Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI GEREJA KHARISMATIK (GEREJA BETHEL INDONESIA) DALAM

MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI LEMBAGANYA DI TENGAH MASYARAKAT


MODERN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Kelembagaan

BETHESDA ELRIKA SIMANJUNTAK 170903147

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
LATAR BELAKANG MASALAH

Agama adalah realitas sosial yang tidak bisa dihindari siapapun, baik di masyarakat
modern maupun di masyarakat tradisional. Sebagai sistem kepercayaan dan sistem ibadah,
agama memegang peranan penting dalam menciptakan tatanan hidup yang adil dan beradab
untuk semua manusia di dunia. Agama adalah sumber motivasi, Inspirasi bahkan agama terus
tumbuh seiring dengan perkembangan peradaban. Namun, agama seringkali dipandang secara
sempit disertai adanya perasaan curiga yang berlebihan terhadap penganutnya. Agama memiliki
kedudukan yang sama dan merupakan suatu kesatuan dengan manusia sehingga mampu
mengendalikan perilaku manusia dan mengubah kehidupannya.

Saat melakukan aktivitas sehari-hari, individu akan tetap bertindak sesuai dengan nilai dan
ajaran agama dengan memupuk rasa persatuan dengan sesama. Agama juga menggunakan norma
sebagai kerangka acuan bersikap dan berperilaku agar sejalan dengan agama yang dianutnya.
Durkheim (Kamiruddin, 2011) mengatakan “Agama bukan hal yang mudah untuk dipahami
sebagai sesuatu yang sakral. Agama tidak sepenuhnya dapat dikatakan sebagai nilai ajaran yang
sakral yang berasal dari Tuhan. Pemikiran manusia terhadap ajaran agama yang mereka terima
juga mempengaruhi berkembangnya suatu aliran agama.”

Agama Kristen pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu agama Kristen Katolik dan
Kristen Protestan. Selain itu, Kristen Protestan memiliki tujuh aliran, yaitu Calvinisme,
Lutheranisme, Metodis, aliran Pentakosta, aliran Kharismatik, Advent dan aliran saksi Jehova.
Agama Kristen juga diakomodasi oleh tiga persekutuan, yaitu PGI (Persekutuan Gereja
Indonesia), PGPI (Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia) dan PGPLII (Persekutuan Gereja-
Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia). Contohnya Gereja Huria Kristen Batak
Protestan dan Gereja Bethel Indonesia (GBI) merupakan agama Kristen yang berbeda aliran.
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) berasal dari aliran Lutheran yang berada dibawah
naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) serta Gereja Bethel Indonesia (GBI) berasal
dari aliran kharismatik yang berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja
Indonesia).
Ditengah-tengah jemaat yang sedang berkembang di Indonesia, lahir sebuah gerakan
Spiritualitas. Salah satu gerakan itu dikenal dengan nama “Gerakan Kharismatik“. Sebenarnya
Gerakan ini disebut juga dengan Gerakan Pentakosta Baru (Neo-Pentacostal). Aliran
Kharismatik adalah gerakan sekelompok orang Kristen yang menekankan Baptisan Roh dan
Karunia – karunia Rohani. Penganut-penganutnya terdapat pada hampir semua Gereja. Aliran ini
timbul disebabkan banyak anggota Jemaat yang merasa kurang puas akan pelayanan Gereja, dan
juga Gereja tidak sanggup memenuhi kebutuhan anggotanya, sehingga banyak dari anggota
Jemaat keluar dari Gereja asal kemudian membentuk suatu kelompok diluar Gereja.

Gerakan Pentakosta pada mulanya menganggap dirinya sebagai suatu Gerakan


Kebangunan Oikumenis dalam Gereja-gereja yang telah ada. Oleh sebab itu pada mulanya
pengikut-pengikutnya tidak mau mengorganisasikan diri sebagai suatu denominasi baru. Bahkan
mereka mengatakan organisasi yang Religius manusiawi bertentangan dengan Jemaat Allah yang
hidup. Tetapi suatu hal yang kita lihat ialah bahwa Gerakan ini mengajarkan suatu pola hidup
yang tertentu , yaitu menuntut supaya semua anggota Jemaat harus berbicara dengan Bahasa
Roh. Dan mereka menonjolkan karunia-karunia Roh tanpa memperhatikan Karunia-karunia yang
lain. Dalam Hal ini dapat kita lihat bahwa ajaran Pentakosta hampir sama dengan apa yang
diutamakan oleh Gerakan Kharismatik , yakni sama-sama menonjolkan karunia-karunia Rohani.

Salah satu bentuk kekuatan dan kekuasaan agama di dunia adalah lembaga Gereja. Gereja
merupakan agen agama yang paling konkrit di dunia, sebuah lembaga yang memiliki norma,
nilai dan seperangkat peraturanperaturan yang mengatur hidup jemaat secara khusus. Gereja
adalah wujud nyata dari keberadaan Tuhan dalam agama Kristen. Gereja bagi orang Kristen
memiliki arti penting, sebagai lembaga agama, gereja memiliki anggota-anggota. Secara
administratif ia memiliki hirarki yang formal, selain itu ia memiliki orientasi yang menyeluruh
dan cenderung menyesuaikan diri dan kompromi dengan masyarakat serta dengan nilai-nilai
lembaga-lembaga yang ada.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI GEREJA PENTAKOSTA-KHARISMATIK

Sejak kemunculan gereja beraliran kharismatik ini hal yang sering menjadi perdebatan
adalah masalah tata ibadah dan masalah penarikan jemaat yang dilakukan oleh jemaat gereja ini.
Dalam menjalankan ibadah, gereja yang menganut aliran karismatik, tata cara beribadahnya
berbeda dengan gereja tradisi (konvensional). bila dalam gereja tradisi (konvensional), para
jemaat melakukan ibadah mereka dengan tata cara seperti: bernyanyi dengan menggunakan alat
musik piano/organ, dengan tidak disertai tepuk tangan, tidak terdapatnya penyembahan dalam
bentuk senandung yang spontan keluar dari hati para jemaat, bersifat monoton, tidak terdapatnya
bahasa Roh dan lain-lain. Sedangkan dalam gereja yang menganut aliran karismatik, dimana para
jemaat bernyanyi dengan diiringi alat musik yang lengkap, yaitu piano, keyboard, drum, bass,
gitar listrik dan terkadang menggunakan alat musik lainnya. Para jemaatnya pun bernyanyi
sambil bertepuk tangan riang, berdoa dengan merentangkan tangan, sharing (berbagi), berbahasa
Roh, bersenandung dalam bahasa Roh dan tindakan-tindakan lainnya yang dengan spontan
mereka lakukan yang tentunya tidak dilakukan di dalam gereja yang tidak menganut aliran
karismatik. Sehingga umat Kristen sendiri yang menganggap tata cara berdoa dan beribadah para
penganut aliran karismatik ini aneh.

Bahkan ada umat Kristen yang menolak keras-keras dan sangat anti untuk menghadiri
kebaktian di gereja karismatik, mereka sangat menentang aliran karismatik ini. Mereka
menganggap aliran karismatik adalah suatu agama yang menyimpang atau suatu ajaran agama
yang “sesat” karena dianggap mengesampingkan dan membuang adat istiadat dalam suku
mereka. Aliran gereja karismatik ini tetap tidak dapat dicegah, bahkan semakin bermunculan,
antara lain: GPDI (Gereja Pentakosta Di Indonesia), GBI (Gereja Bethel Indonesia), GKII
(Gereja Kemenangan Iman Indonesia), GKKI (Gereja Kristen Kudus Indonesia), GBI Succesfull
Bethany Families, Gereja Bathany, Gereja Sidang Rohol Kudus, Gereja Sidang Jemaat Allah.

PEMBAHASAN

1. Sejarah Pendirian GBI (Gereja Bethel Indonesia) Di Indonesia

Gereja Bethel Indonesia yang disingkat GBI adalah salah satu sinode Gereja di Indonesia
yang bernaung di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Selain PGI, GBI juga
merupakan anggota dari Dewan Pentakosta Indonesia (DPI) dan Persekutuan Injili Indonesia
(PII). GBI berdiri sebagai hasil pekabaran Injil dari Bethel Pentacostal Temple
Inc., Seattle, Washington, Amerika Serikat, yang mengutus dua orang misionarisnya, Rev. Van
Klaveren dan Rev. Groesbeek ke Indonesia. Groesbeek memberitakan Injil di Bali kemudian
di Cepu dan bertemu dengan Van Gessel. Beberapa tahun kemudian, Groesbeek pindah
ke Surabaya, dan seterusnya ke Batavia tahun 1926. Dengan semakin banyaknya jemaat yang
dibuka sehingga memperoleh pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda dengan nama De
Pinksterkerk in Indonesia. Tahun 1932 didirikanlah satu gedung gereja di Surabaya, dan
mendirikan pelajaran alkitab yang diberi nama Studi Tabernakel, kemudian pada
tahun 1935 menjadi Sekolah Alkitab di Surabaya NIBI.

Pada 6 Oktober 1970, di Sukabumi, Jawa Barat, Pdt. H.L. Senduk (Ho Liong Seng) dan
rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia
(GBI) sebelumnya Pdt. H.L. Senduk pernah bergabung di organisasi GPdI namun memisahkan
diri lalu mendirikan (GBI). Gereja ini diakui oleh pemerintah secara resmi melalui Surat
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember 1972.

Pdt. H.L. Senduk melayani GBI Jemaat Petamburan, dibantu oleh istrinya, Pdt. Helen
Theska Senduk, Pdt. Thio Tjong Koan, dan Pdt. Harun Sutanto. Pada tahun 1972, Pdt. H.L.
Senduk[3] memanggil anak rohaninya, Pdt. S.J. Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu
pelayanan di GBI Jemaat Petamburan. Saat itu, Pdt. S.J. Mesach telah menjadi Gembala Sidang
"GBI Jemaat Sukabumi", yang telah dilayaninya sejak tahun 1963. Demikianlah GBI terus
mengalami perkembangan dan hadir bukan hanya sebagai pentakosta karismatik terbesar
di Indonesia/gereja aras nasional tetapi telah menjadi gereja internasional yang tersebar di
seluruh dunia.

2. Upaya yang dilakukan oleh Gereja Bethel dalam menarik pengikut baru

Untuk memenangkan umat, perlu adanya kompetitif dan upaya. Upaya yang dilakukan dalam
menarik pengikut baru adalah :

1. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang memberikan kenyamanan dalam beribadah dan


melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik. Jemaat yang beraliran kharismatik ini juga
memberikan janji-janji fasilitas seperti fasilitas kendaraan yang digunakan untuk
mengantar dan menjemput para calon jemaat. Memberikan pelayanan-pelayanan yang
terbaik bagi mereka yang mau ambil bagian dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh gereja yang beraliran kharismatik ini.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan rohani seperti KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) serta
banyaknya hal positif di dalam aliran ini yang ikut menjadi daya tarik dan alasan yang
membuat para jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan ikut mengambil bagian karena
di gerejanya sangat jarang dilakukan kegiatan kegiatan seperti kegiatan KKR.

3. Strategi Gereja Kharismatik (Gereja Bethel Indonesia) Dalam Mempertahankan


Eksistensi Lembaganya di tengah Masyarakat Modern

Di zaman modern ini, Agama seolah kehilangan eksistensinya dalam membahagiakan


manusia. Manusia dengan gaya hidup yang sebegitu parahnya dan jauh dari nilai-nilai ajaran
agama membutuhkan spiritualitas sebagai teman dalam upaya meletakkan manusia pada
fitrahnya. Keadaan ini menuntut agama dalam pengertian yang tidak hanya dibatasi oleh doktrin-
dontrin yang kaku, konvensional, dan formalitas yang birokratis dan juga kering dari
spirulitas.Keadaan seperti ini seolah menjadikan agama kehilangan peminat. Bersamaan dengan
itu, muncul gerakan-gerakan spiritual seperti aliran kharismatik ini. Aliran kharismatik dapat
dijumpai di Gereja Bethel Indonesia. Adapun strategi Gereja Kharismatik dalam
mempertahankan eksistensi keberadaannya adalah :

1. Aliran Kharismatik ini memberikan implikasi positif bagi setiap umat yang mengalami
kekeringan spiritual. Musik yang digunakan dalam ibadah Kharismatik merupakan musik
dengan gaya yang sangat berbeda dari gereja-gereja tradisional yang himne. Tata cara
ibadah di gereja Kharismatik lebih dikenal dengan Pujian dan Penyembahan (praise and
worship) yang ibadahnya memiliki ciri khas lagu pujian yang sifatnya
semangat/antusiasme dan dinamis. Lagu penyembahannya juga menyentuh hati dengan
aransemen dan genre musik pop/kontemporer. Musik dalam ibadah yang dilakukan oleh
kalangan gereja-gereja Kharismatik ini sifatnya lebih spontan dan fleksibel, tidak
dilakukan dengan struktur yang kaku, penggunaan tempo yang bervariasi, lagunya
mudah disenandungkan dan mudah dipahami, beda dengan musik dalam ibadah yang
dilakukan oleh kalangan gereja-gereja tradisional yang penyembahannya dilakukan
dengan menyanyikan lagu-lagu dari buku-buku himne seperti bible ende yang sudah lama
dan digunakan sebatas aktivitas liturgi dengan pola ibadah yang teratur. Biasanya music
band digunakan dalam tata ibadah gereja ini. Hal inilah yang dapat membuat semangat
jemaat membara setiap beribadah di gereja kharismatik. Karena musik pop tidak terkesan
berjalan di tempat & tidak klasik. Hal ini dapat menghindarkan para jemaat dari ke-
kakuan serta rasa bosan dan ngantuk saat beribadah.
2. Gereja kharismatik cenderung menawarkan identitas yang cenderung stabil yaitu identitas
mereka dalam kekristenan, dimana kecenderungan masyarakat modern adalah mencari
identitas. Teologi personal ditawarkan dalam gereja ini dimana teologi ini sangat cocok
diterapkan pada masyarakat modern yaitu dengan memberi kebebasan kepada setiap
individu untuk memiliki pengkhayatannya masing-masing sesuai dengan yang mereka
alami. Akibatnya, jemaat akan lebih menikmati relasi dengan Tuhan secara lebih
personal, emosional, dan spiritual.
3. Memanfaatkan media dan teknologi dalam berbagai bentuk kegiatan gereja. Seperti yang
dilakukan oleh GBI Medan Plaza, mereka kerapkali memasang baliho besar di halaman
gereja untuk mewartakan waktu dan tema ibadah. Baliho itu juga dibuat menyerupai
bentuk iklan komersil dengan visual yang menarik untuk dilihat. Tema-tema ibadah pun
turut dibuat dengan semenarik mungkin dan mudah diingat. Gereja kharismatik juga
memanfaatkan teknologi yang setiap minggu mengadakan penyiaran secara langsung
(live) ibadah pada situs internet. Jadi, jemaat yang tidak bisa hadir pun masih bisa
beribadah dengan menyaksikan secara daring.
4. Selain Ibadah Raya, Gereja GBI juga ini memiliki kegiatan-kegiatan di setiap
minggunya. Seperti diadakannya KTM (Kebaktian Tengah Minggu), dalam kebaktian ini
diutamakan untuk melayani orang-orang sakit baik fisik maupun jiwanya diakhir
ibadahnya. Diadakan juga WBI (Wanita Bethel Indonesia), ini ditujukan bagi kaum
wanita agar dapat berfungsi dengan baik di rumah tangga, masyarakat dan gereja. Karena
wanita memiliki multiperan, sehingga memerlukan dorongan semangat dan motivasi.
Kemudian diadakan kebaktian pemuda, karena pemuda dianggap generasi penerus
kepemimpinan, oleh karena itu harus dipersiapkan dengan baik mulai dari pendidikannya
sampai masalah kerohanian mereka. Sehingga para pemuda dapat menjadi penerus yang
berpendidikan dan jujur.
5. Melakukan berbagai pelayanan kemasyarakatan atau organisasi. Gereja ini melakukan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti mengadakan kegiatan medis yaitu kegiatan donor
darah yang diadakan tiga kali dalam setahun dan gratis, membangun sekolah Kristen
gratis dan rumah sakit.

KESIMPULAN

Ditengah permasalahan dan ketidaksukaan jemaat anggota gereja lain terhadap gereja
kharismatik, bagaimana jemaat gereja lain memandang aneh dan remeh gereja kharismatik
karena ajaran yang bertabrakan dan tidak sesuai dengan ajaran mereka. Mereka bahkan
menganggap aliran karismatik adalah suatu agama yang menyimpang atau suatu ajaran agama
yang “sesat” karena dianggap mengesampingkan dan membuang adat istiadat dalam suku
mereka. Namun, dibalik sepak terjang tersebut, gereja aliran kharismatik ini dapat berdiri tegap
ditengah-tengah gereja lain. Bahkan gereja selalu kharismatik mengalami peningkatan jemaat.
Oleh karena itu, gereja ini sejak awal sudah menerapkan berbagai upaya dan strategi dalam
mempertahankan eksistensi keberadaan mereka di tengah masyarakat yang modern. Gereja
kharismatik menampilkan diri semenarik mungkin dengan menawarkan identitas yang cenderung
stabil karena kecenderungan masyarakat modern mencari identitas kebebasan dan kepuasan diri.
Tata beribadah yang tidak kaku, serta bebas mengekspresikan diri membuat para jemaat apalagi
pemuda pemudi tidak merasakan bosan dan ngantuk saat menjalani ibadah.

DAFTAR PUSTAKA

Durkheim, Emile. 1992. Sejarah Agama: The Elementary Forms of The Religion Life. Di
terjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir, dkk. (Jogyakarta: IRCiSoD, 2006). Judul Asli: The
Elementary Forms for The Religion Life (New York: Free Press)

http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Bethel_Indonesia (diakses Sabtu 16 Januari 2021)

http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Karismatik (diakses Sabtu 16 Januari 2021)

Anda mungkin juga menyukai