PENDAHULUAN
1
tentang Ombudsman Republik Indonesia yang disahkan dalam Rapat Paripurna
DPR RI pada tanggal 9 September 2008.
2
1.2.2 Manfaat bagi Universitas
1. Terjalinnya kerjasama “bilateral” antara Universitas dengan
instansi
2. Universitas akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui
pengalaman kerja Magang
3. Universitas yang akan dikenal di dunia kerja
1.2.3 Manfaat bagi instansi
1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan instansi
sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh kalangan akademis
2. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-
mahasiswa yang melakukan Praktek Magang
3. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa-
mahasiswa yan melakukan praktek
3
BAB II
RENCANA KEGIATAN
a. Observasi
4
sistematik terhadap fenomena-fenomena yang merupakan permasalahan
dalam penelitian ini untuk melengkapi data yang didapat dalam
penelitian. Observasi dilakukan pada instansi instansi yang
menyelenggarakan pelayanan publik.
b. Wawancara
c. Dokumentasi
5
2.3 Jadwal Kegiatan
6
Ombudsman
3 - Mengenal Tipe Pelapor
- Pemberian tugas dari Asisten Rujalinor, S.Pd.I. Kamis, 12 Juli 2018
Ombudsman
4 - Tata cara dan mekanisme
konsultasi/penerimaan laporan
Togi Leonardo S, S.H. Jumat, 13 Juli 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
5 - Membedah map kuning
- Pemberian tugas dari Asisten Beny Sanjaya, S.H. Senin, 16 Juli 2018
Ombudsman
6 - Mengikuti kegiatan audiensi,
kunjungan ke instansi pelayanan
Noorhalis Majid, S.E., M.E.
publik dan membuat laporan hasil Angkasa Pura I
Rizki Arrida, S.Pd Selasa, 17 Juli 2018
kunjungan. dan PLN Wilayah
Maulana Achmadi, S.Sos
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
7 - Membedah Map pink
Yeni aryani, S.H. Rabu, 18 Juli 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
7
Ombudsman
8 - Macam-macam bentuk
maladministrasi
Desy Arista P, S.H. Kamis, 19 Juli 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
9 - Jenis laporan di Ombudsman
- Pemberian tugas dari Asisten Zayanti Mandasari, S,H.,M.H. Jumat, 20 Juli 2018
Ombudsman
10 - Cara penyelesaian laporan di
Ombudsman Senin, 23 Juli 2018
Maulana Achmadi, S.Sos.
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
11 - Verifikasi syarat formil laporan dan
tindak lanjut Selasa, 24 Juli 2018
- Pemberian tugas dari Asisten Togi Leonardo, SH
Ombudsman
8
Ombudsman
13 - Mengikuti kegiatan audiensi,
kunjungan ke instansi pelayanan
publik dan membuat laporan hasil Sopian Hadi, S.H, M.H
kunjungan Yeni Aryani, S.H Kamis, 26 Juli 2018 LP Teluk Dalam
9
Ombudsman
18 - Membuat penutupan laporan M. Firhansyah, S.H., M.A.P.,
- Pemberian tugas dari Asisten M.I.Kom. Kamis, 2 Agustus 2018
Ombudsman
19 - Pengarsipan/pendokumentasian
laporan pelayanan publik
Rizki Arrida, S.Pd. Jumat, 3 Agustus 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
20 - Mengikuti kegiatan audiensi,
Firhansyah, S.H., M.A.P.,
kunjungan ke instansi pelayanan
M.I.Kom.
publik dan membuat laporan hasil DPMPTSP
Zayanti Mandasari, S.H, M.H Senin, 6 Agustus 2018
kunjungan Provinsi
Desy Arista P, S.H
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
21 - Membuat laporan hasil
investigasi/monitoring pelayanan
publik Zayanti Mandasari, S.H., M.H. Selasa, 7 Agustus 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
10
22 - Menginventaris permasalahan
pelayanan public di media cetak
Rujalinor, S.Pd.I Rabu, 8 Agustus 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
23 - Assesment Semua insan ombudsman Kamis, 9 Agustus 2018
24 - Mengikuti kegiatan audiensi,
kunjungan ke instansi pelayanan Beny Sanjaya, S.H Puskesmas
publik dan membuat laporan hasil Togi Leonardo S, S.H Cempaka
Senin, 13 Agustus 2018
kunjungan Diah Sari F, S.E
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
25 - Mengenal Partisipasi Masyarakat
dalam pelayanan public
Yeni aryani, S.H Selasa, 14 Agustus 2018
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
26 - Anggaran Diah Sari Fatmawati, S.E Kamis, 16 Agustus 2018
28 - Budaya Pelayanan Prima
- Pemberian tugas dari Asisten Maulana Achmadi, S.Sos Senin, 20 Agustus 2018
Ombudsman
11
29 - Membuat naskah pemberitaan media
tentang isu-isu pelayanan publik
hasil monitoring, investigasi dan M. Firhansyah, S.H., M.A.P.,
Selasa, 21 Agustus 2018
kunjungan M.I.Kom.
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
30 - Membuat artikel terkait pelayanan
publik
- Evaluasi, kesan dan pesan
Noorhalis Majid, S.E., M.E. Kamis, 23 Agustus 2018
pengalaman magang
- Pemberian tugas dari Asisten
Ombudsman
Catatan :
12
BAB III
HASILKEGIATAN
3.1.1 Sejarah
13
lembaga Ombudsman Indonesia dengan dengan nama Komisi
Ombudsman Nasional. Menurut Kepres Nomor 44 Tahun 2000,
pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia dilatarbelakangi oleh tiga
pemikiran dasar sebagaimana tertuang di dalam konsiderannya, yakni:
14
Ombudsman Republik Indonesia, maka Komisi Ombudsman Nasional
berubah menjadi Ombudsman Republik Indonesia. Perubahan nama
tersebut mengisyaratkan bahwa Ombudsman tidak lagi berbentuk Komisi
Negara yang bersifat sementara, tetapi merupakan lembaga negara yang
permanen sebagaimana lembaga-lembaga negara yang lain, serta dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan
lainya.
15
Pusat maupun derah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha
Milik Negara serta badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
1. Memperkuat Kelembagaan.
16
magang selaku tambahan ilmu yang belum pernah didapatkan sebelumnya
selama mengikuti kegiatan perkuliahan.
3.4 Pembahasan
17
governance). Good Governance akan dapat terlaksana sepenuhnya apabila ada
keinginan kuat (political will) penyelenggara pemerintahan dan penyelenggara
negara untuk berpegang teguh pada peraturan perundangan dan kepatutan.
Namun yang juga sangat mendasar yaitu adanya kerelaan para penyelenggara
pemerintahan serta penyelenggara negara untuk bersedia dikontrol dan diawasi,
baik secara internal maupun eksternal. Terkait dengan pengawasan eksternal
tersebut, maka kehadiran Ombudsman Republik Indonesia merupakan sebuah
angin segar guna terwujudnya asas-asas umum pemerintahan yang baik.
18
Memperhatikan kenyataan-kenyataan tersebut kiranya dapat dikemukakan
bahwa ternyata masih terdapat celah-celah yang secara mendasar luput dari
sasaran pengawasan. Dari aspek kelembagaan juga belum ada lembaga yang
secara optimal memperoleh pengakuan dan diterima sebagai pengawas. Bahkan
juga belum ada prosedur yang dapat menjembatani antara mekanisme yang
bersifat kaku sebagai akibat sistem struktural hierarkis di satu pihak dengan
mekanisme lentur/pendek dari suatu organisasi yang tidak struktural hierarkis.
Dengan demikian diperlukan suatu jalan keluar yang diharapkan pada satu sisi
merupakan jalan tengah bagi kepentingan pengemban sistem struktural hierarkis
serta kepentingan pengemban sistem non struktural, namun pada sisi lain mampu
menampung seluruh aspirasi warga masyarakat tanpa harus melewati sistem
prosedur atau mekanisme yang berliku-liku. Dilandasi oleh kondisi baik yang
mencakup substansi pengawasan, prosedur maupun kelembagaan maka
Ombudsman merupakan salah satu alternatif. Tentu di dunia ini tidak ada satu
lembagapun yang dapat merupakan obat ajaib dalam arti menyembuhkan segala
macam penyakit dengan seketika. Tetapi setidak-tidaknya sekarang ini sudah
kurang lebih 130 negara memiliki Ombudsman (dengan sebutan bermacam-
macam) baik Ombudsman Nasional maupun Ombudsman Daerah dan lebih dari
50 negara telah mencantumkannya dalam konstitusi.
19
proses ini sedang berjalan dan membutuhkan motivasi dan optimisme dari
seluruh stake holder bangsa ini.
Pertama, hal-hal berikut ini: KKN, organisasi gemuk, nepotisme jabatan, tensi
politik dalam birokrasi, anggaran sulit terkontrol, moral hazard para pegawai;
menjadikan perencanaan kebijakan publik tidak memihak pada kepentingan
besar tetapi lebih pada kepentingan kelompok. Kedua, budaya pelayanan yang
buruk, seperti menunda pekerjaan, tidak disiplin, tidak ramah, penyimpangan
prosedur, penyalahgunaan wewenang, tidak kompeten, pungutan liar, dan
lainnya. Ketiga, rendahnya partisipasi masyarakat. Masyarakat belum berani
menuntut haknya mendapatkan pelayanan prima dari para penyelenggara
pelayanan publik. Keempat, pengawasan dan pencegahan praktik
maladministrasi terhadap penyelenggara pelayanan publik belum memadai.
Bagaimana mengatasinya ? Dalam konteks mewujudkan good governance dalam
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN,
20
diperlukan sebuah lembaga yang berfungsi. untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap praktik KKN. Langkah-langkah represif melalui
penegakan hukum seperti yang selama ini dilakukan oleh KPK, Kejaksaan dan
Kepolisian dipandang tidak akan efektif tanpa upaya pencegahan. Harus terdapat
terobosan baru dalam segi ketatanegaraan untuk mengedepankan pendekatan
lain dalam hal pencegahan praktek KKN. Kita perlu memahami bahwa awal
terjadinya KKN adalah praktek maladministrasi. Hal ini jarang dipahami.
Maladministrasi adalah praktek perilaku buruk yang menyimpang dari norma-
norma, hukum dan peraturan perundang-undangan, dan inilah yang ditengarai
sebagai penyebab rendahnya kualitas penyelenggaraan Negara dan
pemerintahan. Maladministrasi lebih mudah dipahami dengan contoh perilaku,
yaitu misalnya penyalahgunaan kewenangan, penundaan berlarut, peyimpangan
prosedur,konflik kepentingan, tidak kompeten, pembiaran, memihak, pengabaian
kewajiban hukum, dan lain-lain. Praktek-praktek maladministrasi seperti itulah
yang kemudian cenderung mengarah menjadi apa yang disebut korupsi, kolusi
dan nepotisme. Meskipun tidak semua perilaku maladministrasi sudah terbukti
menjadi perilaku koruptif atau kolutif. Tetapi jelas bahwa perilaku
maladministrasi itulah yang menghambat terwujudnya penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang kredible, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Karena itu diperlukan keberadaan lembaga pengawas
eksternal yang secara efektif mampu mengidentifikasi dan menindaklanjuti
perilaku maladministrasi dari penyelenggaraan Negara dan pemerintahan.
21
bersih, transparan dan responsif terhadap kebutuhan publik. Demi
mewujudkan penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik setidaknya
pengawas eksternal bisa melakukan intervensi dalam bidang-bidang strategis:
1. penegakan hukum
2. kualitas aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan
3. sistem manajemen pelayanan publik baik dalam peraturan perundang-
undangan ataupun implementasinya
4. partisipasi dan penyadaran hak-hak serta kewajiban public
5. pengawasan yang efektif dan efisien
Negara dan pemerintah sejak tahun 1999 sudah menyadari perlunya fungsi
pengawasan eksternal tersebut. Terbukti bahwa sejak dikeluarkannya TAP
MPR-RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah
satu rekomendasi dimaksud adalah perintah pembentukan undang-undang
tentang KPK dan Ombudsman. Optimalisasi Pengawasan Eksternal Sejak KON
(Komisi Ombudsman Nasional) dilahirkan dengan Keppres, sampai satu
dasawarsa ini dengan berbagai keterbatasan (terutama sumber daya dan
finansial), telah menerima 8500 pengaduan masyarakat atau rata-rata 850
pengaduan/tahun. Angka ini membuktikan bahwa berbagai bidang tersebut perlu
ditingkatkan termasuk juga kuantitas partisipasi publik. Angka tersebut masih
sangat kecil jika dibandingkan dengan misalnya Ombudsman di negara Yunani,
dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, dapat menyelesaikan rata-rata 11.000
pengaduan masyarakat/tahun. Kemudian dilahirkan Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia untuk memperkuat KON.
Selain landasan hukumnya lebih kuat (dari Keppres menjadi UU), juga
kekuasaan dan wewenangnya lebih besar, lebih kuat dan lebih luas. Pada sisi lain
bentuknya juga berubah dari sebuah Komisi berubah menjadi Lembaga Negara
yang mandiri dan permanen.
22
Ombudsman RI merupakan lembaga negara yang menganut dan memegang
asas-asas. Ombudsman universal. Dean Gotherer, seorang pakar Ombudsman
dari Amerika dalam bukunya Ombudsman Legislative Resource Document
menyatakan adanya 60 (enampuluh) asas-asas universal dalam konsep
Ombudsman. Asas-asas yang paling utama adalah independence, impartiality,
fairness, a credible review process and confidenciality. Asas independent
merupakan hal yang esensial, dan dimuat sebagai sifat Ombudsman RI di dalam
Pasal 2 UU Nomor 37 Tahun 2008 yang berbunyi: “Ombudsman merupakan
lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik
dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan
lainnya”. Asas-asas universal lainnya dapat juga dilihat pada Pasal 29 ayat (1)
yang menyebutkan :
“Dalam memeriksa laporan, Ombudsman wajib berpedoman pada prinsip-
prinsip independen, non-diskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut
biaya”, dan juga Pasal 30 ayat (1) yang mengatur bahwa Ombudsman dalam
melakukan pemeriksaan wajib menjaga kerahasiaan, kecuali demi
menghambat terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang
kredible, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Karena itu diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara
efektif mampu mengidentifikasi dan menindaklanjuti perilaku maladministrasi
dari penyelenggaraan Negara dan pemerintahan.
Sekarang Ombudsman RI tidak hanya berwenang menindaklanjuti laporan
publik tetapi juga memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi atas
prakarsa sendiri. (Pasal 7, UU 37 Tahun 2008). Sekarang Ombudsman RI dapat
melakukan pemeriksaan ke objek pelayanan publik tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pejabat atau instansi yang dilaporkan, (Pasal 34, UU 37 Tahun
2008) dan berwenang memeriksa dokumen-dokumen terkait yang diperlukan
dari instansi manapun untuk melakukan pemeriksaan laporan atau berdasarkan
23
inisiatif investigasi sendiri (huruf b, ayat 1, pasal 8 UU 37 Tahun 2008).
Terdapat ancaman pidana bagi setiap orang yang menghalangi Ombudsman
dalam melakukan pemeriksaaan, dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak Rp.1 milyar (Pasal 44, UU 37 Tahun 2008). Terdapat
imunitas hukum: yaitu dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
Ombudsman Republik Indonesia tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi,
dituntut atau digugat di muka pengadilan (Pasal 10, UU 37 Tahun 2008).
Perlunya kerjasama dan koordinasi Upaya perbaikan kualitas pelayanan
publik dan meningkatkan budaya hukum tidak bisa dilakukan oleh hanya satu
lembaga, beberapa lembaga atau orang per orang. Terdapat beberapa kendala
besar, yaitu selain jumlah sector pelayanan publik yang begitu banyak dan
spesifik, juga sebaran wilayah yang begitu luas. Maka, seluruh pemangku
kepentingan bangsa harus bersama menjaga kepentingan ini, sehingga upaya-
upaya sinergis sangat diperlukan. Maka pada pinsipnya, Ombudsman RI perlu
menjalin koordinasi dan kerjasama dengan lembaga Negara atau lembaga
pemerintahan lainnya, serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan (pasal 7
UU 37 Tahun 2008). Dengan koordinasi dan kerjasama akan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan peran lembaga. Termasuk dengan adanya
berbagai jenis spesifik Ombudsman yang berada dilingkup daerah. Salah satu
sudut pandang penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa, hak-hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik dan kewajiban
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan adalah dua hal yang secara
serempak harus dilakukan demi memberdayakan masyarakat. Semakin tinggi
kualitas keberdayaan masyarakat, semakin besar peran Ombudsman dalam
dinamika pembangunan kesejahteraan bangsa dan Negara Indonesia.
24
TATA LAKSANA PENERIMAAN DAN VERIFIKASI LAPORAN (PVL)
Unit Penerimaan Dan Verifikasi Laporan Adalah Unit Yang Bertugas Melakukan
Penerimaan, Pencatatan Dan Verifikasi Laporan Masyarakat
Fungsi :
25
5. Melakukan verifikasi syarat materiil Laporan (hal-hal yang bersifat substantif
atau berkaitan dengan wewenang Ombudsman yang harus dipenuhi untuk
menyampaikan Laporan kepada Ombudsman agar dapat ditindaklanjuti).
Laporan
- Tanda Terima Laporan
Masyarakat (dari Menerima
- Formulir Penerimaan
Pelapor) Laporan
Laporan
- No Agenda Laporan
Verifikasi Syarat
Formil
Ya
Lengkap?
Tidak
Surat Permintaan
Meminta
Kelengkapan Data
Kelengkapan Data
Tidak
Menutup
Dipenuhi?
Laporan
Ya
Verifikasi Syarat
Tutup
Materiil
Rapat Pleno /
Rapat Perwakilan
Laporan Diterima
Laporan Diterima
(Distribusi ke Tim /
(Penugasan / Laporan Ditolak
Asisten
Penyerahan)
Pemeriksa)
26
Penerimaan Laporan
Definisi
Menerima pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat secara tertulis atau lisan
baik dengan cara datang langsung atau melalui berbagai media yang disediakan oleh
Ombudsman.
Tujuan
27
• Memberikan informasi kepada Pelapor dan masyarakat yang datang
mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman
Datang Langsung
28
Kelengkapan yang diperlukan:
3. Alat Tulis
Langkah – langkah :
1. Temui Pelapor, ucapkan salam dan perkenalkan diri, persilakan Pelapor untuk
perkenalkan diri dan sampaikan maksud serta uraikan Laporan/konsultasi;
29
10. Jelaskan kepada Pelapor adanya 3 (tiga) tahapan alur penyelesaian Laporan
oleh Ombudsman: PVL, pemeriksaan, resolusi dan monitoring;
13. Jelaskan Pelapor bahwa tindak lanjut Ombudsman disampaikan secara resmi
melalui surat;
14. Tanyakan apakah ada hal lain yang ingin disampaikan Pelapor;
30
Pengaduan Daring/Online
31
Melalui Surat Eletronik (e-mail)
32
Media Sosial, Aplikasi WhatsApp dan Media Lainnya
Langkah:
33
Pencatatan Laporan
Definisi
Tujuan
merekam informasi yang dianggap penting dan dibutuhkan dari sebuah Laporan
masyarakat yang akan berguna bagi proses tindak lanjut penyelesaian Laporan.
Nomor Agenda
CONTOH: 01234
Nomor Registrasi
34
Contoh: 0123/LM/III/2018/KPG
Perangkat Pencatatan
35
PENE RIMAAN DAN VERIFIKASI LAPORAN (PVL) PADA LAPORAN
RESPON CEPAT OMBUDSMAN (RCO)
36
Fungsi PVL pada RCO yaitu pada proses REGISTRASI Laporan
Kriteria RCO
37
38
Contoh Laporan yang dapat dikategorikan RCO :
Praktek lapangan
39
4. Pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui
perpolisian masyarakat, pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk
pengamanan swarkarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan masyarakat, koordinasi
dan pengawasan kepolisian khusus;
5. Pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan
pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat dan
pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring),
pengamanan dan Very Important Person (VIP);
6. Pelaksanaan fungsi lalu lintas, meliputi kegiatan Turjawali lalu lintas,
termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas serta
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penegakan
hukum dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
lalu lintas;
7. Pelaksaanaan fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan,
penanganan pertama terhadap tindak pidana perairan, pencarian dan
penyelamatan kecelakaan diwilayah perairan, pembinaan masyarakat perairan
dalam rangka pencegahan kejahatan, dan pemeliharaan keamanan diwilayah
perairan; dan pelaksanaan fungsi-fungsi lain, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1. Pengurusan SIM
2. Pembuatan SKCK
3. Laporan Polisi
4. Pembuatan Surat Keterangan Kehilangan
5. Perizinan Penyampaian Pendapat Dimuka Umum
40
Adapun hasil dari peninjauan pelayanan publik di Polresta Banjarmasin dengan
model layanan yang kami obserpasi mengenai pembuatan SKCK dan SPKT. Polresta
Banjarmasin sudah mendapatkan predikat yaitu ETIKA dan WBK (Wilayah Bebas
Korupsi) dan akan ada penilaian menuju WBBM (Wilayah Birokrasi Bebas
Melayani) . dalam hasil penilayan kepatuhan di sebutkan Polresta Banjarmasin
menjadi percontohan sebgai lembaga pemerintah yang mematuhi dan memenuhi
standar pelayanan publik dengan lengkap dan baik. Untuk standar pelayanan Polresta
Banjarmasin sudah memenuhi standar layanan karena semua indikator sudah
dipenuhi seperti standar pelayanan publik dan maklumat layanan, visi-misi motto
yang sudah tertera disetiap tempat pelayanan, sistem informasi layanan publik seperti
(HARAT, POLISIKU, SASIRANGAN), untuk sarana dan prasarana pun sudah
memenuhi dan terus ditingkatkan dan untuk pelayanan khusus pun sudah tersedia
seperti parkir utuk dipabel kursi roda dan untuk toiletpun sudah dalam proses
pembuatan dan semua itu tersedia disetiap tempat pelayanan, pengelolaan pengaduan
pun sudah sangat mudah dilakukan serta disetiap layanan tersedia penilaian kinerja
dan untuk petugas juga sudah menggunakan tanda pengenal.
41
Polresta Banjarmasin layak menjadi contoh instansi pemerintah lainnya untuk
perbaikan pelayanan publik, dan Polresta Banjarmasin juga terus melakukan
perrbaikan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
Pada saat itu kepesertaannya baru mencakup pegawai negeri sipil beserta anggota
keluarganya saja. Namun Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari
pembangunan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai melalui suatu
sistem yang dapat menjamin kesehatan seluruh warga bangsa ini.
42
kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan, dana nggota
keluarganya.
Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai menjangkau karyawan
BUMN melalui program Askes Komersial.
Langkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata dengan resmi
beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT
Askes (Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
kemudian pada tahun 2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes
(Persero) sebagai penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan,
sehingga PT Askes (Persero) pun berubah menjadi BPJS Kesehatan.
43
Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk
memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang
komprehensif, adil, dan merata.
Adapun hasil dari kunjungan ke kantor BPJS Kesehatan Banjarmasin adalah tingkat
kepuasan masyarakat terhadap layanan kesehatan cukup memuaskan. Di mana
tingkat kesehatan publik atas layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir rata-rata berada di atas 70%. kepuasan peserta atas
layanan BPJS 78,6%. Adapun indeks kepuasan fasilitas kesehatan mencapai 76,2%.
"Faktanya, tak ada layanan publik yang bisa memuaskan 100% customernya karena
44
tingkat kepuasan setiap orang berbeda. Dari 186 juta peserta JKN-KIS, pasti ada
beberapa orang yang tidak puas," Meskipun begitu lanjut, pihak BPJS Kesehatan
akan terus meningkatkan layanan kepada publik. Apalagi saat ini butuh tuntutan
tinggi dari segi jumlah peserta maupun jenis penyakit yang ditangani.
Belum lagi, BPJS Kesehatan menargetkan hingga tahun 2019 diharapkan tingkat
kepuasan publik layanan JKN mencapai 80% dan 85% untuk fasilitas kesehatan.
Saat ini, total pemanfaatan JKN-KIS sejak tahun 2014 sampai 2017 mencapai 552,9
juta pemanfaatan. Artinya, dalam sehari ada 415 ribu pemanfaatan JKN-KIS, baik di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun di rumah sakit.
45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
46
4.2 Saran
47