Anda di halaman 1dari 88

SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA


BANJARMASIN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN DI WILAYAH KECAMATAN
BANJARMASIN UTARA

NAMA : ZULRIVAI SAPUTRA


NIM : 219.02.0998
PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM


BANJARMASIN
2023

1
PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA
BANJARMASIN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN DI WILAYAH KECAMATAN
BANJARMASIN UTARA

SKRIPSI

Untuk memenuhi Sebagian


dari syarat-syarat guna mencapai
gelar sarjana hukum

Oleh

NAMA : ZULRIVAI SAPUTRA


NIM : 219.02.0998
PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM


BANJARMASIN
2023

1
SKRIPSI INI DI SETUJUI UNTUK DIUJI TANGGAL

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Susan, S.H. ,M.H. Zulkifli S.H. ,M.H.


NIDN.1116016302 NIDN.

Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Sultan Adam Banjarmasin
Ketua,

Dr. H. Abdul Halim., S.H., M.H.


NIDN. 1131106301

1
SKRIPSI INI TELAH DIUJI TANGGAL

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Susan, S.H. ,M.H. Zulfkifli S.H. ,M.H.


NIDN. 1116016302 NIDN.

MENGESAHKAN,
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Sultan Adam Banjarmasin
Ketua,

Dr. H. Abdul Halim., S.H., M.H.


NIDN. 1131106301

1
NOMOR :
BANJARMASIN :

MENGESAHKAN,
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Sultan Adam Banjarmasin
Ketua,

Dr. H. Abdul Halim., S.H., M.H.


NIDN. 1131106301

1
TELAH DIUJI PADA TANGGAL

TIM PENGUJI

KETUA : Susan, SH., MH ……………………..


SEKRETARIS : Zulkifli SH.,MH ……………………..
ANGGOTA :1. ……………………..
2. ……………………..
3. ……………………..

1
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Zulrivai Saputra
NIM : 219.02.09298
Tempat/Tgl.Lahir : Banjarmasin, 24 Juli 1984
Nomor HP : 081255110444
Alamat : JL. Simpang Kertak Baru Ulu No. 16 Kelurahan Kertak Baru
Ulu Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin
Dengan ini menyatakan sebenarnya bahwa Skripsi saya yang berjudul:
“PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN
NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DI KOTA
BANJARMASIN KHUSUSNYA DI WILAYAH KECAMATAN
BANJARMASIN UTARA"
Adalah hasil penulisan saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan
sumbernya. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini bukan
hasil penulisan saya (dibuatkan atau plagiat),maka saya bersedia dikenakan sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarmasin, Maret 2023


Yang membuat pernyataan

Zulrivai Saputra

1
RINGKASAN
“PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN
NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DI KOTA
BANJARMASIN KHUSUSNYA DI WILAYAH KECAMATAN
BANJARMASIN UTARA"
(Zulrivai Saputra, 2023, 74 Halaman)
Meski secara usia Kota Banjarmasin termasuk salah satu Kota tertua di
Indonesia namun hingga saat ini baik itu soal pembangunan infrastruktur masih
sangat jauh tertiggal jika di bandingkan dengan Kota-kota tua
lainnya,Pembangunan karakter yang juga tak kalah penting sebagai aspek
penunjang keberhasilan dan merupakan tolak ukur terselenggaranya Good
Governance pun menurut penulis yang sedari kecil lahir dan besar di Kota
Banjarmasin masih jauh dari kata sempurna bahkan terkesan mengalami
penurunan,kesadaran masyarakat dalam memelihara dan menjaga keindahan serta
kebersihan Kota Banjarmasin terutama soal pembuangan limbah rumah tangga
atau sampah belum bisa di katakan baik bahkan pada beberapa titik di pinggiran
Kota masih terkesan kumuh dan kotor serta mengganggu estetika bahkan bisa di
kategorikan menggangu ketertiban umum serta pengguna jalan khususnya yang
penulis lihat ada beberapa Tempat Pembuangan Sementara Terpadu(TPST) di
Wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui pengelolaan sampah di Kota
Banjarmasin khususnya wilayah kecamatan Banjarmasin Utara dan Untuk
mengetahui penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota
Banjarmasin
Pada karya ilmiah ini peneliti melakukan jenis penelitian Hukum Empiris
yakni penelitian hukum yang di dasarkan pada studi kasus terhadap beberapa
permasalahan hukum yang menggambarkan kejadian dilingkungan atau dampak
sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,badan hukum atau pemerintah.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana penulis akan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau sesuai dengan apa yang terjadi
dilapangan, dalam hal ini tentang pengelolaan persampahan dan penegakan
hukum Peraturan Daerah KotaBanjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Pengelaan Persmpahan/Kebersihan Dan Pertamanan khususnya di wilayah
kecamatan Banjarmasin Utara.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
1. Pengelolaan Persampahan di Kota Banjarmasin khususnya di wilayah
kecamatan Banjarmasin Utara pada dasarnya tidak jauh berbeda dari daerah-
daerah lain di Indonesia,akan tetapi Pemerintah Daerah melakukan beberapa
upaya dan invasi yang di harapkan dapat membantu mengurangi sampah yang
ada di Kota Banjarmasin, kendala yang dihadapi adalah biasanya pencemaran
lingkungan oleh limbah baik limbah sampah rumah tangga ataupun

i
pencemaran lingkungan dari korporasi atau perusahaan. Sampah erat
kaitannya dengan kesehatan karena pada sampah hidup berbagai mikro
organisme penyebab sakit dan penyakit menular maupun tidak menular serta
serangga pemindah atau penyebar penyakit seperti lalat. Sampah merupakan
suatu bahan yang di buang atau terbuang dari hasil aktifitas manusia maupun
dari alam yang nilai ekonomisnya belum dimiliki  Partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah rumah tangga diamati dari cara mayarakat atau
warga membuang sampah, kebanyakan mereka melakukan dengan cara
membuang sampah ke TPS, Dari yang hanya kadang-kadang dan tidak
membuang di TPS, ternyata masih ada dengan cara dibuang dilingkungan
tempat tinggal/ disungai, dibakar. Beranjak dari temuan penelitian
tersebut, maka partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah rumah
tangga dilihat dari cara membuang sampah dapat dikatakan cukup baik. Hal
ini dapat dilihat pada warga yang membuang sampah ke TPS cukup banyak .
Warga yang membuang sampah ke TPS dilakukan oleh individu secara
langsung dan ada yang melalui bantuan orang lain dengaan membayar iuran
secara pribadi tanpa dikelola secara resmi atau tanpa dikelola oleh suatu
lembaga/kelompok masyarakat. Sedang mereka yang membuang sampah
dengan cara dibuang disekitar tempat tinggal atau di bakar memberikan
alasan karena mudah dan praktis. Padahal membakar sampah adalah suatu
perilaku yang salah dalam melakukan pengelolaan sampah rumah
tangga. Masalah kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat dan penyakit
infeksi yang buruk akibat sampah dapat terjadi jika kondisi lingkungan
tercemar.
Perilaku membuang sampah dengan cara sembarangan dan dibakar sudah
diatur sebagai salah satu bentuk larangan di dalam Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan.
2. Penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota
Banjarmasin melalui atuan Polisi Pamong Praja adalah aparatur
pemerintahan daerah yang mewakili Kepala Daerah maupun Pemerintah
Daerah dalam rangka memelihara dan menyelenggarakan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat serta menegakkan peraturan daerah dan atau
peraturan maupun keputusan Kepala Daerah. yang dimaksud dengan
ketentraman masyarakat dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis
yang memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan
aktivitas maupun kegiatannya sehari-hari dengan tertib dan teratur serta
nyaman, khusus untuk kota Banjarmasin pemerintah daerah era atau
pemerintahan Haji Ibnu Sina pada periode pertama maupun periode kedua
mengusung slogan «Banjarmasin Baiman» yang merupakan kependekan dari
«Banjarmasin barasih wan nyaman». Ini merupakan visi dari pemerintahan
Walikota Banjarmasin H.Ibnu Sina beserta jajarannya untuk mewujudkan
Banjarmasin yang bersih tertib dan nyaman di segala bidang. menjunjung

ii
iii

tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma sosial


lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia dan rahmatNYA jualah penulis bisa mempunyai daya dan upaya untuk

menyelesaikan ini dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki

maka tidak lain dan tidak bukan hanya karena pertolongan Allah Subhanahu

Wa Ta'ala akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua keluarga khususnya Istri tercinta Wienda Indrie Agustia.S.Kom

juga kedua buah hati kami Ahmed Daniello Razake dan Fellicia Naya Razake

serta ibunda Sri Rusmiyati yang selalu memberi support moril dan materi sejak

awal penulis memutuskan untuk kuliah sampai dengan Penulis menyelesaikan

karya study ilmiah ini Skripsi ini di selesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul

“PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN

NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN

PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DI KOTA

BANJARMASIN KHUSUSNYA DI WILAYAH KECAMATAN

BANJARMASIN UTARA” Skripsi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi

persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Sekolah Tinggi Ilmu

Hukum Sultan Adam Banjarmasin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak di bantu dari berbagai

pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:,Kepada seluruh

civitas perguruan tinggi STIHSA mulai dari para pimpinan yang terhormat

iii
1. Bapak ketua STIHSA Dr.H Abdul Halim SH.MH

2. Wakil ketua 1 yang saya hormati ibu Muslimah Hayati S.Ag. SH.MH

3. Wakil Ketua 2 yang saya hormati yang juga merupakan dosen

Pembimbing 1 Ibu Susan SH.MH

4. Wakil Ketua 3 yang saya hormat Bapak Fajrian Noor Anugrah SH.MH

5. Yang terhormat Bapak Zulkifli SH.MH selaku Pembimbing 2

6. 6. Staff akademik bapak Samsyi ,Ridha,Oppa Slamet,Ibu Andien

Juga terima kasih kepada para narasumber dan semua pihak yang telah membantu

untuk pengumpulan data-data, sampling atau wawancara seperti kepada Kepala

Bidang Penegakan Peraturan Daerah Norfahmi Arif Ridha SSTP.MAP juga bapak

Kepala Seksi Penegakan Peaturan Daerah pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Banjarmasin Mulyadi S.AP,Bapak Marzuki SE.M.Ap selaku Kepala Bidang

Pengelolaan dan pengangkutan sampah di Dinas Lngkngan Hidup Kota

Banjarmasin,beserta seluruh rekan dan sahabat yang telah banyak membantu yang

tentunya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga menjadi ladang pahala dan memberi berkah manfaat bagi kita semua

Aamiin Aamiin yaa robbal aalamiin.

Banjarmasin, Maret 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI


HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
HALAMAN SUSUNAN PENGUJI SKRIPSI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
RINGKASAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Alasan Memilih Judul.............................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................5
D. Metode Penelitian ...................................................................................6
1. Jenis Penelitian...................................................................................6
2. Sifat Penelitian....................................................................................8
3. Jenis Data............................................................................................8
4. Populasi/Objek Penelitian...................................................................9
5. Sampel dan Teknik Sampling.............................................................9
6. Teknik Pengumpulan Data.................................................................10
7. Pengolahan dan Analisis Data............................................................12
E. Sistematika Penulisan..............................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................18
A. Sampah....................................................................................................18
B. Konsep Pengelolaan Sampah..................................................................25
C. Teknis Operasional..................................................................................32
D. Timbulan Sampah ..................................................................................35
E. Pewadahan Sampah ................................................................................35
F. Klasifikasi Wadah Sampah.....................................................................36
G. Daerah Pelayanan Sampah......................................................................38
H. Sistem Pelayanan Sampah.......................................................................39

v
I. Pengangkutan Sampah ...........................................................................40
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................43
A. Pengelolaan persampahan di Kota Banjarmasin khususnya wilayah
kecamatan Banjarmasn Utara..................................................................43
B. Penegakan Hukum Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan
dan Pertamanan.......................................................................................54
BAB IV PENUTUP...............................................................................................66
A. Kesimpulan..............................................................................................66
B. Saran........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul.

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan bahwa lingkungan

hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara

Republik Indonesia.

Sebagaimana amanat undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 yang di dalam pasal 28h yang berbunyi ”Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan ”.

Berdasarkan peraturan dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa

Negara berkewajiban menjamin kepastian hukum dan perlindungan hak

warga Negara khususnya untuk mendapatkan dan menikmati lingkungan

hidup yang bersih serta sehat sebagai perlindungan juga implementasi dari

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk melindungi seluruh ekosistem.

“Banjarmasin adalah kota terbesar di Kalimantan Selatan, yang berada

di Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota provinsi Kalimantan (1945–

1956) dan provinsi Kalimantan Selatan (1956–2022). Kota Banjarmasin yang

dijuluki Kota Seribu Sungai ini memiliki wilayah seluas 98,46 km² yang

1
2

wilayahnya merupakan delta atau kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 buah

pulau kecil (delta) yang dipisahkan oleh sungai-sungai di antaranya Pulau

Tatas, Pulau Kelayan, Pulau Rantauan Keliling, Pulau Insan, Pulau Kembang,

Pulau Bromo dan lain-lain”.¹

Berdasarkan data Kemendagri tahun 2021, Kota Banjarmasin memiliki

penduduk sebanyak 672.343 jiwa dengan kepadatan 6.829 jiwa/km². Wilayah

metropolitan Banjarmasin yaitu Banjar Bakula memiliki penduduk sekitar 1,9

juta jiwa yang di huni oleh berbagai macam suku dan etnik serta Multi

Kultural selain penduduk asli suku Banjar dan suku Dayak.1

Meski secara usia Kota Banjarmasin termasuk salah satu Kota tertua di

Indonesia namun hingga saat ini baik itu soal pembangunan infrastruktur

masih sangat jauh tertiggal jika di bandingkan dengan Kota-kota tua

lainnya,Pembangunan karakter yang juga tak kalah penting sebagai aspek

penunjang keberhasilan dan merupakan tolak ukur terselenggaranya Good

Governance pun menurut penulis yang sedari kecil lahir dan besar di Kota

Banjarmasin masih jauh dari kata sempurna bahkan terkesan mengalami

penurunan,kesadaran masyarakat dalam memelihara dan menjaga keindahan

serta kebersihan Kota Banjarmasin terutama soal pembuangan limbah rumah

tangga atau sampah belum bisa di katakan baik bahkan pada beberapa titik di

pinggiran Kota masih terkesan kumuh dan kotor serta mengganggu estetika

bahkan bisa di kategorikan menggangu ketertiban umum serta pengguna jalan

khususnya yang penulis lihat ada beberapa Tempat Pembuangan Sementara

Terpadu(TPST) di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara.


1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin 07/01/23
3

Seperti contohnya yang penulis lihat pada tempat pembuangan

sementara yang terdapat di Jalan Cemara Raya yang sangat mengganggu dan

membuat tidak nyaman para pengguna jalan serta warga sekitar di karenakan

tempat pembuangan sampah tersebut berada persis di pinggir jalan dan sangat

dekat dengan pemukiman warga, kondisi yang lebih memprihatinkan juga

penulis lihat di Tempat Pembuangan Sementara Terpadu (TPST) yang

berlokasi di Simpang Empat Jalan HKSN padahal lokasinya tidak jauh dari

kantor Kecamatan Banjarmasin Utara yang mana hal inilah yang kemudian

mendorong penulis untuk mengangkat tema yang berkaitan dengan persoalan

pengelolaan sampah khususnya di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara

serta penegakan hukum Peraturan Daerah Kota Banjarmasin nomor 21 tahun

2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota

Banjarmasin.

Seperti yang sama-sama kita ketahui Kota Banjarmasin memiliki

julukan kota seribu sungai yang mana banyak sekali sungai dan anak sungai

yang mengalir baik itu di tengah kota ataupun melintas di sekitar area

pemukiman warga kemudian karena abrasit terkendala atau terlambatnya

revitalisasi juga penyempitan daerah aliran sungai (DAS) serta karena ulah

oknum masyarakat yang dengan sengaja membuang limbah rumah tangga

dengan sembarangan atau langsung dibuang ke aliran sungai kemudian

mengakibatkan sungai dan anak sungai tersebut sekarang menjadi berkurang,

merujuk pada data Badan Pusat Statistik(BPS) Kota Banjarmasin setidaknya

ada 102 sungai yang melintas di kawasan kota Banjarmasin di antaranya ada
4

sungai-sungai besar seperti sungai Martapura Sungai,Alalak dan sungai

Barito

Mengacu pada Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 18

tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang mana pada pasal 5(lima) yang

berbunyi : Pemerintah dan Pemerintahan Daerah bertugas menjamin

terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan

sesuai dengan tujuan sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang ini juga

pada pasal 6 undang-undang yang sama menegaskan tugas Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah sebagaimana di maksud dalam Pasal 5 terdiri atas :

1. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan sampah.

2. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan

penanganan sampah.

3. Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,

penanganan, dan pemanfaatan sampah.

4. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan

prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

5. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan

sampah.

Oleh karena itu Kemudian pemerintah daerah Kota Banjarmasin sesuai

dengan undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

membuat Peraturan Daerah terkait penanganan pengelolaan sampah yaitu


5

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin.

Terkait dengan hal ini maka penulis rasa perlu untuk membahas dan

menggali lebih dalam tentang sistematika penanggulangan, penanganan dan

pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin serta aturan-aturan terkait yang

mengatur,membatasi dan mengakomodir kegiatan pembuangan dan

pengolahan sampah khususnya limbah sampah rumah tangga agar tercipta

lingkungan yang bersih ,sehat,tertib dan layak serta ramah lingkungan bagi

warga Kota Banjarmasin khususnya yang berada dan bermukim di sekitar

area tempat pembuangan sementara terpadu seperti yang ada di Jalan Cemara

Raya dan Persimpangan 4 Jalan HKSN maka kemudian penulis memutuskan

untuk membuat sebuah karya ilmiah tentang Penegakan Hukum Peraturan

Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin khususnya

wilayah kecamatan Banjarmasin Utara?

2. Bagaimana penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan

Pertamanan di Kota Banjarmasin?


6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin

khususnya wilayah kecamatan Banjarmasin Utara?

b. Untuk mengetahui penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini,penulis mengharapkan dapat menjadi: :

a. Untuk sebagai referensi bagi para mahasiswa yang mengambil mata

kuliah hukum dan atau Hukum Pemerintah Daerah

b. Untuk sebagai masukan kepada para pengambil kebijakan

c. Untuk sebagai informasi kepada masyarakat umum terkait

pengelolaan persampahan di Kota Banjarmasin khususnya

Kecamatan Banjarmasin Utara.

d. Bagi Akademik, sebagai bahan kerja internal

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada karya ilmiah ini peneliti melakukan jenis penelitian Hukum

Empiris yakni penelitian hukum yang di dasarkan pada studi kasus

terhadap beberapa permasalahan hukum yang menggambarkan kejadian

dilingkungan atau dampak sosial yang terjadi di tengah-tengah


7

masyarakat,badan hukum atau pemerintah. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif, dimana penulis akan menggambarkan keadaan

yang sebenarnya atau sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, dalam

hal ini tentang pengelolaan persampahan dan penegakan hukum

Peraturan Daerah KotaBanjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Pengelaan Persmpahan/Kebersihan Dan Pertamanan khususnya di

wilayah kecamatan Banjarmasin Utara.Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi.

Sedangkan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualititatif yang mana peneliti terjun langsung ke lapangan dalam rangka

pengumpulan data dengan melakukan wawancara,pengambilan sampling

dan dokumentasi dengan mendatangi tempat seperti:

a. Tempat Pembuangan Sementara Terpadu(TPST) yang berada di

persimpangan 4 Jalan HKSN.

b. Tempat Pembuangan Sementara Terpadu yang ada di Jalan Cemara

Raya Kecamatan Banjarmasin Utara.

c. Rumah pemukiman warga yang berada di sekitar Sungai Alalak

kecamatan Banjarmasin Utara.

d. Rumah pemukiman warga yang berada di sekitar Sungai Alalak

kecamatan Banjarmasin Utara.

e. Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banjarmasin yang

terletak di Balai Kota Jalan RE.Matadinata.


8

f. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin di Jalan

KS.Tubun

2. Sifat Penelitian

Dalam hal ini sifat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

merupakan penelitian Empiris yaitu menurut Amiruddin dan Zainal

Asikin(2004),”empiris adalah penelitian yang berfokus untuk meneliti

fenomena atau keadaan objek penelitian secara rinci. Caranya adalah

dengan mengumpulkan fakta dan bukti yang terjadi, serta

mengembangkan rancangan yang sudah ada”2

3. Jenis Data

Data adalah keseluruhan hasil pencatatan tentang variabel atau objek

penelitian(Arikunto,2005).Dalam penelitian ini penulis menggunakan

2(dua) jenis data untuk mencapai kesimpulan yaitu :

a. Data Primer adalah : data yang merupakan hasil pencatatan

langsung terhadap subjek penelitian berupa data baik itu dari

responden atau hasil wawancara(interview) dan berasal dari

pengamatan secara langsung ke lapangan(observasi).Menurut

Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat

objek penelitian dilakukan.

b. Data Sekunder : Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder

yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada


2
https://deepublishstore.com/blog/empiris-adalah/
9

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah

sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, buku, jurnal,

artikel yang berkaitan dengan penelitian yang sedang di lakukan

oleh penulis.

4. Populasi/Objek Penelitian

Objek penelitian yang di ambil oleh peneliti adalah warga masyarakat

Kota Banjarmasin yang bermukim atau berdekatan dan atau

berkepentingan di wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara khususnya

sekitar tempat pembuangan sementara terpadu (TPST) yang berada di

Jalan Cemara Raya dan persimpangan 4 Jalan HKSN ,petugas kebersihan

yang berada di sekitar tempat pembuangan sementara yang berada di

lokasi pada saat penelitian, warga masyarakat yang dengan sadar atau

kelalaiannya membuang sampah di luar dari pada tempat atau waktu

yang telah di tentukan sesuai dengan aturan yang berlaku, juga pemangku

kepentingan seperti pejabat struktural baik itu di lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup(DLH) juga Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Banjarmasin.

5. Sampel dan Teknik Sampling

Untuk sample pada penelitian karya ilmiah ini,peneliti mengambil proses

pengambilan sampling yakni dengan probability sampling design.

Probability sampling adalah teknik sampling Probability sampling

adalah teknik sampling dengan setiap anggota populasi memiliki peluang


10

sama dipilih menjadi sampel dengan peluang sama dipilih menjadi

sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki

peluang tidak nol memiliki peluang tidak nol.3

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk bahan

penulisan karya ilmiah ini di lakukan dengan :

a. Observasi

 Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung

dengan sistematis dalam meningkatkan gejala atau fenomena yang

diteliti. pendapat lain mengatakan observasi adalah suatu

penyelidikan yang dilakukan secara sistematis dan sengaja

diadakan dengan menggunakan alat indra dalam( terutama mata

dalam meningkatkan kejadian-kejadian yang langsung ditangkap

pada saat kejadian tersebut terjadi) (Walgito,2003:54).Untuk karya

Ilmiah ini penulis melakukan observasi pada :

1) Tempat Pembuangan Sementara Terpadu Jalan HKSN

Kecamatan Banjarmasin Utara

2) Tempat Pembuangan Sementara Terpadu jalan Cemara Raya

Kecamatan Banjarmasin Utara

3) Lingkungan Pemukiman warga sekitar Tempat Pembuangan

Terpadu Jalan HKSN wilayah Kecamatan BanjarmasinUtara

4) Tempat pembuangan akhir(TPA) Kota Banjarmasin Jalan

Lingkar Basirih
3
http://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content/sampling.pdf
11

b.  Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud-maksud

tertentu beberapa pihak secara dua arah yaitu oleh pewawancara

yang mengajukan pertanyaan dan sumber yang diwawancarai yang

akan memberikan jawaban atas pertanyaan atau memberikan

keterangan. dalam wawancara peneliti secara bebas untuk

mempertanyakan materi atau pertanyaan yang berkaitan dengan

subjek dan objek yang akan diteliti sebagai pedoman yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Data atau informasi pada karya ilmiah ini penulis dapatkan setelah

melakukan wawancara dengan: 

1) Kepala Bidang pengelolaan dan pengangkutan sampah Dinas

Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin Bapak Marzuki

SE.M.AP

2)  Petugas pengangkut sampah yang berada di lokasi tempat

pembuangan sementara terpadu Jalan HKSN

3)  Bapak Haris Seorang warga Alalak yaitu merupakan tugas

kebersihan di kampungnya yang pada saat peneliti melakukan

observasi ke tempat pembuangan sampah terpadu Jalan

HKSN kedapatan membuang sampah pada siang hari di luar

jam yang telah di tentukan sesuai aturan yang berlaku.


12

4) Bapak Nor Fahmi Arifridha SSTP.M.AP selaku Kepala

Bidang penegakan peraturan daerah kota Banjarmasin pada

satuan polisi pamong praja kota Banjarmasin.

5)  Bapak Mulyadi S.AP selaku kepala seksi penegakan

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin pada Satuan Polisi

Pamong Praja.

c. Dokumentasi

Yaitu data-data yang penulis kumpulkan dari objek penelitian serta

data-data yang berasal dari instrumen4Meolong membedakan

antaradokumen dan record. Menurutnya dokumen adalah setiap

bahan tertulis ataupun film. Peneliti juga mengumpulkan data

secara daring dari internet baik itu berupa artikel maupun potongan

berita yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.

7. Pengolahan dan Analisis Data

Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa analisa data merupakan proses

yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data-data

sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis

itu.5Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif

analisis yang Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

empat tahap yaitu sebagai berikut. Pengumpulan data Peneliti mencatat

4
(Guba dan Lincoln dalam Meolong,2005:161).
5
Moleong, 2005:103).
13

semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan wawancara, dan

dari dokumentasi:

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

penelitian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data-

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan 6.

Dari pengumpulan data diperoleh baik dari hasil wawancara, dan

dokumentasi kemudian direduksi dan di masukkan kedalam pola

kategori, fokus, atau tema yang sesuai

b. Sajian data

Hasil reduksi data tersebut kemudian disajikan secara tertentu

untuk masing-masing pola atau tema yang hendak dipahami atau

dimengerti duduk persoalannya. Akhirnya peneliti menarik

kesimpulan-kesimpulan awal dari hasil pemahaman dan pengertian

tersebut..sajian data adalah kesimpulan informasi tersusun memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan7.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan

konfigurasi yang utuh.Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasikan

selama penelitian berlangsung.8Dalam penarikan kesimpulan ini,

6
Menurut Mathew B Miles (2002:16),
7
Mathew B Milles (2002:17),
8
Mathew B Milles, 2002:19).
14

didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan

jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Pembahasan terhadap pokok permasalahan dalam penelitian ini di

dasari pada dampak sosial yang terjadi di masyarakat kota

Banjarmasin khususnya wilayah kecamatan Banjarmasin Utara

terhadap tata kelola dan penanggulangan limbah sampah serta

penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan

Pertemanan di Kota Banjarmasin yang kemudian peneliti

memperoleh data:

1) Primer:

Adapun definisi data primer menurut para ahli adalah sebagai

berikut Data primer dapat didefinisikan sebagai data yang

diperoleh dari sumber pertama, baik yang berasal dari

individu/perseorangan misalnya hasil dari wawancara, atau

yang berasal dari hasil pengisian kuesioner yang dilakukan

oleh peneliti9

Data primer sangat dibutuhkan untuk memberi penjelasan

mengenai masalah tertentu. Berikut ini adalah fungsi data

primer: Memberikan jawaban dari rumusan masalah

penelitian secara langsung dari objek yang diteliti. Sebagai

bahan evaluasi untuk menanggapi suatu permasalahan.

Sebagai dasar dari penelitian yang bisa


9
; Husein Umar (2013),
15

dipertanggungjawabkan.Atau dengan kata lain yaitu data

yang di peroleh langsung dari lokasi penelitian setelah

melakukan wawancara dengan pihak-pihak serta objek yang

akan diteliti.

2) Sekunder :

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Hal

tersebut berarti bahwa peneliti berperan sebagai pihak kedua,

karena tidak didapatkan secara langsung. Data

sekunder adalah data tambahan yang diperoleh bukan dari

tangan pertama tetapi dari kedua, ketiga atau seterusnya.

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui

orang lain atau lewat dokumen10. Sumber data sekunder

merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi

melengkapi data yang diperlukan data primer.Yaitu data yang

diperoleh melalui studi kepustakaan berupa peraturan

perundang-undangan ,laporan hasil penelitian dan sumber

lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

3) Data tersier yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

dari obyek yang diteliti biasanya data tersebut diperoleh dari

10
Sugiyono (2016: 225)
16

pihak ketiga baik dari individu maupun kelompok yang

sengaja mengungkapkan fakta dari pihak kedua.

4) Data tersier merupakan data pendukung yang di peroleh

penulis secara daring baik berupa potongan wawancara atau

artikel yang membahas tentang masalah yang sedang diteliti.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari 4(Empat) BAB antara lain

BAB I(satu) ialah PENDAHULUAN yang terdiri dari alas an memilih

judul,rumusan masalah,tujuan dan kegunaan penelitian,metode

penelitian,teknik penelitian serta sistematika penulisan;

BAB II(dua) merupakan TINJAUAN PUSTAKA berupa tinjauan umum

Pengertian sampah,teori pengelolaan sampah,pengertian Peraturan

Daerah,aparat penegak hukum Peraturan Daerah;yang di dalamnya memuat

kemudian penulis bagi menjadi dua(2) Sub :

1. Pada sub pertama(1) penulis membahas mengenai pengertian sampah dan

teori pengelolaan sampah

2. Pada sub bab yang kedua(2) penulis mengulas mengenai pengertian

Peraturan Daerah dan Penegakan Peraturan Daerah

Pada BAB III(3) penulis memaparkan HASIL PENELITAN yang di peroleh

serta analisis data yang di dalamnya memuat tentang bagaimana mekanisme

dalam pengelolaan persampahan di Kota Banjarmasin khususnya wilayah

Kecamatan Banjarmasin Utara lalu bagaimana Penegakan Peraturan Daerah


17

Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan.

BAB IV(empat), merupakan penutup yang mana meliputi KESIMPULAN

dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang merupakan BAB

terakhir dalam pembahasan penelitian ini secara keseluruhan, kemudian di

akhiri dengan saran dari penulis sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan

bagi pejabat atau aparat yang berwenang dalam mengambil kebijakan dan

menetapkan aturan-aturan terkait hingga untuk ke depan pengelolaan sampah

khususnya di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara serta penegakan aturan

yang berlaku sebagai hukum positif di Kota Banjarmasin dapat lebih

maksimal serta efisien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah Menurut Para Ahli

Sampah bisa menyebabkan bermacam kasus baik dari segi

kesehatan ataupun area. Terlebih kenaikan volume sampah terus terjalin

tiap tahunnya, spesialnya di Indonesia sendiri selaku negeri tumbuh,

kasus sampah jadi permasalahan yang wajib menemukan atensi lebih

bersamaan laju perkembangan penduduk yang terus bertambah tiap

tahunnya. serta berakibat pada mutu tanah Pada tahun 2008

KNLH( Kementrian Negeri Area Hidup) berkata bila Indonesia tiap

tahunnya menciptakan sampah sebanyak 38, 5 juta ton sebaliknya pada

tahun tahun 2011 jumlah tersebut terus bertambah jadi 200 ribu ton/ hari

serta tentu akibat terdapatnya penimbunan sampah hendak bawa

kelangsungan makhluk hidup jadi kotor

Walaupun sampah jadi sebutan yang sering di dengar tidak tidak

sering banyak diantara warga Indonesia kurang menguasai serta paham

prihal penafsiran sampah. Oleh karenanya pada ulasan kali ini, hendak

membagikan penafsiran sampah. Sampah merupakan sesuatu benda

sisa( sisa) yang padat serta dihasilkan dari kegiatan manusia, baik

kegiatan tiap hari ataupun kegiatan rumah tangga. Ada pula tempat

pembungan sampah bernama TPS( Tempat Penampungan.Sedangkan)

yang diatikan selaku tempat sebelum sampah diangkut ke tempat

18
19

pendauran ulang, pengelolaan sampah, ataupun pembuangan sampah

terpadu.

Adapun definis sampah menurut para ahli, antara lain;

a. World Health Organization (WHO)

Memberi pengertian sampah ialah barang yang berasal dari kegiatan

manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak

disenangi, ataupun yang dibuang.

1) Definisi sampah adalah barang padat yang dihasilkan dari

kegiatan manusia yang tidak lagi dikehendaki dan tidak berguna.11

2) Arti sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,

tidak disenangi atau sesuatu  yang harus dibuang yang umumnya

berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia12 (termasuk

kegiatan  industri)  tetapi  bukan  biologis  karena  kotoran 

manusia  (human waste)  tidak  termasuk kedalamnya

b. Tanjung

Menurutnya sampah adalah barang yang tidak berguna lagi sehingga

dibuang oleh pemiliknya ke tempat yang sudah disediakan

c. Bahar

Dalam bukunya mengatakan, bahwa sampah adalah suatu barang

yang harus bersifat padat yang tidak lagi dipergunakan dan dibuang,

sehingga barang tersebut tidak bisa diuraikan dengan sempurna oleh

alam yang akhirnya mengakibatkan kerusakan.

11
Juli Soemirat (1994)
12
Azwar (1990)
20

Pengertian sampah adalah benda yang tidak digunakan atau tidak

dikendaki oleh manusia yang berupa sampah organik dan sampah

anorganik13.

d. Ahli  Kesehatan  Masyarakat

Menurut para ahli kesehatan dari Amerika Serikat, batasan

mendefinisikan sampah (waste) adalah suatu barang yang tidak lagi

dipergunakan dan dinginkan oleh pemilknya, sehingga barang

tersebut dibuang begitu saja

e. Wijaya Jati

Arti sampah secara sederhana adalah konsekuensi sisa dari selurih

kegiatan (aktivitas) manusia yang sudah tidak diperlukan lagi.

f. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008

Dalam UU Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa pengerian

sampah adalah seluruh sisa kegiatan manusia yang dialkukan sehari-

hari dan atau dari proses alam yang berciri khas padat

g. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

KBBI mengatakan bahwa sampah adalah barang yang dibuang oleh

pemiliknya karena tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi,

barang ini misalnya kotoran, kaleng minuman, dedaunan , kertas.

h. Basriyanta

Menurutnya, arti suatu barang dikatakan sampah jika barang tersebut

tidak lagi atau tidak dapat dipakai sehingga dibuang oleh


13
Manik (2003)
21

pemiliknya, akan tetapi Basriyanta menambahkan bahwa sampah

masih dapat dipakai jika di oleh atau di daur ulang lagi.

Untuk mendapatkan kesamaan pengertian tentang sampah, maka di

pakailah beberapa definisi sampah sebagai berikut:

a. Sampah adalah bahan buangan berbentuk padat, yang masuk atau

dimasukan ke dalam lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan

turunnya kualitas lingkungan 14

b. Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat aktivitas manusia dan

binatang, yang merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi,

sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna15

c. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak

berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau

pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur

atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan16

d. Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat

organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan

harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi

investasi pembangunan

Dari pengertian sampah menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

sampah adalah sesuatu yang sudah tidak berguna lagi dan tidak di pakai

lagi oleh seseorang yang dihasilkan atau berasal dari kegiatan manusia

14
Eddi & Tanudi, 1997).
15
(Sudarso, 1985).
16
(Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
22

itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Sampah yang telah di buang ada

yang dapat didaur ulang dan ada yang tidak dapat didaur ulang

2. Klasifikasi Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan menurut sumber, proses terjadinya, sifat,

dan jenisnya.

Berdasarkan sumbernya (Menurut Sudarso, 1985)

a. Pemukiman penduduk (Domestik)

Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, bahan-bahan

sisa dari pengolahan atau sampah basah (garbage), sampah kering,

abu dan sampah khusus.

b. Tempat-tempat perdagangan (Komersial)

Area komersial merupakan area yang dipergunakan sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan ekonomi. Area ini memiliki fasilitas-

fasilitas seperti: pertokoan, restoran, pasar, perkantoran, penginapan,

jasa pelayanan dan sebagainya. Timbulan sampah di area komersial

ini sangat bervariasi macamnya, tergantung dari jenis kegiatan atau

fasilitas yang ada.

c. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Sarana pelayanan milik masyarakat milik pemerintah maksudnya di

sini misalnya tempat hiburan umum (taman, jalan umum, tempat

parkir, tempat pelayanan kesehatan, gedung-gedung pertemuan, serta

sarana milik pemerintah lainya). Tempat tersebut biasanya

menghasilkan sampah kering dan khusus.


23

d. Industri berat-ringan

Dalam pengertian initermasuk pabrik-pabrik produksi bahan-bahan,

sumber-sumber alam misalnya energi, perusahaan kimia, perusahaan

kayu, perusahaan logam, tempat pengolahan air kotor atau air

minum. Sampah yang dihasilkan dari tempat-tempat ini adalah

sampah basah, sampah kering, abu, sisa bahan-bahan bangunan dan

juga sampah khusus serta sampah berbahaya.

e. Pertanian

Dari daerah pertanian ini sampah yang dihasilkan berasal dari

tanaman atau binatang, misalnya sampah dari kebun, kandang dan

sawah. Sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan

yang sudah membusuk, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga

tanaman.

f. Rumah sakit

Jenis sampah rumah sakit berasal dari hasil kegiatan pengobatan/

tindakan lainnya dirumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya

seperti (spet suntik, kapas, verban / kasa, jaringan tubuh dan lain-

lain).

Berdasarkan proses terjadinya sampah menurut Hadiwiyoto dalam

Eko Sujarwo (2005) dapat dibedakan menjadi :


24

a. Sampah alami, yaitu sampah yang terbentuk karena proses alami,

misalnya daun-daunan yang rontok baik dihalaman rumah, taman-

taman kota, pantai, pada jalur-jalur hijau dan lain-lainya.

b. Sampah non alami, yaitu sampah yang terbentuk karena aktivitas

manusia.

Berdasarkan sifatnya sampah menurut Hadiwiyoto dalam Eko Sujarwo

(2005) dapat dibedakan menjadi :

a. Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa organik

atau tersusun atas unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan

phosphor. Sampah organik terdiri dari daun-daunan, sayur-sayuran,

buah-buahan dan sisa makanan.

b. Sampah anorganik, yaitu sampah yang mengandung senyawa

anorganik, sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

Sampah anorganik terdiri dari dari plastik, kaca, besi, sebagian jenis

kertas dan lain-lain.

Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya menurut Azwar dalam Eko

Sujarwo (2005) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Dead animal

Jenis ini merupakan jenis bangkai terutama yang berukuran besar,

seperti ; kuda, sapi, kucing, tikus, bangkai kecil seperti kecoa, lipas

tidak termasuk di dalamnya.

b. Street weeping
25

Jenis ini adalah jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan,

oleh karena dibuang oleh pemakai jalan yang tidak bertanggung

jawab.

c. Industrial waste

Jenis ini adalah benda-benda padat yang tidak digunakan atau hasil

sisa-sisa proses industri, misalnya industri kaleng dengan potongan-

potongan sisa yang tidak dipergunakan.

B. Konsep Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah tidak hanya menyangkut aspek teknis semata,

namun yang jauh lebih penting adalah menyangkut masalah pengetahuan

dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju

terwujudnya masyarakat yang rama lingkungan dan berkelanjutan17

Undang-Undang (UU) Nomor 32 tahun 2009 pasal 1 ayat (2)

mendefinisikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai

upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan / atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Tujuan

umum lingkungan hidup adalah terwujudnya pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

Konsep dasar pengelolaan sampah merupakan suatu upaya untuk

mencegah terjadinya penumpukan sampah, dan menekankan dampak negatif

17
(Suryani, 2017).
26

yang mungkin terjadi, serta bagaimana pemanfaatannya 18.Bertolak dari

konsep dasar tersebut, para ahli melakukan pengkajian, baik secara teoritis

maupun secara empirik. Kajian akademik mengenai pengelolaan sampah

dilakukan oleh para ahli lingkungan dan kelompok pencinta lingkungan.

Dari sedikit gambaran mengenai sampah tersebut, kita dapat

menelaah dan membuat suatu rangkaian proses bagaimana sampah yang

dihasilkan dapat dikelola menjadi sampah yang lebih ramah lingkungan

dan bahkan dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut adalah

poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan

sampah yang ideal, yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan

sampah yang ideal yaitu:

1. Pemilahan meliputi pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang

terdiri dari sampah organik dan anorganik, pemilihan sampah yang

masih memilki sumber energi tinggi dan pemanfaatan kembali sampah

yang memiliki resources bernilai tinggi.

2. Pewadahan meliputi pewadahan individual disediakan di tingkat

rumah dengan menyediakan 2 unit penampungan sampah terdiri dari

sampah organic dan anorganik, pewadahan komunal (Kontainer atau

TPS) khusus imtuk menampung berbagai jenis sampah baik organik

maupun anorganik seperti untuk sampah plastik, gelas,

pakaian/tekstil, logam, sampah besar, sampah B3 (batu, baterai, balon

lampu neon dll).

18
(Sahil, 2016).
27

3. Pengumpulan meliputi waktu pengiunpulan door to door setiap 1 sampai

2 hari dan waktu pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.

4. Pengangkutan sampah dengan compactor truk berbeda untuk setiap jenis

sampah.

5. Daur ulang yaitu pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat

digunakan terutama untuk keperluan eksternal, plastik bekas diolah

kembali imtuk dijadikan sebagai biji plastik untuk dijadikan berbagai

peralatan rumah tangga seperti ember dll, peralatan elektronik bekas

dipisahkan setiap komponen penggunaannya (logam, plastik / kabel,

baterai dll) dan dilakukan pemilihan untuk setiap komponen yang dapat

digunakan kembali, gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas

(putih, hijau, dan gelap) dihancurkan, dan limbah lingkungan lain berupa

daun-daunan.

6. Kompos meliputi sarana percontohan, penyuluhan, pelatihan dan

pembinaan pengomposan skala lingkungan yang dikelola oleh

masyarakat. untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sampah rumah

tangga harus dikelola di sumbernya

Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah perlakuan

terhadap sampah untuk memperkecil dan menghilangkan masalah-masalah

yang dapat ditimbulkan dalam kaitannya dengan lingkungan 19.Karena itu

pengelolaan sampah dapat berbentuk upaya untuk mengurangi volume

sampah atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang

bermanfaat.
19
Hadiwiyoto, 1983).
28

Tahap pertama yang dilakukan dalam pengelolaan sampah adalah

mengumpulkan sampah dari berbagai tempat (sumber sampah) ke suatu

lokasi pengumpulan, kemudian memisahkan komponen sampah menurut

jenisnya, selanjutnya tahap berikutnya dilakukan pembuangan akhir atau

pemusnahan sampah tersebut.

Pengelolaan persampahan mempunyai beberapa tujuan yang sangat

mendasar yaitu meliputi (Departemen Pekerjaan Umum, 1995):

1. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat.

Penanganan sampah yang terencana dan dilaksanakan dengan baik mulai

dari kegiatan di sumber sampai pembuangan akhir akan menciptakan

kondisi suatu pemukiman/kota yang baik berarti pula sebagai

peningkatan kualitas kebersihan lingkungan dan masyarakat.

2. Melindungi sumber daya alam (air)

Penanganan dan pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan benar

akan menciptakan potensi yang sangat besar terjadinya pencemaran

terhadap air, bak air pemukiman atau air tanah oleh timbunan sampah

yang tersebar dibanyak tempat tanpa penanganan yang baik.

3. Melindungi fasilitas sosial ekonomi.

Pada masyarakat yang kurang mengerti penanganan sampah yang baik

akan membuang sampahnya di selokan, saluran, sungai dan laut,

akibatnya terjadi timbunan sampah di tempat-tempat tersebut yang

menyebabkan genangan air atau bahkan banjir, yang merusak prasarana


29

kota seperti jalan, jembatan, gedung yang pada akhirnya akan

mengganggu aktivitas sosial ekonomi.

4. Menunjang pembangunan sektor strategis

Laju pembangunan yang pesat pada beberapa sektor strategis seperti

industri dan pariwisata perlu didukung dengan pelayanan yang memadai.

Pengelolaan sampah dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu (Menurut

Sudarso, 1985) :

1. Penanganan setempat.

Penanganan setempat adalah penanganan yang dilakukan sendiri oleh

penghasil sampah dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan dalam

usaha pemusnahan sampah.

2. Penanganan terpusat.

Penangannan penanganan sampah yang dilakukan secara komunal pada

suatu area tertentu, sehingga memerlukan sistem manajemen yang lebih

kompleks dalam banyak aspek.

Kemudian dengan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Persampahan Ditinjau dari

berbagai macam aspek (Edi & Tanudi, 1997) :

1. Aspek Organisasi dan manajemen

a. Bentuk Innstitusi : tipe kota (kecil, sedang, besar)

b. Struktur Organisasi : pola kerja (fungsi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian)

c. Personil :
30

1) Kualitas personil (tingkat kemampuan dan manajemen dan

teknik)

2) Jumlah personil (pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan

akhir)

3) Tata laksana kerja (menciptakan pengendalian, penegasan yang

jelas dan terukur)

2. Aspek Teknik Operasional

a. Tingkat pelayanan (kualitas, kuantitas)

b. Daerah pelayanan (komersial, umum, pemukiman)

c. Pewadahan

d. Pengumpulan (pola individu, pola pengumpul)

1) Jumlah rit alat pengumpul (gerobak)

2) Petugas pelaksanaan

3) Pembebanan merata dengan kriteria (jumlah sampah, jarak

tempuh dan kondisi dana)

e. Pemindahan

Tempat pemindahan (transper Depo) terdiri dari 3 type :

1) Type I : luas 200 m2 (penyimpanaan alat dan kontainer)

2) Type II : luas 100 m2 ( tempat parkir gerobak)

3) Type III : luas 10 m2 (tempat penempatan kontainer)

f. Pengangkutan

1) Truk terbuka biasa (kota kecil)

2) Dump truk (dianjurkan)


31

3) Arm roll truk dengan Container (pasar)

4) Compector truk (kota raya)

g. Pengolahan : Recycling, Composting, Incenerator, Compecting.

h. Pembuangan akhir : Teknologi, open dumping, CL, SL.

3. Aspek pembiayaan dan Restribusi

a. Sumber dana

b. Struktur pembiayaan

c. Retribusi / Penarikan Retribusi

4. Aspek pengakuan

a. Dasar hukum

b. Sosialisasi (Penyebar luasan)

5. Aspek peran serta masyarakat

a. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap arti kebersihan

b. Perlunya pengelolaan sampah terhadap kesehatan

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1995), dalam merancang sistem

operas persampahan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap sistem pengolahan sampah, khususnya di daerah perkotaan, antara

lain:

a. Rencana penggunaan lahan

b. Kepadatan dan penyebaran penduduk

c. Karakteristik lingkungan fisik, sosial dan budaya

d. Kebiasaan masyarakat

e. Karakteristik sampah
32

f. Peraturan/aspek legal tingkat nasional dan daerah

g. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan

h. Lokasi pembuangan akhir

i. Biaya yang tersedia

j. Rencana tata ruang dan pengembangan kota

Faktor-faktor di atas juga mendasari dan dipertimbangkan dalam

pengolahan persampahan di daerah studi, tentunya disesuaikan dengan

komposisi sampah dan kondisi masyarakat setempat.

C. Teknis Operasional

Aspek teknis operasional meliputi dasar-dasar perencanaan untuk

kegiatan: pewadahan, pengumpulan, pengangkutan sampah sampai dengan

tata cara, pembuangan akhir sampah secara terpadu. Menurut Departemen

Pekerjaan Umum (1995), pengelolaan sampah merupakan suatu aliran

kegiatan yang dimulai dari sumber penghasil bahan yang sudah tidak

dipergunakan lagi, dianggap tidak mempunyai nilai ekonomis, yang harus

dikumpulkan untuk diangkut ke tempat penampungan atau langsung diangkut

ke tempat pembuangan untuk dimusnahkan, atau sebelumnya dilakukan suatu

proses pengolahan untuk menurunkan volume dan berat sampah.

Adapun kegiatan ini menurut Qotib (1981) dikelompokan menjadi 6

(enam) elemen fungsional yaitu:

1. Proses yang menghasilkan sampah.


33

Pengawasan dalam tahap ini sulit dilaksanakan, karena dipengaruhi oleh

individu ataupun lokasi dimana proses tersebut dapat menghasilkan

sampah sewaktu-waktu. 16

Pada saat proses sampah dihasilkan merupakan saat yang tepat untuk

memisahkan antara berbagai sampah dengan maksud agar sampah yang

masih dapat dimanfaatkan kembali dapat dipisahkan dari sampah yang

harus dibuang. Misalnya memisahkan kertas, kaleng, botol dan sampah-

sampah yang lainnya.

2. Waktu penyimpanan (sampah sementara).

Rumah tangga merupakan unsur yang penting dalam hubungan

lingkungan masyarakat sekitar. Sebab penempatan sampah harus

memperhatikan penempatan atau penyimpanan pada tahap ini.

Sangat baik bila rumah tangga atau tempat dimana membungkus sampah

dengan plastik sebelum ditempatkan dalam bak sampah. Tempat

penyimpanan atau bak sampah harus memenuhi syarat, antara lain :

a. Tidak berkarat

b. Kedap air

c. Tertutup

d. Mudah dibersihkan

e. Tidak mudah rusak

f. Berkualitas tinggi

g. Alasnya harus dijaga agar tidak mudah berlubang

3. Pengumpulan sampah
34

Pengumpulan sampah diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat

asalnya sampai ke tempat pembuangan sampah sementara sebelum

menuju ke tahap berikutnya. Pada tahap ini digunakan sarana bantuan

berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong,

maupun tempat pembuangan sampah sementara.

4. Pengangkutan sampah

Tahap pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan

berupa alat transportasi tertentu menuju tempat pembuangan akhir.

5. Pengolahan dan pemanfaatan kembali

Dalam pengertian ini termasuk semua teknik, perlengkapan dan

prasarana untuk meningkatkan efisiensi dari semua unsur yang lain dan

untuk memanfaatkan kembali semua barang-barang yang masih dapat

dimanfaatkan, serta usaha untuk memperoleh manfaat dari sampah,

misalnya mendapatkan energi dari sampah.

6. Pembuangan akhir

Pada tahap pembuangan akhir sampah dari rumah tangga atau residu dari

incenerator dibuang ke tempat pembuangan yang dapat berupa sanitary

land fill atau open dumping.

D. Timbulan Sampah
35

Sampah berdasarkan kategori sumbernya dapat berasal dari pemukiman

(residential), perdagangan/jasa (commercial), dan kegiatan industri

(industrial)20. Rata-rata di kota besar di Indonesia menunjukan bahwa rumah

tangga memiliki konstribusi terbesar pada total sampah kota. Timbulan dan

komposisi sampah rumah tangga ditentukan oleh beberapa faktor:

1. Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk: semakin besar jumlah

penduduk di suatu kota, semakin besar timbunan sampahnya.

2. Tingkat pendapatan, pola konsumsi masyarakat dan pola penyediaan

kebutuhan hidup: semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang

semakin besar tingkat timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan.

3. Musim: Timbulan sampah di musim hujan bisanya lebih besar dari pada

musim kemarau, selain itu musim buah akan mempengaruhi volume

sampah di suatu kota.

E. Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum dikumpulkan

dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan

utama dari pewadahan adalah21

1. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga

mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika.

2. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan

petugas pengumpul sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan

setempat.
20
M, Qotib, dkk. (1981
21
Departemen Pekerjaan Umum, 1995):
36

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan pewadahan atau

penampungan sampah (Departemen Pekerjaan Umum, 1995) yaitu jenis

sarana wadah yang digunakan, lokasi penempatan sarana pewadahan,

kesehatan dan keindahan lingkungan serta metode pengumpulan yang

digunakan.

Pewadahan sampah merupakan awal dari sistem pengelolaan

persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola, diantaranya

(Departemen Pekerjaan Umum, 1995):

1. Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas

2. Disediakan oleh masyarakat dengan model yang ditentukan oleh

pemerintah

3. Disediakan oleh pemerintah daerah

4. Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat.

F. Klasifikasi Wadah Sampah

Berdasarkan mekanisme penggunaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(Departemen Pekerjaan Umum, 1995), yaitu:

1. Tetap

Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi karena

menghambat kecepatan operasi, sulit dikontrol tingkat kebersihannya

dan estestikanya kurang baik. Contoh: bak sampah dari pasangan bata.

2. Semi tetap

Sering dimanfaatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk ini

dianggap lebih baik dari bentuk tetap. Tetapi pada umumnya kesulitan
37

perawatannya, mencegah dari pencurian (tutup, maupun

keseluruhannya).

3. Non tetap

Banyak dianjurkan karena sangat fleksibel, tetapi dalam hal

penerapannya harus memperhatikan sosial budaya. Contoh: kantong

plastik, keranjang, dan bin.

4. Pola pewadahan yang ada:

Pewadahan untuk pemukiman satu keluarga.

Metode yang paling umum dalam satu keluarga adalah wadah kapasitas

20-32 gal yang dibuat dari metal galvanis atau plastik. Wadah ini dapat

diangkat, dikosongkan secara manual ke dalam kendaraan

pengumpul.20

5. Pewadahan bersama untuk beberapa keluarga, bangunan komersial atau

sumber sampah institusional.

Sumber di atas menghasilkan kuantitas sampah yang lebih besar

dibandingkan satu keluarga. Dengan demikian tidak efisien

menggunakan pewadahan sendiri-sendiri dalam kasus tersebut.

Kapasitas harus dibuat sesuai besarnya timbulan. Wadah dapat dibuat

dari pelat baja dan mempunyai berat yang cukup signifikan. Lokasi

pewadahan harus memiliki akses ke kenderaan pengumpul.

G. Daerah Pelayanan Sampah

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1995), daerah pelayanan

persampahan dapat dibagi menjadi:


38

1. Daerah pemukiman

a. Daerah pemukiman teratur

Daerah permukiman teratur merupakan daerah pemukiman dengan

kondisi struktur jalan dan perumahan yang teratur. Pada umumnya

merupakan pemukiman masyarakat dengan tingkat penghasilannya

relatif tinggi atau menengah.

2. Pemukiman tak teratur

Pemukiman tak teratur merupakan daerah pemukiman dengan kondisi

struktur dan perumahan yang belum teratur, seperti perkampungan,

gang-gang sempit atau alum. Pada umumnya Masyarakat penghuninya

berpenghasilan rendah. 24

2. Daerah komersial

Daerah komersial merupakan daerah kegiatan komersial dan usaha jasa

seperti : pertokoan, pasar dan industri.

3. Fasilitas umum

Fasilitas umum dalam pelayannannya meliputi : hotel,tempat rekreasi,

pendidikan, perkantoran, penyapuan jalan, selokan dan taman.

H. Sistem Pelayanan Sampah

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1995), pada dasarnya pelayanan

dilakukan oleh petugas kebersihan dengan 2 (dua) cara, yaitu :


39

1. Sistem pelayanan individu

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan cara mendatangi

tiap-tiap rumah tangga. Sebagai alat pengukur dapat digunakan:

a. Gerobak sampah, sering disebut juga door to door dengan kendaraan

jarak pendek. Sampah yang dikumpulkan kemudian dibawa ke tempat

penampungan sementara, sebelum sampah tersebut diangkut ke

tempat pembuangan akhir.

b. Truk, dump truk, yang digunakan untuk mengumpulkan atau

mengangkut sampah dari tempat pewadahan (sumber sampah) ke

tempat pembuangan akhir, dapat disebut juga pelayanan door to door

dengan kendaraan.

2. Sistem komunal

Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing rumah

tangga ke tempat-tempat yang telah disediakan, berupa :

a. Gerobak, kemudian oleh petugas kebersihan dikumpulkan di tempat

penampungan sementara sebelum diangkut ke tempat pembuangan

akhir.

b. Bak sampah atau tempat yag telah disepakati bersama atau di tunjuk

untuk penampuga semntara sebelum diangkut oleh petugas

kebersihan.

Daerah-daerah yang dilayani dengan cara komunal ini umumnya adalah

daerah-daerah pemukiman yang belum teratur (daerah slum) dan jalan

lingkungan/gang atau daerah pasar.


40

I. Pengangkutan Sampah

Sistem pengumpulan sampah yang dipergunakan mempengaruhi

batasan sistem pengangkutan, karena yang dimaksud pengangkutan di sini

adalah pengangkutan sampah (setelah proses pengumpulan) ke TPA, TPS ke

TPA dan instalasi pengolahan dan TPA untuk membuang residunya.

Pemilihan atau pemakaian peralatan untuk pengangkutan sampah harus

memperhatikan segi-segi kemudahan, kecepatan, pembiayaan, estetika dan

kondisi setempat. Dari segi kemudahan peralatan tersebut harus mudah

dioperasikan, dari segi pembiayaan peralatan harus kuat, tahan lama dan

kapasitasnya besar serta biaya investasinya rendah. Dari segi kesehatan dan

estetika, peralatan harus dapat mencegah berkembang biak tikus, lalat atau

binatang lainya dan tersebarnya bau busuk serta tetap kelihatan indah dan

bersih.

Peralatan yang dapat digunakan dalam pengangkutan sampah antara

lain : truk, dump truk, amroll truk, multi loader dan transfer trailer

(Departemen Pekerjaan Umum, 1995).

Dalam prakteknya, frekuensi pengangkutan sampah bisa dilakukan

setiap dua hari sekali, seminggu sekali dan ada juga yang tidak menentu

(Departemen Pekerjaan Umum, 1995) 28

Pertimbangan dalam menentukan frekuensi pengangkutan sampah

sebenarnya didasarkan atas sanitasi, ekonomi dan estetika. Tetapi yang lebih
41

utama didasarkan pada segi sanitasi, mengingat frekuensi kehidupan serangga

dan tikus (Departemen Pekerjaan Umum, 1995).

Dari segi estetika, sampah yang diangkut secara tidak teratur atau tidak

menentu akan memungkinkan timbulnya bau yang tidak sedap dari sampah

itu sendiri dan juga gangguan terhadap pemandangan.

Aspek pembiayaan dalam banyak hal seringkali menjadi faktor

dominan untuk berjalannya suatu kegiatan. Demikian halnya dengan proses

pengelolaan sampah, membutuhkan sejumlah dana untuk membiayai operasi

dan pemeliharaan serta perluasan daerah pelayanan. Di dalam SNI 03-3242-

1994 terdapat pengaturan tata cara pengelolaan sampah di pemukiman yang

memperkirakan perbandingan pembiayaan dari total biaya pengelolaan

sampah sebagai berikut:

1. Biaya pengumpulan 20- 40 %

2. Biaya pengangkutan 40 -60 %

3. Biaya pembuangan akhir 10 - 30 %

Biaya pengelolaan sampah juga harus dihitung berdasarkan biaya

operasi dan pemeliharaan serta penggantian alat. Dengan melihat tingginya

porsi pembiayaan untuk pengangkutan sampah maka dapat disimpulkan

bahwa tahapan ini sangat penting dan memerlukan kajian mendasar dalam

rangka memperoleh hasil yang optimal dan efisien.

Menurut SNI 19-2454-1991 SK T-11-1991-F, struktur biaya

pengelolaan sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Biaya investasi, meliputi:


42

a. Biaya pengadaan sarana/peralatan

b. Biaya pembuatan studi pengelolaan sampah

c. Biaya start up atau suntikan dana saat penerapan sistem baru

d. Biaya pendidikan dan latihan awal

2. Biaya operasi dan pemeliharaan

a. Gaji dan upah karyawan/pekerja

b. Biaya transportasi (bahan bakar, oli dan lain-lain)

c. Biaya pemeliharaan dan perbaikan sarana / prasarana

d. Biaya utility lain seperti listrik, air bersih dan sebagainya

e. Biaya administrasi

f. Biaya pendidikan dan latihan.

Pembiayaan ini juga menyangkut dengan retribusi dimana penentuan tarif

retribusi tersebut harus didasarkan pada: biaya pengelolaan, kemampuan

PEMDA mensubsidi ( 20%), kemampuan masyarakat ( 1%), klasifikasi

pelanggan/wajib retribusi dan prinsip subsidi silang. Sedangkan untuk

pelaksanaan penarikan retribusi harus dilakukan pengaturan terhadap:

a. Sistem pengendalian pemungutan yang efektif

b. Wilayah penagihan dan pelaksanaan penagihan

c. Publikasi pemberlakuan struktur tarif

d. Upaya peningkatan efisiensi penagihan.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengelolaan persampahan di Kota Banjarmasin Khususnya Wilayah


Kecamatan Banjarmasn Utara

Gambar 3.1 Tempat Pembuangan Sampaj Cemara


Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan bahwa lingkungan
hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara
Republik Indonesia.
Sebagaimana amanat undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang di dalam pasal 28h yang berbunyi ”Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan ”.
Bisa kita lihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga Pasal 10 PP No. 81 Tahun 2012 menyebutkan
bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan dan penanganan sampah
yang meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, serta

43
44

pemanfaatan kembali sampah. Adapun pengurangan sampah dapat dilakukan


dengan menggunakan bahan yang dapat digunakan ulang atau mengumpulkan
dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan kemasan yang sudah
digunakan.
Sedangkan pasal 12 dan 13 mewajibkan produsen untuk membatasi
dan mendaur ulang sampah dengan menyusun rencana/program yang
mendukung, menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang
mudah diurai, dan atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan
produk untuk kemudian didaur ulang.Adapun pasal 14 mewajibkan produsen
untuk memanfaatkan kembali sampah dengan menggunakan bahan baku
produksi yang dapat digunakan ulang atau menarik kembali sampah dari
produk dan kemasan produk untuk digunakan ulang.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga Di dalam
Peraturan Menteri PU No.3/2013, dijelaskan definisi TPS, TPA, serta TPS3R
yang selama ini mungkin masih rancu bagi masyarakat awam
Tempat Penampungan Sementara, atau biasa disingkat TPS, adalah
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. TPS ini nantinya harus
memenuhi beberapa kriteria teknis, di antaranya tersedia sarana untuk
mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis, serta jenis
penampungan yang bersifat sementara.
Artinya, akan lebih baik apabila masyarakat sudah melakukan pilah
sampah sebelum sampah tersebut dikirim ke TPS.Sedangkan Tempat
Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang
selanjutnya disingkat menjadi TPS 3R, adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang
sampah.
Adapun pengoperasian TPS 3R meliputi kegiatan pengolahan sampah
organik, pendaur ulangan sampah non organik, pengelolaan sampah spesifik
45

rumah tangga dan B3, serta pengumpulan sampah residu untuk nantinya
diangkut ke TPA.
Terakhir dan tidak kalah penting, Tempat Pemrosesan Akhir atau
biasa disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah
sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan residu.
Kesehatan menjadi salah satu hak hidup masyarakat sesuai dengan UUD
1945 Pasal 28 h yang mana hal tersebut merupakan tanggung jawab semua
elemen dan lapisan masyarakat, kendala yang dihadapi adalah biasanya
pencemaran lingkungan oleh limbah baik limbah sampah rumah tangga
ataupun pencemaran lingkungan dari korporasi atau perusahaan. Sampah erat
kaitannya dengan kesehatan karena pada sampah hidup berbagai mikro
organisme penyebab sakit dan penyakit menular maupun tidak menular serta
serangga pemindah atau penyebar penyakit seperti lalat. Pengelolaan sampah
harus dikelola dengan sebaik mungkin agar tidak berpotensi untuk
mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat pengelolaan sampah
yang baik bertujuan untuk selain untuk kepentingan kesehatan juga keindahan
lingkungan
Berdasarkan peraturan dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa
Negara berkewajiban menjamin kepastian hukum dan perlindungan hak
warga Negara khususnya untuk mendapatkan dan menikmati lingkungan
hidup yang bersih serta sehat sebagai perlindungan juga implementasi dari
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk melindungi seluruh ekosistem.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Kota Banjarmasin adalah
merupakan kota bisnis dan juga Kota tua yang diprogram sebagai destinasi
wisata andalan di Provinsi Kalimantan Selatan, maka dalam pembangunan
pembinaan pemukiman di Kota Banjarmasin sangat perlu diupayakan adanya
peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana serta pelayanan umum untuk
memajukan daerah.
46

Contohnya seperti pelayanan di bidang air bersih, fasilitas kesehatan


serta pengendalian pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh oknum
masyarakat yang tidak bertanggung jawab. yang mana dengan upaya tersebut
diharapkan kota Banjarmasin akan menjadi lebih baik dan tentunya menjadi
kota layak huni baik bagi masyarakat asli Kalimantan ataupun warga
pendatang dari luar daerah yang ingin mencari nafkah di Kota
Banjarmasin,juga sukses menjadi destinasi wisata andalan.
Sampah merupakan suatu bahan yang di buang atau terbuang dari
hasil aktifitas manusia maupun dari alam yang nilai ekonomisnya belum
dimiliki22. Mengingat dampak sampah yang begitu berbahaya maka perlu
segera diatasi. Karena sampah berasal dari aktivitas masyarakat sehari-hari,
maka keterlibatan masyarakat menjadi sangat penting untuk menangani
masalah sampah ini. Soematro (2013:23) mengemukakan bahwa partisipasi
masyarakat adalah ikutsertanya semua lapisan masyarakat untuk mengambil
bagian bersama dengan pemerintah mensukseskan kegiatan dan program
yang memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan
hidup masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat sangat
diperlukan dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Senada dengan apa yang
dinyatakan oleh Adisasmita dalam Andreeyan (2014) bahwa partisipasi
masyarakat adalah sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat
dalam pembangunan, yang meliputi dalam kegiatan perencanaan dan dalam
kegiatan pelaksanaan program pembangunan tersebut. Demikian juga
menurut Mardikanto Totok (2015) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang
dalam kelompok sosial untuk mengambil peran / terlibat dalam kegiatan
masyarakat, diluar pekerjaannya sendiri. Secara regulasi, Kota Banjarmasin
memiliki aturan yang mengatur tentang persampahan yaitu Peraturan Daerah
Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan. Pada pasal 16 perda aquo
disebutkan pengelolaan sampah meliputi : a. pengurangan; b.penanganan

22
Cecep Dani Sucipto (2012 : 24
47

sampah; dan c.pengelolaan sampah spesifik, sedangkan pada pasal 17


disebutkan pengurangan sampah meliputi kegiatan :
a.pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah;dan atau c.
memanfaatan kembali sampah. Hal ini berarti, kota Banjarmasin dalam
pengurangi sampah menggunakan 3 cara atau metode , disebut dengan konsep
3R yakni : Reuse (menggunakan kembali sampah dengan fungsi lain ),
Reduce (mengurangi penggunaan bahan yang mengakibatkan adanya
sampah), Recycle (mengolah kembali sampah menjadi suatu produk atau
barang yang dapat bermanfaat atau mendaur ulang sampah ).Optimalisasi
pengelolaan sampah akan berhasil jika di awali dengan tingkat pemilahan 23.
Demikian juga menurut Enviromental Services Program (dalam Nur
Rahmawati dkk, 2017: 75) bahwa pemilahan sampah merupakan kunci
keberhasilan pengelolaan sampah dan program kebersihan. Tanpa pemilahan
sampah pengolaannya menjadi sulit dan beresiko tinggi membahayakan
kesehatan dan mencemari lingkungan. Yang dimaksud dengan Pemilahan
sampah adalah memilah jenis- jenis sampah, minimal menjadi dua jenis: a.
Sampah yang dapat dirubah menjadi kompos yang bernilai seperti sayur,
buah-buahan, dan sejenisnya disebut sampah organik. b. Sampah yang dapat
di daur ulang menjadi bentuk lain/barang lain yang dapat berguna kembali
seperti plastik, kaca, logam, dan sebagainya disebut sampah non-organik.
Demikian juga dengan keterlibatan masyarakat dalam aktivitas- aktivitas lain
dalam pengelolaan sampah rumah tangga sangat diperlukan. Oleh karena hal
tersebut dan untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya maka
Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini akan diungkapkan dimulai dari
tahapan pengumpulan sampai cara membuang sampah, keterlibatan dalam
pemilahan sampah organik dan non organik, keterlibatan dalam memberikan
pendapat, dalam membersihkan lingkungan, pemanfatan sampah dan daur
ulang sampa serta kendala yang dihadapi warga dalam penanganan sampah
rumah tangga.

23
Suwarno (2013)
48

Gambar 3.2 Partipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah


Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diamati dari
cara mayarakat atau warga membuang sampah, kebanyakan mereka
melakukan dengan cara membuang sampah ke TPS, Dari yang hanya kadang-
kadang dan tidak membuang di TPS, ternyata masih ada dengan cara dibuang
dilingkungan tempat tinggal/ disungai, dibakar. Beranjak dari temuan
penelitian tersebut, maka partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah
rumah tangga dilihat dari cara membuang sampah dapat dikatakan cukup
baik. Hal ini dapat dilihat pada warga yang membuang sampah ke TPS cukup
banyak . walau masih ada dengan cara dibuang disekitar tempat tinggal atau
di bakar. Warga yang membuang sampah ke TPS dilakukan oleh individu
secara langsung dan ada yang melalui bantuan orang lain dengaan membayar
iuran secara pribadi tanpa dikelola secara resmi atau tanpa dikelola oleh suatu
lembaga/kelompok masyarakat. Sedang mereka yang membuang sampah
dengan cara dibuang disekitar tempat tinggal atau di bakar memberikan
alasan karena mudah dan praktis. Padahal membakar sampah adalah suatu
perilaku yang salah dalam melakukan pengelolaan sampah rumah tangga.
Dengan cara dibuang disekitar tempat tinggal atau dibakar ini dapat
mengganggu kesehatan , dan menimbulkan polusi udara. Masalah kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat dan penyakit infeksi yang buruk akibat
sampah dapat terjadi jika kondisi lingkungan tercemar. Pencemaran ini akan
49

menyebabkan keberadaan bakteri fecal24.Perilaku membuang sampah dengan


cara sembarangan dan dibakar sudah diatur sebagai salah satu bentuk
larangan di dalam Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan. Sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 34 ayat (1) huruf a, b, d, dan f yang mengatakan
bahwa Setiap orang dilarang Membuang sampah tidak pada tempat yang telah
ditentukan atau disediakan; Membuang sampah tidak menggunakan kemasan
yang terbungkus rapi; Membuang sampah di jalan-jalan, disaluran air
(drainase), di Sungai; dan Membakar sampah yang tidak sesuai dengan
persyaratan pengelolaan sampah. Karena dengan adanya regulasi yang telah
mengatur dan disertai dengan sanksi terhadap pelanggaran tersebut maka
seharusnya Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan bahkan
menindak tegas masyarakat yang tidak taat terhadap larangan yang ada dalam
peraturan daerah.
Dan yang dimaksud dengan pengelolaan sampah juga terbagi menjadi
beberapa tahapan.Upaya-upaya Pengelolaan dan penanganan sampah di
Kota Banjarmasin khususnya di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara
yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Banjarmasin contohnya antara
lain

Gambar 3.3 Melakukan wawancara

24
coliform (Arisoa M. Rajaona , Nele, and Folkard. 2012, Rigo, Pedro,Paulo, 2015 dan Anagaw,,
Yitayal, Berhanu, Yeshambel, Erku, Biadgelegn, Beyene, Agersew,Feleke and Andargachew.
2015).
50

1. Penanganan :
Penanganan adalah pengelolaan sampah rumah tangga yang telah dibuang
kemudian ditampung di tempat pembuangan sampah sementara TPS
secara garis besarnya diangkut oleh petugas kebersihan dengan cara
dimasukkan ke dalam armada truk dari dinas lingkungan hidup kemudian
diangkut ke tempat pembuangan akhir TPA yang berada di Jalan Lingkar
Basirih atau Lingkar Selatan.
2. Pengurangan :
Kemudian dengan pengurangan limbah sampah adalah pengurangan
sampah seperti program TPS 3R dengan bekerja sama dengan kelompok
swadaya masyarakat( KSM) yang mana upaya tersebut adalah mengurangi
sampah dari sumber kemudian berakhir di tempat pembuangan akhir TPA.
3. Pembentukan bank sampah:
Pembentukan bank sampah yang mana tujuan dari pembentukan bank
sampah tersebut adalah untuk memilah sampah non organik yang bisa
didaur ulang Seperti contohnya limbah sampah kertas dan plastik untuk
mengurangi volume sampah yang masuk ke TPS TPS yang ada di Kota
Banjarmasin Di mana Untuk saat ini tercatat pada sebanyak 39 unit bank
sampah yang tersebar di 52 Kelurahan di Kota Banjarmasin termasuk yang
berada di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara yang lokasinya tematya
berada tidak jauh dari kantor kecamatan Banjamasin Utara.
Bahkan melalui program ini Pemerintah Kota Banjarmasin telah
mengumpulkan kemudian mengirim sekitar 11,7 ton sampah plastik ke
pabrik biji plastik yang ada di Surabaya Jawa Timur untuk didaur ulang
hal ini dilakukan selain untuk mengurangi volume sampah juga karena
ketiadaan pabrik serupa di Kota Banjarmasin atau pun di Kalimantan
Selatan.
4. Pemerintah Kota Banjarmasin juga meluncurkan beberapa program seperti
program penggunaan bakul purun, pengggunan bakul purun yang di
anjurkan sebagai wadah pengganti kantong plastik ,kemudian program
pengurangan limbah plastik yang mana hal ini Banjarmasin menjadi kota
pertama di Indonesia yang mengimplementasikan hal tersebut lalu
kemudian diikuti oleh daerah lain , aturan tersebut termaktub dalam
peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik Bagi Ritel Dan Toko
Modern.Dan terbukti setelah diterapkannya peraturan tersebut kota
51

Banjarmasin berhasil menurunkan volume limbah sampah plastik


sebanyak 26,7% yang Bahkan hal ini melebihi target nasional yang
dipatok 26% untuk seluruh Indonesia.
5. Pemerintah kota Banjarmasin juga rencananya akan menambah luas lahan
tempat pembuangan akhir TPA basirih yang awalnya Luasnya sekitar 35
hektar akan ditambah lagi sekitar 5 hektar untuk menampung limbah
sampah yang diangkut dari TPS TPS yang ada di seluruh kota
Banjarmasin.
6. Menggalang kelompok swadaya masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat
untuk bekerja sama bergotong-royong dengan Dinas Lingkungan Hidup
maupun instansi lain seperti pihak Kelurahan ataupun Kecamatan dan
Dinas Sumber Daya Air dan Drainase untuk melaksanakan program
seperti ‘’Babarasih Berumahan’’, “Babarasih Sungai” dan lain-lain.
7. Melakukan berbagai penyuluhan baik secara verbal maupun elektronik
juga virtual tentang perubahan pola hidup bersih yang sehat dan sadar
akan lingkungan melalui spanduk atau banner yang dipasang di sekitar
Kota Banjarmasin juga melalui media sosial dari dinas lingkungan hidup
maupun penyuluhan penyuluhan yang dilakukan masyarakat secara
langsung(door to door) atau melalui lembaga pendidikan seperti sekolah-
sekolah Atau universitas dan kampus dengan tujuan agar masyarakat
menjadi lebih peduli tentang kebersihan lingkungan25.
8. Membuat stimulus atau rangsangan dengan mengadakan berbagai macam
lomba kebersihan lingkungan yang diikuti oleh peserta dari berbagai
kalangan seperti masyarakat umum maupun komunitas komunitas pecinta
lingkungan sungai dan lain-lain
9. Dalam waktu dekat pemerintah Kota Banjarmasin akan menyusun revisi
aturan terkait pengelolaan persampahan yang dimaksud agar menjadi lebih
relevan dan efisien hingga pelaksanaan dan implementasi di lapangan
menjadi lebih baik untuk kedepannya serta membuat kesadaran
masyarakat semakin tinggi dan penegakan aturan pun menjadi semakin
baik sehingga dapat dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

Dengan kendala yang dihadapi hal ini akan tetapi dengan upaya-
upaya yang telah dan investasiyang dilakukan mengenai pengelolaan limbah
25
Wawancara dengan Marzuki.SE.M.AP selaku Kepala Bidang pengelolaan dan pengangkuutan
sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin 10/01/23
52

sampah masih menemui berbagai macam kendala seperti kesadaran


masyarakat yang masih rendah, kemudian sarana dan prasarana seperti tempat
pembuangan sementara yang meleihi kapasitas tampung yang seharusnya dan
Armada pengangkutan yang masih belum mencukupi dan memadai,serta
pengawasan dari dinas terkait juga masih lemah dan perlu adanya kolaborasi
dan koordinasi yang pelu di tingkatkan lagi,juga kewenangan Pemerntah
daerah dalam pengelolaan persampahan dalam hal ini Dinas Lingkungan
Hdup seperti di atur dalam Peraturan Daerah Koa Banjarmasin Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan
hanya mengatur dengan di mulai dari TPS sampai dengan TPA ttapi tidak dar
hulunya atau dari Produsen Sampah.Dari hasil penelitian juga terungkap
kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam penanganan sampah rumah
tangga dan belum merasa puas terhadap sarana yang ada yakni tidak adanya
tong sampah dilingkungan tempat tinggal mereka. Memang dari pengamatan
penulispun terlihat tidak adanya tong sampah di lokasi penelitian ini, apalagi
tong sampah organik dan non-organik. Hal tersebut sangat disayangkan
karena tempat sampah tersebut merupakan sarana atau alat penunjang dalam
pengelolaan sampah rumah tangga. Dalam konteks ini, sebenarnya Peraturan
Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan telah memberikan penegasan
terhadap kewajiban menyediakan tong sampai. Pada pasal 7 diatur bahwa
Setiap rumah tangga dan/atau Pengelolaan Kawasan Permukiman, Komersil,
Industri, Khusus, Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial dan Fasilitas lainnya, usaha
kecil menengah/kaki lima wajib menyediakan fasilitas
bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah yang terbagi atas jenis/sifat sampah.
Selama ini kebanyakan dari masyarakat dilokasi penelitian
mengumpulkan sampah hanya dengan kantong plastik bekas, yang tentu saja
hal ini adalah merupakan hal yang sangat perlu diatasi. Tidak adanya tong
sampah inilah yang membuat mereka merasa kesulitan membuang sampai
tersebut. maka dari itu lah mereka ada yang membakar dan di buang disekitar
rumah sebagai pilihan alternatif yang paling mudah bagi mereka, sehingga
53

dapat mencemari lingkungan sekitarnya, dapat menimbulkan berbagai


penyakit dan dampak buruk lainnya pada masyarakat itu sendiri akibat
membuang sampahnya sembarangan. terlebih lagi dalam rangka pemisahan
sampah organik dan non-organik harus sudah mencukupi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan mereka berharap nantinya adanya tempat sampah
tersebut disetiap RT, sehingga mudah di angkut dan tidak terjadinya
penumpukan sampah.
Menurut Nyoman, Mardiani, dan Wardi, ( 2011) upaya lain yang
bisa dilakukan dalam hal pengelolaan sampah adalah dengan cara perbaikan
sarana dan prasarana. Oleh karena itu maka yang terpenting dalam mengatasi
persoalan sampah di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara ini adalah
mengupayakan adanya wadah atau tong sampah untuk sampah organik dan
non organik disekitar tempat tinggal warga baik inisiatip dari kelompok
masyarakat maupun bantuan dari pemerintah. Selain hal tersebut diatas, dari
hasil wawancara kepada mereka, yang menjadi kendala dalam upaya
mengatasi masalah sampah ini adalah jarak TPS yang cukup jauh dari tempat
tinggal warga dan jadwal waktu pembuangan sampah ke TPS yang terlalu
pendek. Disamping itu nampaknya mereka yang mengatasi sampah dengan
cara membakar sampah belum terlalu mengetahui dampak dari pembakaran
sampah tersebut dan ketidaktahuan mereka bahwa aktifitas tersebut dilarang
dengan sanksi yang tegas di dalam Peraturan Daerah Kota Banjarmasin
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan
Pertamanan. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama terutama bagi
pemerintah daerah untuk memberikan pengetahuan kepada mereka tentang
bahaya polusi udara bagi kesehatan.
Sebenarnya jika kita melakukan pengelolaan sampah menggunakan
konsep 3R, persoalan ini bisa diatasi asal mempunyai pengetahuan tentang
perlunya pemilahan sampah organik dan non organik serta mempunyai
keterampilan mendaur ulang atau membuat kompos, sehingga volume
sampah bisa berkurang,pelatihan-pelatihan seperti ini lah yang menurut
peneliti belum maksimal dilakukan oleh Pemerintah Daerah,Koordinasi lintas
54

daerah seperti antara Kabupaten Banjar dengan Kota Banjarmasin serta antara
Kota Banjarmasin dengan Kabupaten Barito Kuala terkait sampah yang
masuk maupun keluar dari Kota Banjarmasin melalui jalur sungai Martapura
dan Sungai Alalak juga penulis rasa masih minim sebab hal ini seyogyanya
sangat perlu dan penting untuk di lakukan agar pengelolaan persampahan
lebih mudah di atasi dan dapat meminimalisir pencemaran sungai.

B. Penegakan Hukum Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21


Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan
Pertamanan
Satuan Polisi Pamong Praja adalah aparatur pemerintahan daerah
yang mewakili Kepala Daerah maupun Pemerintah Daerah dalam rangka
memelihara dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat serta menegakkan peraturan daerah dan atau peraturan maupun
keputusan Kepala Daerah. yang dimaksud dengan ketentraman masyarakat
dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan aktivitas maupun
kegiatannya sehari-hari dengan tertib dan teratur serta nyaman, khusus untuk
kota Banjarmasin pemerintah daerah era atau pemerintahan Haji Ibnu Sina
pada periode pertama maupun periode kedua mengusung slogan
“Banjarmasin Baiman” yang merupakan kependekan dari “Banjarmasin
barasih wan nyaman”. Ini merupakan visi dari pemerintahan Walikota
Banjarmasin H.Ibnu Sina beserta jajarannya untuk mewujudkan Banjarmasin
yang bersih tertib dan nyaman di segala bidang.
Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja di tingkat
Kabupaten berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun
2011 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 6(enam) ayat 1(satu) dan 2(dua) terdiri dari 2(dua) tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Yang dimaksud dengan tipe A adalah apabila variabel besaran
Organisasi Perangkat Daerah(OPD) tercapai nilai lebih dari atau sama dengan
60(enam puluh), kemudian yang dimaksud dengan tipe B adalah apabila
55

besaran Organisasi Perangkat Daerah(OPD) berjumlah kurang dari 60(enam


puluh).

Gambar 3.4 Tempat Pembuangan sampah HKSN


Satuan Polisi Pamong Praja termasuk aparat penegak hukum
karena tugasnya untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan
Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah.
Peranan satuan Polisi Komang Praja dalam menegakkan Peraturan
Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di wilayah kecamatan Banjarmasin
Utara.
Peraturan daerah merupakan peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah sebagai dengan bersama-sama
Dan disetujui oleh Kepala daerah atau yang biasa disebut eksekutif sebagai
pemangku kebijakan daerah.
Kewenangan dan kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja sesuai
tugas pokok dan fungsinya diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun
2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja atara lain adalah :
1. Melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan
daerah dan atau Peraturan Kepala daerah( tindakan penertiban non
yustisial adalah tindakan yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja
56

Dalam rangka menjaga dan atau memulihkan ketertiban umum dan


ketentraman masyarakat terhadap pelanggaran peraturan daerah dan atau
Peraturan Kepala daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan dilakukan di luar proses
pengadilan).
2. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat( dalam hal
ini yang dimaksud dengan menindak adalah melakukan tindakan hukum
terhadap pelanggaran peraturan daerah dan atau Peraturan Kepala daerah
untuk diproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan). Fasilitas dan pemberdayaan kapasitas
penyelenggaraan perlindungan masyarakat.
3. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Peraturan
daerah dan atau Peraturan Kepala daerah( yang dimaksud dengan
tindakan penyelidikan adalah rangkaian tindakan aparat polisi pamong
praja dengan tidak menggunakan upaya paksa dalam rangka mencari
data dan atau informasi tentang adanya dugaan pelanggaran peraturan
daerah dan atau Peraturan Kepala daerah yang antara lain adalah
tindakan mencatat, mendokumentasikan atau merekam peristiwa
kejadian/keadaan serta meminta keterangan yang diperlukan agar potensi
dugaan pelanggaran yang dimaksud menjadi jelas dan terang.
4. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat,aparatur
atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Peraturan
daerah dan atau Peraturan Kepala daerah.( hal yang dimaksud dengan
melakukan tindakan administratif adalah tindakan berupa pemberian
surat pemberitahuan, surat teguran/surat peringatan terhadap terduga
pelaku pelanggaran peraturan daerah dan atau Peraturan Kepala daerah).
Sedangkan kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja yang tertuang dalam pasal
8 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 disebutkan bahwa polisi
pamong praja wajib:
57

1. menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan
norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat( yang
dimaksud dengan norma sosial lainnya adalah adat atau kebiasaan yang
diakui sebagai aturan/etika yang mengikat secara moral kepada
masyarakat setempat). menaati disiplin Pegawai Negeri Sipil dan kode
etik polisi pamong praja.
2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat( Yang
dimaksud dengan membantu menyelesaikan perselisihan adalah upaya
pencegahan agar perselisihan antar warga masyarakat tersebut tidak
menimbulkan gangguan ketentraman dan ketertiban umum).
3. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas
ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana( yang dimaksud
dengan tindak pidana adalah tindak pidana yang diatur oleh peraturan
perundang-undangan sesuai dengan KUHP dan atau undang-undang
lainnya di luar peraturan daerah dan atau Peraturan Kepala daerah).
4. Menyerahkan kepada penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas
ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap peraturan
daerah dan atau Peraturan Kepala daerah(Penyidik Pegawai Negeri Sipil
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2010 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1983 tentang
pelaksanaan KUHAP, peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 3
Tahun 2019 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Daerah).
Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin sendiri dibuat
untuk mengatur pengelolaan persampahan agar warga masyarakat bisa
membuang sampah pada tempat dan waktu yang telah ditentukan hingga
memudahkan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam rangka pengelolaan
penataan serta pemberdayaan limbah sampah sedemikian rupa agar memberi
nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lingkungan yang
58

bersih dan nyaman sesuai dengan amanat Perundang-Undangan yang


berlaku.
Kemudian daripada itu maksud dan tujuan dari dibuatnya Peraturan
Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/
Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin antara lain adalah:
Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan serta sesuai dengan
berdasarkan instruksi kebijakan nasional dan Pemerintah Provinsi melakukan
pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan limbah sampah yang
dilaksanakan oleh pihak swadaya masyarakat maupun pihak-pihak lain.
Pemantauan serta evaluasi secara bertahap dan berkala setiap 6 bulan
selama 20 tahun terhadap tempat terjadinya proses akhir limbah sampah.
Menggunakan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pembuangan
sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir.
Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
dan penanganan limbah sampah sesuai dengan kewenangan Pemerintah
Daerah serta melakukan perencanaan dan pembangunan taman kota dan
kawasan Ruang Terbuka Hijau(RTH) ataupun Ruang Publk Terbuka Ramah
Anak(RPTRA)
Menyelenggarakan pengolahan dan penanganan limbah sampah sesuai
dengan norma standar, prosedur dan kriteria yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Melakukan pemeliharaan serta pengawasan terhadap pelaksanaan
dan pemeliharaan pertamanan. Melakukan penanaman dan pemeliharaan
kembali pohon pelindung di wilayah kota yang diperuntukkan sebagai ruang
terbuka hijau maupun untuk membantu pengaturan iklim di Kota
Banjarmasin.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Satuan Polisi

Pamong saja kota Banjarmasin dalam rangka penegakan Peraturan Daerah

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/ Kebersihan dan

Pertamanan di Kota Banjarmasin menindak lanjuti dengan adanya kegiatan-

kegiatan Non Yustisi seperti teguran maupun himbauan dan juga kegiatan
59

yustisi seperti upaya penerbitan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh

oknum masyarakat dengan menerapkan sanksi administtif berupa tindak

pidana ringan26 meliputi :

1. Tahapan sosialisasi :

a. Tahapan sosialisasi yang pertama berupa himbauan yang di

sampaikan secara elektronik baik itu berupa pengumuman

berbentuk tulisan atau video yang disiarkan melalui akun media

osial dan akun resmi Satuan Polsi Pamong Praja Kota

Banjarmasin.tentang aturan mengenai Peraturan Daerah Kota

Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan.

b. Tahapan sosialisasi berikutnya berupa spanduk atau tulisan atau

himbauan maupun ancaman sanksi bagi pelanggar yang disebar di

beberapa titik yang ada di Kota Banjarmasin yang mana titik atau

tempat tersebut merupakan tempat-tempat yang rawan terjadinya

pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota

Banjarmasin.

c. Mengundang tokoh masyarakat seperti ketua Rukun Tetangga,

Rukun Warga ataupun tokoh masyarakat yang dituakan atau

perwakilan warga untuk mensosialisasikan serta mengajak untuk

mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang

26
Wawanvara dengan Norfahmi Arif Ridha SSTP.MAP selaku Kepala Bidang Penegakan
Peraturan Daerah pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin 11/01/23
60

Pengelolaan Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota

Banjarmasin kepada warga masyarakat lain di sekitar lingkungan

mereka berdomisili.

2. Penertiban :

Pada lingkup penertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin

setiap harinya melakukan pengawasan terhadap wilayah yang memang

telah ditetapkan sebagai kawasan bebas sampah yang terdapat dalam

pasal 33 Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin,

kawasan yang dimaksud yaitu :

a. Jalan Sutoyo S

b. Jalan Ujung Murung

c. Jalan Sudimampir

d. Jalan Jafri zam-zam

e. Jalan Jenderal Sudirman

f. Jalan Kolonel Sugiono

g. Jalan Jenderal Ahmad Yani Km 1 sampai dengan KM 6

h. Jalan Lambung Mangkurat

i. Jalan Pangeran Antasari

j. Jalan Gatot Subroto

k. Jalan RE Martadinata

l. Jalan AS Musyaffa

m. Jalan S Parman
61

n. Jalan Haji Hasan Basri

o. Jalan Hasanuddin HM

p. Jalan Pangeran Samudera

q. Jalan Kapten Pierre Tendean

r. Jalan Kolonel Sugiono

Wilayah-wilayah tersebut di atas merupakan kawasan bebas sampah

yang mana di sana telah disediakan tempat pembuangan sampah atau

tempat pewadahan sampah. Tuan polisi pamong praja melakukan kegiatan

operasi Sisi atau penertiban terhadap TPS-TPS Tersebut seperti disebutkan

pada pasal 33 Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota

Banjarmasin. Bentuk pengawasan serta sosialisasi dilakukan setiap hari

oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja di tempat-tempat yang

berpotensi terjadinya pelanggaran Perda tersebut akan tetapi untuk

efisiensi dan pemanfaatan sumber daya maka sidang atau kegiatan

operasional hanya dilakukan sebanyak tiga(3) kali dalam satu(1) bulan

dengan jumlah dan pelanggaran yang variatif. Dalam penegakan Peraturan

Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/

Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin ini maka Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Banjarmasin terus melaksanakan pengawasan dan

penertiban utamanya pada larangan-larangan yang tercantum dalam pasal

34 Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin:


62

a. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan atau

disediakan.

b. Membuang sampah tidak menggunakan kemasan yang terbungkus rapi.

c. Membuang sampah di TPS dari jam 06.00 WITA sampai dengan jam

20.00 WIT

d. Membuang sampah di jalan-jalan, di saluran air( drainase), di sungai.

e. Mengais sampah-sampah di TPS-TPS yang telah disediakan oleh

pemerintah daerah.

f. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan pengelolaan

sampah.

g. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir.

h. Membuat tempat penampungan sementara pada lokasi yang tidak

direkomendasikan oleh pemerintah kota Banjarmasin.

i. Mengelola sampah tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam

perizinan.

Penegakan hukum pada pasal 5  ayat 1(a,c)peraturan daerah kota

Banjarmasin nomor 21 tahun 2011 tentang pengelolaan

Persampahan/kebersihan dan pertahanan telah dilakukan secara terencana

dan terjadwal oleh dinas terkait,  penegakan pasal 36 peraturan daerah kota

Banjarmasin nomor 21 tahun 2011 tentang pengelolaan

persampahan/kebersihan dan pertamanan yaitu kegiatan pengawasan dan

penertiban secara rutin dan intensif terus dilakukan oleh Satuan Solisi
63

Pamong Praja Kota Banjarmasin dengan menurunkan 5(Lima) pleton

anggota secara bergiliran melakukan patroli di wilayah kota Banjarmasin

termasuk Jalan PHM Noor atau Benua Anyar dan juga Jalan Brigjen Haji

Hasan Basri di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara 27. apabila petugas

mendapat pelanggaran terhadap pasal di atas maka akan dilakukan

tindakan-tindakan  persuasif seperti peneguran baik secara  verbal maupun

tertulis serta edukasi dan peringatan agar terduga pelanggar tidak

melakukan hal serupa di masa yang akan datang kemudian juga bisa

dilakukan langkah penertiban jika  kemudian ditemukan bahwa terduga

pelanggar sudah pernah diperingatkan sebelumnya untuk kemudian di

tindaklanjuti oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ada di Satuan polisi

pamong praja kota Banjarmasin sesuai dengan standar operasional

prosedur(SOP) yang berlaku sebagaimana diatur dalam pasal 37 peraturan

daerah kota Banjarmasin nomor 21 tahun 2011 tentang pengelolaan

persampahan/kebersihan dan pertamanan sebagai berikut

Penertiban di lakukan kepada oknum masyarakat yang kedapatan

buang sampah di luar daripada jam yang telah ditentukan maupun

masyarakat yang membuang sampah di luar dari tempat yang telah

ditentukan melakukan pendataan dan pencatatan identitas terbuka

pelanggar  mencatat waktu, tempat dan jenis pelanggaran yang diduga

dilakukan oleh terduga pelanggar  mengamankan barang bukti  mengambil

gambar atau foto untuk  dokumentasi  melakukan pemanggilan terhadap

27
Wawancara dengan Mulyadi.S.AP selaku Kepala Seksi Penegakan Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin 11/01/23
64

terduga pelanggar dan saksi untuk diambil keterangan  membuat berita

acara perkara  menyerahkan berita acara perkara, beserta alat bukti dan

barang bukti kepada penuntut umum

Sidang yustisi ini biasanya dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu

bulan Kantor  satuan polisi pamong praja kota Banjarmasin yang berada di

Jalan KS Tubun Nomor 11728.

Gambar 3.5 Tumpukan sampah

Pada tahun 2022 sesuai data yang diperoleh oleh penulis pada saat

penelitian tercatat ada 37 orang dari total jumlah 83 pelanggar selama

dilakukan 15 kali sidang yustisi yang telah dilakukan, tercatat ada 11 orang

pelanggar merupakan warga sekitar Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu(TPST) Jalan HKSN wilayah kecamatan Banjarmasin Utara yang

telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap pasal 34 dalam Peraturan

Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


28
Wawancara dengan Norfahmi Arif Ridha.SSTP.M.AP selaku Kepala BidangPenegakan
Peraturan Daerah Kota Banjarmasin pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarmasin 11/01/23
65

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan pasal 34 ayat(c) dengan rata-

rata jenis pelanggaran yaitu membuang sampah di luar daripada jam yang

telah ditentukan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengelolaan Persampahan di Kota Banjarmasin khususnya di wilayah

kecamatan Banjarmasin Utara pada dasarnya tidak jauh berbeda dari

daerah-daerah lain di Indonesia,akan tetapi Pemerintah Daerah

melakukan beberapa upaya dan invasi yang di harapkan dapat membantu

mengurangi sampah yang ada di Kota Banjarmasin, kendala yang

dihadapi adalah biasanya pencemaran lingkungan oleh limbah baik

limbah sampah rumah tangga ataupun pencemaran lingkungan dari

korporasi atau perusahaan. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan

karena pada sampah hidup berbagai mikro organisme penyebab sakit dan

penyakit menular maupun tidak menular serta serangga pemindah atau

penyebar penyakit seperti lalat. Sampah merupakan suatu bahan yang di

buang atau terbuang dari hasil aktifitas manusia maupun dari alam yang

nilai ekonomisnya belum dimiliki . Mengingat dampak sampah yang

begitu berbahaya maka perlu segera diatasi. Karena sampah berasal dari

aktivitas masyarakat sehari-hari, maka keterlibatan masyarakat menjadi

sangat penting untuk menangani masalah sampah ini. memanfaatan

kembali sampah. Optimalisasi pengelolaan sampah akan berhasil jika di

awali dengan tingkat pemilahan . Demikian juga menurut Enviromental

Services Program bahwa pemilahan sampah merupakan kunci

66
67

keberhasilan pengelolaan sampah dan program kebersihan. Tanpa

pemilahan sampah pengolaannya menjadi sulit dan beresiko tinggi

membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan. Sampah yang

dapat dirubah menjadi kompos yang bernilai seperti sayur, buah-

buahan, dan sejenisnya disebut sampah organik. Sampah yang dapat di

daur ulang menjadi bentuk lain/barang lain yang dapat berguna kembali

seperti plastik, kaca, logam, dan sebagainya disebut sampah non-

organik. Demikian juga dengan keterlibatan masyarakat dalam aktivitas-

aktivitas lain dalam pengelolaan sampah rumah tangga sangat diperlukan.

Oleh karena hal tersebut dan untuk membedakan dengan penelitian

sebelumnya maka Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini akan

diungkapkan dimulai dari tahapan pengumpulan sampai cara membuang

sampah, keterlibatan dalam pemilahan sampah organik dan non

organik, keterlibatan dalam memberikan pendapat, dalam membersihkan

lingkungan, pemanfatan sampah dan daur ulang sampa serta kendala

yang dihadapi warga dalam penanganan sampah rumah tangga. 

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diamati

dari cara mayarakat atau warga membuang sampah, kebanyakan mereka

melakukan dengan cara membuang sampah ke TPS, Dari yang hanya

kadang-kadang dan tidak membuang di TPS, ternyata masih ada dengan

cara dibuang dilingkungan tempat tinggal/ disungai, dibakar. Beranjak

dari temuan penelitian tersebut, maka partisipasi masyarakat dalam

pengelolan sampah rumah tangga dilihat dari cara membuang sampah


68

dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada warga yang

membuang sampah ke TPS cukup banyak .

Warga yang membuang sampah ke TPS dilakukan oleh individu secara

langsung dan ada yang melalui bantuan orang lain dengaan membayar

iuran secara pribadi tanpa dikelola secara resmi atau tanpa dikelola oleh

suatu lembaga/kelompok masyarakat. Sedang mereka yang membuang

sampah dengan cara dibuang disekitar tempat tinggal atau di bakar

memberikan alasan karena mudah dan praktis. Padahal membakar

sampah adalah suatu perilaku yang salah dalam melakukan pengelolaan

sampah rumah tangga. Masalah kesehatan lingkungan, kesehatan

masyarakat dan penyakit infeksi yang buruk akibat sampah dapat terjadi

jika kondisi lingkungan tercemar.

Perilaku membuang sampah dengan cara sembarangan dan dibakar sudah

diatur sebagai salah satu bentuk larangan di dalam Peraturan Daerah

Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan.

2. Penegakan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 21 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota

Banjarmasin melalui atuan Polisi Pamong Praja adalah aparatur

pemerintahan daerah yang mewakili Kepala Daerah maupun Pemerintah

Daerah dalam rangka memelihara dan menyelenggarakan ketertiban

umum dan ketentraman masyarakat serta menegakkan peraturan daerah

dan atau peraturan maupun keputusan Kepala Daerah. yang dimaksud


69

dengan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum adalah suatu

keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat

dapat melakukan aktivitas maupun kegiatannya sehari-hari dengan tertib

dan teratur serta nyaman, khusus untuk kota Banjarmasin pemerintah

daerah era atau pemerintahan Haji Ibnu Sina pada periode pertama

maupun periode kedua mengusung slogan «Banjarmasin Baiman» yang

merupakan kependekan dari «Banjarmasin barasih wan nyaman». Ini

merupakan visi dari pemerintahan Walikota Banjarmasin H.Ibnu Sina

beserta jajarannya untuk mewujudkan Banjarmasin yang bersih tertib dan

nyaman di segala bidang. menjunjung tinggi norma hukum, norma

agama, hak asasi manusia dan norma sosial lainnya yang hidup dan

berkembang di masyarakat.

Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Melaporkan

kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau

patut diduga adanya tindak pidana. Menyerahkan kepada penyidik

Pegawai Negeri Sipil daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya

pelanggaran terhadap peraturan daerah dan atau Peraturan Kepala

daerah. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin sendiri

dibuat untuk mengatur pengelolaan persampahan agar warga masyarakat

bisa membuang sampah pada tempat dan waktu yang telah ditentukan

hingga memudahkan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam rangka


70

pengelolaan penataan serta pemberdayaan limbah sampah sedemikian

rupa agar memberi nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi serta

menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman sesuai dengan amanat

Perundang-Undangan yang berlaku.

Wilayah-wilayah tersebut di atas merupakan kawasan bebas sampah

yang mana di sana telah disediakan tempat pembuangan sampah atau

tempat pewadahan sampah. Bentuk pengawasan serta sosialisasi

dilakukan setiap hari oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja di tempat-

tempat yang berpotensi terjadinya pelanggaran Perda tersebut telah di

lakukan secara rutin baik itu secara kegiatan Non Yustisi maupun

Kegiatan Yustisi.akan tetapi untuk efisiensi dan pemanfaatan sumber

daya maka sidang atau kegiatan operasional yustisi hanya dilakukan

sebanyak tiga kali dalam satu bulan dengan jumlah dan pelanggaran yang

variatif.Para emulung yang mengais sampah-sampah di TPS-TPS juga

berperan dalam menghambat lancarnya pengangkutan yang dilakukan

oleh petugas kebersihan.

Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan pengelolaan

sampah. Membuat tempat penampungan sementara pada lokasi yang

tidak direkomendasikan oleh pemerintah kota Banjarmasin. Mengelola

sampah tidak sesuai dengan yang ditetapkan dalam perizinan maupun

yang telah di atur dalam Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan.


71

B. Saran

1. Penulis rasa dalam problematika pengelolaan sampah khususnya di

wilayah kecamatan Banjarmasin Utara utamanya adalah karena

rendahnya kesadaran masyarakat tentang menciptakan kondisi

lingkungan yang bersih sehat dan nyaman maka perlu diadakan

sosialisasi yang lebih intens serta anggaran dan upaya tambahan untuk

menyelesaikan persoalan sampah tidak hanya dari Hilir yaitu di tempat

pembuangan baik sementara maupun pembuangan air akan tetapi

masalah dari dulu yaitu dari produsen sampah sendiri dalam hal ini

masyarakat yang harus sadar bahwa limbah sampahnya harus dikelola

dengan baik salah satunya dengan cara memilah limbah sampah organik

dan non organik dengan pewadahan tertentu untuk memudahkan proses

pengangkutan ataupun penimbunan di bank sampah.Dalam hal ini

penulis merasa perlu adanya revisi peraturan terkait pengolahan limbah

sampah dan mendukung Pemerintah Daerah untuk segera mernyusun

Rancangan Peraturan Daerah yang baru terkait Lingkungan Hidup agar

menjadi lebih efektif dan efisien untuk ke depan supaya pengelolaannya

dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

2. Perlunya peningkatan Pengawasan dan penertiban yang dilakukan oleh

tim operasi yustisi dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Banjarmasin di wilayah-wilayah atau titik. tertentu yang rawan

pelanggaran Peraturan Daerah Kota Banjarmasin nomor 21 tahun 2011

tentang Pengelolaan Persampahan/ Kebersihan dan Pertamanan di Kota


72

Banjarmasin khususnya di wilayah kecamatan Banjarmasin Utara seperti

tempat pembuangan sampah terpadu HKSN juga tempat pembuangan

sampah yang ada di Jalan Cemara Raya, Penulis juga menyarankan

dilakukannya tindakan tegas terhadap para pemulung atau pengais

sampah yang ada di sekitar TPS sebab baik secara langsung maupun

tidak langsung mereka berkontribusi dalam menghambat proses

pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan.hal ini

sejalan dengan Pasal 34(e) Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor

21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan dan

Pertamanan.Kemudian penulis juga merasa bahwa tindakan administratif

berupa denda yang diterapkan pada operasi yustisi khususnya untuk

penegakan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan dan Pertamanan di Kota Banjarmasin tidak

menimbulkan efek jera yang berarti, ini dapat dilihat dari data table yang

diperoleh pada saat penelitian yang malah mengalami grafik meningkat

oleh karena itu penulis menyarankan kepada para hakim untuk

kedepannya dapat menjatuhkan sanksi administratif yang lebih berat agar

menimbulkan efek jera bagi para pelanggar dengan maksud agar

pelanggar tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari.


73

DAFTAR PUSTAKA

Anagaw, Yitayal, Berhanu, Yeshambel, Erku, Biadgelegn, Beyene, Agersew,


Feleke and Andargachew, 2015, “Seroprevalence of hepatitis B and C
viruses among medical wastehandlers at Gondar town Health institutions,
Northwest Ethiopia” Nagawetal BMC Research Notes 2012,
5:55.http://www.biomedcentral.com/1756-0500/5/55.
Andreeyan, Rizal, 2014.”Studi Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan
Pembangunan di kelurahan Sambuatan Kecamatan Sambuatan Kota
Samarinda”.E-Journal Administrasi Negara, Volume 2 Nomor 4 Hal.
1940-1941.
Arisoa M. Rajaona , Nele, and Folkard, 2012.”Potential of Waste Water Use for
Jatropha Cultivation in Arid Environments” griculture 2012, 2, 376-392;
doi:10.3390/agriculture2040376.
Cecep Dani Sucipto, 2012.”Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah”
Yogyakarta: Gosyen Publishing
El Haggar, Salah, 2007. “Sustainable Industrial Design and Waste Management”
Elsevier Academic Press: United States of America
Ghina Naufalin Sabrina1, Rizqi Puteri Mahyudin dan Muhammad Firmansyah,
2021.”Studi Timbulan dan komposisi Sampah Rumah Tangga Kota
Banjarmasin” Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan Vol 4 (1) Tahun 2021
Martinawati1, Imron Zahri, dan Muhammad Faizal, 2016. “Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga: Sebuah Studi di Kecamatan
Sukarami Kota Palembang” Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1
Januari 2016 JPS MIPA UNSRI 18103-14
Mardikanto, Totok dan Soebiato, Powerwoko, 2015. “Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik” Bandung: Alfabeta. Nyoman,
Mardiani, Dan Wardi, 2011.”Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan
Sampah Di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng” Provinsi Bali. Ecotropic
Vol 6 No 1 2011
Piyapong Janmaimool, 2017. “Application of Protection Motivation Theory to
Investigate Sustainable Waste Management Behaviors.Sustainability.
2017;9(7):1079. Sahil, Jailan dkk. 2016 . “Sistem Pengelolaan dan Upaya
Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa- Dufa Kota Ternate” Jurnal
Bioedukasi, Volume 4, nomor 2 tahun 2016
Soemarto, 2013. “ Pengembangan Partisipasi Masyarakat ” LP3ES, Jakarta.
Sulistiyorini, Nur Rahmawati, Arie Surya Gutama dan Rudi Saprudin
Darwis, 2017. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di
74

Lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug”. Share Social Work Jurnal.


Volume 5 Nomor 1 tahun 2017, ISSN:2339 -0042.
Suwarno, A, 2013.”Analisis Pengelolaan Sampah Terkait Pembangunan Polder
Kali Bangerdi Wilayah Kecamatan Semarang Timur”. Wahana Teknik
Sipil Vol.18 No.2 Desember 201366-75
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin
https://deepublishstore.com/blog/empiris-adalah/
http://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content

Anda mungkin juga menyukai