Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN IMPLEMENTASI TEORI PERENCANAAN MAZHAB

TOP-DOWN (RASIONAL KOMPREHENSIF) DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Perencanaan
(PTPW6704)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.
Dr. –Ing. Prihadi Nugroho, ST, MT, MPP

Disusun oleh :
Muhammad Audi Daffi
21040118130090
Kelas A

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................2
DAFTAR TABEL............................................................................................................................................2
I. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................3
II. TUJUAN...............................................................................................................................................4
III. KARAKTERISTIK PERENCANAAN RASIONAL KOMPREHENSIF.......................................4
IV. CONTOH IMPLEMENTASI.............................................................................................................6
V. KESIMPULAN......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................11

DAFTAR TABEL

Table 1. Kelebihan dan Kekurangan Teori Perencanaan Rasional Komprehensif..............................6


I. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah daratan
dan lautan yang sama-sama luas. Masing-masing wilayah daratan dan lautan memiliki potensi
dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Perlunya sebuah
perencanaan dalam mengatur pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk membangun
bangsa Indonesia di masa depan. Menurut teori, perencanaan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada guna mewujudkan tujuan-tujuan
tertentu di masa yang akan datang (Conyer & Hill, 1984 dalam Pontoh & Kustiawan, 2009).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,
perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa perencanaan yang baik melalui pengalokasian sumberdaya dan penataan
ruang sangat berguna dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Dalam menjalankan proses suatu perencanaan, dibutuhkan suatu teori perencanaan yang
menjadi landasan filosofis perencanaan. Teori perencanaan berdasarkan proses/ hirarkinya,
dapat dibagi menjadi dua mazhab, yaitu mazhab perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up
planning) dan mazhab perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning). Pembangunan
yang menggunakan mazhab perencanaan dari atas ke bawah sering ditemukan di Indonesia,
seperti Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) yaitu perencanaan yang disusun secara
terpadu oleh Kementrian/Lembaga. Menurut teorinya, perencanaan dari atas ke bawah (top-
down planning) adalah pendekatan perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana
induk ke dalam rencana rinci. Tujuannya adalah untuk menyeragamkan “corak”, karena top-
down planning menurut Djunaedi (2000) dalam kegiatan perencanaan kota dan daerah
dilakukan dengan mengacu pada corak yang seragam yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
dan mengikuti “juklak dan juknis” (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis). Hal tersebut
sesuai dengan UU nomor 25 tahun 2004 yang menyatakan bahwa tujuan perencanaan
pembangunan adalah untuk mengintegrasikan pembangunan antara daerah, waktu, fungsi
pemerintah yang berbeda (pusat maupun daerah) serta menghubungkan dan menyelarakan
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Teori perencanaan rasional komprehensif merupakan salah satu teori perencanaan yang
dalam pelaksanaannya mengacu pada mazhab top-down planning. Perencanaan rasional
komprehensif menekankan pada akal pikiran dalam memecahkan segala permasalahan yang
terjadi di masyarakat. Masalah tersebut diselesaikan menggunakan pendekatan ilmiah secara
rasional dan mengutamakan hukum sebab-akibat, sehingga menghasilkan analisis secara
komprehensif serta beberapa alternatif perencanaan dalam memecahkan masalah yang ada
agar tidak menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari. Indonesia merupakan salah satu
negara yang menerapakan teori perencanaan rasional komprehensif dalam menyusun suatu
perencanaan. Terdapat beberapa produk yang dihasilkan dari teori perencanaan tersebut dalam
perencanaan tata ruang di Indonesia, diantaranya Rencanta Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis, dll.
Berdasarkan latar belakang tersebut, seorang perencana harus mengetahui karakteristik
perencanaan rasional komprehensif pada mazhab pembangunan dari atas ke bawah agar dapat
melakukan perencanaan dengan tepat di Indonesia. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk
mengkaji karakteristik teori perencanaan tersebut serta contoh implementasinya di Indonesia.

II. TUJUAN
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji karakteristik teori perencanaan
rasional komprehensif pada mazhab perencanaan dari atas ke bawah serta memberikan contoh
implementasi teori tersebut di Indonesia

III. KARAKTERISTIK PERENCANAAN RASIONAL KOMPREHENSIF


Teori perencanaan rasional komprehensif atau sipnotik adalah sebuah teori yang berasal
dari mazhab perencanaan dari atas ke bawah. Teori ini mengedepankan pengambilan
keputusan berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang logis serta berdasarkan data atau
informasi yang lengkap dalam memecahkan suatu permasalahan (Faludi, 2013). Pada tahap
perencanaannya, pengambil keputusan dihadapkan dengan berbagai pilihan alternatif dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keputusan yang diambil harus sebijak mungkin
dan seadil mungkin karena keputusan tersebut harus dapat diterima oleh banyak pihak dan
sebisa mungkin tidak ada yang dirugikan serta tidak malah menimbulkan masalah di masa
depan.
Konsep dasar pemikiran yang digunakan dalam perencanaan rasional komprehensif
menurut (Schoenwandt, 2016), diantaranya:
a. Akal budi manusia adalah dasar dari kepastian pengetahuan. karena kemampuannya
dalam menangkap obyek dan gejala yang terdapat di alam;
b. Akal budi manusia merupakan ukuran yang digunakan universal untuk menjelaskan
gejala yang ditangkap melalui inderawi;
c. Hal-hal yang ditangkap oleh inderawi harus ditanggapi dengan sikap ragu-ragu.
karena hal tersebut harus dianggap sebagai sesuatu yang belum jelas;
d. Hal-hal yang ditangkap oleh inderawi diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja;
e. Kebenaran rasionalis diukur berdasarkan standar rasio masyarakat yang
bersangkutan;
Ruang lingkup perencanaan rasional komprehensif memiliki lingkup yang sangat luas
karena bersumber dari berbagai aspek dan elemen perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan
melalui proses rasionalisasi akan menghasilkan kehidupan sosial menjadi lebih baik
kedepannya karena berasal dari berbagai alternatif pilihan dengan dampak yang berbeda-beda.
Ruang lingkup substansi perencanaan rasional komprehensif sebagai berikut:
a. Penjabaran tujuan negara dalam bentuk visi, misi, hingga program
b. Penentuan isu-isu strategis yang multisektoral, serta potensi dan permasalahan yang
dihadapi;
c. Arah kebijakan umum dan program pembangunan, dengan memperhatikan kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyuluruh,
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan;
d. Agenda dan strategi pelaksanaan program;
e. Indikator pencapaian program;
f. Rencana pendanaan program.
Perencanaan ini memiliki empat elemen di dalamnya, yaitu (1) penetapan tujuan, (2)
identifikasi alternatif, (3) evaluasi sarana terhadap tujuan, dan (4) pelaksanaan keputusan
(Hudson et al., 1979), namun pada prosesnya tidak selalu sama dengan urutan tersebut.
Menurut (Winarno, 2002), teori ini memiliki beberapa unsur yang harus ada dalamnya,
diantara lain:
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan
dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang
dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan
sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan
dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan
sasaran yang ditetapkan.
Namun, terdapat beberapa ahli seperi Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan
Matematika) yang berpendapat bahwa pengambil keputusan tidak benar-benar berhadapan
dengan masalah yang benar terjadi, tetapi mereka seringkali mengambil keputusan pada hal
yang tidak tepat. Hal tersebut didasarkan terhadap hal-hal yang tidak rasional dari diri
pengambil keputusan. Pada teori ini diasumsikan bahwa pengambil keputusan memiliki cukup
informasi dalam menyusun segala alternatif pilihan yang ada serta memperkirakan segala
dampak manfaat dan kerugiannya. Namun, nyatanya terdapat batasan-batasan pada diri
pengambil keputusan seperti terdapatnya konflik kepentingan pengambil keputusan dan
perbedaan nilai-nilai diri yang dimiliki pengambil keputusan dengan yang diyakini
masyarakat. Terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan serta kritik terhadap teori
perencanaan rasional komprehensif (Hudson et al., 1979), diantaranya:

Kelebihan Kekurangan
Teori ini sesuai jika digunakan untuk  Membutuhkan validasi data
menyelesaikan perencanaan jangka Dibutuhkan proses validasi data karena semua produk
panjang yang bersifat umum yang dihasilkan berdasarkan data dan informasi
yang diterima dan diolah. Sehingga dibutuhkan
waktu, kecermatan, dan ketelitian yang lebih
banyak
Bersifat “keahlian” karena perencana  Utopis
memiliki kemampuan perencanaan Teori ini menggunakan pendekatan teoritik sehingga
dalam hal rasionalitas maupun hal produk yang dihasilkan kadang tidak sesuai
teknis dengan keadaan di lapangan. Teori tersebut
menyebabkan prediksi dan analisis standar yang
tinggi (utopis) atau tidak dapat diterapkan
Pada umumnya teori ini bersifat  Bersifat homogen
perorangan, namun tidak menutup Sifat teori perencanaan yang homogen tidak sesuai
kemungkinan bersifat kolektif atau dengan kedaaan masyarakat di lapangan yang
kelompok dengan asumsi bersifat heterogen
kepentingan individu menyesuaikan
kepentingan kelompok
Karakter dasar sifat teori ini adalah  Kurang memperhatikan sumberdaya
komprehensif, yang Kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang
berarti
mempertimbangkan segala aspek tersedia, karena berasumsi bahwa sumber daya
yang ada, baik aspek ekonomi, sosial dapat dicari dan diusahakan
budaya, serta aspek fisik, sehingga
semua masalah ingin dicoba
selesaikan
 Peran masyarakat yang terbatas
Keputusan dibuat berasal dari perencana/ pemerintah,
sesuai dengan mazhab perencanaan dari atas ke
bawah yang di mana peran masyarakat menjadi
terbatas dalam perencanaan

Table 1. Kelebihan dan Kekurangan Teori Perencanaan Rasional Komprehensif

IV. CONTOH IMPLEMENTASI


Contoh implementasi teori perencanaan komprehensif di Indonesia adalah pembuatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar. Dalam mengidentifikasi penerapan teori
perencanaan rasional komprehensif pada RTRW Denpasar, pokok pembahasan dibagi menjadi
kondisi permasalahan objek perencanaan, karakteristik perencanaan, peran negara, tujuan
perencanaan, ruang lingkup perencanaan, dan metode perencanaan (Wijaatmaja, 2015)
IV.1 Kondisi Permasalahan Objek Perencanaan
Sejak tahun 2006, Pemerintah Kota Denpasar telah menginisiasikan rencana
perubahan Perda No. 10 Tahun 1999 Tentan RTRW Kota Denpasar. Rencana perubahan
tersebut dilandasi oleh produk perencanaan yang dinilai sudah kadaluarsa dan kondisi di
lapangan yang sudah banyak berubah sehingga dianggap sudah tidak relevan.
Berdasarkan hal tersebut, Bappeda Kota Denpasar melakukan revisi terhadap Perda
RTRW Kota Denpasar. Secara garis besar, permasalahan yang dihadapi Kota Denpasar
adalah sebagai berikut:
a. Terus bertambahnya kebutuhan lahan baru untuk permukiman dalam rangka
menampung pertumbuhan penduduk yang demikian cepat dan hal ini
menimbulkan meningkatnya kepadatan di Kota Denpasar serta adanya proses
densifikasi permukiman ke kawasan pinggiran kota (urban sprawl);
b. Tingginya pertambahan jumlah penduduk terutama pendatang, membutuhkan
tambahan sarana dan prasarana perkotaan serta lapangan kerja yang mencukupi;
c. Besarnya potensi alih fungsi lahan sawah irigasi, akibat tuntutan permukiman
dan kegiatan produktif lainnya yang membutuhkan ruang, namun di sisi lain
banyak terdapat lahan tidur yang belum termanfaatkan;
d. Kemacetan lalu lintas pada beberapa ruas jalan utama yang disebabkan
kurangnya dukungan sistem infrastruktur terutama jaringan jalan dan terus
menambahnya kepemilikan kendaraan serta bercampurnya arus lalu lintas
regional dan lokal pada kawasan perkotaan di Kota Denpasar dan sekitarnya;
e. Makin mendominasinya kawasan perdagangan dan jasa pada jalan-jalan utama
di Kota Denpasar, sehingga Kota Denpasar terkesan lebih cenderung menjadi
kota perdagangan ketimbang kota budaya;
f. Maraknya pelanggaran-pelanggaran terhadap kawasan-kawasan perlindungan
setempat seperti kawasan sempadan pantai, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
sempadan jalan, sempadan sungai, dan radius kawasan suci dan tempat suci;
g. Mulai berkurangnya kualitas pelayanan air bersih, persampahan, air limbah,
drainase akibat daya tampung jaringan yang ada beberapa diantaranya telah
mencapai kapasitasnya;
h. Kurang terintegrasinya pola pemanfaatan ruang terutama di wilayah-wilayah
perbatasan antar Kawasan Metropolitan Sarbagita;
i. Makin memudarnya wajah tata ruang bernuansa budaya Bali baik tata
lingkungan, konsep catuspatha, tata bangunan maupun wajah arsitektur Bali
yang merupakan jati diri unik kota-kota di Bali;
j. Belum terintegrasinya Struktur Tata Ruang Kawasan Metropolitan Sarbagita,
yang dapat mendorong keserasian hubungan fungsional antara Kota Denpasar
sebagai kota inti dengan ibukota kabupaten/kecamatan atau pusat-pusat
kegiatan lainnya yang berdekatan;
k. Belum adanya pengaturan tentang pemanfaatan ruang wilayah perairan dan laut
sesuai batas kewenangan 4 mil laut untuk pemerintah Kota/Kabupaten; dan
l. Belum tertuangnya penerapan konsep-konsep mitigasi bencana dalam penataan
ruang wilayah Kota Denpasar.
Rencana Pemerintah Kota Denpasar untuk melakukan perubahan Perda No. 10
tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Denpasar sejatinya sudah
muncul sejak tahun 2006. Perubahan ini dilandasi pertimbangan bahwa Perda No. 10
tahun 1999 tentang RTRW Kota Denpasar dinilai sudahkadaluwarsa dan kondisi di
lapangan sudah banyak yang berubah. Berdasarkan fakta tersebut, Bappeda Kota
Denpasar telah merancang revisi Perda RTRW yang akan diberlakukan dalam menata
ruang di Kota Denpasar.
IV.2 Karakteristik Perencanaan
Bappeda Kota Denpasar lembaga teknis daerah yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan pembangunan menginisiasikan perencanaan RTRW Kota Denpasar. Hal
tersebut sesuai dengan Pasal 14 Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, bahwa urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, Bappeda melakukan perencanaan
RTRW Kota Denpasar sejak awal hingga melakukan pembahasan substansi. Karena sifat
perencanaannya yang teknis dan berpusat pada pemerintah atau lembaga negara, maka
sesuai dengan teori perencanaan rasional komprehensif.
IV.3 Peran Negara Dalam Perencanaan RTRW
Pada proses penyusunan RTRW, Bappeda melakukan revisi terhadap Perda No. 10
Tahun 1999 Tentang RTRW Kota Denpasar, dengan melibatkan beberapa stakeholder
seperti perwakilan masyarakat, asosiasi profesi, dan instansi terkait yang memberikan
usulan dan masukan.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, Bappeda sebagai lembaga perwakilan negara
menjadi perantara netral yang ingin mencapai masyarakat yang stabil dengan
pengetahuan teknis, mendengarkan dan menerima aspirasi masyarakat, melakukan
pembelajaran bersama dengan para pihak yang dipengaruhi oleh implementasi dari suatu
rencana. Hal tersebut sesuai dengan teori perencanaan rasional komprehensif karena
mementingkan kepentingan masyarakat atau kelompok.
IV.4 Tujuan Perencanaan
Tujuan Penyusunan RTRW Kota Denpasar adalah dalam rangka mewujudkan
RTRW sebagai pedoman penataan ruang dan pembangunan bagi pemerintah Kota
Denpasar dan pihak-pihak lainnya
Tujuan perencanaan yang ingin dicapai secara umum adalah terkait peningkatan
kualitas lingkungan, sesuai dengan tujuan dari pendekatan rasional komprehensif
IV.5 Ruang Lingkup Perencanaan
Substansi RTRW Kota Denpasar sesuai arahan ayat 1, Pasal 26 dan Pasal 28 UU.
No. 26 Tahun 2007, sebagai berikut:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. Rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem permukiman
perkotaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kota;
c. Rencana pola ruang wilayah kotayang meliputi kawasan lindung kota dan
kawasan budi daya kota;
d. Penetapan kawasan strategis kota;
e. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
f. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
g. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan
kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana,
yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat
pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
h. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
i. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi.
Secara garis besar, ruang lingkup wilayah maupun substansi pada RTRW Kota
Denpasar meliputi segala aspek yang mencakup aspek fisik, spasial, sosial, ekonomi, dll.
Sesuai dengan ruang lingkup teori perencanaan rasional komprehensif yang juga
meliputi banyak aspek.
IV.6 Metode Perencanaan
Tahapan penyusunan RTRW dilakukan dalam beberapa tahap, yang dikelompokan
sesuai dengan pendekatan rasional komprehensif seperti berikut:
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap RTRW Kota
Denpasar Tahun 2009-2029 yang kemudian ditemukan beberapa permasalahan dan
mendorong dilakukannya perbaikan pada penyusunan RTRW Kota Denpasar Tahun
2011-2031
2. Pengumpulan Data
Data-data yang didapatkan termasuk masukan dan usulan dari lembaga dan
instansi terkait berasal dari tahapan Penyusunan Database Terstruktur dan Evaluasi
RTRW Kota Denpasar
3. Analisis
Dilakukan pada tahapan Penyusunan Materi Teknis RTRW Kota Denpasar, yang
meliputi: Kondisi Dan Analisis Fisik Wilayah, Analisis Pola Ruang Wilayah Kota
Denpasar, Analisis Sosial Kependudukan, Analisis Sosial Budaya, Analisis
Perekonomian Kota Denpasar, Analisis Kondisi dan Kebutuhan Sistem Transportasi,
Analisis Sistem Infrastruktur Wilayah, Analisis Kebutuhan Fasilitas, Analisis
Kecenderungan Pola Ruang Wilayah, Analisis Struktur Ruang Wilayah
4. Penentuan Tujuan dan Sasaran
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Denpasar secara umum adalah untuk
mewujudkannya Kota Denpasar yang berwawasan budaya, nyaman, aman, kreatif,
produktif dan berdaya saing, dan berkelanjutan, sejalan dengan rencana pembangunan
jangka panjang Kota, Provinsi dan Nasional. Selanjutnya secara khusus Penataan
ruang wilayah kota bertujuan untuk mewujudkan:
a. Ruang wilayah kota yang nyaman, aman, produktif, kreatif, berkelanjutan dan
mencerminkan jatidiri budaya Bali;
b. Keterpaduan struktur ruang kota dengan Kawasan Metropolitan Sarbagita,
wilayah Provinsi Bali dan sistem perkotaan nasional;
c. Keterpaduan dan optimalisasi pola ruang kawasan lindung, kawasan budidaya
beserta ruang terbuka hijau kota
d. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan kota yang berwawasan budaya Bali akibat pemanfaatan
ruang;
e. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar bagian wilayah kota;
f. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
g. Ruang wilayah kota yang tanggap terhadap mitigasi dan adaptasi bencana.
5. Perencanaan
Tahap perencanaan dan merumuskan berbagai alternatif rencana dilakukan pada
tahap Penyusunan Materi Teknis RTRW Kota Denpasar, yang meliputi Rencana
Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang Wilayah Kota, Rencana Ruang Terbuka Hijau
(RTHK), Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kota.
6. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan atau alternatif rencana dilakukan dengan beberapa
tahapan, diantara lain:
a. Pembahasan Materi Ranperda RTRW Kota Denpasar dalam Sidang Pansus I
DPRD Kota Denpasar
b. Sinkronisasi dan Harmonisasi Substansi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Denpasar dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung dan
Kabupaten Gianyar
c. Koordinasi Kelompok Kerja perencanaan Tata Ruang BKPRD Provinsi Bali
dalam Pembahasan Ranperda Kota Denpasar tentang RTRW Kota Denpasar
d. Rekomendasi Gubernur Bali tentang Pemberian Persetujuan Substansi
Ranperda Kota Denpasar tentang RTRW Kota Denpasar kepada Menteri
Pekerjaan Umum
e. Persetujuan Substansi atas Ranperda Kota Denpasar tentang RTRW Kota
Denpasar 2010-2030 oleh Menteri Pekerjaan Umum
f. Persetujuan Penetapan Ranperda Menjadi Perda Kota Denpasar tentang RTRW
Kota Denpasar

V. KESIMPULAN
Teori perencanaan rasional komprehensif merupakan teori bermazhab perencanaan dari
atas ke bawah yang mengedepankan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan yang
logis dan berdasarkan data yang lengkap. Salah satu contoh implementasinya adalah
penyusunan RTRW Kota Denpasar. Berdasarkan identifikasi perencanaan RTRW Kota
Denpasar dengan karakteristik teori perencanaan rasional komprehensif dapat disimpulkan:
1. Karakteristik perencanaannya bersifat teknis dan berpusat pada pemerintah atau
lembaga negara
2. Peran negara sebagai perantara yang netral yang menerima dan berdiskusi dengan
seluruh stakeholder terkait
3. Tujuan perencanaan yang sejalan dengan tujuan teori perencanaan rasional
komprehensif
4. Ruang lingkup perencanaan yang secara garis besar mencakup berbagai aspek, serta
5. Metode perencanaan perencanaan yang sesuai dengan tahapan teori perencanaan
rasional komprehensif
Teori ini dalam penyusunannya terhadap RTRW Kota Denpasar memiliki kelebihan,
yaitu analisis yang bersifat komprehensif atau mencakup banyak aspek berimplikasi terhadap
produk perencanaan yang menyeluruh dan dapat diterima oleh banyak pihak. Perencanaan
tidak hanya didasari oleh pengetahuan yang dimiliki perencana aja, namun dikomparasikan
dengan teori-teori yang mendungkung, kondisi eksisting, serta masukan-masukan dari seluruh
stakeholder terkait sehingga produk lebih bersifat rasional dan menyeluruh. Namun dari
kelebihan tersebut, terdapat kekurangan yang diantaranya peran masyarakat sebagai subjek
perencanaan yang masih terbatas atau hanya bisa memberikan informasi, karena sifat
perencanaan yang terpusat pada pemerintah atau lembaga negara. Selain itu, data-data dan
informasi yang didapatkan sebagai bahan evaluasi perlu untuk divalidasi terlebih dahulu
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penyusunannya.

DAFTAR PUSTAKA
Faludi, A. (2013). A reader in planning theory (Vol. 5). Elsevier.
Hudson, B. M., Galloway, T. D., & Kaufman, J. L. (1979). Comparison of current
planning theories: Counterparts and contradictions. Journal of the American
Planning Association, 45(4), 387–398.
https://doi.org/10.1080/01944367908976980
Pontoh, N. K., & Kustiawan, I. (2009). Pengantar Perencanaan Perkotaan. ITB
Bandung.
Schoenwandt, W. (2016). Planning in crisis?: theoretical orientations for
architecture and planning. Routledge.
Wijaatmaja, A. B. M. (2015). Pendekatan Perencanaan Tata Ruang Wilayah di Kota
Denpasar. SPACE, 2(2).
Winarno, B. (2002). Teori dan proses kebijakan publik. Media Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai