Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Asbab al-
Nuzul”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas
dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah  ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Makalah inidisajikankhususdengantujuanuntukmemberi arahandantuntunan agar yang
membacabisamenciptakanhal-hal yang lebihbermakna.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan danbelumsempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karenakesempurnaanhanyamilik
Allah SWT semata.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Lempuing Jaya,   Oktober 2019


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul.............................................................. 3
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul................................... 5
C. Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an............ 5
D. Macam- Macam Asbabun Nuzul..................................................... 7
E. Lafaz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul........................... 9
F. Urgensi Dan Kegunaan Asbaabun Nuzul ........................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang diwahyukan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Pengembagan studi keislaman yang berkaitan
dengan al-Qur’an dapat ditempuh di antaranya dengan pendekatan sosio-historis. Aplikasi
pendekatan tersebut memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-
Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua kelompok menurut sebab turunnya
ayat. Pertama, ayat yang turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau
peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat terdahulu, berita-
berita alam ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian alam kebagkitan, keadaan hari kiamat dan
sebagainya
Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya me nurut
islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu yang belum
mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam
mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk menjelaskan atau menunjukkan hukum atas
peristiwa atau pertanyaan yang muncul tersebut. Jawaban dari al-Qur’an merupakan pedoman
hidup bagi umat manusia. Itulah yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-
sebab turunya ayat-ayat al-Qur’an. Untuk lebih mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an
secara utuh maka lebih utama jika mengetahui tentang Asbabun Nuzul. Pengenmbangan studi
keislaaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh diantaranya dengan pendekatan
Sosio-historis.
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-
Qur’an yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan olehnya
diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau menerangkan
hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu. Karena  kita bisa salah menangkap pesan-pesan Al-
Qur’an secara utuh, jika hanya memahami dari bahasanya saja secara tekstual tanpa memahami
konteks Sosio-historisnya.

B.            RUMUSAN MASALAH
1.        Apa yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul?
2.        Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul?
3.        Apa Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an?
4.        Sebutkan Macam- Macam Asbabun Nuzul?
5.        Bagaimana Lafadz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul?
6.        Bagaimana Urgensi Dan Kegunaan Asbaabun Nuzul ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN ASBABUN NUZUL


Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya
sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut
Asbabun Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan
untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab
al-wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.[1]
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-
sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW karena
ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.
[2]
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :
7.             Menurut Az-Zarqani :
“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya dengan turunya
ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”
8.             Ash-Shabuni :
Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu atau beberapa
ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.[3]
9.             Shubhi Shalih :
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat. Al-qur’an
(ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”
10.         Mana’ al-Qhathan:
َُ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ َ
‫ا ْو ُسؤ ٍالكحا ِدث ٍة ُوق ْو ِع ِه َوق َت ِبشأ ِن ِه ق ْر ٌآنمان ِز َل‬.
Artinya:
“Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an berkenaan
dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi.”
11.         Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya” itu masanya
jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.[4]

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat beragam, di
antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi amtara suku Aus dan
suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat
dalam keadaan mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat
kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak, ternyata
telah menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa
tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang
melatar belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang
menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya Al-Qur’an merupakan
latar belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar
belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an memiliki
sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

B.            SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL


Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting untuk
bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk
mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat atau
kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian
pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum,
mereka memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil
kesimpulan.
Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak lepas dari
jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya membahas segala
ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an. Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-
wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul
Islam Ibn Hajar yang mengarang sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi
mengarang kitab Lubabun Nuqul fi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan
jelas serta belum ada yang mengarang.[6]

