Anda di halaman 1dari 5

IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH MELALUI PENDEKATAN

RASIONAL KOMPREHENSIF
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu 01 Mata Kuliah Teori Perencanaan (TPW21327)
Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Hadi Wahyono, M.A.


Ir. Agung Sugiri, S,T., M.P.St.
Dr. Ing Prihadi Nugroho, S,T., M.T.

Disusun Oleh :
Syafiq Miftahurridho
B / 21040118130091

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Latar Belakang

Perencanaan merupakan proses yang bertujuan untuk melakukan perubahan yang lebih baik
dengan niat yang baik. Hal ini didukung juga dengan pernyataan Alexander (dalam Ariadi, 2019)
menyatakan bahwa perencanaan berasal dari kata rencana itu rangka atau rancangan yang akan
dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut juga dibagi menjadi beberapa kompenen penting,
antara lain tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasi
tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apa yang telah
direncanakan merupakan Tindakan-tindakan untuk masa depan. Dengan demikian, perencanaan
dapat dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan. Selain itu, perencanaan yang baik
adalah ketika melakukan perencanaan tersebut dapat menghasilkan rencana yang maksimal dan
sesuai tujuannya.
Penyusunan perencanaan memiliki proses yang harus dilewati, anatara lain perencanaan
dari atas, perencanaan dari bawah dan perencanaan kontemporer. Di Indonesia sering
menggunakan perencanaan dari atas atau top-down planning. Menurut Riyadi dan Bratakusumah
(dalam Halyb, 2018) mengatakan, pendekatan top-down planning, adalah pendekatan
pembangunan yang keputusannya ditentukan oleh beberapa orang atau dari atasannya dan tidak
melibatkan masyarakat atau kalangan yang tidak memiliki wewenang. Sedangkan, pendekatan
perencanaan pembangunan ButtomUp Planning adalah perencanaan yang berdasarkan kebutuhan,
keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, sedangkan atasan berfungsi sebagai
fasilitator. Di Simpulkan bahwa perencanaan tersebut melibatkan pelaku dalam perencanaan agar
maksimal. Para pelaku tersebut memiliki peran yang kuat untuk terncapainya rencana yang sesuai
dengan tujuan.
Metode pendekatan dalam perencanaan dari atas salah satunya adalah Teori Perencanan
Rasional Komprehensif. Menurut Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika) dalam
Mulyono (2015) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan tersebut tidak berhadapan
dengan masalah-masalah yang konkrit, Namun yang sering terjadi yaitu, mereka mengambil
keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan. Teori rasional komprehensif menuntut
hal-hal yang tidak masuk akal dalam diri untuk pengambilan keputusan. Asumsinya adalah seorang
pengambil keputusan memiliki cukup informasi terkait alternatif sehingga mampu memprediksi
akibat-akibat secara tepat dari pilihan alternatif, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan
mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan.

teori pendekatan tersebut menjadi landasan dalam suatu perencanaan. Perencanaan tidak
hanya bersifat primer, namun juga sekunder. Perencanaan sekunder yaitu perencanaan dalam
bentuk dokumen yang didalamnya terdapat rencana jangka yang sesuai dengan waktu
pelaksanaannya. Jangka tersebut antara lain, rencana jangka pendek, jangka menengan dan jangka
panjang. rencana jangka panjang salah satu contohnya adalah Rencana Tata Ruang Wilayah atau
biasa disingkat menjadi RTRW. RTRW mengadopsi perencanaan dari atas yang menggunakan
pendekatan perencanaan rasional komprehensif. Maka dari itu, penulis mengkaji karakteristik pada
RTRW yang dihubungkan dengan perencanaan rasional komprehensif.
Tujuan

Tujuan penelitian adalah melakukan kajian terhadap teori perencanaan komprehensif


sehingga dapat menunjukkan penerapan yang ada di Indonesia.

Karakteristik Teori Perencanaan Rasional Komprehensif

Menurut Banfield, Meyerson perencanaan rasional menyeluruh’ atau Rational


Comprehensive Approach secara konsepsual dan analitis mempertimbangan perencanaan yang
luas. Didalam pertimbangan tersebut terdapat berbagai unsur atau subsistem yang membentuk
suatu organisme atau sistem secara menyeluruh. Pertimbangan ini termasuk hal-hal yang berkaitan
dengan seluruh rangkaian tindakan pelaksanaan dan beberapa pengaruhnya bagi usaha
pengembangan. ‘Produk perencanaan rasional menyeluruh’ melingkupi totalitas dari seluruh aspek
tujuan mencakup totalitas dari seluruh aspek tujuan pembangunan. Jadi permasalahan yang ditinjau
tidak dilihat secara terpisah melainkan satu-kesatuan. ciri-ciri utama dari suatu pendekatan
perencanaan rasional menyeluruh ini adalah sebagai berikut (Banfield, Meyerson):
1. Dilandasi oleh suatu kebijaksanaan umum yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
2. Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan terpadu.
3. Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi (data) yang lengkap, andal
dan rinci.
4. Peramalan yang diarahkan pada tujuan-tujuan jangka panjang.

Contoh Implementasi

Implementasi model perencanaan rasional-komprehensif di Indonesia diwujudkan dengan


adanya acuan perencanaan berupa teori sekaligus peraturan perundang-undangan. Kedua jenis
acuan tersebut sebagai dasar atas penyusunan rencana yang sesuai tujuan/visi, rasional, dan
komprehensif. Peraturan perundang-undangan secara filosofis mengacu pada teori-teori tertentu
(sebagai pedoman), sehingga dapat diistilahkan bahwa perencanaan di Indonesia bersifat
rasional komprehensif. Adapun contoh implementasi atas model perencanaan rasional-
komprehensif diwujudkan oleh Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), masterplan, pedoman umum, dan rencana strategis.
Implementasi pada perencanaan rasional komprehensif adalah penyusunan dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah. Perencanaan tata ruang wilayah menjadi salah satu problematika
pada perkembangan Kota dewasa ini, perkembangan kota yang cukup cepat dan diiringi
pertumbuhan penduduk yang juga cukup pesat, maka masalah lingkungan mejadi suatu masalah
yang cukup urgen dalam pembahasan mengenai keberlanjutan lingkungan untuk masa depan
generasi. Semua Lingkunga psatinya memiliki batsan dalam melayani penduduk. Perencanaan tata
ruang menjadi hal yang penting maka setiap wilayah Provinsi, Kota/ Kabupaten harus mempunyai
aturan yang akan menjadi pedoman dalam penataan ruang dan menjadi acuan dalam pelaksaanaan
pembangunan (Darmawati et al., 2015).
Berdasarkan ciri-ciri utama dari suatu pendekatan perencanaan rasional menyeluruh yang
dikemukaka oleh Bandfield, Mayerson (1955), RTRW mengadopsi pendekatan rasional
komprehensif. Hal ini dibuktikan karena RTRW mmeiliki upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang. Pada
tiap-tiap tujuan tersebut terdapat kebijakan penataan ruang untuk mewujudkan penataan ruang
melalui pengendalian, pengembangan, peningkatan, dsb yang mampu mendukung proses penataan
ruang. Pada proses penataan ruang tersebut disusun degan berbagai program utama dengan
didukung oleh lokasi pelaksanaan, dana, stakeholders terkait serta waktu pelaksanaan. Waktu
pelaksanaan ini menjadi acuan dalam pelaksanaan program tersebut dengan durasi waktu
pelaksanaan tahun ke 1 hingga tahun ke 20. Hal ini dikarenakan RTRW memiliki durasi waktu 20
tahun.

Salah satu contoh kabupaten yang memiliki dokumen RTRW adalah Kabupaten Rembang.
Kabupaten Rembang menyusun dokumen penataan ruang yang tertuang dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Rembang Tahun 2011-2031. Secara umum, dokumen RTRW tersebut memiliki tujuan untuk
mewujudkan penataan ruang wilayah Daerah Rembang sebagai kawasan pantai unggulan yang
didukung pengembangan sektor kelautan dan perikanan, pertanian, pertambangan dan industri
dalam keterpaduan pembangunan wilayah utara dan selatan serta antar sektor yang berwawasan
lingkungan. Dalam mendukung tujuan tersebut terdapat strategi-strategi untuk mengembangkan
sektor yang ada di Kabupaten Rembang melalui program Utama. Salah satu contoh program urama
adalah perwujudan sistem jaringan transportasi dengan kegiatan adalah menyusun rencana induk
pengembangan sistem transportasi. Dalam program ini berlokasi di seluruh Kabupaten Rembang
dengan besaran dana 300 Juta Rupiah yang berasal dari APBN, APBD, Investaris swasata dan/atau
kerja sama pendanaan yang didukung oleh BAPPEDA, DPU, Dinhubkominfo, KLH, Kecamatan
dan desa dengan waktu pelaksanaan tahun ke-4 yakni pada tahun 2014.

Kesimpulan
Perencanaan rasional-komprehensif (rational-comprehensive planning) diterapkan berdasar pada
logika/rasio akal manusia. Model perencanaan ini, sebagai teori perencanaan pertama, berupaya
untuk menganalisis seluruh aspek wilayah secara ilmiah dan komprehensif, sehingga menghasilkan
justifikasi yang logis atas suatu program rencana. Paradigma rasionalistik, jika diterapkan dalam
tema policy analysis akan berupa penyelarasan rasio antara perencana dan pemangku kebijakan.
Jika diterapkan dalam tema procedural planning, paradigma rasionalistik akan berwujud tahapan
proses yang urut dan logis dalam perencanaan.
Daftar Pustaka

Ariadi, A. 2019. Perencanaan Pembangunan Desa. Meraja Journal, 2(2), 135–. 147
Darmawati, Saleh, C. & Hanafi, I., 2015. Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, P. 378.
Nazaruddin, T. & Basri, H., 2019. Hukum, Masyarakat Dan Kearifan Lokal Sebagai Modal Sosial
Di. Journal Of Religion, Social, Culturan, And Political Sciences, P. 16.

Halyb, A.F., Liando, D.M. And Mamentu, M., 2018. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Konawe. Jurnal Politico, 7(3).

Anda mungkin juga menyukai