat Nabi Muhammad saw. serta
membuatnya tidak bisa dijiplak. Pada kancah esai, prosa dan sastera arab yang luas,
kita tidak menemukan kitab yang menyetarai kefasihan, keelokan dan bobot Al-
Qur’an, bahkan tidak ada satu karya pun yang layak untuk dibandingkan dengannya.
Pengaruh kuat ayat-ayat Al-Qur’an, baik terhadap orang arab maupun non-arab
membuat mereka kehilangan kendali.” 

Dimensi lain dari kemukjizatan Al-Qur’an dan keindahannya adalah


keteraturan, geometri dan keelokan kalimatnya; dia manyampaikan makna yang
paling banyak dengan jumlah kata yang paling sedikit, dia menghindari penggunaan
kata yang berlebihan, tapi pada saat yang sama dia mampu menyampaikan
maksudnya secara sempurna dan jelas. Keagungan dimensi mukjizat Al-Qur’an ini
begitu nyata sehingga apabila anda buang satu kalimat darinya, maka anda tidak akan
mampu mencarikan kalimat ganti yang semakna dengannya dan jangan sampai
maksud, irama dan bobot ayat tersebut keluar dari puncak kemukjizatannya!!”
            Dimensi lain dari kemukjizatan retorikal Al-Qur’an adalah pelukisan dan
penggambarannya. Menurut sebagian ulama, seperti Sayid Qutub, Al-Qur’an telah
menyuguhkan gambaran-gambaran yang indah, mempesona dan hidup tentang
berbagai wujud di alam semesta, betapa banyak pentas yang dilukiskan oleh Al-
Qur’an di hadapan seseorang sehingga dengan cara itu dia berhasil membenamkan
maksudnya ke dalam relung hati yang paling dalam. Contohnya, ulama yang kotor
dan bejat digambarkannya dengan anjing yang menjulurkan lidah keluar, permulaan
pagi dengan pernapasan, orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dengan
keledai yang memikul tumpukan kitab, dan lain-lain sebagainya.

Kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi ilmu pengetahuan

Rahasia-rahasia ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah samudera


tak bertepi berupa ilmu-ilmu tentang alam, manusia, sejarah, bintang dan lain
sebagainya yang semua itu mendorong para ilmuan timur dan barat untuk melakukan
penelitian yang luas dan membuat merekabetul-betul heran.

  Dia, di sela-sela pembandingannya antara ajaran-ajaran ilmiah Al-Qur’an


dengan kontradiksi-kontradiksi yang terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru serta ilmu pengetahuan yang populer pada masa turunnya Al-Qur’an,
mengatakan, “Mengingat maklumat-maklumat yang ada pada era Muhammad saw.,
tidak mungkin mayoritas isi Al-Qur’an –yang berdimensi sains- digolongkan sebagai
hasil karya manusiawi. Atas dasar itu, sungguh benar bahwa bukan saja Al-Qur’an
patut untuk diterima sebagai wahyu, melainkan karena jaminan autentisitas yang dia
berikan, maka Al-Qur’an patut sekali untuk didudukkan pada posisi yang istimewa
dibanding yang lain.” 8

8 Anwar, Rosihon. 2008. ‘Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, hlm.184


Kemukjizatan Al-Qur’an dalam meramalkan hal yang akan terjadi.

Al-Qur’an telah memberitahukan kejadian-kejadian yang akan datang. Berita-


berita ini ada yang berhubungan dengan Al-Qur’an itu sendiri dan ada pula yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian di luar.Sebagiannya tentang kejadian-
kejadian pada periode tertentu dalam sejarah, adapun sebagiannya lagi bersifat
sinambung. Sebagiannya telah terjadi dan secara historis telah membuktikan
kebenaran Al-Qur’an, adapun sebagiannya yang lain masih berhubungan dengan
masa depan umat manusia, seperti kepemimpinan orang-orang yang saleh, berdirinya
pemerintahan global yang adil dan bertauhid, serta pembentukan madinah islami
yang ideal.

Kemukjizatan dari sisi orang yang menyampaikan.

Salah satu sisi kemukjizatan Al-Qur’an adalah orang yang menyampaikannya. Al-
Qur’an

sendiri menekankan sisi kemukjizatan ini:

“Dan engkau –Muhammad- tidak pernah membaca kitab sebelumnya dan engkau
tidak pernah menulisnya dengan tangan kananmu. Jikalau demikian niscaya makin
ragu-ragulah orang-orang yang membatalkan itu.” (QS. Al-Ankabut/ 29: 48.)

Kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi tidak ada perselisihan di dalamnya.

Sisi lain dari kemukjizatan Al-Qur’an adalah kenyataan bahwa tidak ada perselisihan
dan kontradiksi antara hal-hal yang diutarakannya. Al-Qur’an sendiri telah
menekankan sisi kemukjizatannya ini:

“Apakah mereka tidak mendalami Al-Qur’an, kalau sekiranya itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. Al-Nisa’/ 4:
82.)
Kita tahu bahwa Al-Qur’an disampaikan oleh Rasulullah saw. selama dua puluh tiga
tahun, itu pun dalam kondisi beliau menyaksikan kekuatan musuh, kelemahan orang-
orang mukmin, hijrah, boikot, perang, takut dan harapan, kemenangan dan kekalahan
serta lain-lain sebagainya.

Lezatnya pengulangan Al-Qur’an.

Sisi berikutnya dari kemukjizatan Al-Qur’an adalah manisnya Al-Qur’an itu sendiri.
Yakni, betapa pun dia diulang-ulang, tetap saja manis itu tidak mungkin berkurang.
Surat Al-Fatihah setiap hari kita baca berulang-kali –minimal sepuluh kali dalam
ritual shalat-. Potongan indah apapun kalau kita ulang sepuluh kali maka akan
menjenuhkan bagi kita; namun hanya Al-Qur’anlah yang betapa pun kita ulang-ulang
tetap saja manisnya tidak kurang dan tidak akan menjenuhkan. Hal ini menunjukkan
ada semacam keharmonisan antara ruh atau fitrah manusia dengan firman Ilahi ini,
dan bahwasanya manusia ketika mendengar firman Penciptanya maka dia sedang
mendengar seruan gaib dan supranatural.
Atas dasar itu, terbuktilah bahwa Al-Qur’an berada di atas kemampuan manusia,
bahkan manusia yang istimewa seperti Rasulullah Muhammad saw.

2.4 Konsep Al-Sirfah

Al-Sharfah terambil dari kata  ‫(صرف‬Sharafa) yang berarti ‘memalingkan’; dalam arti


Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an, sehingga
seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata lain,
kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an sendiri.9

            Ada sebagian pemikir yang mengakui ketidakmampuan manusia menyusun


semacam al-Qur’an. Menurut mereka, ini bukan disebabkan oleh keistimewaan al-
Qur’an, tetapi lebih disebabkan adanya campur tangan Allah Swt. dalam menghalangi

9 M Quraish Shihab, Kemujizatan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h.155


manusia membuat semacam al-Qur’an. Paham ini menamai mukjizat al-Qur’an
dengan Mukjizat al-Sharfah.

Menurut pandangan orang yang menganut al-Sharfah, Cara Allah Swt.


memalingkan manusia ada dua macam. Pertama, mengatakan bahwa semangat
mereka untuk menantang dilemahkan Allah Swt. Kedua, menyatakan bahwa cara
Allah Swt. memalingkan adalah dengan cara mencabut pengetahuan dan rasa
kebahasaan yang mereka miliki dan yang diperlukan guna lahirnya satu susunan
kalimat serupa al-Qur’an. 

Alasan munculnya pendapat al-Sharfah adalah; pertama, masyarakat Arab


mampu mengucapkan kata dan kalimat-kalimat semacam al-Qur`ân, seperti yang
terjadi pada Umar bin al-Khaththâb yang mengusulkan kepada nabi untuk
menjadikan Maqâm Ibrâhîm sebagai tempat shalat. 

Kedua, ketika terjadi upaya pengumpulan naskah-naskah al-Qur`ân pada masa


pemerintahan khalifah Abû Bakar al-Shiddîq. Abû Bakar memerintahkan kepada
Umar bin Kaththâb dan Zaid bin Tsâbit agar berdiri di pintu masjid dan tidak
menerima naskah kecuali disertai oleh dua saksi. Penganut paham al-
Sharfah berpendapat bahwa seandainya al-Qur`ân mu’jizat dari segi bahasanya, maka
tentu kesaksian itu tidak diperlukan. Jika benar al-Qur`ân merupakan mu’jizat maka
dengan mudah ia dibedakan dengan karya manusia.

Pendapat penganut al-Sharfah ini sejatinya memberikan simpulan bahwa al-


Qur`ân tidak memiliki kelebihan dari dirinya sendiri, namun faktor dari luarlah yang
menyebabkannya memiliki kelebihan tersebut.

Konsep shirfah yang dianggap para pakar ‘Ulûm al-Qur`ân sebagai pendapat


yang terbilang berlebihan dan terkesan mengada-ada sehingga menuai banyak
kritikan tersebut, ternyata menurut al-Bâqillânî masih berada pada taraf yang
terbilang wajar. Menurutnya masih ada pendapat yang lebih ekstrim lagi dari pada
pendapat tersebut. Pendapat yang dimaksud adalah pendapat yang mengatakan
bahwa; siapapun dapat mendatangkan semisal al-Qur`ân, namun ketiadaan karya
yang semisal al-Qur`ân adalah karena tidak adanya pengetahuan mereka tentang
bentuk susunan al-Qur`ân, seandainya mereka memiliki pengetahuan tentang hal
tersebut niscaya mereka dapat mendatangkan semisal al-Qur`ân. Selain pendapat
tersebut, pendapat yang terbilang ekstrim lagi adalah pendapat yang mengatakan
bahwa; sesungguhnya dalam bab kemu’jizatan ini, tidak ada perbedaan antara kalam
manusia dan kalam Allah, sehingga keduanya bisa saling melemahkan satu dengan
yang lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Menurut bahasa kata 1’jaz berasal dari kata masdar dari kata kerja a’jaza yang


berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari
fi’il sulasi mujarrad ajaza yang berarti Lemah, yang lawan katanya qodaroh yang
berarti kuat/mampu. Kata I’jaz al-qur’an adalah suatu kata makjud yang terdiri
dari dua kata yang di mudhofkan, yaitu; di modhofkannya kata
masdar I’jaz kepada pelakunya yaitu al-qu’an sehingga berarti melemahkan Al-
qur’an atau Al-qur’an melemahkan/ menjadikan tidak mampu. Artinya
melemahkan kepada orang yang berusaha meniru al-qur’an.
2. Aspek kemukjizatan Al-Quran ada 3 yaitu Aspek Kebahasaan, Berita Ghaib dan
aspek isyarat ilmiah.
3. Conoh Kemukjizatan alquran bisa ditemukan dalam aspek bahasa dan sastra,dari
sisi kesusasteraan dan music,dari sisi ilmu pengetahuan,dalam mengamalkan hal
yang akan terjadi,dari sisi orang yang menyampaikan dan dari sisi tidak ada
perselisihan di dalamnya
4. Al-Sharfah terambil dari kata  ‫(صرف‬Sharafa) yang berarti ‘memalingkan’; dalam
arti Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an,
sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata
lain, kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an
sendiri

3.2 Saran

Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf
kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan. Demi perbaikan penulisan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abduṣṣamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur`an. Jakarta: Al-


Akbar Media Eka Sarana, 2003.

Anwar, Rosihon. 2008. ‘Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Hasbi ash-Shiddueqy.Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. (Semarang:


Pustaka Rizki Putra. 2009). Ed. Ke-3

Mukjizat Al-Qu’an, M. Quraish Shihab

Usman.‘Ulumul Qur’an. (Yogyakarta: Teras. 2009).  

https://id.wikipedia.org/wiki/Mukjizat

http://kabaronli.blogspot.co.id/2013/06/macam-macam-mukjizat-dalam-al-quran.html

www.sadeqin.net/ml/q_a.php?mod=4&id=132

http://www.sarjanaku.com/2010/10/kemukjizatan-al-quran-dari-aspek-bahasa.html?
m=1

http://ketukers.blogspot.com/2015/11/Paham-al-Sharfah.html

http://imron-busfa.blogspot.com/2012/04/makalah-mukjizat-al-quran.html

Anda mungkin juga menyukai