C.           FUNGSI ILMU ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN


Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah untuk memahami ayat Al-
Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal, atau sekedar memahami
maksud ayat. Tidak mungkin memahami kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui sebab
turunnya ayat tersebut.
Al Wahidi menjelaskan: “tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui dan
penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat, “Keternagan sebab nuzul adalah cara
yang kuat (tepat) untuk mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan: “Mengetahui
sebab nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab menimbulkan
pengetahuan mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya Safa dan Marwa
adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau
berumrah,maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang
siapa mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan dan Maha Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab ketiadaan
dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya “kewajiban.” Sebagian
ulama’ juga berpendapat demikian, karena berpegang pada arti tekstual ayat itu.
Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul dalam
memahami Al-qur’an sebagai berikut :
1.             membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-
ayat Al-Qur’an.
2.             Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3.             Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4.             Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5.             Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam
hati orang yang mendengarnya.
6.             Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.
7.             Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah dalam
menjalankan misi risalahnya.
8.             Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.
9.             Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam
keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10.         Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.
D.           MACAM- MACAM ASBABUN NUZUL
1.             Banyaknya nuzul dengan satu sebab
Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada
permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surat
berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya ialah apa yang di riwayatkan oleh Said bin Mansur,
‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn jarir, Ibnul Munzir, Ibn Abi Hatim, tabrani, dan Hakim yang
mengatakan shahih, dari Ummu salamah, ia berkata : “Rasullullah, aku tidak mendengar Allah
menyebutkan kaum perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan : maka
tuhan mereka memperkenankan permohonanya (dengan firman) : “sesungguhny aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun
perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain... (Ali ‘Imran
[3]:195).
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan Ibn
Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya : Rasulullah, mengapa
kami tidak disebutkan dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ? maka suatu harti aku dikejutkan
oleh suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan
Muslim.. sampai akhir ayat 35 Surat al-Ahzab [33].”
Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang mengatakan: “Kaum laki-laki
berperang sedang kaum perempuan tidak. Disamping itu kami hhanya memperoleh warisan
setengah bagian? Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih banyak dari sebagian
yang usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahan pula.. (an-
Nisa’ [4]:32) dan ayat : sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat
tersebut turun ketika satu sebab.

2.             Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab


Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan
mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul yang
dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya.” Contoh yang diberikan
dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu, kemudian
pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal tersebut menunjukan bahwa ayat itu diturunkan
dengan lafadz mujmal (global), yang mengandung arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya
dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu pada hukum yang
datang kemudian. Misalnya firman Allah : Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk zakat fitrah.
Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa ayat itu turun berkenaan
dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah), kemudian dengan isnad yang marfu’ Baihaqi
meriwayatkan pula keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti
maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul
fitri dan zakat.”
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja mendahului
hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar bersumpah dengan kota ini, dan kaum
(Muhammad) bertempat di kota ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya di
Makkah, sehingga Rasulullah berkata : “Aku mnenempati pada siang hari).”

3.             Beberapa ayat turun mengenai satu orang


Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-qur’an pun
turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai setiap
peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya
peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti kepada
kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun
berkenaan denganku. Pertama, ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum
sebelum aku mwninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya dan pergauilah keduanya didunia dengan
baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata
kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka turunlah :
mereka  bertanya kepadamu tenytang pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian aku bertanya
kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku mewasiatkan
separuhnya?” rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum Ansor, seorang
dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada Rasulullah ,
maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan minum khamr.”

E.            LAFAZ DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN ASBABUN NUZUL


Ada tiga ungkapan yang menunjukan asbabun nuzul suatu ayat. Dua diantaranya dapat
dipastikan sebagai asbabun nuzul. Dan satu lainnya tidak secara pasti menunjukkan kepada
asbabun nuzul, mungkin asbabun nuzul mungkin juga tidak. Ungkapan itu adalah sebagai
berikut:
a.       ‫سبب نزول هذه األية‬ ( sebab turunnya ayat ini ialah....)
Apabila suatu peristiwa didahului oleh ungkapan ini, maka tidak diragukan lagi bahwa peristiwa
itu merupakan asbabun nuzul ayat yang disebut sebelumnya.
b.      Tidak menggunakan kata ‫سبب‬ seperti diatas. Akan tetapi, menggunakan ungkapan ‫فنزلت‬ atau ‫فَأ َ ْنزَ َل‬
‫هللا‬, yang dimulai dengan fa setelah peristiwa dijelaskan. Hal ini tidak diragukan lagi bahwa
peristiwa itu juga merupakan asbabun nuzul ayat bersangkutan.
c.        Ungkapan kata yang tidak menggunaakan kata ‫س____بب‬ dan juga tidak menggunakan
‫ف‬ setelah  peristiwa.  Akan tetapi, ia menggunakan kata ‫فِي‬  sebelum menjelaskan peristiwa.  Hal
ini tidak dapat dikatakan asbabun nuzul secara pasti, tetapi ada dua kemungkinan, mungkin
asbabun nuzul dan mungkin juga tidak.
Untuk menentukan peristiwa yang menjadi asbabun nuzul suatu ayat, ungkapan-ungkapan
diatas pelu menjadi pertimbangan dan perhatian seorang mufassir. Artinya, seorang mufassir
dalam mencari asbabun nuzul suatu ayat hendaklah merujuk kepada peristiwa yang mengandung
ungkapan yang terdapat pada poin satu dan dua. [5]

F.            URGENSI DAN KEGUNAAN ASBAABUN NUZUL


a.              Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-
ayat Al-Qur’an.
b.             Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
c.              Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an, bagi ulama yang berpendapat
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus(khusus al-sabab) dan bukan
lafazh yang bersifat umum(umum al-lafaz).
d.             Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
e.              Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu kedalam
hati orang yang mendengarnya.[6]
Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab an-Nuzuldalam
memahami al-Quran , sebagai berikut:
1.             Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-
ayat al-Quran.Diantaranya dalam surat al-baqoroh ayat 115
ِ ‫ش ِرقُوا ْل َم ْغ ِربُفَأ َ ْينَ َماتُ َولُّ ْوافَثَ َّم َو ْج ُهالل ِهإِنَّالل َه َوا‬
‫س ٌع َعلِ ْيم‬ ْ ‫َولل ِها ْل َم‬
Artinya:
“  Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana juga pun kamu menghadap, di-
sanapun ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”
bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat zahir
ayat diatas sesorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia
seakan-akan tidak menghadap kiblat ketika sholat. Akan tetapi ketika melihat asbab an-nuzul-
nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang
yang sedang berada dalam perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau berkaitan
dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.
2.             Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3.             Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama yang berpendapat
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-sahab) dan bukan
lafadz yang bersifat umum (umum al-lafadz).
4.             Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas pengkhususannya,
maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang
selain sebab. Dan bentuk sebab ini tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan lafal yang umum itu),
karena masuknya bentuk sebab ke dalam lafal umum itu bersifat qat’i (pasti). Maka ia tidak
boleh dikeluarkan melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni (dugaan). Pendapat ini
dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.
5.             Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut turun.
6.             Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran, serta untuk memantapkan wahyu
kedalam hati orang yang mendengarkan. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum,
peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.

BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Asbab al-Nuzul adalah kejadian atau peritiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-
Quran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, emjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut.  Asbab al-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah
yang dipakai untuk menberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan
memberinya konteks dalam memahami perintah-perintah-Nya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah
ini hanya melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Al-Quran masih turun (‘ashr at-tanzil).
1.             Macam-macam Asbabun An-Nuzul:
b.             Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi(Cara dan Gaya menyusun kata) yang
Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul
1.              Sharih (visionable/jelas)
2.             Muthamilah(impossible/kemungkinan)
c.             Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu  Ayat atau Berbilangnya
Ayat untuk Satu Asbab An-Nuzul
1)             Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud al-Sabab wa Nazil al-Wahid)
2)             Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud  al-Nazil wa As-sabab al-wahid)
2.             Lafadz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul
a.             ‫سبب نزول هذه األية‬ ( sebab turunnya ayat ini ialah....).
d.            Menggunakan ungkapan ‫فنزلت‬ atau ‫فَأ َ ْنزَ َل هللا‬,.
e.             Menggunakan kata ‫فِي‬  sebelum menjelaskan peristiwa.
3.             Urgensi dan kegunaan Asbaabun Nuzul
a.             Membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
b.             Mengatasi keraguan ayat.
c.             Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
d.            Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
e.             Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat.

B.            SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk mengetahui lebih jauh,
lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca
dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya membahas garis
besarnya saja tentang ulumul quran dan hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya
sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum  Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia


Didin saefuddin Buchori,2005. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an: Bogor: Granaada
Pustaka
M.Yusuf,Kadar. 2014.”Studi Al-Qur’an” . Jakarta: Amzah
http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1 Diakses Pada Tanggal 16
Oktober 2019
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/eganurfadillah5648/5bf5529dab12ae790d
67fcf7/asbabun-nuzulDiakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019
http://huseinmuhibbi.blogspot.com/2015/06/makalah-asbabun-nuzul-al-quran.html?m=0Diakses Pada
Tanggal 18 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai