Anda di halaman 1dari 120

1

PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP


KINERJA PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA

SKRIPSI

OLEH :

ILISINA WENDA
NPM: 13141045

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014

1
2

PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP KINERJA


PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara
Universitas Wijaya Putra Surabaya

OLEH :

ILISINA WENDA
NPM: 13141045

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014

2
ii

Lembar Persetujuan

PENGARUH REFORMASI BIROKRASI TERHADAP KINERJA


PELAYANAN KELURAHAN LIDAH WETAN
KOTA SURABAYA

NAMA : ILISINA WENDA

NPM : 13141045

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui oleh
Dosen pembimbing

Scholastika Elisabeth Igon, S.Sos M.Si

ii
iii

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Mahasiswa yang tersebut di bawah ini ;

Nama : ILISINA WENDA


NPM : 13141045
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul Skripsi : Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja
Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya

Telah dinyatakan LULUS, serta diterima dan disetujui olah komisi Penguji.

Dengan demikian, Skripsi ini dinyatakan Sah untuk melengkapi syarat-syarat


memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Putra Surabaya.

Surabaya, 16 Agustus 2014


Komisi Penguji Skripsi
Ketua Penguji

Dwi Hardaningtyas, S.PSi, M.Si

Tim Penguji I Tim Penguji II

.
Drs. Agus Wahono, M.Si. Drs. M. Nadjib, M.Si
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Supriyanto, S.Sos, M.Si

iii
iv

5 . Orang-orang yang menabur dengan Mencucurkan air mata,


Akan menuai dengan bersorak-sorak
6. Orang yang berjalan menuju Dengan menangis,Sambil menabur benih,
Pasti pulang bersorak-sorai Sambil membawa berkas-berkasNya.

2. Tetapi yang kesukaannya ialah taurat Tuahan, dan yang merenungkan


taurat itu siang dan malam.
3. Ia seperti pohon, yang di tanam di tepi aliran air,
yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa
saja yang diperbuatnya berhasil.

18. Dia mengajarkan peganglah perintahKU, Dan bacalah kitab cuci, itu siang dan
malam, Karana masa depan mu sungguh ada, Dan harapan mu tidak akan
hilang.

7. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah,maka kamu akan mendapat;


Ketoklah, maka pintu akan di bukakan bagimu;
8. karena setiap orang yang meminta,menerima Dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan Setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh Dia, dan kepada Dia bagi Dialah kemuliaan
Sampai selama-lamaNya.

iv
iv

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan puji dan syukur kehadiran Tuhan YME, atas segala berkat

Anugerah yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan tepat waktu. Yang berjudu: “Pengaruh Reformasi

Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota

Surabaya” penyusunan skripsi ini merupakan terapan dari teori-teori yang

berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi dan merupakan alat untuk

membandingkan teori-teori yang penulis peroleh pada masa mengikuti

perkuliahan dengan kenyataan yang ada dalam Akademik, Organisasi dan

Masyarakat. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Ilmu Administrasi Negara Universitas Wijaya Putra

Surabaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini, tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak manapun. untuk itu pada kesempatan yang berbahagia

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. H. Budi Endarto, SH.M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya Putra

Surabaya;

2. Dr. Taufiqurrrahman, SH. M. Hum selaku wakil Rektor 1 (satu)

Universitas Wijaya Putra;

3. Dr. Esa Wahyu Endarti, SH.M.Si selaku wakil Rektor 2 (dua) Universitas

Wijaya Putra Surabaya;

4. Dr. Sri Juni Woro Astuti,M.Com selaku Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (prodi Ilmu Administrasi Negara);

iv
v

5. Supriyanto,S.Sos.M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi

Negara;

6. Scholastika Elisabeth Igon, S.Sos M.Si selaku Dosen pembimbing atas

segala bimbingan dan arahan dari awal hingga akhir penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik;

7. H. Mulus Sugiharto, S.Sos. M.Si selaku KA. Biro kemahasiswaan:

8. H. Suprayoga, SE.M.Si selaku kepala BAA memberikan saran dan

motivasi dalam Akademik;

9. Segenap Dosen staf karyawan pengajar Universitas Wijaya Putra, telah

membantu dan memberikan informasi ilmu bagi penulis yang butuhkan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

10. Bapak Ikar Wenda dan Ibu Ogejalekwe Tabuni yang tercinta sebagai

orangtua kandung yang membantu biaya kuliah dari awal sampai selesai;

11. Bapak Olotius Kogoya,SE sebagai suami yang tercint membiayai selama

saya kuliah;

12. Bapak Manasye Wenda, A.Md dan Ibu Desmina Kogoya beserta 4 anak

bersaudara selalu memberikan motivasi dalam studi, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

13. Saudara Toni Kogoya,S.Pd, Nuken Kogoya, Paulus Kogoya, Ketron

Kogoya,A.Md dan Ondius Kogoya,S.Sos selalu memberikan motivasi dan

bantuan secara materi maupun moral, sehingga penulis dapat penyusunan

skripsi ini:

v
vi

14. Segenap Mahasiswa Universitas Wijaya Putra serta kampus lain, yang

telah membantu penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan

sesuai dengan harapan;

15. Segenap Senior Alumni Universitas Wijaya Putra, serta Alumni Kampus

lain yang telah membantu melalui sumbangan pikiran serta dorongan

sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

Demikian akhir kata dengan segala kerendahan hati dan pikiran penulis menyadari

segala kekurangan baik penyusunan dan penempatan Kalimat dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, guna penyempurnaan saran dan kritik yang bersifat

membangun penulis sangat harapkan . semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi

yang ingin mempergunakan.

Penulis
Serabaya, 20 Juli 2014

Ilisina Wenda

vi
v

ABSTRAK

Birokrasididalammenyelenggarakantugas pemerintahan dan pembangunan


(termasuk penyelenggaraan pelayanan publik) diberi kesan adanya proses panjang dan
berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan urusannya berkaitan dengan pelayanan
aparatur pemerintahan. Akibatnya, birokrasi selalu mendapatkan citra negatif yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan birokrasi itu sendiri (khususnya dalam hal pelayanan
publik). Tuntutan masyarakat mengenai perlunya dilakukannya perbaikan kualitas
pelayanan publik telah menjadi wacana publik. Kinerja pelayanan mempunyai peran
yang strategis di dalam organisasi baik organisasi publik maupun organisasi privat.
Apalagi dengan kondisi yang senantiasa berubah cepat dari waktu ke waktu, serta
tuntutan perubahan global dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan tak
terhindarkan. Berdasarkan berbagai permasalahannya yang terjadi sebelum timbulnya
reformasi birokrasi maka penulis ingin mengkaji yaitu seberapa besar pengaruh
Reformasi Birokrasi Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, dengan judul: “Pengaruh
Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota
Surabaya”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui upaya- upaya
dalam mereformasi Birokrasi pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, (2)
pengaruh reformasi birokrasi kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.
Sampel yang diambil pada penelitian ini sebesar 40 orang. Sedangkan analisisnya
menggunakan statistik regresi sederhana. Hasil penelian ini menunjukkan bahwa:
Upaya- upaya mereformasi Birokrasi pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota
Surabaya: (1) Dalam melaksanakan Tugas,Pokok dan Fungsinya Walikota Surabaya
no.18 tahun 2007 Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya berpedoman pada Peraturan
Walikota Surabaya No.18 tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Kelurahan
Kota Surabaya. (2) Dalam Pelayanannya seperti KTP, KSK, Syarat-syarat pernikahan,
dan lain-lain, sebelum adanya Reformasi Birokrasi harus menunggu satu minggu bahkan
satu bulan, tetapi setelah Reformasi Birokrasi bisa satu hari paling lama satu minggu. (3)
Dalam kedisiplinan pegawai sebelum adanya Reformasi Birokrasi sering datang
terlambat, tetapi setelah Reformasi Birokrasi datang tepat waktu sesuai dengan jam
datang dan pulang Kantor. (4) Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah
Wetan Surabaya dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran: Hal-hal tersebut diatas
merupakan pelaksanaan perubahan posisi dan peran (revitalisasi),artinya bahwa dengan
revitalisasi tersebut pegawai Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara professional dengan demikian hasil kerja
mereka akan menjadi baik dan terpercaya . (5) SDM yang dimilikipun cukup baik
terbukti 50% lebih pegawai lulusan S1 dan S2,begitu juga dalam Kepangkatan dan
golongan 63% terdiri dari golongan III , artinya bahwa dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya mereka dapat melakukannya sesuai dengan bekal pengetahuan,pengalaman
dan kemampuan mereka, dengan demikian akan tercipta pegawai yang berkualitas.
Ada pengaruh yang signifikan antara reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan
Kelurahan.Artinya bahwa reformasi birokrasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memprediksi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, Kontribusi
yang diberikan oleh variabel reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan sebesar
33,20%, sedangkan sisanya 66,80% merupakan variabel-variabel yang tidak terprediksi
dalam penelitian ini.

KATA KUNCI: Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan:

v
vi

ABSTRACT

Bureaucracy in carrying the task of governance and development


(including public service) was given the impression of a long process and
convoluted when it came to completing community service government officers.
As a result, the bureaucracy always get a negative image which is not favorable
for the development of the bureaucracy itself (particularly in terms of public
services). The demands of the public about the need to do public service quality
improvement has become public discourse. Service performance has a strategic
role in the organization of both public organizations and private organizations.
Moreover, with the rapidly changing conditions from time to time, as well as the
demands of global change and the needs of an increasingly complex society and
inevitable. Based on the various problems that occur before the onset of the
reform of the bureaucracy, the authors wanted to examine is how much influence
Reforms Tongue Wetan Village of Surabaya, with the title: "Reforms Effect on
Performance Care tongue Wetan Village of Surabaya".
This study aimed to determine: (1) To determine what efforts in reforming
bureaucracy at the Village Office Tongue Wetan Surabaya, (2) the effect of
service performance bureaucratic reform Tongue Wetan Surabaya village.
Samples were taken in this study of 40 people. While statistical analysis using
simple regression. The results of this recent research shows that:
Bureaucratic reform efforts at the Village Office Tongue Wetan Surabaya;
(1) In carrying out the task, Principles and Functions of Surabaya Mayor No.18 of
2007 Village Office Tongue Wetan Surabaya Surabaya Mayor guided by the Rule
no.18 of 2007 on Duties and Functions Village Translation of Surabaya. (2) In the
ministry such as ID cards, KSK, Terms marriage, and others, before the presence
Reforms have to wait a week even a month, but after the Reforms to the longest
day of the week. (3) In the discipline of employees prior to the Reforms often
comes too late, but after Reforms arrive on time according to the clock coming
and home office. (4) All the existing programs at the Village Office Tongue
Wetan Surabaya conducted in accordance goals and objectives : In the matters
above is the implementation of changes in the position and role (revitalization),
meaning that with the revitalization of the Village Office employees Wetan
Surabaya tongue can carry out their duties and functions in a professional manner
so their work will be good and reliable. (5) HR dimilikipun pretty well proven
50% more graduate employees S1 and S2, as well as in the Ranks and group
comprises 63% of group III, meaning that in carrying out their duties and
functions they can do so in accordance with the stock of knowledge, experience
and their ability , thus creating qualified personnel. There is significant
relationship between bureaucratic reforms on the performance of services
Kelurahan.Artinya that bureaucratic reform can serve as the basis for predicting
the performance of services Wetan Tongue Village of Surabaya, (2) contributions
that the bureaucratic reform variables on the performance of service equal to
33.20 %, while the remaining 66.80% is a variable that is not predictable in this
research.

KEYWORDS: Reforms and Performance Service:

viv
vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i


Halaman Persetujuan Pembimbing ...................................................................... ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Abstrak ......................................................................................................... vi
Daftar Isi ........................................................................................................ vii
Daftar Tabel..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 10
2.2. Landasan Teori ............................................................................ 11
2.2.1. Konsep Reformasi Birokrasi.............................................. 11
2.2.1.1. Pengertian Birokrasi ............................................. 11
2.2.1.2. Reformasi Birokrasi .............................................. 21
2.2.1.3. Indikator Reformasi Birokrasi ............................... 26
2.2.1.4. Strategi Terwujudnya Reformasi Birokrasi .......... 28
2.2.1.5. Kebijakan Reformasi Birokrasi dan
Good Governance ................................................. 30
2.2.2. Konsep Kinerja Pelayanan ................................................ 30
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Pelayanan ............................... 30
2.2.2.2. Kinerja Pelayanan ................................................. 37
2.2.2.3. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja Pelayanan ............ 40
2.2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .......... 43
2.2.3. Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kinerja pelayanan .. 44
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 45
2.4. Hipotesis ..................................................................................... 46

vi
vi

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 47


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 47
3.2. Jenis Data .................................................................................... 47
3.3. Definisi Variabel dan Definisi Operasional .................................. 48
3.4. Populasi dan Sampel ................................................................... 49
3.5. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 50
3.6 Pengukuran Instrumen ................................................................. 52
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 52
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................. 54
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Profil Kelurahan Lidah Wetan Surabaya ...................................... 56
4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................ 56
4.1.2. Pertanahan ........................................................................ 57
4.1.3. Administrasi Kependudukan ............................................. 58
4.1.4. Karakteristik Pegawai ....................................................... 60
4.1.5. Visi dan Misi..................................................................... 63
4.1.6. program Rutin ................................................................... 64
4.1.7. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ............................... 64
4.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 67
4.1.9. Deskripsi Responden ......................................................... 70
4.2. Analisis dan Interpretasi .............................................................. 85
4.2.1. Analisis ............................................................................. 85
4.2.2. Interpretasi ........................................................................ 87
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 90
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 90
5.2 Saran ............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 93

vi
vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Agama .............................. 58
4.2 Kelompok Usia, tenaga Kerja dan Pendidikan .......................................... 59
4.3 Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan, Purnawiraman dan Pensiun ........... 60
4.4 Jumlah Mobilisasi Penduduk .................................................................... 60
4.5. Jumlah Pegawai menurut Golongan.......................................................... 61
4.6. Distribusi Pegawai menurut Usia ............................................................. 62
4.7. Distribusi Pegawai menurut Pendidikan ................................................... 62
4.8. Hasil Uji Validitas Reformasi Birokrasi ................................................... 68
4.9. Hasil Uji Validitas Kinerja Pelayanan ...................................................... 69
4.10. Hasil Uji reliabilitas ................................................................................. 70
4.11. Tanggapan Responden tentang Transformasi Nilai .................................. 71
4.12. Tanggapan Responden tentang Penataan Organisasi & Tata Kerja ............ 73
4.13. Tanggapan Responden tentang Sistem Manajemen ................................... 74
4.14. Tanggapan Responden tentang Kompetensi SDM .................................... 76
4.15. Tanggapan Responden tentang Kesetiaan ................................................. 77
4.16. Tanggapan Responden tentang Prestasi Kerja ........................................... 79
4.17. Tanggapan Responden tentang Kedisiplinn .............................................. 80
4.18. Tanggapan Responden tentang Kerja Sama .............................................. 81
4.19. Tanggapan Responden tentang Kecakapan ............................................... 83
4.20. Tanggapan Responden tentang Tanggung Jawab ...................................... 84
4.21. Hasil Uji t................................................................................................. 85
4.22. Hasil Uji Determinasi ............................................................................... 86

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Kerangka berfikir ...................................................................................... 46
4.1. Struktur Organisasi.................................................................................... 65

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses demokratisasi yang sedang berlangsung di Indonesia memberikan

pelajaran yang berharga bagi birokrasi di satu pihak, dan warga negara di pihak

lain. Wajah dan sosok birokrasi sudah sepantasnya mengalami perubahan dari

birokrasi otoriter ke arah birokrasi yang lebih demokratis, responsif, transparan,

dan non partisipan. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan,

birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai

program pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah. Akan tetapi dalam

kenyataan pelaksanannya, birokrasi yang dimaksudkan untuk melaksanakan

tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali

mendapatkan kesan berbeda dari pandangan masyarakat.

Birokrasi di dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan (termasuk penyelenggaraan pelayanan publik) diberi kesan adanya

proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat menyelesaikan urusannya

berkaitan dengan pelayanan aparatur pemerintahan. Akibatnya, birokrasi selalu

mendapatkan citra negatif yang tidak menguntungkan bagi perkembangan

birokrasi itu sendiri (khususnya dalam hal pelayanan publik). Birokrasi tidak

dapat lagi menempatkan diri sebagai sosok institusi yang angkuh dan tak

tersentuh oleh kritik dari pihak luar birokrasi. Tuntutan masyarakat mengenai

perlunya dilakukannya perbaikan kualitas pelayanan publik telah menjadi wacana

publik sampai dengan saat ini. Disamping itu, semakin isu demokratisas

11
2

memperkuat posisi masyarakat untuk menuntut hak-hak mereka ketika

berhubungan dengan birokrasi. Dalam konteks yang demikian, birokrasi publik

perlu merevitalisasi diri agar mampu meningkatkan kinerja pegawai.

Kinerja berhubungan dengan hasil kerja dan peran yang telah dilaksanakan

oleh pengelola organisasi. Kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat

berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya.

Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus berperilaku dalam

melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi. Suatu

organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam

bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif

sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kinerja pelayanan mempunyai peran yang strategis di dalam organisasi

baik organisasi publik maupun organisasi privat. Apalagi dengan kondisi yang

senantiasa berubah cepat dari waktu ke waktu, serta tuntutan perubahan global

dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan tak terhindarkan.

Organisasi publik sebagai alat dalam menyelenggarakan aktivitas organisasi dan

pelayanan kepada para pengguna jasa dituntut lebih meningkatkan kinerjanya,

serta memahami keinginan pelanggan. Kiranya harapan ini sulit terwujudkan,

manakala pegawai negeri sipil tidak memiliki kemampuan dalam melaksanakan

aktivitas kerja.

McGill, Cushway (dalam Ruky, 2003: 57) menyatakan bahwa kinerja

pelayanan harus dinilai atas dasar tujuan organisasi secara keseluruhan yang

mungkin telah dipecah menjadi beberapa target terpisah yang secara bersama-

sama akan memberikan kontribusi bagi tujuan keseluruhan organisasi.

2
3

Ditambahkannya, bahwa kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan

proses pelayanan yang telah dilakukan meliputi tingkat ketelitian dan disiplin.

Disamping itu juga kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar

pelayanan publik yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal

pencapaian standar harus dilakukan upaya perbaikan.

Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas

serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja

dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik

(Donnely, Gibson and Ivancevich, 1994: 98). Pada dasarnya kinerja pelayanan

merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap pegawai memiliki

tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja

pelayanan tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan

yang diperoleh.

Hal ini berarti bahwa kinerja pelayanan merupakan hasil kerja pegawai

dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja

yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu. Keberhasilan

organisasi tergantung pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan. Oleh

karena itu, setiap unit kerja dalam suatu organisasi harus dinilai kinerjanya, agar

kinerja pegawai yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi tersebut

dapat dinilai secara obyektif. Pada prinsipnya kinerja unit-unit organisasi baik

secara individual maupun kelompok orang yang berada di dalamnya merupakan

pencerminan dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan.

Dengan demikian, kinerja pelayanan adalah kesediaan seseorang atau

kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya

3
4

sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika

dikaitkan dengan performance sebagai kata benda dimana salah satu entrinya

adalah hasil dari sesuatu pekerjaan, pengertian performance atau kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya pencapaian tujuan organisasi.

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik pemerintah kelurahan

memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan, hal ini dapat

diketahui dari beberapa bukti empirik seperti adanya keluhan masyarakat yang

terkait dengan kualitas pelayanan, dam mekanisme pelayanan yang panjang. Pada

penelitian ini kinerja pelayanan dipengaruhi oleh reformasi birokrasi yang ada di

institusi kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Misi reformasi birokrasi adalah

membangun, menata ulang, menyempurnakan, membina, dan menertibkan

birokrasi pemerintahan, agar mampu dan komunikatif dalam menjalankan peranan

dan fungsinya.Target dan sasaran reformasi birokrasi ada lima hal.

Pertama, terbentuknya, birokrasi yang bersih, yaitu birokrasi yang anti

KKN dan berkurangnya perilaku koruptif pegawai negeri. Kedua, birokrasi yang

efisien dan hemat dalam menggunakan sumber daya yang terbatas (man, money,

material, methode, and time). Ketiga, birokrasi yang transparan, yakni birokrasi

yang seluruh kebijakan dan aktivitasnya diketahui masyarakat dan masyarakat

dapat mengaksesnya dengan mudah. Keempat, birokrasi yang melayani, yaitu

birokrasi yang tidak minta dilayani, tetapi birokrasi yang melayani masyarakat.

Kelima, birokrasi yang terdesentralisasi, yaitu kewenangan pengambilan

keputusan terdesentralisasi kepada pimpinan unit kerja terdepan.

4
5

Mewujudkan reformasi birokrasi di Indonesia adalah tuntutan politik dan

sosial budaya. Ada empat bidang Pemberdayaan Aparatur Negara (PAN) yang

mengalami proses reformasi birokrasi untuk mencapai lompatan peningkatan

kualitas kinerja aparat pemerintahan yaitu pertama, penataan kelembagaan dan

penyederhanaan ketatalaksanaan. Diadakan langkah penyesuaian “ukuran” secara

tepat, antara kebutuhan organisasi dengan jumlah dan kualifikasi SDM yang

semakin berdaya saing tinggi.

Kedua, peningkatan kapasitas SDM aparatur melalui perbaikan jumlah,

komposisi, distribusi PNS yang ada pada setiap intansi pemerintah. Di samping

itu, juga diupayakan penyusunan dan penyempurnaan pola karier, sistem

pendidikan dan pelatihan, dan perbaikan sistem penggajian yang lebih adil, layak

dan mendorong peningkatan kinerja. Ketiga, pencegahan dan pemberantasan

KKN. Melalui akuntabilitas dan kepatuhan kepada aturan dan perundang-

undangan yang berlaku, keteladanan dalam arti luas serta budaya malu.

.Sedangkan pemberantasan KKN diupayakan secara konsisten, konsekuen,

dengan sanksi hukum seberat-beratnya. Keempat, Pengembangan pelayanan prima

yang lebih cepat, tepat, murah, memuaskan, tidak diskriminatif, bebas pungutan

liar dengan berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku melalui paradigma

mengedepankan hak dasar warga negara.

Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem

penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan

berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi

dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

5
6

(good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis

untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna

dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

Reformasi birokrasi, pada tataran struktural, dilakukan melalui penataan

kembali organisasi pemerintahan agar lebih tanggap terhadap tuntutan

kepentingan masyarakat. Sementara reformasi birokrasi pada tataran kultural, di

lakukan melalui pengembangan profesionalitas dan penguatan etos kerja aparatur

pemerintahan.

Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi

informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut

birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika

tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang

bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini

merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat

radikal dan revolusioner. Reformasi birokrasi secara sederhana dapat diberikan

pengertian sebagai langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih

berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan

dan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang

tinggi.

Reformasi birokrasi menjadi bagian penting dalam mewujudkan

kepemerintahan yang baik. Titik berat dari pemerintahan yang baik adalah pada

upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan korupsi secara

6
7

terarah, sistematis, dan terpadu. Reformasi birokrasi, mustahil akan terwujud jika

tata pemerintahan masih memberikan peluang terhadap praktik-praktik Kolusi,

Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Para pegawai negeri harus didorong untuk

meningkatkan budaya kerja yang efektif efisien, dan profesional dalam melayani

kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Reformasi Birokrasi merupakan perubahan signifikan elemen-elemen

birokrasi, antara lain kelembagaan, sumber daya manusia aparatur,

ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik.

Beberapa contoh reformas birokrasi adalah reformasi kelembagaan dan

kepegawaian, keuangan, perbendaharaan, perencanaan dan penganggaran,

perizinan, dsb. Hal yang penting dalam reformasi birokrasi adalah perubahan

mind-set dan culture-set serta pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi

diarahkan pada upaya-upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi

secara berkelanjutan, dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan

berwibawa (good governance), pemerintah yang bersih (clean government), dan

bebas KKN.

Seperti halnya institusi Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya, yang

diberi wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas umum Pemerintahan

Daerah di bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Kelurahan Lidah Wetan meliputi : (1)

pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan perlindungan

sosial; (2) rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, bantuan dan perlindungan

sosial dan (3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas tugas sosial meliputi pembinaan

sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan.

7
8

Permasalahannya kinerja pelayanan di Institusi Kelurahan Lidah Wetan

Surabaya belum optimal. Untuk itu peneliti ingin mengetahui tinggi atau

rendahnya kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Karena tinggi

atau rendahnya kinerja pelayanan sangat dipengaruhi oleh reformasi birokrasi

yang ada di Keluarahan Lidah Wetan Surabaya.

Dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi sebelum timbulnya

reformasi birokrasi maka peneliti ingin meneliti dengan judul: ”Pengaruh

Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan

Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan


sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya mereformasi Birokarasi pada Kantor Kelurahan Lidah

Wetan Kota Surabaya?

b. Bagaaimana pengaruh Reformasi Birokrasi terhadap Kinerja Pelayanan

Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui upaya – upaya apa dalam mereformasi Birokrasi pada

Kantor Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Reformasi Birokrasi

terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.

8
9

1.4. Manafaat Penelitian

1. Manfaat Akademis, diharapkan melalui penelitian ini, hasilnya dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lanjut, yang

bertujuan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya

ilmu manajemen publik.

2. Manfaat Praktis, diharapkan melalui temuan penelitian ini, dapat

dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya untuk memecahkan

suatu permasalahan Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan

Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya.

3. Bagi peneliti sendiri, melalui penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan wawasan serta pengetahuan, khususnya mengenai

Reformasi Birokrasi dan Kinerja Pelayanan.

9
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Sumaedi (2010) Model Reformasi Birokrasi Pelayanan ublik

Dengan Pendekatan ISO 9001 (Studi Kasus Pada Puskesmas). Hasil penelitiannya

menunjukkan ada hubungan antara proses-proses dan karakter khas Puskesmas

dengan penerapan ISO 9001 dengan pencapaian reformasi birokrasi..

Berikutnya penelitian Sumaryanto (2011), tentang Reformasi Birokrasi

dalam meningkatkan Kualitas Pelayanan publik ( Studi Pelayanan KTP Pada

Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Malang ). Hasil penelitian

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara reformasi birokrasi terhadap

peningkatkan kualitas pelayanan publik pada Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil telah dilakukan dengan baik dan reformasi birokrasi tersebut

telah sesuai dengan Perda No.61 Tahun 2008, namun tetap saja masih ada kinerja

pegawai yang belum memuaskan dalam praktek kerjanya dalam memberikan

pelayanan maupun sikap pegawai terhadap masyarakat Kota Malang selaku

pengguna layanan.

Selanjutnya Penelitian Hermawan, Eko (2011) Studi Evaluasi Reformasi

Birokrasi Pada Sektor Pelayanan Di Kabupaten Kudus (Studi Pada Pelayanan

Sertifikasi Kelaikan Kendaraan Di Dinas Perhubungan Komunikasi Dan

Informatika Kabupaten Kudus). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pelayanan yang prima dalam mewujudkan reformasi birokrasi pada pelayanan

10
11

sertifikasi kendaraan belum terlalu terwujud dengan baik. Hal ini ditunjukkan

dengan kurangnya konsistensi waktu penyelenggara layanan, kurang optimalnya

sarana penampung keluhan, rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung

pelayanan yang prima, dan kurang terpenuhinya sumber daya pendukung (sumber

daya manusia dan anggaran). Sehingga perlu dilakukan beberapa pembenahan

dalam mewujudkan reformasi birokrasi pada sektor pelayanan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Reformasi Birokrasi

2.2.1.1. Pengertian Birokrasi

Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang

kehadirannya tak mungkin terelakkan. Birokrasi adalah sebuah keonsekuensi

logis dari diterimanya bahwa negara mempunyai misi suci yaitu untuk

mensejahterakan rakyatnya. Birokrasi masih belum efisien, ditandai dengan

adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi masih tidak jelas, tetapi masih

ditangani pemerintah. Karena itu negara harus terlibat langsung dalam

memproduksi barang dan jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya. Negara

secara aktif terlibat dalam kehidupan sosial rakyatnya, bahkan jika perlu negara

yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara membangun

sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang

disebut dengan istilah birokrasi.

Terminologi birokrasi dalam literatur ilmu administrasi publik dan ilmu

politik, sering digunakan dalam beberapa pengertian. Dari berbagai macam

11
12

pengertian yang sering muncul dalam teori birokrasi, dapat di sistematisasikan

menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Birokrasi dalam pengertian yang baik atau rasional;

b. Birokrasi sebagai suatu penyakit;

c. Birokrasi dalam pengertian yang netral artinya tidak terkait dengan

pengertian buruk.

Birokrasi dalam pengertian yang netral diartikan sebagai keseluruhan

pejabat di bawah pejabat politik atau keseluruhan pejabat Negara pada cabang

eksekutif atau suatu organisasi yang berskala besar. Menurut Kristiadi (1994),

Pada hakikatnya birokrasi merupakan struktur organisasi di sekitar pemerintahan

yang memiliki ruang lingkup tugas sangat luas serta memerlukan organisasi besar

dengan sumber daya manusia yang besar pula jumlahnya.

Birokrasi selalu menjadi perhatian masyarakat kita. Dan tiap kali

mendengar kata “birokrasi”, kita langsung terpikir mengenai berbagai urusan

prosedural penyelesaian surat-surat yang berkaitan dengan pemerintahan.

Birokrasi kini dipandang sebagai sebuah sistem dan alat manajemen

pemerintahan yang amat buruk. Dikatakan demikian karena kita mencium bahwa

aroma birokrasi sudah melenceng dari tujuan semula sebagai medium

penyelenggaraan tugas-tugas kemanusiaan, yaitu melayani masyarakat (public

service) dengan sebaik-baiknya.

Lagi-lagi, yang terpampang birokrasi kini identik dengan peralihan dari

meja ke meja, proses yang berbelit-belit, dan tidak efisien. Urusan-urusan

birokrasi selalu menjengkelkan karena selalu berurusan dengan pengisian

12
13

formulir-formulir, proses perolehan izin yang melalui banyak kontrol secara

berantai, aturan-aturan yang ketat yang mengharuskan seseorang melewati banyak

sekat-sekat formalitas dan sebagainya. Citra buruk yang melekat dalam tubuh

birokrasi dikarenakan sistem ini telah dianggap sebagai “tujuan” bukan lagi

sekadar “alat” untuk mempermudah jalannya penyelenggaraan pemerintahan.

Kenyataannya, birokrasi telah lama menjadi bagian penting dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan negara. Terkesan, mustahil negara tanpa birokrasi.

Tapi, birokrasi seperti apa yang sangat menjanjikan bagi kita kalau sudah

demikian parahnya penyakit yang melekat dalam tubuh birokrasi tersebut.

Dalam pengertian birokrasi yang buruk menurut Crozier (dalam Santoso,

1993) mendefinisikan birokrasi sebagai suatu organisasi yang tidak dapat

mengoreksi tingkah lakunya dengan cara belajar dari kesalahan-kesalahan.

Birokrasi menurut teori Webber (dalam Kristiadi, 1994) pada hakikatnya

mengandung makna pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur dalam

hubungann kerja yang berjenjang serta mempunyai prosedur dalam suatu tatanan

organisasi. Dengan demikian, ciri sentral dari model birokrasi adalah pembagian

kerja yang sistematis. Bahkan Albrow (dalam Santoso, 1993) memberikan ciri-ciri

utama birokrasi ideal sebagaimana digambarkan Webber, yaitu:

a. Adanya suatu struktur hirarkhi, termasuk pendelegasian wewenang dari

atas ke bawah dalam organisasi;

b. Adanya serangkaian porsi-porsi jabatan yang masing-masing memiliki

tugas dan tanggungjawab yang tegas;

13
14

c. Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi dan standar-standar formal yang

mengatur tata kerja organisasi dan tingkah laku para anggotanya;

d. Adanya personal yang secara teknis memenuhi syarat yang diperkerjakan

atas dasar karier dengan promosi yang didasarkan atas dasar kualifikasi

dan penampilan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan

birokrasi dalam penelitian ini, adalah keseluruhan organisasi pemerintah yang

menjalankan tugas-tugas Negara dalam berbagai unit organisasi pemerintah di

bawah departemen dan lembaga non departemen, baik di pusat maupun di daerah,

seperti di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, maupun desa atau kelurahan.

Secara teori, suatu birokrasi mempunyai berbagai sifat yang dapat

dibedakan dan ketentuan lain dari suatu organisasi. Beberapa sifat yang amat

penting sebagaimana dikemukakan Thoha (1993) adalah sebagai berikut:

a. Adanya spesialisasi atau pembagian kerja;

b. Adanya hirarkhi yang berkembang;

c. Adanya suatu sistem dari suatu prosedur dan aturan-aturan;

d. Adanya hubungan-hubungan kelompok yang bersifat inpersonalitas;

e. Adanya promosi dan jabatan yang didasarkan atas kecakapan.

Dalam kenyataan, birokrasi menurut pemahaman Kristiadi (1994)

dimaksudkan untuk melaksanakan penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan

pemerintahan termasuk di dalam penyelenggaraan pelayanan umum dan

pembangunan. Karena birokrasi pemerintah merupakan suatu kekuasaan yang

besar dimana kegiatannya hamper menyentuh setiap kegiatan manusia, sehingga

14
15

banyak kesan yang dilontarkan kepada birokrasi dalam terminology yang baik.

Birokrasi pemerintah terkesan kurang baik, dan sering menyulitkan orang, bahkan

Kristiadi (1994) menjelaskan birokrasi seolah-olah memiliki kesan adanya suatu

proses panjang yang berbelit-belit, apabila masyarakat akan menyelesaikan suatu

urusan dengan aparatur pemerintah.

Kencangnya kritik yang tertuju pada organisasi birokrasi ini, bisa diartikan

bahwa tipe organisasi yang ideal sebagaimana digambarkan Webber, sulit

dijumpai dalam tatanan realitas. Selain itu pula, pemahaman terhadap birokrasi

akan sangat bergantung kepada pengertian birokrasi dalam arti yang baik dan

rasional, birokrasi sebagai suatu penyakit atau birokrasi dalam pengertian netral.

Dalam pengertian yang terbatas atau tidak terkait dengan pengertian baik dan

buruk adalah birokrasi dalam pengertian governmental bureaucracy, seperti

dikemukakan oleh Almond dan Powel (dalam Santoso, 1993), yaitu bahwa

birokrasi pemerintah adalah sekalipun tugas dan jabatan yang terorganisasi secara

formal, berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran.

Fridrich (dalam Riggs, 1989) mengidentifikasikan birokrasi sebagai suatu

bentuk organisasi yang ditandai oleh hirarkhi, spesialisasi peranan dan tingkat

kompetisi yang tinggi yang ditujukan oleh para pejabat yang terlatih untuk

mengisi peran tersebut. Birokrasi pemerintah merupakan sesuatu kekuatan besar

sekali, lebih-lebih birokrasi bagi suatu negara yang sedang membangun.

Kegiatannya menyentuh setiap kehidupan manusia. Hal senada dikemukakan pula

oleh Heady (dalam Riggs, 1989) yang menyatakan bahwa birokrasi negara

merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar yang saat ini ada di semua atau

15
16

hampir semua negara kebangsaan di dunia, mempunyai karakteristik structural

yang sama, menunjukkan aneka ragam perilaku yang mencerminkan adaptasi

terhadap lingkungan politik di tempat birokrasi itu berfungsi.

Sebagai organisasi modern yang konsep dasarnya dikembangkan oleh Max

Weber (dalam Sulistiyani, 2004), birokrasi adalah bentuk organisasi kekuasaan

yang sepenuhnya diserahkan kepada para pejabat resmi atau aparat pemerintah

yang memiliki syarat technical skill (berkemampuan secara teknis melaksanakan

tugas yang dipercayakan kepadanya) bagi bekerjanya system administrasi

pemerintahan.

Aparatur pemerintah dalam birokrasi publik di Indonesia bekerja atas

dasar wewenang yang sudah ditentukan. Untuk itu ada tiga elemen pokok yang

mendasari pengaturan wewenang tersebut, antara lain:

a. Kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin tiap-tiap satuan organisasi

ditetapkan sebagai tugas-tugas resmi.

b. tugas-tugas ini relative stabil artinya tidak mengalami perubahan-

perubahan yang berarti dan wewenang untuk melaksanakan itu

sepenuhnya terikat pada aturan yang berlaku.

c. Ada keteraturan baik dalam mekanisme maupun prosedur, cara-cara yang

sudah baku untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas-tugas oleh

pegawai-pegawai yang memenui kualifikasi menurut ketentuan-ketentuan

yang berlaku.

Birokrasi bekerja atas dasar prinsip hirarkhi jabatan, yang diperlihatkan

oleh garis komando yang sangat kaku dari atasan kepada bawahan. Atasan

16
17

mengawasi bawahan, berdasarkan pembagian taggung jawab yang sepenuhnya

menjadi tanggung jawab bawahan. Kelebihan model birokrasi semacam ini adalah

adanya kejelasan tugas, wewenang, tanggung jawab, termasuk kejelasan kepada

siapa segala tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan.

Menurut Peter M. Blau (2000:4), birokrasi adalah “tipe organisasi yang

dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar

dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis”. Poin

pikiran penting dari definisi di atas adalah bahwa birokrasi merupakan alat untuk

memuluskan atau mempermudah jalannya penerapan kebijakan pemerintah dalam

upaya melayani masyarakat.

Thoha (1992) mengatakan bahwa pada hakikatnya birokrasi pemerintah

membatasi pada lingkungan “executive branch’ birokrasi yang berada di lembaga

executive atau menurut ideal type Max Webber bukanlah merupakan kekuatan

politik, melainkan lebih banyak penekanan pada aspek teknis adminsitratif.

Jika demikian halnya, maka seharusnya birokrasi itu, dibebaskan dari

pengaruh dan keterlibatan ikatan politik dengan kekuatan-kekuatan politik yang

sewaktu-waktu bisa masuk ke birokrasi. Hal senada dimaksudkan, agar birokrasi

dalam melaksanakan fungsi pelayanan bisa bersikap adil, tidak memihak dan

objektif. Santoso (1993) menyatakan bahwa model birokrasi yang diinginkankan

untuk menjawab tantangan sekarang dan yang akan datang haruslah mempunyai

karakteristik yang organis adaptif, harmonis, politis, netral, berorientasi pada

pelayanan.

17
18

Persoalannya adalah, dapatkah birokrasi pemerintah bisa bersikap netral.

Secara teknis, seharusnya birokrasi itu bersikap netral, karena ideal type birokrasi

yang diperkenalkan oleh Webber, bukanlah birokrasi pemerintah sebagai suatu

kekuatan politik atau setidaknya telah menjelma menjadi suatu kekuatan politik,

melainkan sebagai instrumen politik.

Thoha (1992) memberi penjelasan birokrasi harus berfungsi sebagai agen

bukanlah sebagai master. Birokrasi lebih banyak menekankan pada aspek teknis

administratif dan teknis operasional dari politik, kalau terpaksa memihak, maka

alternatifnya hanya memihak kepada pemerintah untuk meningkatkan pemberian

pelayanan kepada seluruh rakyat dan objektif.

Dalam pandangan Mas’oed (1994) birokrasi dianggap sebagai aktor yang

sekedar menerapkan kebijakan yang telah diputusakan di tempat lain. Walaupun

dalam prakteknya, ternyata birokrasi tidak hanya sekedar mendominasi kegiatan

administrasi pemerintahan, tetapi juga kehidupan berpolitik masyarakat secara

keseluruhan. Hal ini menurut pemahaman murdiono (1993) disebut “office

politics” atau bureaucracy polities, karena memang birokrasi itu tidaklah bebas

politik, khususnya jika politik itu dipahami dalam arti yang luas sebagai

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Munculnya birokrasi, bukan hanya untuk menjalankan tapi

mengkoordinasikan berbagai unsur dalam prosaes pemerintahan, fenomena yang

lebih penting adalah bahwa birokrasi sebenarnya diciptakan untuk menjalankan

fungsi pendisiplinan dan pengendalian. Dalam pandangan ini, Negara yang selalu

aktif mengusahakan agar masyrakatnya bekerja lebih giat dan menghasilkan

18
19

output yang lebih dari sekedar cukup untuk hidup. Dengan kata lain birokrasi

berfungsi mendorong masyarakat menciptakan surplus. Sistem administrasi

diperlukan untuk menjamin agar surplus itu diinvestasikan kembali dan untuk

menyediakan mekanisme pengelolaan kalau timbul konflik akibat penentangan

terhadap proses alih surplus itu (Beetham, 1987).

Fungsi dan peran birokrasi yang dinahkodai oleh para aparatur pemerintah

sangatlah penting di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Didalam

birokrasi, sumber daya manusia yang berupa aparatur pemerintah sebagai faktor

kunci terhadap proses perubahan yang meliputi segenap aspek baik itu sosial,

politik, ekonomi, manajemen, organisasi. Aparatur menjadi penentu utama dalam

penyelenggaraan pelayanan yang hakekat sesungguhnya adalah untuk melayani

kebutuhan dan kepentingan manusia itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan yag mulia dari birokrasi, diperlukan kiranya

aparatur pemerintah yang andal dan cekatan dalam menyikapi kebutuhan yang

semakin kompleks dewasa ini. Aparatur pemerintah yang mempunyai kejujuran,

bisa menjadi suri tuladan bagi publik, memiliki kapasitas intelektual,

keterampilan, penguasaan teknologi dan lain-lain.

Kenyataan yang terjadi hingga detik ini, birokrasi hanya sebagai

“perpanjangan tangan” pemerintah untuk dilayani masyarakat. Atau dengan

birokrasi pejabat pemerintahan ingin mencari keuntungan lewat birokrasi.

Seharusnya birokrasi adalah alat untuk melayani masyarakat dengan berbagai

macam bentuk kebijakan yang dihasilkan pemerintah.

19
20

Berbicara soal birokrasi, kita pasti teringat konsep yang digagas Max

Weber, sosiolog ternama asal Jerman, yang dikenal melalui ideal type (tipe ideal)

birokrasi modern. Model itulah yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan

birokrasi negara kita, walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa

dilakukan. Tipe ideal itu melekat dalam struktur organisasi rasional dengan

prinsip “rasionalitas”, yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang,

impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi.

Pada dasarnya, tipe ideal birokrasi yang diusung oleh Weber bertujuan

ingin menghasilkan efisiensi dalam pengaturan negara. Tapi, kenyataan dalam

praktik konsep Weber sudah tidak lagi sepenuhnya tepat disesuaikan dengan

keadaan saat ini, apalagi dalam konteks Indonesia. Perlu ada pembaharuan makna

dan kandungan birokrasi.

Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan

organisasi yang rasional dengan mengedepankan mekanisme sosial yang

“memaksimumkan efisiensi”. Pengertian efisiensi digunakan secara netral untuk

mengacu pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam pandangan ini,

birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan,

pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.

2.2.1.2. Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi publik pada pemerintah daerah dilaksanakan tidak

hanya mencakup pembenahan jika tidak disebut perombakan struktural menuju

perampingan ukuran dan komponen birokrasi, sebagaimana diamanatkan dalam

20
21

PP No. 8 Tahun 2003. Lebih dari itu, reformasi birokrasi publik juga mencakup

perubahan secara gradual terhadap nilai (public value) dan budaya aparat

pemerintah daerah yang berimplikasi pada etos kerja, kualitas pelayanan publik,

hingga perubahan perilaku sebagai penguasa menjadi pelayanan & pengayoman.

Sejarah birokrasi di Indonesia memiliki rapor buruk, khususnya semasa

orde baru, yang menjadikan birokrasi sebagai mesin politik. Imbas dari itu semua,

masyarakat harus membayar biaya yang mahal. Ketidakpastian waktu,

ketidakpastian biaya, dan ketidakpastian siapa yang bertanggung jawab adalah

beberapa fakta empiris rusaknya layanan birokrasi. Lebih dari itu, layanan

birokrasi justru menjadi salah satu penyebab utama terhadap maraknya Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Reformasi Birokrasi diartikan sebagai proses perubahan dari kondisi baru

menuju kondisi yang dikehendaki, karena itu Reformasi Birokrasi merupakan

upaya perubahan-perubahan untuk merespon kondisi Birokrasi saat ini dan

tuntutan perbaikan kinerja

Pejabat politik yang mengisi birokrasi pemerintahan sangat dominan.

Kondisi ini cukup lama terbangun sehingga membentuk sikap, perilaku, dan opini

bahwa pejabat politik dan pejabat birokrat tidak dapat dibedakan. Ramlan

Surbakti (Santoso, 2008: 116) mengatakan, kewenangan besar dimiliki birokrat

sehingga hampir semua aspek kehidupan masyarakat ditangani birokrasi.

Kewenangan yang terlalu besar itu, bahkan akhirnya menonjolkan peran birokrasi

sebagai pembuat kebijakan ketimbang pelaksana kebijakan, lebih bersifat

menguasai daripada melayani masyarakat. Akhirnya, wajar saja jika kemudian

21
22

birokrasi dianggap sebagai sumber masalah atau beban masyarakat ketimbang

sumber solusi bagi masalah yang dihadapi masyarakat. Fenomena itu terjadi

karena tradisi birokrasi yang dibentuk lebih sebagai alat penguasa untuk

menguasai masyarakat dan segala sumber dayanya. Dengan kata lain, birokrasi

lebih bertindak sebagai pangreh praja daripada pamong praja.

Reformasi birokrasi pemerintahan saat ini memang belum sepenuhnya

terlihat. Birokrasi pemerintahan masih kental dengan nuansa klasik, yaitu

kekuasaan tunggal ada di tangan pemerintah. Selain itu, rancangan besar yang

lengkap dan tuntas mengenai penyelenggaraan birokrasi pemerintah belum

terlihat. Struktur organisasi pemerintahan bahkan tergolong gemuk, sehingga

kegiatan yang dilakukan cenderung boros.

Reformasi Birokrasi merupakan upaya sistematis, terpadu dan

komprehensif untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance),

meliputi aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,

akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik

Reformasi birokrasi pada prinsipnya merupakan upaya pemerintah untuk

membenahi ketiga aspek di atas. Diharapkan dengan adanya pembaruan dalam

ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan kelembagaan akan diperoleh beberapa

manfaat yaitu jaminan kepada masyarakat bahwa mereka akan mendapat

pelayanan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan, perbaikan kinerja

pelayanan publik, dan peningkatkan mutu layanan (Sutopo dan Suryanto Adi,

2009).

22
23

Menurut Thoha (2008), Reformasi birokrasi yang mendasar semestinya

memberikan perspektif rancangan besar yang akan dilakukan. Perbaikan di satu

bidang harus menunjukkan kaitannya dengan bidang yang lain. Apalagi dengan

menganut sistem pemerintahan yang demokratis, maka setiap kebijakan publik

harus mengakomodasi setiap kebutuhan rakyat. Miftah menegaskan, pemimpin

daerah seharusnya mengenal warganya secara baik, sehingga pelayanan publik

tidak lagi berorientasi pada kepentingan penguasa, tetapi lebih kepada

kepentingan publik. Antrian panjang dalam memperoleh bantuan, padahal sudah

ditimpa bencana, masih dipersulit dengan birokrasi yang panjang, adalah contoh

bahwa pelayanan publik belum berorietasi pada kepentingan publik. Kelemahan

lain birokrasi di Indonesia antara lain karena banyak kegiatan yang tidak perlu

dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk dijalankan oleh pemerintah.

Bila kita kembali menyimak perkataan Max Weber, birokrasi merupakan

organisasi formal bersifat hirarki, yang ditetapkan oleh aturan-aturan legal

rasional untuk mengoordinasikan pekerjaan orang-orang untuk kepentingan

pelaksanaan tugas administrasi agar mencapai tujuan dengan lebih efektif dan

efisien. Birokrasi ditandai dengan hirarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung

jawab, sistem reward dan system kontrol. Birokrasi diperlukan kehadirannya

dalam suatu negara modern sebagai penghubung antara pemerintah dengan rakyat,

untuk memberikan layanan terbaik kepada publik. Dalam kenyataannya, tidak ada

organisasi yang menyerupai tipe birokrasi ideal. Sedikit sekali organisasi yang

mendekati tipe birokrasi ideal, sedangkan sebagian besar organisasi jauh dari tipe

ideal birokrasi Weber.

23
24

Weber pernah membuat delapan proposisi tentang birokrasi, salah satunya

adalah “administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini

cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern”.

Berdasarkan proposisi ini dapat diketahui bahwa budaya tulis menjadi ciri utama

birokrasi. Sesuai prisip impersonal dari birokrasi, budaya tulis merupakan

perwujudan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan

dokumentasi secara tertulis, juga akan memperjelas tanggung jawab setiap eselon

organisasi dalam menjalankan fungsinya.

Berangkat dari asumsi tersebut, maka kentalnya budaya lisan di kalangan

birokrasi merupakan salah satu bentuk patologi birokrasi. Patologi birokrasi

semacam ini sangat berbahaya jika dibiarkan terlalu lama. Karena budaya ini akan

menjadi senjata utama untuk menghindar dari tanggung jawab.

Setelah sekian lama reformasi bergulir, diperoleh data dari penelitian Agus

Dwiyanto, bahwa kinerja pelayanan birokrasi pemerintah pada masa reformasi

tidak banyak mengalami perubahan signifikan. Para aparatur negara atau birokrat

masih tetap menunjukkan derajat rendah pada akuntabilitas, responsivitas, dan

efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Bahkan secara empirik di era

reformasi tampak sekali KKN di kalangan birokrat lebih berani dan transparan.

Kualitas layanan publik juga diperparah oleh suatu kenyataan bahwa birokrasi

sering mengedepankan fungsi lain daripada fungsi layanan publik (Santoso, 2008:

120).

Terlebih lagi karena birokrasi pemerintah Indonesia telah memberikan

sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi keterpurukan bangsa Indonesia

24
25

dalam krisis multidimensi yang berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun

oleh pemerintah sebelum era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang

kental dengan KKN. Tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin

keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi secara baik. Kurangnya komitmen

pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini cenderung

berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah terhadap

pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut dalam birokrasi

pemerintah di Indonesia.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, tuntutan mendasar

dari reformasi salah satunya adalah memperbaiki pelayanan publik yang selama

ini dinilai kurang baik dan terdapat banyak diskriminasi di dalamnya yang terjadi

pada saat dalam melaksanakan pelayanan kepada public. Dengan adanya tuntutan

reformasi inilah kemudian birokrasi diharuskan untuk mengubah posisi dan

perannya (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. Dulu birokrasi

dikenal suka mengatur dan memerintah, kini harus diubah menjadi suka melayani,

dulu yang menggunakan pendekatan kekuasaan harus diubah menjadi suka

menolong menuju kearah yang lebih fleksibel kolaboratis dan dialogis serta yang

dulu dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang lebih realistis

pragmatis.

Melalui revitalisasi ini, birokrasi publik diharapkan lebih baik dalam

memberikan pelayanan publik serta menjadi lebih profesional dalam menjalankan

tugasnya serta kewenangannya. Guna mencapai suatu pelayanan publik yang baik

memang banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan salah satunya melakukan

25
26

pembaharuan birokrasi. Birokrasi harus bisa mengurangi bebannya dalam

pengambilan keputusan dengan membaginya kepada lebih banyak orang yang

mana memungkinkannya lebih banyak keputusan dibuat ke bawah atau kepada

pinggiran ketimbang mengkonsentrasikannya pada pusat yang akhirnya menjadi

tidak berfungsi baik dalam memberikan pelayanan publik. Konsep desentralisasi

kemudian yang akan menciptakan birokrasi yang lebih fleksibel, efektif, inovatif,

serta menumbuhkan motivasi kerja daripada yang tersentralisasi, dan untuk

menjalankan fungsi pelayanan publik yang baik maka dibutuhkan birokrasi yang

rasional, yaitu yang terwujud dalam bentuk reformasi birokrasi.

Jadi dapat disimpulkan reformasi birokrasi adalah adalah upaya untuk

mengubah atau memperbaiki kondisi/keadaan suatu tatanan pemerintahan

sehingga pelaksanaan urusan pemerintahan menjadi lebih baik .

2.2.1.3. Indikator Reformasi Birokrasi

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: 15 Tahun 2008, indikator Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut:

a. Transformasi Nilai

Tata nilai dalam suatu sistem berperan melandasi, memberikan acuan,

menjadi pedoman perilaku, dan menghikmati eksistensi dan dinamika

unsur-unsur lainnya dalam sistem administrasi negara termasuk birokrasi.

Reformasi birokrasi yang hendak dilakukan pertama-tama harus menjaga

konsistensinya dengan berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam

26
27

konstitusi negara yang menjadi dasar eksistensi dan acuan perilaku sistem

dan proses administrasi negara bangsa ini.

b. Penataan Organisasi dan Tata Kerja

Penataan organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah didasarkan pada

visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan kinerja

kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi

dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas, ramping, desentralistik,

efisien, efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan aksesif; serta terjalin

dengan jelas satu, sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi nasional.

c. Pemantapan Sistem Manajemen

Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintahan;

Mengadakan relokasi dan menyederhanakan sistem kerja, prosedur &

mekanisme kerja.

d. Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur

Sosok birokrat –ataupun SDM aparatur (pegawai negeri) pada umumnya-

haruslah profesional sekaligus taat hukum, netral, rasional, demokratik,

inovatif, mandiri, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi

etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.2.1.4. Strategi Terwujudnya Reformasi Birokrasi

Menurut Prasojo, guru besar sekaligus ahli administrasi negara dari FISIP

UI, untuk terwujudnya reformasi birokrasi, maka diperlukan strategi-strategi

reformasi birokrasi, yaitu :

27
28

1. Level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong

Birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga

(kepastian hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi, pengaduan,

gugatan).

2. Level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen

berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap

kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar

Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah.

3. Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service

quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance

dan emphaty.

4. Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan

pelanggan dan melakukan perbaikan.

Selain memerlukan strategi-strategi, dipelukan pula tahapan-tahapan

reformasi birokrasi, yaitu meningkatkan pelayanan publik guna mendapatkan

kembali kepercayaan rakyat, pelayanan publik yang berorientasi pada

pemberdayaan masyarakat, serta perbaikan tingkat kesejahteraan pegawai.

Adapun reformasi birokrasi yang konsisten dan berkelanjutan yang

diarahkan pada upaya-upaya untuk:

1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk

KKN dengan menerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik

(good governance);

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara; dan

28
29

3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Upaya-upaya tersebut difokuskan kepada beberapa isu-isu yang dianggap

paling dominan dan strategis untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan

reformasi birokrasi yaitu:

a) pemerintahan yang bersih (clean government),

b) aktualisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance);

c) kompetensi sumber daya manusia aparatur;

d) pelayanan publik

e) desentralisasi kewenangan.

Kemudian, untuk lebih fokus melaksanakan reformasi birokrasi terhadap

berbagai isu strategis tersebut, terdapat tiga aspek mendasar yang dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam menyusun rencana tindak reformasi

birokrasi, yakni pada aspek:

a) kelembagaan;

b) manajemen; dan

c) sumber daya manusia aparatur.

2.2.1.5. Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Good Governance

Untuk mewujudkan goog governance melalui Reformasi Birokrasi dan

upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan (Sedardamayanti,2007:329) antara

lain:

29
30

1. Penyiapan Perundang-undangan berkaitan dengan pembaharuan pola pikir

dan budaya;

2. Penyiapan Peratutan Perundang-undangan berkaitan dengan pembaharuan

sistem manajemen pemerintahan (dari sistem manajemen birokratik ke

manajemen wirausaha);

3. Mengadakan inventarisasi pendataan,deregulasi, kaji ulang dan penyiapan

perundang-undangan;

4. Mengadakan Reformasi sistem pelayanan peradilan khususnya kriminal;

5. Mengadakan percontohan pelayanan primayang telah dilakukan oleh

Pemda Provinsi, Pemda Kota/Kabupaten dan pada percontohan tingkat

dinas/instansi pelayanan publik yang telah berhasil menerapkan prinsip

tata kepemerintahan yang baik dalam praktek penyelenggaraan

pemerintahan.

2.2.2. Konsep Kinerja Pelayanan

2.2.2.1. Pengertian Kinerja

Kinerja sebenarnya meupakan konsep yang sangat kompleks, baik definisi

maupun pengukurannya yang sering menjadi tantangan bagi peneliti teori

manajemen dan perilaku organisasi, karena bersifat multidimensional. Sehingga

pengukuran kinerja hendaknya menginteraksikan dimensi pengukuran yang

beragam.

Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang

30
31

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu”.

Kinerja seorang pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai selama

periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau

sasaran atau kriteria yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Kinerja adalah

suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan serta waktu (Alwi, 2001). Dengan kata lain, kinerja adalah hasil

kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan

kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Selanjutnya As’ad (2001) mengemukakan bahwa kinerja seseorang

merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas

pekerjaannya. Ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu

(a) individu (kemampuan bekerja), (b) usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan

(c) dukungan organisasional (kesempatan untuk bekerja). Menurut Handoko

(2000) pengukuran kinerja didasarkan pada mutu (kehalusan, kebersihan dan

ketelitian), jumlah waktu (kecepatan), jumlah macam kerja (banyak keahlian),

jumlah jenis alat (ketrampilan dalam menggunakan macam-macam alat) dan

pengetahuan tentang pekerjaan. Kinerja juga dapat dilihat dari individu dalam

bekerja, misalnya prestasi seseorang pekerja ditunjukkan oleh kemandiriannya,

kreativitas serta adanya rasa percaya diri.

Pada umumnya kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler dan Porter

31
32

(1967:211), yang menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam

melaksanakan tugas. Prawirosentono (1999: 45) mengemukakan kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Miner (1990:178), kinerja adalah bagaimana seseorang

diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah

dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus

berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam

organisasi. Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi privat

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk

organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai

pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi

bersangkutan (Prawirosentono, 1999:47).

Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya para

pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut. Dalam hal ini sebenarnya terdapat

hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan

kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan baik maka

kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik. Kinerja seorang karyawan akan

baik bila dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja keras, diberi gaji

sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan lebih baik.

32
33

Irianto (2001:45) mengemukakan kinerja karyawan adalah prestasi yang

diperoleh seseorang dalam melakukan tugas. Keberhasilan organisasi tergantung

pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan. Oleh karena itu, setiap unit

kerja dalam suatu organisasi harus dinilai kinerjanya, agar kinerja sumber daya

manusia yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi tersebut dapat

dinilai secara obyektif.

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

operasional. Mink (1993) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang

memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:

(a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri,

(d) kompetensi.

Mangkunegara (2001) menulis bahwa kinerja adalah Hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yng dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan padanya

Menurut Rivai (2005:157), kata kinerja merupakan terjemahan dari kata

performance yang berasal dari kata to perform dengan beberapa entries yaitu :

1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute);

2. Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to

discharge of fulfi as vow);

33
34

3. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or

complete an understanding) dan

4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin (to do what is

expected of a person machine).selanjutnya Rivai mengungkapkan bahwa

(2005) kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selamperiode tertentu di dalam melaksanakan tugas,s

Irawan (2000: 65) menyatakan bahwa kinerja adalah terjemahan dari kata

performance. Pengertian kinerja atau performance sebagai output seorang pekerja,

sebuah output proses manajemen, atau suatu organisasi secara keseluruhan,

dimana output tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkret dan dapat

diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).

Cormick & Tiffin (1980), mengemukakan kinerja adalah kuantitas,

kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah

hasil yang dapat dihitung sejauh mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kualitas adalah bagaimana seseorang dalam menjalankan

tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan

ketepatan. Waktu kerja adalah mengenai jumlah absen yang dilakukan,

keterlambatan dan lamanya masa kerja dalam tahun yang telah dijalani. Dari

definisi-definisi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud

kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan dilihat pada aspek kualitas, kuan-

titas, waktu kerja dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

oleh organisasi.

34
35

Menurut Byars (dalam Suharto dan Cahyono, 2005), kinerja diartikan

sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan

perbuatan dalam situasi tertentu. Pada dasarnya kinerja menekankan apa yang

dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (out-come).

Bila disimak lebih lanjut apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atan jabatan

adalah suatu proses yang mengolah in-put menjadi out-put (hasil kerja).

Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber

dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan

standar yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen

kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada

tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.

Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu

instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui

dampak positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan

adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat diambil

tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan-

kegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan, menentukan

tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan lain-lain.

Sependapat dengan pendapat McGill, Cushway (dalam Ruky, 2003)

menyatakan bahwa kinerja harus dinilai atas dasar tujuan organisasi secara

keseluruhan yang mungkin telah dipecah menjadi beberapa target terpisah yang

secara bersama-sama akan memberikan kontribusi bagi tujuan keseluruhan

35
36

organisasi. Ditambahkannya, bahwa manajemen kinerja merupakan suatu proses

yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu,

sehingga kedua tujuan tersebut bertemu. Kinerja juga merupakan tindakan atau

pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh sesorang dalam kurun waktu

tertentu dan dapat diukur (Swasto dalam Irianto, 2001: 57).

Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual,

karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam

mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan,

usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan

hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan

penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu

tertentu

Menurut Gibson (2006: 189) ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja : (1) Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. (2) aktor

psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja (3)

aktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem

penghargaan (reward system).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah

sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus

selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan

jumlah atau rata-rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang

36
37

berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan

karakteristik kinerja individu.

Gilbert (1978), berpendapat sebaliknya, bahwa kinerja pada dasarnya

adalah produk waktu dan peluang. Peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang

tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi

peluang, bahkan memiliki sedikit nilai Perbaikan kinerja untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam menunjang peningkatan kinerja

organisasi. Hasil penilaian kinerja merupakan bagian penting dalam perencanaan

strategis manajemen. Sekali pun penekanannya ditekankan pada kinerja individu

dan kelompok. Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara

kinerja perorangan dengan kinerja lembaga atau kinerja organisasi.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya

mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

2.2.2.2. Kinerja Pelayanan

Birokrasi memiliki peran yang strategis untuk menjalankan roda

pemerintahan dan pembangunan. Ironisnya selama ini birokrasi pemerintah belum

menunjukkan kinerja pelayanan yang diharapkan. Masyarakat menilai bahwa

kinerja pelayanan masih buruk, tidak profesional dan masih sarat dengan

tindakan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktik korupsi, dan belum

37
38

menjadi pelayanan masyarakat melainkan melainkan pihak yang dilayani,

padahal di era otonomi daerah ini seharusnya birokrasi adalah sebagai pelayanan

masyarakat. Citra negatif dalam birokrasi tersebut, menurut Toha (2002), masih

tertanam bahkan setelah lima tahun reformasi itu bergulir. Perbaikan birokrasi

yang dicanangkan permerintah selama ini belum berjalan secara optimal.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2010, dikatakan bahwa

Kinerja Pelayanan Publik adalah tingkat keberhasilan unit pelayanan dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Ketidakpuasan terhadap kinerja pelayanan publik dapat dilihat dari

keengganan masyarakat berhubungan dengan birokrasi pemerintah atau dengan

kata lain adanya kesan untuk sejauh mungkin menghindari birokrasi pemerintah.

Fenomena “high cost”, kurang responsif, kurang informatif, kurang accessible,

kurang koordinasi, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat,

inefisiensi dan birokratis, merupakan kondisi pelayanan publik yang dirasakan

oleh masyarakat selama ini. Fenomena pelayanan publik tersebut disebabkan

antara lain oleh masih banyaknya fungsi dan peran kelembagaan yang tumpang

tindih, pemerintahan yang dirasakan masih sentralistik, kurangnya infrastruktur e-

Government, masih menguatnya budaya dilayani bukan melayani, transparansi

biaya dan prosedur pelayanan yang belum jelas; serta sistem insentif,

penghargaan dan sanksi belum memadai.

Kinerja penyelenggaraan pelayanan publik pada tingkat yang paling

mendasar sekalipun masih belum dapat memberikan pelayanan yang sesuai

38
39

dengan harapan warga masyarakat. Secara nasional, kinerja lembaga-lembaga

pelayanan publik pada tingkat paling bawah, seperti kantor kepolisian, kantor

kecamatan, kelurahan, dan sebagainya, masih mengembangkan sistem pelayanan

yang belum berpihak pada kepentingan warga pengguna layanan. Belum banyak

terlihat tumbuhnya suatu kesadaran dan komitmen di kalangan birokrasi bahwa

kepentingan dan kepuasan warga pengguna adalah orientasi utama dalam setiap

pemberian pelayanan publik.

Sedangkan Kinerja bila ditinjau dari segi pelayanan publik, masih

menerapkan pelayanan klasik. Dimana petugas dan pejabat pemerintah masih

melaksanakan pelayananan secara arogan yaitu pelayan yang masih selalu

berorientasi kepada kepentingan pejabat, penguasa dan dari sudut kepentingan

pemerintah. Bukan berdasarkan atas kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat

yang dilayani. Sehingga kinerja pegawai birokrasi masih sebagai “simbol

kekuasaan dari penguasa” bukan sebagai “simbol pelayanaan masyarakat”.

Menurut Thomson menyebutkan birokrasi tidak mengenal belas kasihan,

tidak pula mengenal belas kasih. Birokrasi itu tidak bersifat “Impersonal” semua

hal yang berhubungan dengan masalah pribadi tidak berlaku dalam birokrasi.

Dengan demikian disimpulkan bahwa kinerja dari birokrasi tidak memandang

kepentingan pribadi melainkan kepentingan publik.

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik maka perlu memperhatikan

terpenuhinya kriteria akuntabilitas moral dalam implementasi pelayanan publik

yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah kepada masyarakat sebagai

pelanggan. Apabila dikaitkan dengan pelayanan publik yang berkualitas, maka

39
40

perlu jugaa memperhatikan terpenuhinya kriteria pelayanan yang memperhatikan

penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima.

Dengan demikian kinerja pelayanan birokasi mempunyai peran yang besar

dalam menjalankan sebuah organisasi. Pengukuran kinerja pelayanan menjadi

penting dilaksanakan secara berkala dengan standar prosedur yang jelas. Pada

dasarnya pengukuran kinerja pelayanan birokrasi digunakan untuk menilai sejauh

mana keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, yang telah

dibuat dalam sebuah kebijakan publik yang sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan “MISI dan VISI” Pemerintah.

2.2.2.3. Unsur-unsur Penilaian Kinerja Pegawai

Berbicara tentang masalah kinerja yang menyangkut kinerja personil atau

aparatur,maka erat hubungannya dengan mengadakan penilaian terhadap kinerja

tersebut. Hal ini juga dapat berkaitan erat dengan jumlah kuantitas dan kualitas

pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh individu dalamkurun waktu tertentu

berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.

Menurut Swasto (1996:30) kinerja: merupakan tindakan atau pelaksanaan

tugas yang telah diselesaikan oleh sesorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat

diukur mengemukakan adanya 7 elemen kunci suatu system penilaian kinerja

sebagai berikut:

1.Kuantitas kerja

2. Kualitas kerja

3. Pengetahuan tentang pekerjaan

40
41

4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan

5. Keputusan yang diambil

6. Perencanaan Kerja

7. Daerah Organisasi Kerja

Melalui pengukuran kinerja maka instansi pemerintah dapat mengetahui

kinerja dalam periode tertentu. Melalui pengukuran kinerja tersebut akan dapat

diketahui apakah pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah meningkat dan

seberapa besar peningkatan kinerja.

Penilaian akan kinerja aparat pemerintah umunya lebvih tertuju pada

penilaian atas usaha aparat pemerintah dalam meningkatkan pemberian pelayanan

kepada masyarakat melalui tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan pembangunan

sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan..Untuk dapat mengatur kinerja

aparat secara obyektif dan akurat , maka diperlukan indicator yang menjadi tolak

ukur tingkat kinerja aparat. Indikator sendiri menurut Badrul Munir(2002: 112)

adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu yang akan diukur”

LAN (2003:259-260) mengemukakan agar dapat menghasilkan penilaian

kinerja yang valid dan realiabel, maka system penilaian kinerja harus

berlandaskan prinsip-prinsip dasar:

1. Keadilan: merupakan prinsip yang penting dalam penilaian kinerja.

Penilaian kinerja harus mencerminkan keadilan bagi semua pegawai yang

dinilai kerjanya. Pegawai yang kerjanya bagus harus diberi nilai

bagus,demikian sebaliknya

41
42

2. Transparansi : Proses penilaian kinerja harus dilakukan secara terbuka,

artinya setiap pegawai kinerjanya dinilai berhak atas informasi atas

nilainya, alasan pemberian nilai tersebut juga lain-lainya penerapan prinsip

transparansi ini dapat meminimalisir penyalahgunaan informasi untuk

kepentingan-kepentingan lain yang tidak semestinya

3. Indenpendensi: Penilaian kinerja tahun tertentu harus terlepas dari

pengaruh hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya.penilaian kinerja harus

independen antara tahun yang satu dengan tahun yang lain,karena ini

terkait dengan kemandirian penilai dari tekanan pihak manapun sehingga

dapat dihidari bias dalam penilaian kinerja.

4. Pemberdayaan: Penilaian kinerja harus dapat memberdayakan dan

memotivasi pegawai, dimana pegawai yang kinerjanya tinggi diharapkan

dapat memfasilitasi dan mendorong pegawai lain yang kinerjanya masih

rendah untuk mampu berkinerja tinggi.

5. Non Diskriminasi: Proses pengukuran kinerja harus mampu mendorong

kompetisi diantara pegawai untuk berlomba-lomba dalammeningkatkan

kinerja secara sehat.

Hasibuan (2002:56) dalam bukunya mengungkapkan bahwa kinerja

pelayanan dapat dikataka baik atau dinilai baik dari beberapa hal:

1. Kesetiaan diukur dari kesetiaan pegawai terhadap pelaksanaan tugas

secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab terhadap amanah

yang diberikan organisasi;

42
43

2. Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya baik kualitas maupun

kuantitas menjadi tolak ukur.Pada umumnya prestasi kerja seorang

pegawai dipengaruhi oleh,kecakapan,ketrampilan, pengalaman dan

kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;

3. Kedisiplinan berarti sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan –

peraturan yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan

kepadanya.;

4. Kerja sama diukur dari kemampuan pegawai untukbekerja sama dengan

pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan sehingga

hasil pekejaannnya akan semakin baik;

5. Kecakapan diukur dari ketrampilan dan kecakapan pegawai dalam

menyelesaikan tugas ;

6. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat

pada waktunya serta berani memikul resiko pekerjaan yang dilakukan

2.2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Mangkunegaran (2001) ada dua faktor yang mempengaruhi

kinerja yaitu:

1.Faktor individu:

Secara psikologis,individu yang normaladalah individu yang memiliki

integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani)dan fungsi fisiknya

43
44

(jasmaniah)dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik

maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik,karena hal ini

merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan

mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan

atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor Lingkungan kerja sangat menunjang bagi individu dalam mencapai

kinerja. Faktor lingkungan oragnisasi yang dimaksud anatara lain uraian jabatan

yang jelas,otoritas memadai,target kerja yang menantang,pola komunikasi yang

efektif, hubungankerja yang harmonis, iklimkerja yang respek,dan

dinamis,peluang berkarirdan fasilitas kerja yang relative memadai. Menurut

Mathis dan Jackson (2001) factor-faktor yang mempengaruhi kenerja individu

tenaga kerja: yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima,

keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan

organisasi

2.2.3. Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kinerja Pelayanan

Tinggi atau rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh reformasi

birokrasi di lembaga. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya

untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan

(organisasi) ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi

44
45

aparatur negara adalah prasyarat mutlak yang diperlukan untuk menjamin

berlangsungnya pengelolaan pemerintahan yang demokratis.

Tujuan Reformasi Birokrasi adalah membentuk birokrasi profesional,

dengan karakteristik: adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih

KKN, mampu melayani publik, netral, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-

nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Sehingga sasaran Reformasi Birokrasi

yaitu membangun birokrasi yang berorientasi pada hasil (outcomes) melalui

perubahan secara terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai aspek

strategis birokrasi. Oleh karena itu reformasi sangat di perlukan untuk

membangun atau meningkatkan kinerja pegawai. Apabila kinerja pelayanan

kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya tinggi, diharapkan akan mampu

melaksanakan aktivitas pelayanan pada masyarakat pengguna layanan.

2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti dan

yang dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian.

Gambar 2.1. Kerangka konseptual Penelitian “Pengaruh Reformasi Birokrasi

Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”.

45
46

Tabel 2.1
Kerangka Berfikir

Reformasi Birokrasi (X)


(Menpan no 15 tahun 2008)
Kinerja Pelananan (Y)
1. Transformasi Nilai
Hasibuan (2002:56);
2. Penataan Org. & Tata Kerja
1.Kesetiaan
3. Pemantapan Sistem
2.Prestasi kerja
manajemen
3. Kedisiplinan
4. Kompetensi SDM Aparatur
4. Kerja sama
5.Kecakapan
6.Tanggung jawab

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang menghubungkan dua variable

atau lebih. Kesimpulan yang tarafnya rendah karena masih membutuhkan

pengujian secara empiris (Sugiono, 2004:70). Berdasarkan uraian pada kerangka

pemikiran diatas dan untuk menjawab identifikasi masalah, maka penulis

merumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

“Terdapat pengaruh yang signifikan antara Reformasi Birokrasi terhadap

Kinerja Pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”

Ho: Tidak ada pengaruh antara “Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan

Kelurahan Lidah Wetan Kota Surabaya”.

46
47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan dapat digolongkan pada jenis penelitian survai.

Namun, ditinjau dari sisi tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini, menurut

Singarimbun dan Effendi (2001: 125), dapat digolongkan dalam tipe penelitian

explanatory (penjelasan), sebab, melalui penelitian ini, temuan yang diperoleh

akan dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel

yang diteliti, melalui pengujian hipotesis.

3.2. Jenis Data

Guna mendukung penelitian maka jenis data yang digunakan sebagai

berikut:

a. Data kuantitatif: data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari

Kantor Kelurahan Lidah Wetan,seperti jumlah pegawai,jumlah

penduduk dan lain-lain.

b. Data kualitatif: data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Lidah

Wetan, yang tidak berbentuk angka,seperti gambaran umum

instansi,hasil kuesioner, hasil wawancara dan data-data lain yang

menunjang penelitian

47
48

3.3. Definisi Variabel dan Definisi Operasional

3.3.1. Definisi Variabel

Menurut Singaribuan dan Effendi (1995:33) variabel adalah dimensi

konsep yang mempunyai variasi nilai.Dari variabel – variabel yang ada, maka

dapat dibuat definisioperasional yang merupakan suatu unsur penelitianyang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

a. Variabel Reformasi Birokrasi

Merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk

mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), meliputi

aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan,

akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik (Thoha, 2005).

b. Variabel Kinerja Pelayanan

Merupakan hasil yang dicapai oleh Kelurahan dalam melaksanakan

aktivitas pelayanan kepada masyarakat pengguna pelayanan.

3.3.2. Definisi Operasional

a. Reformasi Birokrasi (X)

Reformasi Birokrasi adalah suatu perubahan yang dilakukan pemerintah,

yang merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk

mewujudkan kepemerintahan yang baik. Sedangkan indikator yang diukur

menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: 15 Tahun 2008, adalah:

48
49

1. Transformasi Nilai

2. Penataan Org. & Tata Kerja

3. Pemantapan Sistem manajemen

4. Kompetensi SDM Aparat

b. Kinerja Pelayanan (Y)

Kinerja pelayanan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yg

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya pelayanan

kepada masyarakat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Sedangkan indikator yang diukur menurut Hasibuan (2002:56):

1. Kesetiaan

2. Prestasi Kerja

3. Kedisiplinan

4. Kerjasama

5. Kecakapan

6. Tanggung jawab

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga (Singarimbun dan Effendi, 2000). Berdasarkan pemahaman tersebut maka

populasi dalam penelitian ini adalah RT, RW dan masyarakat di wilayah

Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.

49
50

3.4.2. Sampel

Sampel yang baik harus mengandung dua kriteria (Hadi, 1989) pertama

cermat yaitu sampel yang diambil tidak akan liar, dimana sampel tersebut tidak

akan memberikan reaksi yang terlalu berlebihan yang dapat mewakili populasi

secara wajar. Kedua tepat yaitu sampel yang diambil dapat meneliti populasi

dengan wajar dengan meneliti sampel yang tepat dan sesuai dengan

mempertimbangkan tujuan penelitian.

Agar penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi populasi, maka sampel

yang diambil haruslah cukup representatif, yaitu dapat mewakili populasi dalam

arti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi dapat dicerminkan

dari sampel yang diambil.

Metode pengambilan sampel menggunakan sampel acak distratifikasi

yakni mengelompokkan beberapa unsur-unsur yang menjadi subyek penelitian

(Singarimbun dan efendi, 2001). Sampel yang diambil pada peneltian ini sebesar

40 orang, yang rinciannya sebagai berikut:

- RT = 28 orang

- RW = 7 orang

- Masyaraakat = 5 orang

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

50
51

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan dengan

cara melihat, mencatat dari sumber-sumber tertulis baik yang berupa laporan,

buku notulen rapat, dan gambar kondisi fisik yang sebenarnya dengan

menggunakan alat tulis. Menurut Arikunto (2002 : 135) menjelaskan bahwa:

”Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

catatan harian, dan sebagainya, majalah, agenda dan lain sebagainya.

2. Kuesioner

Pengujian ini dilakukan dengan cara mengolah data yang terkumpul dan

dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: Persiapan data yaitu untuk mengumpulkan

data dan memeriksa kelengkapan lembar kuesioner yang diikuti dengan langkah

pemeriksaan kebenaran lembar yang diikuti dengan langkah pemeriksaan

kebenaran dengan cara pengisian. Melakukan tabulasi dari hasil kuesioner dan

memberikan penilaian sesuai dengan yang telah ditentukan.Pengolahan data yaitu

mengolah data-data yang telah didapatkan dari kuesioner.

3. Penelitian Kepustakaan:

Data yang diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur bahan

referensi, bahan kulian dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan

obyek yang diteliti.Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan

mengenai masalah yang sedang dibahas.

51
52

3.6. Pengukuran Instrumen Penelitian

Menurut Singarimbun dan Effendi (2001) bahwa instrumen penelitian

adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dengan menggunakan angket yang

disebarkan pada responden untuk menggali informasi yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Dalam penelitian menggunakan skala Likert, yaitu metode

alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Pernyataan sikap dengan menggunakan respon

subyek sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 2000). Untuk pemilihan

jawaban atas variabel yang disediakan maka skala pengukuran atau pembobotan

nilai angket menggunakan skala likert dengan kriteria sebagai berikut :

1. Skor 5 = sangat setuju

2. Skor 4 = setuju

3. Skor 3 = Cukup Setuju

4. Skor 2 = tidak setuju

5. Skor 1 = sangat tidak setuju

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas data untuk menguji keakuratan pertanyaan yang digunakan

dalam suatu instrumen dalam pengukuran variabel Kuesioner dikatakan valid

apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mampu mengungkap sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner sendiri(Imam Ghozali:2006)

52
53

Perhitungannya dilakukan dengan bantuan program Statistical Program

for Social Science (SPSS) versi 11. Rumus Koefisien korelasi product moment

adalah sebagai berikut :

x y
xy
N
r xy
2 2
x 2
y
x2 y
N N

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y


N = Jumlah subyek yang di teliti
X = Skor total tiap subyek pada variabel X
Y = Skor total tiap subyek pada variabel Y

3.7.2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas yang digunakan untuk melihat apakah suatu alat ukur

mempunyai keandalan ketika digunakan untuk mengukur pada lain waktu.

Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama.

Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60 (Imam Ghozali 2005 :41-42). Perhitungannya dilakukan

dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 11.

Rumus teknik Alpha adalah :

n Vi
ral = 1
n 1 Vt

Keterangan :

ral = Koefisien korelasi keandalan Alpha

53
54

Vi = Jumlah variansi bagian i


Vrt = Variansi total
n = Jumlah Responden

3.8. Tekhnik Analisa Data

Tekhnik analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif

dengan bantuan statistik, sedangkan hipotesis yang digunakan diuji dengan

menggunakan tekhnik analisa regresi linier sederhana, koefisien determinasi dan

uji hipotesis (uji t)

3.8.1. Regresi Linier Sederhana

Dalam penelitian ini, menggunakan model analisis persamaan regresi

liniar berganda. Sifat dari hubungan antara variabel tergantung kinerja pelayanan

(Y) dengan variabel bebas reformasi birokrasi(X), hal ini dapat dilihat pada

koefisien regresi bila positif berarti perubahan X searah dengan perubahan Y,

namun apabila negatif maka antara X dan Y berubah secara berlawanan. Menurut

Santoso & Tjiptono (2002:203) rumusnya sebagai berikut :

Y = a+ ßX

Dimana :

Y = Variabel bebas (Kinerja Pelayanan)


a = Konstanta
ß = Koefisien Regresi Reformasi birokrasi (X)

54
55

3.8.2. Koefisien Determinasi:

Koefisien determinasi (R2) adalah perbandingan antara variasi variabel

dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama

dibandingkan dengan variasi total variabel dependen. Untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi dari Reformasi Birokrasi (X) terhadap kinerja pelayanan (Y),

dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan Koefisien Determinasi

(Ridwan,2004:136):

3.8.3. Uji t

Uji t untuk mengetahui pengaruh Variabel Independen refdormasi

birokrasi (X) terhadap Variabel Dependen kinerja pelayanan (Y). Menurut

Santoso & Tjiptono (2002:225) dengan menggunakan rumus:

bi
t =
Sbi

Keterangan:

Sbi: Standar deviasi bi

Adapun menentukan hipotesis adalah sebagai berikut:

Hi: Variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat bilamana

probabilitas ≤ 0,05 berarti H0 ditolak sehingga H1 dapat diterima.

H0: Variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat bilamana

probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima sehingga H1 ditolak.

55
56

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN INTERPRETASI

4.1. Profil Kelurahan Lidah Wetan Surabaya

Dalam diskripsi data ini akan menguraikan gambaran umum sejarah


singkat visi, misi dan tugas pokok dan fungsi di kelurahan Lidah Wetan sebagai
berikut:

4.1.1. Keadaan Geografis

Kelurahan Lidah Wetan adalah salah satu kelurahan di wilayah kecamatan

Lakarsantri dengan luas keseluruhan sebesar 27.793 Ha berada 30 meter diatas

permukaan laut, suhu rata-rata harian (0 C) 23 – 32o C derajat celcius, banyaknya

curah hujan 9.000 mm/tahun,

a. Orbita (dalam Km):

1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 5 Km

2. Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa 20 Km

3. Jarak dari Pusat Pemerintahan Propinsi 24 Km

4. Jarak dari Ibu Kota Negara 2.500 Km

b. Batas Wilayah

1. Batas wilayah sebelah Utara Kelurahan Lontar: Kecamatan Sambi Kerep

2. Batas wilayah sebelah Timur Kelurahan Babatan:Kecamatan Wiyung

56
56
57

3. Batas wilayah sebelah Selatan Keluarahan Bangkingan Kecamatan

Lakarsantri

4. Batas wilayah sebelah Barat Kelurahan Lidah Kulon Kecamatan

Lakarsantri

c. Status Gedung/Kantor

1. Luas Tanah 9.000 M2

2. Luas Bangunan 6.29 M

3. Status Kepemilikan:

a. Asset pemerintah Surabaya (asset/bukan) asset

b. Dibangun tahun 1977

d. Kondisi Bangunan

1. Sedang

2. Tidak Bertingkat

3. Memiliki balai Kelurahan

4.1.2. Pertanahan

1. Status Tanah:

a. Sertifikat Hak Milik

1.Bidang 297,93 Ha

** 148,965 Ha

b. Sertifikat Hak Guna Bangunan : 1340,485 Ha

57
58

c. Bekas Tanah Desa 7 Ha, Bidang 34,66

2. Penggunaan (dalam Ha)

a. Kepala Kelurahan Terisi

b. Sekretaris Kelurahan Terisi

c. Kepala Seksi :Belum Definitif : 1

d. Staf PNS :1

e. Staf Honorarium Local:1

4.1.3. Administrasi Kendudukan

a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Agama

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Agama

No. Jenis Kelamin Agama

Laki Perempuan Islam Kristen Katolik Budha Penganut Hindu


Laki KT
Tuhan
YME

1. 4.780 4.709 8.195 535 375 225 10 75

Jumlah: 9.489 Jumlah : 9.415

Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014

58
59

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2
Kelompok Usia, Tenaga Kerja & Pendidikan

N Kel.Pendidkan Kel.Tenaga Pendidikan


o. Kerja

Usia Jml Usia Jml Pend. Jml Pend.Non Jml


Formal Formal

1. 00-03 468 10-14 235 TKK 555 Pondok 190


Pesantren

2. 04-06 395 15-19 335 SD 3.065 Madrasah 260

3. 07-12 1.405 20-26 395 SMP/SLTP 2.478 Pend.Kea 85


gamaan

4. 13-15 562 27-40 462 SMU/SLTA 1.110 Sek.Luar 21


Biasa

5. 16-18 3.715 41-56 305 Akademi 157 Kursus 21


Ketrampilan
(D1-D3)

6. 19- 4.382 57 160 Sarjana 73 - -


Keatas Keatas
(S1 – S3)

Jumlah 10.927 Jumlah 1892 Jumlah 7438 Jumlah 577

Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014

59
60

c. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan, Purnawirawan/Pensiunan

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan, Pernawiraaman/Pensiunan

Uraian Juml

Pekerjaan TNI 22
POLRI 18
Wiraswasta 165
Buruh 325
Tukang 415
Pedagang 285
PNS/BUMN/BUMD 48
Purnawirawan TNI 8
POLRI 20
Pensiunan PNS/BUMN/BUMD 22
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014

d. Jumlah Mobilitas Penduduk

Tabel 4.4
Jumlah Mobilitas Penduduk

No. Jenis Kelamin Mobilitas Penduduk Penduduk

Lahir Mati Datang Pindah Musiman

1. Laki-laki 27 19 31 19 2

2. Perempuan 19 7 23 12 125

3. Jumlah 46 26 54 31 127
Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya Mulai Januari s/d Maret, 2014

4.1.4. Karakteristik Pegawai

Karakteristik pegawai adalah penjelasan tentang keberadaan Pegawai

Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya yang dibutuhkan sebagai bahan

60
61

informasi untuk mengetahui identitas pegawai dalam penelitian. Pegawai sebagai

obyek penelitian yang memberikan interpretasi terhadap karakteristik pegawai

untuk menganalisis pengaruh variabel reformasi birokrasi terhadap kinerja

pelayanan pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.

a. Jumlah Pegawai Menurut Golongan

Tabel 4.5
Jumlah pegawai Menurut Golongan pada
Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya

No. Golongan Laki-laki Perempuan Presentase

1. II - 1 12

2. III 3 2 63

3. Honorer 1 1 25

4. Jumlah 4 4 100

Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data

jumlah pegawai menurut golongan yaitu 8 orang dengan hasil golongan II jumlah

1 orang perempuan dengan presentasi 12% , golongan III berjumlah 2 orang

berjenis kelamin perempuan dan laki-laki 3 dengan presentasi 63%, sedangkan

1orang perempuan dan 1orang laki-laki Honorer dengan presentasi 25%

61
62

b. Klasifikasi Pegawai Menurut Usia

Tabel 4.6
Distribusi Pegawai menurut Usia

No. Usia Responden Persentase

1. < 40 tahun 1 13
2. 41-50 tahun 7 87
Total 8 100
Sumber peneliti: Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 20014

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data

jumlah pegawai menurut usia yaitu usia < 40 tahun,berjumlah 1orang dengan

presentase 13%, 41-50 tahun berjumlah 7 orang dengan presentasi 87 %.

c. Klasifikasi Pegawai menurut Pendidikan

Tabel 4.7
Distribusi Pegawai menurut Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Responden Presentasi

1. SMA 3 38

2. Strata 1 4 50

3. Strata 2 1 12

4. Jumlah 8 100

Sumber: Kelurahan Lidah Wetan Suerrabaya, 2014

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti telah didapatkan data

jumlah pegawai menurut Pendidkan Terakhir, SMA berjumlah 3 orang dengan

62
63

presentase 38%, Strata 1 berjumlah 4 orang dengan presentasi 50 %,sedangkan

Strata 2 berjumlah 1 orang dengan presentasi 12 %,

4.1.5. Visi misi

Sebagaimana diketahui bahwa titik berat otonomi daeraah diharapkan

akan mendorong timbulnya dan partisipasi aktif masyarakat dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Bertitik tolak dari

pemikiran tersebut dan berdasarkan tugas serta fungsi kelurahan Lidah Wetan

Surabaya, maka ditetapkan Visi Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya sebagai

berikut:

” Terdepan dalam pelayanan prima”

Sedangkan misi Kelurahan Lidah Wetam Surabaya terdiri dari:

1. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat;

2. Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintahan (PNS) agar

memiliki daya saing dalam melaksanakan tugas;

3. Membangun citra Kantor Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.

4.1.6. Program Rutin:

a. Untuk PKK adalah pembuatan Kue, menempatan sampah basah dan kering

b. Untuk Tingkat RW:

63
64

1. Pertemuan Rutin

2. Posyandu Balita

3. Posyandu Lansia

4. Paud

c. Taman Posyandu

f. Pemberian makanan bagi lansia miskin

g. Pemberian makanan bagi penyandang cacat

4.1.7. Struktur Organisasi dan PembagianTugas

Dengan adanya struktur organisasi ini masing-masing bagian dapat

mengetahui secara jelas akan tugas yang dibebankan dan mengetahui kemana ia

harus bertanggungjawab atas hasil kerjanya. Kelurahan terdiri dari lurah dan

perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi

serta jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat kelurahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Lurah.

Adapun skema dari struktur organisasi Kelurahan Sememi Surabaya dapat

dilihat pada gambar 4.1. Sedangkan mengenai tugas dan tanggung jawab dari

masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

64
65

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kelurahan Manukan Kulon Surabaya

LURAH
M.Syaifudin, S.Sos.MM

SEKRETARIS
Mulyadi, S.Sos

Seksi Pemerintahan Seksi Transtib Seksi Pembangunan Seksi Kesra


Sutrianingsih, S.Sos M. Purwanto, SE Rusdi Saleh, A.Md Tusik,SH
````
Sumber : Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, 2014

Uraian Tugas :

1. Kepala KelurahanTugasnya:

a. Mennyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan yang disesuaikan dengan kebutuhan Kelurahan dengan

memperhatikan prinsip efesiensi dan akuntabilitas.

b. Melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan Kepala Daerah

yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.yang dilakukan secara bertahap

dengan memperhatikan tata cara yang berlaku dan disertai pembiayaan

sebanding dengan besarnya urusan yang dilimpahkan

Fungsi Lurah:

a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan

65
66

b. Pemberdayaan masyarakat

c. Penyelenggaraan ketentraman danketertiban umum

d. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e. Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan

f. Penyusunan program pembinaan administrasi dan ketatausahaan

4. Sekretaris Kelurahan

a. Membantu Lurah dalam mengadakan perencanaan, pengendalian dan

pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan institusi kelurahan;

b. Membantu pimpinan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, baik

menyangkut masalah penyampaian kebijakan secara tertulis kepada

bawahan maupun penyampaian informasi kepada pihak ekstern yang

berhubungan dengan institusi kelurahan;

c. Membantu pimpinan membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

d. Membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan

dan kemasyarakatan.

5. Seksi Pemerintahan mempunyai wewenang dan tugas :

a. Melaksanakan urusan adminsitrasi pemerintahan;

b. Pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada lurah.

c. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah.

66
67

6. Seksi Pembangunan

a. Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana,

fasilitas umum, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepada

Lurah;

b. Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan;

c. Peningkatan kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan konsisi setempat.

d. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah

7. Seksi Kemasyarakatan

a. Peningkatan dan percepatan pelayanan masyarakat;

b. Pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial, budaya

seperti bidang kesehatan, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan

kepada Lurah.

c. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah

4.1.8. Upaya – upaya dalam Mereformasi Birokrasi Kantor Kelurahan Lidah

Wetan Surabaya:

1. Dalam melaksanakan Tugas,Pokok dan Fungsinya Kantor Kelurahan

Lidah Wetan Surabaya berpedoman pada Peraturan Walikota Surabaya

No.18 tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Kelurahan Kota

Surabaya;

2. Dalam Pelayanannya seperti KTP, KSK, Syarat-syarat pernikahan, dan

lain-lain, sebelum adanya Reformasi Birokrasi harus menunggu satu

67
68

minggu bahkan satu bulan, tetapi setelah Reformasi Birokrasi bisa satu

hari, paling lama satu minggu;

3. Dalam kedisiplinan pegawai sebelum adanya Reformasi Birokrasi

sering datang terlambat, tetapi setelah Reformasi Birokrasi datang tepat

waktu sesuai dengan jam datang dan pulang Kantor;

4. Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan

Surabaya dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran;

5. SDM yang dimilikipun cukup baik terbukti 50% lebih pegawai lulusan

S1 dan S2,begitu juga dalam kepangkatan dan golongan 63% terdiri dari

golongan III.

4.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan terlebih dahulu uji validitas

dan uji reliabilitas. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut.

68
69

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Reformasi Birokrasi

KOEFISIEN
PROBABILTAS
ANGKET KORELASI KET.
(P)
(r)
Insedntif
X1 0,323 0,042 Valid
X2 0,486 0,001 Valid
X3 0,540 0,000 Valid
X4 0,667 0,000 Valid
X5 0,613 0,000 Valid
X6 0,619 0,000 Valid
X7 0,706 0,000 Valid
X8 0,704 0,000 Valid
Sumber : Hasil Olahan, 2014

Hasil uji validitas untuk angket reformasi birokrasi jumlah angketnya

sebanyak 8 butir, setelah diuji validitas internalnya, dengan korelasi product

moment, diperoleh koefisien korelasi yang memuaskan untuk semua butir. dan

nilai kecenderungan P =0,000 sampai P= 0,042 atau < P= 0,05, sehingga butir-

butir instrumen untuk reformasi birokrasi dapat dikatakan valid. Berikutnya

dapat disajikan uji validitas kinerja pelayanan.

Hasil uji validitas untuk angket reformasi birokrasi jumlah angketnya

sebanyak 11 butir, setelah diuji validitas internalnya, dengan korelasi product

moment, diperoleh koefisien korelasi yang memuaskan untuk semua butir. dan

nilai kecenderungan P =0,000 sampai P= 0,039 atau < P= 0,05, sehingga butir-

69
70

butir instrumen untuk reformasi birokrasi dapat dikatakan valid. Berikutnya

dapat disajikan uji reliabilitas.

b. Uji Reliabilitas

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Alpha

1 Reformasi Birokrasi 0,7235


2 Kinerja Pelayanan 0,7159
Sumber: Hasil Olahan, 2014

Dari hasil uji keandalan reformasi birokrasi menunjukkan bahwa alpha

( ) = 0,7235. Ini menunjukkan bahwa harga alpha untuk variabel insentif >

0,60. artinya alat yang dipakai reliabel atau andal. Hasil uji keandalan kinerja

pelayanan diperoleh harga alpha ( ) = 0,7159.. Ini menunjukkan bahwa harga

alpha untuk variabel kinerja pelayanan > 0,60. artinya alat yang dipakai reliabel

atau andal.

4.1.9. Deskripsi Tanggapan Responden

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menginterpretasikan distribusi

jawaban responden, yang bertujuan untuk mendeskripsikan reformasi birokrasi

dan kinerja pelayanan berdasarkan jawaban para responden.

1. Reformasi Birokrasi

Bahwa reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh Kelurahan Lidah

Wetan Surabaya diduga berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah

Wetan Surabaya. Untuk mengetahui seberapa tinggi reformasi birokrasi kelurahan

Lidah Wetan Surabaya dalam menimplikasikan nilai nilai yang ditetapkan. Di

ukur melalui indikator yaitu sebagai berikut: (a) transformasi nilai, (b) penataan

70
71

organisasi dan tata kerja, (c) pemantapan system manajemen dan (d) kompetensi

SDM aparat.

a. Transformasi Nilai

Tata nilai dalam suatu sistem berperan melandasi, memberikan acuan,

menjadi pedoman perilaku, dan menghikmati eksistensi dan dinamika unsur-unsur

lainnya dalam sistem administrasi negara termasuk birokrasi. Pertama-tama

disajikan data mengenai pernyataan transformasi nilai.

Tabel 4.11.
Tanggapaan Responden tentang Transformasi Nilai
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Institusi Kelurahan Lidah 1 13 26
Wetan mampu merubah - (2,5% (32,5% (65) -
pola pikir pegawai dalam
pelaksanaan tugas.
2 Pegawai Kelurahan dalam 14 26
melaksanakan pelayanan - - (35% (65%) -
selalu berpedoman pada
nilai-nilai budaya yang
ditetapkan oleh institusi.

Total - 1 27 52 -[
Rata-Rata - 0,5 13,5 26 -
(1,2%) (33,8%) (65%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Institusi

Kelurahan Lidah Wetan mampu merubah pola pikir pegawai dalam pelaksanaan

tugas, yang menilai tidak setuju sebanyak 1 orang (2,5%), yang menilai cukup

setuju sebanyak 13 orang (32,5%), sedangkan yang menilai setuju 26 orang

(65%), sehingga daapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa Institusi

71
72

Kelurahan Lidah Wetan mampu merubah pola pikir pegawai dalam pelaksanaan

tugas.

Berikutnya dapat diketahui Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan

pelayanan selalu berpedoman pada nilai-nilai budaya yang ditetapkan oleh

institusi, yang menilai cukup setuju sebanyak 14 orang (35%), yang menilai

setuju sebanyak 26 orang (65%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden

mengatakan Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan pelayanan selalu

berpedoman pada nilai-nilai budaya yang ditetapkan oleh institusi.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan mampu merubah pola pikir

dan menetapkan nilai-nilai budaya kerja memberikan kontribusi dalam

membangun indikator transformasi nilai. Berikutnya menjelaskan tentang

indikator keterampilan. Selanjutnya disajikan data tentang penataan organisasi dan

tata kerja.

b. Penataan Organisasi dan Tata Kerja

Penataan organisasi Kelurahan Lidah Wetan Surabaya didasarkan pada

visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program, dan kinerja kegiatan yang

terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan

tanggung jawab yang jelas, ramping, desentralistik, efisien, efektif,

berpertanggung jawaban, terbuka, serta terjalin dengan jelas satu. Untuk itu

disajikan data penataan organisasi dan tata kerja.

72
73

Tabel 4.12
Tanggapan Responden tentang Penataan Organisasi dan Tata Kerja
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pemerintah Kota 14 25 1
mengadakan perubahan - - (35%) (62,5%) (2,5%)
organisasi kelurahan demi
wewujudkan pelayanan
prima.
2 Pemerintah Kota 22 18
mengadakan perubahan - - (55%) (45%) -
tata kerja kelurahan agar
mampu meningkatkan
pelayanan prima
Total - - 36 43 1
Rata-Rata - - 18 21,5 0,5
(45%) (53,8%) (1,2%)
Sumber :Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah

Kota mengadakan perubahan organisasi kelurahan demi wewujudkan pelayanan

prima, yang menilai cukup setuju sebanyak 14 orang (35%), yang menilai setuju

sebanyak 25 orang (62,5%), sedangkan yang menilai sangat setuju 1 orang

(2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa

Pemerintah Kota mengadakan perubahan organisasi kelurahan demi wewujudkan

pelayanan prima.

Berikutnya dapat diketahui Pemerintah Kota mengadakan perubahan tata

kerja kelurahan agar mampu meningkatkan pelayanan prima, yang menilai cukup

setuju sebanyak 22 orang (55%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),

sehingga dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan Pemerintah Kota

mengadakan perubahan tata kerja kelurahan agar mampu meningkatkan pelayanan

prima. Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan Pemerintah Kota

mengadakan

73
74

perubahan organisasi kelurahan dan tata kerja memberikan kontribusi dalam

membangun indikator penatataan organisasi dan tata kerja. Selanjutnya disajikan

data tentang pemantaapan system manajemen.

c. Pemantapan Sistem Manajemen

Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintahan;

Mengadakan relokasi dan menyederhanakan sistem kerja, prosedur & mekanisme

kerja. Untuk lebih jelasnya disajikan data Pemantapan sisitem manajemen.

Tabel 4.13
Tanggapan Responden tentang Pemantapan Sistem Manajemen
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Istitusi Kelurahan mampu 17 23
memangkas system dan - - (42,5%) (57,5%) -
prosedur kerja agar
memperpendek proses
pelayanan kepada
pengguna jasa.
2 Institusi Kelurahan selalu 20 20
mengevalausi hasil kerja - - (50%) (50%) -
para pegawai yang
berkaitan dengan
pelayanan kepada
masyarakat.
Total - - 37 43 -
Rata-Rata - - 18,5 21,5 -
(46,2%) (53,8%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Istitusi

Kelurahan mampu memangkas system dan prosedur kerja agar memperpendek

proses pelayanan kepada pengguna jasa, yang menilai cukup setuju sebanyak 17

74
75

orang (42,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 23 orang (57,5%),

sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai setuju bahwa Istitusi

Kelurahan mampu memangkas system dan prosedur kerja agar memperpendek

proses pelayanan kepada pengguna jasa.

Berikutnya dapat diketahui Institusi Kelurahan selalu mengevalausi hasil

kerja para pegawai yang berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat, yang

menilai cukup setuju sebanyak 20 orang (50%), yang menilai setuju sebanyak

20 orang (50%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan

cukup setuju Institusi Kelurahan selalu mengevalausi hasil kerja para pegawai

yang berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan mampu memangkas system

dan prosedur kerja dan mengevalausi hasil kerja para pegawai memberikan

kontribusi dalam membangun indikator pemantapan system manajemen.

Selanjutnya disajikan data tentang kompetensi SDM.

c. Kompetensi SDM.

Sosok birokrat (pegawai negeri) harus profesional sekaligus taat hukum,

netral, rasional, demokratik, inovatif, mandiri, memiliki integritas yang tinggi

serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Untuk lebih jelasnya disajikan data kompetensi SDM.

75
76

Tabel 4.14
Tanggapan Responden tentang Kompetensi SDM
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pemerintah Kota dalam 20 20
menempatkan pegawai - - (50%) (50%) -
yang menduduki jabatan
struktural di Kelurahan
berdasarkan kompetensi
dan analisis jabatan
2 Kelurahan dalam 21 18 1
menempatkan petugas - - (52,5%) (45%) (2,5%)
pelayanan berdasarkan
kemapuan dan keahlian
Total - - 41 38 1
Rata-Rata - - 20,5 19 0,5
(61,3%) (47,5%) (1,2%)
Sumber:Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah

Kota dalam menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural di

Kelurahan berdasarkan kompetensi dan analisis jabatan, yang menilai cukup

setuju sebanyak 20 orang (50%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 20

orang (50%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai cukup setuju

menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural di Kelurahan

berdasarkan kompetensi dan analisis jabatan.

Berikutnya dapat diketahui Kelurahan dalam menempatkan petugas

pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian, yang menilai cukup setuju

sebanyak 21 orang (52,5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),

sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat

disimpulkan sebagian responden mengatakan cukup setuju Kelurahan dalam

menempatkan petugas pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian.

76
77

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan pemerintah dalam

menempatkan pegawai yang menduduki jabatan struktural dan menempatkan

petugas pelayanan berdasarkan kemapuan dan keahlian, memberikan kontribusi

dalam membangun indikator kompetensi SDM.

2. Kinerja Pelayanan

Kinerja Pelayanan yaitu hasil yang dicapai institusi dalam melaksanakan

aktivitas pelayanan. Indikator Kinerja pelayanan diukur adalah: kesetiaan, prestasi

kerja, kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.

a. Kesetiaan

Kesetiaan diukur dari kesetiaan pegawai terhadap pelaksanaan tugas

secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab terhadap amanah yang

diberikan organisasi. Untuk lebih jelasnya disajikan data kesetiaan.

Tabel 4.15
Tanggapan Responden tentang Kesetiaan
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pegawai kelurahan dalam 4 34 2
melaksanakan aktivitas - - (10%) (85%) (5%)
pelayanan dilakukan
secara sungguh-sungguh
2 Pegawai kelurahan dalam 2 37 1
melaksanakan aktivitas - - (5%) (92,5%) (2,5%)
pelayanan selalu
mementingkan penggua
jasa.
Total - - 6 71 3
Rata-Rata - - 3 35,5 1,5
(7,5%) (88,7%) (3,8%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014

77
78

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Pegawai

kelurahan dalam melaksanakan aktivitas pelayanan dilakukan secara sungguh-

sungguh, yang menilai cukup setuju sebanyak 4 orang (10%), yang menilai

setuju sebanyak 34 orang (85%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak

2 orang (5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik terhadap

Pegawai dalam melaksanakan aktivitas pelayanan dilakukan secara sungguh-

sungguh.

Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melaksanakan

aktivitas pelayanan selalu mementingkan penggua jasa, yang menilai cukup setuju

sebanyak 2 orang (5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%),

sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 37 orang (92,5%), yang menilai

sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian

responden mengatakan baik Pegawai kelurahan dalam melaksanakan aktivitas

pelayanan selalu mementingkan penggua jasa.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan aktivitas pelayanan

dilakukan secara sungguh-sungguh dan selalu mementingkan pengguna jasa,

memberikan kontribusi dalam membangun indikator kesetiaan. Selanjutnya

disajikan data tentang prestasi kerja.

b. Prestasi Kerja

Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya baik kualitas maupun kuantitas.

Untuk lebih jelasnya disajikan data prestasi kerja.

78
79

Tabel 4.16
Tanggapan Responden tentang Prestasi Kerja
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Proses pelayanan kepada 5 34 1
masyarakat pengguna jasa - - (12,5%) (85%) (2,5%)
sesuai standar yang
ditetapkan oleh Kelurahan.
2 Dalam melaksanakan 1 38 1
pelayanan kepada - - (2,5%) (95%) (2,5%)
masyarakat selalu
mementingkan kualitas
Total - - 6 72 2
Rata-Rata - - 3 36 1
(7,5%) (90%) (2,5%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Proses

pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang ditetapkan oleh

Kelurahan, yang menilai cukup setuju sebanyak 1 orang (2,5%), yang menilai

setuju sebanyak 38 orang (95%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak

1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik terhadap

Proses pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang

ditetapkan.

Berikutnya dapat diketahui Dalam melaksanakan pelayanan kepada

masyarakat selalu mementingkan kualitas, yang menilai cukup setuju sebanyak 2

orang (5%), yang menilai setuju sebanyak 18 orang (45%), sedangkan yang

menilai sangat setuju sebanyak 37 orang (92,5%), yang menilai sangat setuju

sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden

mengatakan baik, karena pelayanan kepada masyarakat selalu mementingkan

kualitas

79
80

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan proses pelayanan kepada

masyarakat pengguna jasa sesuai standar yang ditetapkan dan selalu

mementingkan kualitas, memberikan kontribusi dalam membangun indikator

prestasi kerja. Selanjutnya disajikan data tentang kedisiplinan.

c. Kedisiplinan

Kedisiplinan berarti sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan-

peraturan yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya. Untuk

lebih jelasnya disajikan data disiplin.

Tabel 4.17
Tanggapan Responden menurut Kedisiplin
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Dalam menjalankan tugas 11 29
pelayanan berdasarkan - - (27,5%) (72,5%) -
prosedur kerja.
2 Pegawai kelurahan dalam 8 32
melayani masyarakat - - (20%) (80%) -
pengguna jasa tepat
waktu.
Total - - 19 59 -
Rata-Rata - - 53,3 23 -
(66,6%) (28,6%)
Sumber: Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam

menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja, yang menilai cukup

setuju sebanyak 11 orang (27,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 29

orang (72,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik dalam

menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja.

80
81

Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melayani masyarakat

pengguna jasa tepat waktu, yang menilai cukup setuju sebanyak 2 orang (5%),

yang menilai setuju sebanyak 8 orang (20%), sedangkan yang menilai sangat

setuju sebanyak 32 orang (80%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden

mengatakan baik, karena pegawai kelurahan dalam melayani masyarakat

pengguna jasa tepat waktu. Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan proses

dalam menjalankan tugas pelayanan berdasarkan prosedur kerja dan melayani

masyarakat pengguna jasa tepat waktu, memberikan kontribusi dalam membangun

indikator kedisiplinan. Selanjutnya disajikan data tentang kerja sama.

d. Kerja Sama

Kerja sama diukur dari kemampuan pegawai untukbekerja sama dengan

pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan sehingga hasil

pekejaannnya akan semakin baik. Untuk lebih jelasnya disajikan data kerja sama.

Tabel 4.18
Tanggapan Responden tentang Kerja Sama
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Koordinasi yang 9 31
dilakukan pegawai - - (22,5%) (77,5%) -
kelurahan baik.
2 Dalam melaksanakan 7 31 2
aktivitas pelayanan - - (17,5%) (77,5%) (5%)
selalu bekerja sama
dengan rekan kerja
Total 16 62 2
Rata-Rata 1 3 53,3 23 100
(1,2%) (3,6%) (66,6%) (28,6%) (100%)
Sumbert: Data diolah, tahun 2014

81
82

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa koordinasi

yang dilakukan pegawai kelurahan baik, yang menilai cukup setuju sebanyak 9

orang (22,5%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 31 orang (77%),

sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik dalam koordinasi yang

dilakukan pegawai kelurahan baik.

Berikutnya dapat diketahui Pegawai kelurahan dalam melaksanakan

aktivitas pelayanan selalu bekerja sama dengan rekan kerja, yang menilai cukup

setuju sebanyak 7 orang (17,5%), yang menilai setuju sebanyak 31 orang

(77,5%), sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 2 orang (5%), sehingga

dapat disimpulkan sebagian responden mengatakan baik, karena pegawai dalam

melaksanakan aktivitas pelayanan selalu bekerja sama dengan rekan kerja.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan koordinasi yang dilakukan

pegawai dan bekerja sama dengan rekan kerja, memberikan kontribusi dalam

membangun indikator kerja sama. Selanjutnya disajikan data tentang kecakapan.

e. Kecakapan

Kecakapan diukur dari ketrampilan dan kecakapan pegawai dalam

menyelesaikan tugas. Untuk lebih jelasnya disajikan data kecakapan pegawai.

82
83

Tabel 4.19
Data Responden berdasarkan Kecakapan Pegawai
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Setiap ada permasalahan 8 32
pegawai kelurahan cepat - - (20%) (80%)
penaganannya.
2 Pegawai kelurahan selalu 6 23 1
merespon kebutuhan - - (15%) (82,5%) (2,5%)
masyarakat pengguna jasa
Total 14 55 6
Rata-Rata - - 7 22,5 3
(17,5%) (56,2%) (7,5%)
Sumber:Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui setiap ada

permasalahan pegawai kelurahan cepat penaganannya, yang menilai cukup setuju

sebanyak 8 orang (20%), sedangkan yang menilai setuju sebanyak 32 orang

(80%), sehingga dapat disimpulkan sebagian besar menilai baik karena setiap

ada permasalahan pegawai kelurahan cepat penaganannya.

Berikutnya dapat diketahui pegawai kelurahan selalu merespon kebutuhan

masyarakat pengguna jasa, yang menilai cukup setuju sebanyak 6 orang (15%),

yang menilai setuju sebanyak 23 orang (82,5%), sedangkan yang menilai sangat

setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat disimpulkan sebagian responden

mengatakan baik, karena pegawai kelurahan selalu merespon kebutuhan

masyarakat pengguna jasa.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan setiap ada permasalahan

pegawai kelurahan cepat penaganannya dan merespon kebutuhan masyarakat

pengguna jasa, memberikan kontribusi dalam membangun indikator kecakapan

pegawai. Selanjutnya disajikan data tentang tanggung jawab.

83
84

f. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada

waktunya serta berani memikul resiko pekerjaan yang dilakukan. Untuk lebih

jelasnya disajikan data tanggung jawab.

Tabel 4.20
Data Responden berdasarkan Tanggung Jawab
No. Pernyataan Jawaban Responden
STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
1 Pegawai selalu 6 33 1
bertanggung jawab - - (15%) (82,%) (2,5%)
terhadap tugas telah telah
dibebankan.

Sumber: Data diolah, tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui Pegawai selalu

bertanggung jawab terhadap tugas telah telah dibebankan, yang menilai cukup

setuju sebanyak 6 orang (15%), yang menilai setuju sebanyak 33 orang (82%),

sedangkan yang menilai sangat setuju sebanyak 1 orang (2,5%), sehingga dapat

disimpulkan sebagian besar menilai baik karena Pegawai selalu bertanggung

jawab terhadap tugas telah telah dibebankan.

Ini menunjukkan bahwa konstruk pernyataan pegawai selalu bertanggung

jawab terhadap tugas telah telah dibebankan, memberikan kontribusi dalam

membangun indikator tanggung jawab.

84
85

4.2. Analisis dan Interpretasi

4.2.1. Analisis

a. Analisis Persamaan Regresi

Analisis regresi sederhana bertujuan untuk mengukur pengaruh variabel

bebas reformasi terhadap variabel tergantung kinerja pelayasnan. Dari hasil

perhitungan analisis regresi sederhana didapat hasil sebagai berikut :

Y = a+ ß.X

Y = 27,990 + 0,511 X

a = Nilai 27,990 berarti bahwa apabila reformasi birokrasi tidak dilaksanakan

dengan baik oleh Kelurahan Lidah Wetan Surabaya maka kinerja pelayanan

nilainya tetap sebesar 27,990.

B = 0,511, nilai ini mengandung pengertian bahwa apabila Kelurahan Lidah

Wetan Surabaya melaksanakan reformasi birokrasi di institusinya dengan

baik dan benar, akan memperoleh kenaikan sebesar satu satuan, maka akan

diikuti kenaikan kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya

sebesar 0,790.

c. Uji t

Tabel 4.21
Hasil Uji t
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 27.990 3.361 8.327 .000
REFORMASI BIROKRASI .511 .118 .576 4.347 .000
a. Dependent Variable: KINERJA PELAYANAN

85
86

Uji t digunakan untuk menghitung koefisien regresi dengan bantuan

Statistical Program for Sosial Science (SPSS). Dari hasil analisis menunjukkan

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel reformasi birokrasi terhadap

variabel kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Ini terbukti t =

4,347 pada Sig sebesar 0,000. atau ( sig. < 0,05) Artinya bahwa variabel

reformasi birokrasi dapat dipakai sebagai dasar untuk memprediksi kinerja

pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya. Ini menunjukkan bahwa hipotesis

yang dikemukakan didukung oleh data.

b. Uji Determinan

Tabel 4.22
Uji Determinan

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .576a .332 .315 1.76825
a. Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASI

Sedangkan untuk mengetahui kontribusi yang diberikan variabel reformasi

birokrasi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya, dapat

dilihat di bawah ini.

RSguare = 0,332 atu 33,20%

Artinya bahwa variabel reformasi birokrasi memberikan kontribusi

kepada variabel kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya sebesar

33,20%, sedangkan sisanya 66,80% merupakan variabel-variabel yang tidak

terprediksi dalam penelitian ini.

86
87

4.2.2. Interpretasi

Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja Pelayanan Kelurahan

Berdasarkan hasil penelitian terlihat ada pengaruh signifikan antara

reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah Wetan Surabaya.

Ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya kinerja pelayanan kelurahan Lidah

Wetan Surabaya sangat dipengaruhi oleh reformasi birokrasi yang di Kelurahan

tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanto,dkk, (2002) terlihat

bahwa dari segi kinerja pelayanan, birokrasi yang ada cenderung tidak

sepenuhnya mencurahkan waktu dan tenaga untuk menjalankan tugasnya. Hampir

40% birokrat yang menjadi responden dalam penelitian menyatakan bahwa

mereka memiliki pekerjaan lain di luar pekerjaannya sebagai aparatur negara.

Kondisi ini otomatis mengurangi konsentrasi mereka dalam bekerja.

Pengertian reformasi ini sesungguhnya mencakup dua hal yaitu reformasi

dan transformasi. Menurut Istianto (2013:70), reformasi mempunyai arti filosofis

bahwa segala persoalan kehidupan manusia dilihat dari sudut pandang

manusianya sebagai akar persoalan, sedang tarnsformasi dari sudut pandang

bahwa suatu perubahan mampu sampai pada perombakan sistem dan struktur.

Reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur

negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum

pemerintahan dan pembangunan nasional. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,

teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis

menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan

87
88

dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-

langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap

dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat

radikal dan revolusioner.

Sesungguhnya kalangan birokrasi sendiri tidak menutup mata dan telinga

terhadap ketidakpuasan masyarakat berkait dengan performance dan kinerja

mereka, sehingga kemudian lahir kesadaran dari internal diri mereka untuk

melakukan perubahan paradigma dari berorientasi penguasa menjadi pelayanan

masyarakat. Akan tetapi perubahan yang dilakukan mereka ini, oleh masyarakat

dirasa tidak cukup signifikan dan tidak cukup cepat.

Berkaitan dengan hal tersebut Widodo (2012) mengatakan bahwa

reformasi birokrasi merupakan perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi,

antara lain kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur, ketatalaksanaan,

akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan publik. Pada aspek

kelembagaan perlu dibangun agar dicapai lembaga yang efektif dan efisien dalam

melaksanakan aktivitas kerja. Pada aspek sumber daya manusia, mengembangkan

profesional kerja dan kompeten merupakan salah satu faktor penentu birokrasi

dalam mencapai tataran kinerja secara optimal. Karena itu sumber daya manusia

dalam birokrasi juga perlu dibangun, dalam arti ditingkatkan kompetensinya. Pada

aspek ketatalaksanaan juga perlu dibangun agar seluruh unsur lembaga dapat

bekerja sesuai dengan mekanisme, prosedur, metode yang telah ditetapkan.

88
89

Berdasarkan perubahan paradigma seperti di atas, maka pengelolaan

kewenangan di bidang pemerintahan perlu menyesuaikan terhadap hal tersebut. Di

bidang pengelolaan kewenangan pemerintahan harus dilakukan repositioning

bagaimana sebaiknya kewenangan pemerintah itu dikelola. Upaya melakukan

repositioning ini sama halnya dengan melakukan dan menentukan strategi

perubahan dan pembaharuan administrasi pemerintahan.

Dengan melakukan perubahan-perubahan pada semua aspek diharapkan

akan mampu meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.

Dari penjelasan tersebut di atas terlihat ada keterkaitan antara reformasi dengan

kinerja pelayanan kelurahan Lidah Wetan Surabaya.

89
90

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian yang disajikan dalam bab-bab sebelumnya, terutama

mengenai hasil penelitian dan Interpretasi, peneliti mencoba untuk menarik

beberapa kesimpulan dan saran.

5.1. Kesimpulan

a. Upaya-upaya reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan pada Kantor

Kelurahan Lidah Wetan Surabaya:

- Telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berpendoman pada

peraturan Wali Kota Surabaya No 18 tahun 2007;

- Dalam hal pelayanan surat seperti: KTP, KSK dan syarat lain-lain

hanya satu hari selesai;

- Dalam kedisiplinan pegawai hadir tepat waktu (datang dan pulang

sesuai dengan jam kerja);

- Semua program yang ada pada Kantor Kelurahan Lidah Wetan

dilaksanakan sesuai tujuan dan sasaran;

- Hal-hal tersebut di atas merupakan pelaksanaan perubahan posisi dan

peran (revitalisasi), artinya bahwa dengan revitalisasi tersebut pegawai

Kantor Keluraha Lidah Wetan Surabaya dapat melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya secara professional dengan demikian hasil kerja

mereka akan menjadi baik dan terpercaya;

9090
91

- 5. SDM yang dimilikipun cukup baik terbukti 50% lebih pegawai

lulusan S1 dan S2, begitu juga dalam kepangkatan dan golongan 63%

terdiri dari golongan III, artinya bahwa dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya mereka dapat melakukannya sesuai dengan bekal

pengetahuan, pengalaman dan kemampuan mereka, dengan demikian

akan tercipta pegawai yang berkualitas.

b. Diperoleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara reformasi birokrasi terhadap kinerja pelayanan

Kelurahan. Artinya bahwa reformasi birokrasi dapat dijadikan sebagai

dasar untuk memprediksi terhadap kinerja pelayanan Kelurahan Lidah

Wetan Surabaya.

c. Kontribusi yang diberikan oleh variabel reformasi birokrasi terhadap

kinerja pelayanan sebesar 33,20%, sedangkan sisanya 66,80%

merupakan variabel-variabel yang tidak terprediksi dalam penelitian ini.

5.2. Saran

a. Bagi Keluarahan Lidah Wetan Surabaya

Upaya yang harus dilakukan Institusi Kelurahan Lidah Wetan Surabaya

dalam rangka peningkatkan kinerja pelayanan, perlu peningkatan

kompetensi sumber daya manusia, sedangkan dalam meningkatkan

sumber dayha manusia perlu melaksanakan pengembangan SDM dengan

melalui pelatihan dan pendidikani pegawai sesuai dengan bidang

pekerjaannya.

91
92

b. Bagi Pegawai

Perlu memperbaiki diri, khususnya memperbaiki pola pikir, memperbaiki

sikap dan tingkalu dalam melaksanakan aktivitas pelayanan kepada

masyarakat pengguna jasa. Dengan memperbaiki atau mengadakan

perubahan pada aspek sumber daya manusia diharapkan alkan mampu

meningkatkan kinerja pelayanan.

c. Bagi Peneliti

Hasil Penelitian hendaklah dapat dipergunakan sebagai bahan untuk

penelitian berikutnya dengan mempertimbangkan keterbatasan-

keterbatasan dalam penelitian ini.

92
93

DAFTAR PUSTAKA

Albrow, Martin, 2005, Birokrasi (terj.), Yogyakarta: Tiara Wacana, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta

Ashari, Edy Topo, 2010, Reformasi Birokrasi Badan Kepegawaian Negara:


Rencana Dan Strategi Implementasi, Jurnal Kebijakan dan Manajemen
PNS VOL. 4, No.1, Juni 2010

Beetham, D. 1990. Birokrasi. Jakarta: Bumi Aksara

Benveniste, G. 1991. Birokrasi. Jakarta. Rajawali

Bertens, K (2001), Etika. Seri Filsafat Atmajaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Blau, M.P. dan Meyer, M.W. 2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Jakarta.
Prestasi Pustakaraya.

Blau, Peter M, 2000, Bureaucracy in Modern Society (terj), Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Dwiyanto, Agus. dkk., 2001. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Laporan


Penelitian, Kerjasama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada dan Ford Foundation., Yogyakarta

_________________, 2006. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia ,Pusat Studi


Kependudukan dan Kebijakan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

__________________, 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Cet. III,


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,

Erwan Agus Purwanto, 2009. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan Pelayanan


Publik: Kajian tentang pelaksanaan pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia. Gava Media, JIAN-UGM, MAP-UGM, Yogyakarta

Hadi, Sutrisno.2001. Metodologi Research. Fakultas Psikologi Universitas Gajah


Mada, Yogyakarta.

Hasibuan S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi


Aksara, Jakarta.
Mahmudi. 2005. Manajemen kinerja sektor publik. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.

93
94

Mahsun, Mohamad.2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:


Penerbit BPFE.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja. PT. Refika Aditama.


Bandung.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publ . Alfabeta, Bandung.

Prasojo, Eko, Nugroho, Asad, Hardjapamekas, Nursahid, Fajar, 2006, Mengurai


benang Kusut Birokrasi, Piramedia, Jakarta.

Prasojo, Eko dan Kurniawan, 2008, Reformasi dan Good Governance: Kasus Best
Practices dari sejumlah Daerah di Indonesia, Jurnal Antropologi Indonesia,
Internasional Simposium, Banjarmasin, 22-25 Juli 2008.

Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerj. PT. Rineka


Cipta. Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2002. Teori Pengembangan Organisasi. Bumi Aksara.


Jakarta.

Siegel, Sidney. 1988. Statistik Non Paramentrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


PT.Gramnedia, Jakarta.

Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,


Kebijakan dan Implementasi. Bumi Aksara, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2000. Metode Penelitian Survei.


Yogyakarta: LP3ES.

Sugiyono.2003. Metode Penelitian Administratif. CV. Alfabeta. Bandung.

Suprapto. 2002. Standarisasi Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Menuju Era


Global. Pusat Penelitian dan Pengenbangan BKN. Jakarta.

Thoha, M. 2002. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Rajawali Pers, Jakarta.

_____________, 2004, Birokrasi Politik di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada,


Jakarta.

Tjokrowinoto, dkk, 2001. Birokrasi dalam Polemik, Pustaka Pelajar, Unismuh,


Malang
_______________, 2004, Birokrasi Dalam Polemik , Pusataka Pelajar, Malang.

94
95

DATA PENGISIAN ANGKET

Jenis Kelamin : …………………………………….


Umur : …………………………………….
Jenis Kelamin : …………………………………….
Pendidikan : ……………………………………..
Masa kerja : …………………………………….
Petunjuk : Pililah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dan
berilah tanda silang pada jawaban pertanyaan yang telah tersedia.
Adapun maksud dari kriteria jawaban, dalam angket ini adalah :
1 = sangat tidak setuju (STS)
2 = tidak setuju (TS)
3 = cukup (C)
4 = setuju (S)
5 = sangat setuju (SS)

REFORMASI BIROKRASI (X)

NO. ANGKET SS S CS TS STS

1 Institusi Kelurahan Lidah Wetan mampu


merubah pola pikir pegawai dalam
pelaksanaan tugas..
2 Pegawai Kelurahan dalam melaksanakan
pelayanan selalu berpedoman pada nilai-
nilai budaya yang ditetapkan oleh
institusi
3 Pemerintah Kota mengadakan perubahan
organisasi kelurahan demi wewujudkan
pelayanan prima
4 Pemerintah Kota mengadakan

perubahan tata kerja kelurahan agar

mampu meningkatkan pelayanan prima

5 Istitusi Kelurahan mampu memangkas

system dan prosedur kerja agar

memperpendek proses pelayanan kepada

95
96

pengguna jasa

6 Institusi Kelurahan selalu mengevalausi

hasil kerja para pegawai yang berkaitan

dengan pelayanan kepada masyarakat.

7 Pemerintah Kota dalam menempatkan

pegawai yang menduduki jabatan

struktural di Kelurahan berdasarkan

kompetensi dan analisis jabatan

8 Kelurahan dalam menempatkan petugas

pelayanan berdasarkan kemapuan dan

keahlian

KINERJA PELAYANAN (Y)

NO. DAFTAR PERNYATAAN SS S CS TS STS

1 Pegawai kelurahan dalam melaksanakan


aktivitas pelayanan dilakukan secara
sungguh-sungguh.
2 Pegawai kelurahan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan selalu mementingkan
penggua jasa.
3 Proses pelayanan kepada masyarakat
pengguna jasa sesuai standar yang
ditetapkan oleh Kelurahan..

4 Dalam melaksanakan pelayanan kepada


masyarakat selalu mementingkan
kualitas.
5 Dalam menjalankan tugas pelayanan
berdasarkan prosedur kerja.
6 Pegawai kelurahan dalam melayani
masyarakat pengguna jasa tepat waktu.

96
97

7 Koordinasi yang dilakukan pegawai


kelurahan baik.
8 Dalam melaksanakan aktivitas pelayanan

selalu bekerja sama dengan rekan kerja.

9 Setiap ada permasalahan pegawai


kelurahan cepat penaganannya.
10 Pegawai kelurahan selalu merespon
kebutuhan masyarakat pengguna jasa.
11 Pegawai saya selalu bertanggung jawab
terhadap tugas telah telah dibebankan.

DATA TABULASI
REFORMASI BIROKRASI

No 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL
1 3 3 4 3 3 3 3 3 25
2 4 4 3 3 3 3 3 3 26
3 4 4 4 3 4 3 3 3 28
4 3 3 4 3 3 3 3 3 25
5 4 4 3 3 4 4 4 3 29
6 4 4 4 4 4 4 3 4 31
7 3 3 5 3 4 3 3 3 27
8 4 4 4 3 4 3 4 4 30
9 4 4 4 4 3 4 4 3 30
10 3 3 3 3 3 3 3 3 24
11 4 4 3 4 4 4 4 4 31
12 4 4 4 3 3 4 3 3 28
13 3 4 4 4 4 4 4 4 31
14 4 3 3 4 3 3 3 4 27
15 4 4 4 4 4 4 4 4 32
16 3 4 4 4 3 4 4 4 30
17 4 3 3 3 3 3 3 3 25
18 4 4 4 4 3 4 3 4 30
19 3 3 3 4 4 3 3 4 27
20 4 4 4 3 3 4 4 3 29
21 4 3 3 3 3 3 3 3 25
22 4 4 4 4 4 3 4 4 31
23 3 4 3 3 3 3 3 3 25

97
98

24 4 3 3 3 3 3 3 3 25
25 3 4 4 4 4 3 3 4 29
26 4 4 3 3 3 3 4 3 27
27 4 4 4 4 4 3 4 4 31
28 3 3 4 4 4 4 4 4 30
29 4 4 4 4 4 3 4 4 31
30 4 3 4 4 3 4 4 4 30
31 4 3 4 3 4 4 3 3 28
32 3 4 4 4 4 4 3 4 30
33 4 4 4 3 4 4 4 3 30
34 4 4 3 3 4 3 4 3 28
35 4 3 4 3 4 4 4 3 29
36 3 4 4 4 4 4 4 4 31
37 3 4 3 3 4 4 3 3 27
38 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 4 3 4 3 4 4 4 5 31
40 4 4 3 3 3 3 3 3 26

DATATABULASI
KINERJA PELAYANAN

NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL
1 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 40
2 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40
3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 41
5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 46
6 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 46
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
10 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
12 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 41
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 42
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
15 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 46
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
17 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
18 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
20 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
21 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
22 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
23 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 40
24 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 40
25 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 40
26 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43

98
99

27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
30 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43
31 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 41
32 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 41
33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43
34 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 41
35 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 41
36 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43
37 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 40
38 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 46
39 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
40 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 36

Correlations Reformasi Birokrasi

Correlations

REFORMASI
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 BIROKRASI
X11 Pearson Correlation 1 .172 -.079 -.024 .059 .141 .328* .043 .323*
Sig. (2-tailed) . .289 .628 .885 .716 .387 .039 .793 .042
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X12 Pearson Correlation .172 1 .045 .242 .217 .210 .314* .096 .486**
Sig. (2-tailed) .289 . .781 .132 .178 .194 .048 .557 .001
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X13 Pearson Correlation -.079 .045 1 .276 .339* .337* .241 .308 .540**
Sig. (2-tailed) .628 .781 . .085 .033 .033 .134 .053 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X14 Pearson Correlation -.024 .242 .276 1 .269 .302 .302 .734** .667**
Sig. (2-tailed) .885 .132 .085 . .093 .059 .059 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X15 Pearson Correlation .059 .217 .339* .269 1 .253 .354* .415** .613**
Sig. (2-tailed) .716 .178 .033 .093 . .115 .025 .008 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X16 Pearson Correlation .141 .210 .337* .302 .253 1 .400* .274 .619**
Sig. (2-tailed) .387 .194 .033 .059 .115 . .011 .087 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X17 Pearson Correlation .328* .314* .241 .302 .354* .400* 1 .365* .706**
Sig. (2-tailed) .039 .048 .134 .059 .025 .011 . .021 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
X18 Pearson Correlation .043 .096 .308 .734** .415** .274 .365* 1 .704**
Sig. (2-tailed) .793 .557 .053 .000 .008 .087 .021 . .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
REFORMASI BIROKRASI Pearson Correlation .323* .486** .540** .667** .613** .619** .706** .704** 1
Sig. (2-tailed) .042 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


99
100

Correlations Kinerja Pelayanan

Correlations

KINERJA
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 PELAYANAN
Y1 Pearson Correlation 1 -.012 -.035 .000 .211 .098 .242 .818** -.065 .122 .122 .497**
Sig. (2-tailed) . .942 .831 1.000 .190 .549 .133 .000 .690 .452 .452 .001
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y2 Pearson Correlation -.012 1 .220 .000 -.056 .183 .170 -.025 .413** .201 -.029 .328*
Sig. (2-tailed) .942 . .172 1.000 .729 .257 .294 .878 .008 .214 .860 .039
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y3 Pearson Correlation -.035 .220 1 .299 .284 .535** .016 -.073 .367* .586** .084 .577**
Sig. (2-tailed) .831 .172 . .061 .075 .000 .922 .654 .020 .000 .608 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y4 Pearson Correlation .000 .000 .299 1 .250 .280 .268 .000 .280 .280 .560** .530**
Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .061 . .119 .081 .095 1.000 .081 .080 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y5 Pearson Correlation .211 -.056 .284 .250 1 .112 .204 .199 -.028 .088 -.053 .426**
Sig. (2-tailed) .190 .729 .075 .119 . .491 .206 .219 .864 .591 .747 .006
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y6 Pearson Correlation .098 .183 .535** .280 .112 1 .030 .000 .375* .157 .157 .516**
Sig. (2-tailed) .549 .257 .000 .081 .491 . .855 1.000 .017 .335 .335 .001
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y7 Pearson Correlation .242 .170 .016 .268 .204 .030 1 .245 .329* -.019 .131 .481**
Sig. (2-tailed) .133 .294 .922 .095 .206 .855 . .127 .038 .909 .420 .002
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y8 Pearson Correlation .818** -.025 -.073 .000 .199 .000 .245 1 .000 .051 .051 .460**
Sig. (2-tailed) .000 .878 .654 1.000 .219 1.000 .127 . 1.000 .753 .753 .003
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y9 Pearson Correlation -.065 .413** .367* .280 -.028 .375* .329* .000 1 .313* .470** .605**
Sig. (2-tailed) .690 .008 .020 .081 .864 .017 .038 1.000 . .049 .002 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y10 Pearson Correlation .122 .201 .586** .280 .088 .157 -.019 .051 .313* 1 .529** .586**
Sig. (2-tailed) .452 .214 .000 .080 .591 .335 .909 .753 .049 . .000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Y11 Pearson Correlation .122 -.029 .084 .560** -.053 .157 .131 .051 .470** .529** 1 .527**
Sig. (2-tailed) .452 .860 .608 .000 .747 .335 .420 .753 .002 .000 . .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
KINERJA PELAYANAN Pearson Correlation .497** .328* .577** .530** .426** .516** .481** .460** .605** .586** .527** 1
Sig. (2-tailed) .001 .039 .000 .000 .006 .001 .002 .003 .000 .000 .000 .
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

100
101

Frequencies Reformasi Birokrasi

Statistics

X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18


N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

X11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2.00 1 2.5 2.5 2.5
3.00 13 32.5 32.5 35.0
4.00 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 14 35.0 35.0 35.0
4.00 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 14 35.0 35.0 35.0
4.00 25 62.5 62.5 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

X14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 22 55.0 55.0 55.0
4.00 18 45.0 45.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

101
102

X15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 17 42.5 42.5 42.5
4.00 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

X16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 20 50.0 50.0 50.0
4.00 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 20 50.0 50.0 50.0
4.00 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

X18

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 21 52.5 52.5 52.5
4.00 18 45.0 45.0 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

102
103

Frequencies Kinerja Pelayanan

Statistics

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11
N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Y1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 4 10.0 10.0 10.0
4.00 34 85.0 85.0 95.0
5.00 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 2 5.0 5.0 5.0
4.00 37 92.5 92.5 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 5 12.5 12.5 12.5
4.00 34 85.0 85.0 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 1 2.5 2.5 2.5
4.00 38 95.0 95.0 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

103
104

Y5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 11 27.5 27.5 27.5
4.00 29 72.5 72.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 8 20.0 20.0 20.0
4.00 32 80.0 80.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 9 22.5 22.5 22.5
4.00 31 77.5 77.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 7 17.5 17.5 17.5
4.00 31 77.5 77.5 95.0
5.00 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 8 20.0 20.0 20.0
4.00 32 80.0 80.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Y10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 6 15.0 15.0 15.0
4.00 33 82.5 82.5 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

104
105

Y11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 6 15.0 15.0 15.0
4.00 33 82.5 82.5 97.5
5.00 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Reliability Reformasi Birokrasi

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis


******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 40.0 N of Items = 8

Alpha = .7235

Reliability Kinerja Pelayanan


****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis
******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 40.0 N of Items = 11

Alpha = .7159

105
106

Regression
b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 REFORMA
SI
. Enter
BIROKRAS
a
I
a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: KINERJA PELAYANAN

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .576a .332 .315 1.76825
a. Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASI

ANOVA b

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 59.085 1 59.085 18.897 .000a
Residual 118.815 38 3.127
Total 177.900 39
a. Predictors: (Constant), REFORMASI BIROKRASI

b. Dependent Variable: KINERJA PELAYANAN

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 27.990 3.361 8.327 .000
REFORMASI BIROKRASI .511 .118 .576 4.347 .000
a. Dependent Variable: KINERJA PELAYANAN

106

Anda mungkin juga menyukai