Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ARTIKEL

Perencanaan Rasional Komprehensif (Rasionalistic-Comprehensive Planning)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Perencanaan (TKP 509)
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Wido Prananig Tyas ST, MDP, PhD.
Dr. Ir. Jawoto Sih Setyono, MDP.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.

Disusun oleh:

Vitalia Irmawati
21040115120028

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Latar Belakang
Perencanaan rasional komprehensif muncul setelah Perang Dunia II, ketika
Tugwell bergabung dengan sebuah Program baru dalam perencanaan Pendidikan dan
Penelitian di Universitas Chicago bersama rekan-rekannya antara lain Harvey Perioff,
Edward Banfield, dan Julius Margolis (Stiftel, 2000 dalam). Rational Comprehensive
Planning atau operencanaan rasional komprehensif atau dengan nama lain sinoptic
planning merupakan suatu pendekatan dengan suatu metode yang telah disusun secara
teratur dan logis (Banfield, 1955 dalam Rafita, 2016). Perencanaan komprehensi menjadi
titik awal dari sebagian besar pendekatan perencanaan yang lainnya. Perencanaan
rasional komprehensi (sinoptik) memiliki sekitar empat elemen klasik: (1) penetapan
tujuan, (2) identifikasi alternatif kebijakan, (3) evaluasi sarana terhadap tujuan, dan (4)
implementasi kebijakan (Hudson, Galloway, & Kaufman, 1979).
Perencanaan rasioanal komprehansif merupakan model perencanaan yang
menyeluruh dalam artian memiliki skala yang luas, serta dengan pengambilan kepurusan
yang kompleks. Model perencanaan rasional komprehensif memandang bahwa
perencanaan tersebut ditetapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Perencananaan
rasioanl komprehensif juga menganggap bahwa perencanaan ini hanya untuk mencapai
tujuan bersama meski tujuan tersebut merupakan suatu kepentingan minoritas, hal
tersebut karena kelompok minoritas mewakili dari kelompok mayoritas. Oleh karena itu
perencanaan rasional komprehensif memerlukan langkah yang riil dalam proses
mengidentifikasi masalah hingga perumusan kebijakan serta implementasinya (Nursini,
2010). Menurut Banfield (1955), model perencanaan rasional komprehensif mempunyai
lima langkah: 1. Merumuskan dan mengelaborasi tujuan; 2. Menetapkan program dan
tindakan aksi; 3. Membandingkan hasil evaluasi terhadap konsekuensi; 4. Memilih
alternatif; 5. Penerapan alternatif yang dipilih.
Tetapi, dalam prakteknya perencanaan rasional komprehensif tidak secara
menyeluruh dapat menjawab semua aspek perencanaan, sehingga sejak dekade 1960-an
muncul kritik terhadap keefektifan London Masterplan buatan Sir Patrick Abercrombie.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan rasioanl komprehensif memiliki
kelemahan teruatama dalam proses implementasi rencana, seperti; (1) membutuhkan
keahlian, ketersedaian serta ke validasian data yang tinggi sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama, (2) produk master plan di anggap kurang memberi informasi serta
arahan terhadap penanganan masalah yang ada, (3) Belum siapnya kelembagaan yang
mapan yang menimbulkan adanya kehilangan koordinasi (Sujarto, 1990 dalam Rafita,
2016).
Lindblom (1960) juga mengkritik model perencanaan rasional komprehensif
Kritikannya antara lain; penentuan secara simultan terhadap tujuan dan kebijakan,
pertimbangan kebijakan alternatif berbeda sedikit dari status quo, penilaian sederhana,
perbandingan antara berbagai alternatif, dan preferensi untuk hasil eksperimen sosial
dijadikan sebagai dasar analisis (Nursini, 2010). Kemudian dengan adanya kelemahan
tersebut, Lindblom (1960) berpendapat bahwa pentingnya adanya pendekatan alternatif
yang menjembatani anatar perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek.
Sehingga muncul model perencanaan succesive limited comparisons/branch method
karena lebih efisien dan tidak dibatasi oleh keterbatasan kapasitas intelektual dan sumber
informasi yang mencoba menjawab kelemahan perencanaan rasional menyeluruh
(rational comprehensive planning/root methode).
Ciri utama dari suatu pendekatan perencanaan rasional yang komprehensif adalah sebagai
berikut (Banfield & Meyerson, dalam Sujarto 1990:6, dalam Rafita, 2016):
• Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang tepat, strategis dalam merumuskan tujuan
yang ingin dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh.
• Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan terpadu
• Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi dan data yang lengkap,
handal, dan rinci.
• Peramalan yang diarahkan pada tujuan-tujuan strategis jangka panjang.

Sumber: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, (Priyani, 2007).


Gambar 1 Spektrum Teori Perencanaan

Karakteristik Teori Perencanaan Rasional Komprehensif


Terdapat lima karakteristik perencanaan rasional komprehaensif adalah sebagai
berikut (Rafita, 2016):
1. Pencapaian tujuan
Yaitu harus terdapat goal setting atau tujuan yang yang akan.
2. Mengkaji pilihan
Perencanaan rasional komprehensif harus mengkaji pilihan-pilihan yang ada hingga
memperoleh pilihan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Orientasi ke masa depan
Waktu sebagai sumber daya yang dapat habis dan sangat bernilai maka PRK hrs
berorientasi ke masa depan.
4. Tindakan
Perencanaan harus aplicable & memperoleh suatu hasil.
5. Kekomprehensifan
Perencanaan harus mampu menghubungkan komponen-komponen sistem dan
secararinci memberikan kemungkinan-kemungkinan alternative dalam proposolnya.
Contoh Implementasi Perencanaan Rasional Komprehensif di Indonesia
Kondisi dan Permasalahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Perencanaan tata ruang merupakan sebuah proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang yang berguna
bagi penyerasian berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan
lahan dan ruang dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi sehingga dihasilkan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang (Pasal 14 UU Penataan Ruang).
Produk rencana tata ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang secara
hierarki terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
(RTRW Kab/kota) (Jazuli, 2017).
Pertumbuhan suatu kawasan yang pesat tidak serta merta selalu memberikan
dampak yang positif bagi perekonomian, disisi lain dampak negatif yang ditimulakn yaitu
masalah lingungan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi lingkungan Indonesia yang
semakin kritis, akibatnya berdampak pada intensitas bencana alam yang terjadi
dibeberapa wialayh Indonesia. Salah satu penyebabnya tidak lain adalah akibat
pelanggaran terhadap tata ruang.
Kementerian Pekerjaan Umum menemukan indikasi pelanggaran tata ruang di 788
lebih di wilayah Jabotabek dan kawasan Puncak serta Cianjur. Pelanggaran tata ruang
juga terindikasi terjadi di banyak daerah antara lain di Makasar, dan kawasan situs
Trowulan di Jawa Timur.5 Bahkan pada tahun 2015, terdapat 105 perusahaan
(Kalimantan Tengah) dan 89 perusahaan (Kalimantan Barat) yang diduga melanggar
Rencana Tata Ruang Wilayah yang berpotensi kerugian negara sebesar Rp. 21,59 triliun
dan sedang dalam penanganan Komisi Pemberantasan Korupsi (Jazuli, 2017).
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian
LHK) terkait kebakaran hutan dibeberapa wilayah Indonesia dilihat pada tahun 2015
terdapat 413 perusahaan yang sedang diselidiki, dan hasilnya 14 perusahaan telah
dikenakan sanksi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan rincian 3
perusahaan dicabut izinnya, 7 perusahaan dibekukan izinnya, dan 4 perusahaan menjalani
sanksi paksaan pemerintah.
Dapat disimpulakan bahwa rencana tata ruang wilayah di Indonesia masih banyak
yang melanggar. Sanksi yang tegas tidak menjamin ketiadaan pelanggaran tata ruang,
kemungkinan lainnya dikarenakan tata ruang membahas dan menangani permasalahn
yang sangat kompleks dan menyeluruh. Dapat dilihat tidak sedikit kasus pelanggaran
terhadap pengendalian pemanfaatan ruang di Indonesia. Sehingga akibat dari pelanggaran
tersebut penggunaan dan pemanfaatan lahan kurang efisien.
Stakeholder dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang terlibat tidak sedikit, baik
dari pemerintahan ataupun swasta. Dari pemerintah yang terkait misalnya Badan
Perencanaan Daerah, Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan sebagainya. Sedangkan
dari swasta misal konsultan perencana dan sebaginya. Keduanya baik swasta ataupun
pemerintah tidak saling berdisir sendiri, melainkan bekerjasama dalam perencanan tata
ruang tersebut.

Sumber: Paramita, M, 2016.


Gambar 2 Contoh Perencanaan Rasional Komprehensif
Kesesuaian RTRW dengan Teori Perencanaan Rasional Komprehensif
Karakteristik rencana tata ruang wilayah yang sesuai dengan karakteristik teori
perencanaan generasi pertama mengenai permasalahn yang ditangani yaitu secara
menyeluruh atau komprehensif. Hal tersebut sesuai dengan teori perencanaan rasional
komprehensif yang menyebutkan model perencanaan secara menyeluruh yang artinya
memiliki skala yang luas, dengan pengambilan keputusan yang kompleks. Begitu pula
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang terdaat di Indonesia.
Rencana Tata Ruang Wilayah membahas permasalahan yang sangat kompleks atau
dapat dikatakan secara luas dan menyeluruh. Rencana Tata Ruang Wilayah membahas
mengenai ruang secara keseluruhan, baik rencana pola ruangd dan strutur ruang. Rencana
pola ruang itu sendiri didalamnya terbagi lagi menjadi beberapa peruntukan kawasan,
seperti kawasan budidaya, kawasan lindung dan lainnya. dimana didalam kawasan
budidaya terbagi lagi menjadi beberapa peruntukan kawasan, hal tersebut sama halnya
dengan kawasan lindung dan rencana kawasan yang telah di tentukan.
Tidak jauh berbeda dengan rencana struktur ruang, didalamnya membahas
mengenai kawasan PKN, PKSN, dan sebagainya. Rencana kawasn tersebut didalamnya
terbagi menjadi beberapa bagian lagi. hal tersebut menunjukkan bahwa Rencana Tata
Ruang membahas secara menyeluruh mengenai rencana ruang, tetapi tetap saja terdapat
pelanggaran-pelanggaran karena adanya pemanfataan ruang yang tidak sesuai.
Kelemahan dari rencana tata ruang bisa saja menjadi alasan mengapa adanya
pelanggaran pemanfaatan ruang. Kelemahan yang dimaksud seperti proses perencanaan
tata ruang yang tidak sebentar menjadi salah satu penyebabnya, ketika rencana tata ruang
tersebut belum selesai dan disahkan mebuat oknum-oknum tidak bertanggung jawab
menjadikan alasan bahwa tidak adanya rencana tata ruang yang mengatur kawasan yang
dimanfaatkan tersebut.
Penggunaan Perencanaan Rasioan Komprehensif
Alasan dari rencana tata ruang menggunakan perencanaan rasioanl komprehaensif
salah satunya bisa saja karena dari permasalahan yang dibahas memang menyeluruh.
Selain itu juga perencanaan tata ruang di buat untuk rencana jangka panjang. Karena
rencana tata ruang setidaknya berjangka dua puluh tahun. Dan juga perencanaan tata
ruang tidak hanya untuk mewujudkan segelintir orang, tetapi untuk tujuan dan
kepentingan bersama.
Kesimpulan
Jika dilihat perencanaan rasional komprehensif memiliki kelebihan dan juga
kekurangan. Kelebihan dari perencanaan rasional komprehensif diantaranya yaitu
Kesederhanaan metodenya sesuai untuk menyelesaikan secara masalah umum, model
perencanaan yang bersifat keahlian membuat seseorang yang terlibat dalam perencanaan
dituntut memahami perencanaan baik dari sisi teknis dan filosofis, perencanaan rasional
komprehensif juga memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan, sosial budaya dalam
merencanakan sehingga mencoba menyelesaikan masalah secara keseluruhan.
Sedangkan kekurangan dari perencanaan rasional komprehensif itu sendiri yaitu
membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. Hal tersebut disebabkan karena
pemahasannya luas dan menyeluruh sehingga proses pengumpulan serta pengelolaan data
membuthkan waktu.
Daftar Pustaka

Hudson, B. M., Galloway, T. D., & Kaufman, J. L. (1979). Comparison of current


planning theories: Counterparts and contradictions. Journal of the American
Planning Association, 45(4), 387-398.
https://doi.org/10.1080/01944367908976980
Jazuli, A. (2017). Penegakan hukum penataan ruang dalam rangka mewujudkan
pembangunan berkelanjutan, 6, 271–289.
Priyani, R. (2007). Pluralitas Dalam Teori Perencanaan. Jurnal Perencanaan Wilayah
Dan Kota, 18(3), 23–39.
Paramita, M. 2016. Strategi Membangun Kota dalam books.google.co.id. Diakses pada
Rabu, 26 September 2018.
Rafita, A. 2106. Resume Teori Perencanaan dalam www.academia.edu. Diakses pada
selasa, 25 September 2018.
Nursini. 2010. Perencanaan dan Peganggaran Pembangunan Daerah : Teori dan Aplikasi
dalam core.ac.uk. diakses pada 26 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai