DI PUSKESMAS BARENG
Disusun Oleh :
APRIL 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Puskesmas Bareng Malang ini telah disetujui
dan disahkan pada tanggal lima April tahun dua ribu empat belas.
Disahkan oleh,
Pembimbing Pembimbing
Direktur
AKADEMI FARMASI
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB VI PENUTUP
i
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17
LAMPIRAN .............................................................................................................. 18
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL)
di Puskesmas Bareng tepat pada waktunya.
Penulis berharap semoga bekal pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh
selama kegiatan Magang di Apotek Bengawan solo ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan pembaca pada umumnya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UUD No. 23 th 1993 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat jasmani tetapi juga rohani.
1
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan
metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu penting bagi seorang farmasis mengasah dan memperbarui
kemampuan atau Sumber Dayanya untuk menambah keilmuan tentang farmasi. Maka bagi
instalasi pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu kefarmasian untuk memberikan
pelatihan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Puskesmas karena ilmu yang telah
di pelajari akan berguna dan akan berkembang pada saat melakukan Praktek Kerja
Lapangan.
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan
miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.
4. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet
dan majalah kesehatan.
5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan
informasi obat. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite
Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan
vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan
dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan baik.
9. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
2.2.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan
kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
(Yanfar, 2004).
2.2.4 Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam
rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan
dievaluasi. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
1. Perencanaan.
2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota.
3. Penerimaan.
4. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer.
5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien
(umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun
4
dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara. Pengadministrasian termasuk
juga untuk:
a. Kesalahan pengobatan (medication error).
b. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
c. Medication Record.
2.3 Prosedur Tetap Pelayanan Kefarmasian
2.3.1 Prosedur Tetap Penerimaan Resep
1. Menerima resep pasien.
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat ijin praktek, alamat dan
tanda tangan/ paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah yang
diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu meminta
persetujuan setelah pemberitahuan.
2.3.2 Prosedur Tetap Peracikan Obat
1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja.
2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang diminta
dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan diserahkan pada pasien.
3. Mengambil obat/ bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
misalnya sendok/ spatula.
4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang
sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien.
5. Untuk sediaan obat racikan, langkah langkah sebagai berikut :
a. Menghitung kesesuaian dosis.
b. Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan.
c. Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan
dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
d. Membagi dan membungkus obat dengan merata.
e. Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer.
f. Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai dengan
permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.
5
7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
2.3.3 Prosedur Tetap Penyerahan Obat
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep.
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien.
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan
anak-anak.
2.3.4 Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi
obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien.
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.
2.3.5 Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk dikirim
kembali ke instalasi farmasi kabupaten/kota.
2.3.6 Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gakin/gratis,
Asuransi).
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor
resep dan kelompok pembiayaan pasien.
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya.
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan berdasarkan
tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara dibakar.
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2.3.7 Prosedur Tetap Pemusnahan Resep
6
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
a. Resep narkotika dihitung lembarannya.
b. Resep lain ditimbang.
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
7
BAB III
Puskesmas Bareng berdiri sejak tahun 1982, berdasarkan Inpres tahun 1975 yang
terletak di Jl. Bareng Tenes gang Iva / 639 Malang, sedangkan wilayah kerja puskesmas
bareng meliputi 5 kelurahan, yaitu kel. Bareng, Kel. Gading Kasri, Kel.Kasin, Kel.
Sukoharjo, Kel. Pisang candi dan Kel. Karang Besuki.
Pada Tahun 1988, Wilayah tersebut mengalami perubahan karena adanya
pemekaran wilayah kota Malang sehingga meliputi 4 kelurahan yaitu Kel. Bareng, Kel.
Gading Kasri, Kel. Kasin dan Kel. Sukoharjo, semuanya terletak di wilayah kecamatan
Klojen hingga sekarang. Dalam hal jumlah penduduk Yang berada di wilayah kerja
Puskesmas bareng pada tahun 2011 mengalami penurunan dibanding pada tahun 2010,
yaitu dari 49.488 orang menjadi 46.005 orang.
3.2 Data Umum
3.2.1 Tugas Puskesmas
Melaksanakan pelayanan penyembuhan, pencegahan, penyuluhan kesehatan
terhadap penderita yang datang di dalam gedung maupun diluar gedung.
3.2.2 Fungsi
Melayani masalah Kesehatan masyarakat melalui :
1. Memberikan pengertian tentang kesehatan melalui penyuluhan-penyuluhan pada
setiap kegiatan baik secara kelompok maupun secara individual.
2. Memberikan contoh atau peragaan serta informasi cara pencegahan terhadap
penyakit, agar tidak terjangkit atau tertular suatu penyakit.
3. Memberikan pelayanan pertolongan pengobatan, perawatan terhadap penderita
perorangan / yang sakit yang datang ke Puskesmas maupun posyandu tingkat
pertama.
3.2.3 Susunan Organisasi
Sesuai dengan petunjuk dari dinas kesehatan Kota Malang, tentang struktur
organisasi untuk puskesmas adalah (Data Terlampir).
8
3.2.4 Visi , Misi dan Motto
Visi dari puskesmas bareng yaitu : Pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
dipercaya mengedepankan kesembuha.
Misi dari puskesmas Bareng yaitu : membudayakan masyarakat agar dapat
mengatasi masalah kesehatannya sendiri.
Motto dari puskesmas Bareng yaitu : wujudkan masyarakat sehat
3.2.5 Sistem dan Prosedur Pelayanan
3.2.5.1 Sistem pelayanan
1. Sistem satu atap
Kegiatan pelayanan kepada penderita atau pasien yang dilaksanankan dengan
sistem satu atap yaitu di Puskesmas maupun di Puskesmas Pembantu Galunggung yang
mengakomodasi semua kebutuhan yang diperlukan oleh penderita sesuai dengan jenis
penyakit yang dideritanya, informasi kesehatan, konsultasi kesehatan, dan jenis pelayanan
lainnya.
Adapula kegiatan pelayanan kepada penderita yang tidak terjangkau dengan sisitem
satu atap, kami melayani dengan berkunjung 1 bulan sekali ke wilyah RW yang ada
Posyandunya.
2. Kesederhanaan
Prosedur pelayann seara sederhana,mudah dipahami dan mudah dilaksanakan
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku.
3.2.5.2 Tanggung jawab
Dalam hal penyelenggaraan pelayan yang diberikan terhadap masyarakat, telah
ditunjuk pejabt yang bertanggung jawab melayani dan menyelesaikan keluhan penyakit /
persoalan yang sesuai dengan job description masing-masing petugas
3.2.5.3 Kenyamanan
Tempat pelayanan telah ditata sedemikian rupa sehingga pelayanan lebih mudah,
teratur, nyaman, bersih, rapi dan lingkunga yang bersahabat.
3.2.5.4 Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Pelayanan yang diberikan didukung oleh sarana dan prasarana berupa kursi tunggu,
dilengkapi pula dengan pengeras suara agar pasien segera tahu giliran untuk mendapatkan
pelayanan.
3.2.5.5 Pengelolaan berkas / arsip Rekam medis
Penatausahaan berkas rekam medis penderita meliputi berkas tahun lalu, berkas
tahun berjalan, aupun berkas yang sedang diperisa. Pada ruang rekam medis telah
9
disediakan kotak map untuk meletakan berkas penderita yang telah selesai mendapatkan
pelayanan.
3.3. Prosedur Tetap Unit Layanan Obat
Prosedur tetap unit layanan obat merupakan acuan yang digunakan dalam proses
melakukan pelayanan dalam bidang kesehatan terutama pada bidang pelayanan obat ke
pasien.
Prosedur tetap obat ini meliputi beberapa kegiatan antara lain :
1. Protap penerimaan resep hingga penyerahan obat kepasien.
2. Protap kelengkapan dan kebenaran resep.
3. Pembuatan obat racikan (puyer).
4. Protap penulisan etiket yang benar.
5. Protap pengelolaan obat di apotik.
6. Protap pengelolaan obat di gudang obat.
7. Protap pengelolaan obat narkotika dan psikotropika.
8. Protap penerimaan sampai pendistribusian obat di puskesmas.
9. Protap pencatatan pelaporan obat di puskesmas.
10
BAB IV
11
3. Pengarsipan resep
Resep yang telah dilayani, dikumpulkan dan dibendel menurut tanggal penerimaan
resep, dan disimpan tersendiri.
4.2.2 Pelayanan K. I. E
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ) ini di apotek meliputi:
1. Cara pemakaian obat
Pasien diberi penjelasan tentang bagaimana cara penggunaan yang benar suatu obat
agar dapat memberikan efek terapi seperti yang diharapkan. Misalnya bagaimana cara
penggunaanya apakah dengan diminum, diteteskan, dioleskan maupun dengan cara lain
sesuai dengan etiket yang tertera.
Untuk resep yang mengandung antibiotik, maka disarankan pada pasien agar dia
menghabiskan obatnya walaupun keluhan yang dirasakan sudah hilang. Hal ini dilakukan
agar pada pasien tersebut tidak terjadi resistensi atau kekebalan pada suatu jenis bakteri
atau virus.
2. Waktu pemakaian obat
Pasien diberi tahu mengenai kapan obat tersebut harus diminum. Misalnya suatu
obat harus diminum pada pagi hari atau malam hari sebelum tidur, atau mungkin sebelum
maupun sesudah makan. Hal ini dilakukan agar obat dapat memberi efek terapi seperti yang
diharapkan, selain itu juga untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
3. Efek samping
Setiap obat pasti memiliki suatu efek samping ,Untuk itu setiap kali menyerahkan
obat kepada pasien, hendaklah seorang farmasis selalu memberi informasi yang benar dan
jelas tentang efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat tersebut, agar pasien tidak
merasa takut jika efek samping itu timbul setelah pasien meminum obat tersebut.
4.2.4 Pengelolaan obat
Pada proses pengelolaan obat sebelum dilakukan adanya pengadaan terlebih dahulu
dilakuakn adanya perencanaan,kemudian dilakukan pengadaan, distribusi( Penerimaan,
penyimpanan)
4.2.4.1 Perencanaan
Perencanaan obat merupakan suatu rangakain proses kegiatan menentukan jenis,
jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuan dari perencanaan ini yaitu tersedianya jenis
dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari terjadinya kekosongan obat, dan
meningkatkan efisiensi dan kerasionalan penggunaan obat.
12
Pada waktu pemilihan jenis obat perlu beberapa pertimbangan antara lain:
1. Pola penyakit.
2. Karakteristik pengunjung atau pasien.
3. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional).
4. SK Menkes dan Mendagri No.394/Menkes/SK/VII/ 1981 dan No.196 tahun 1981
tentang pengadaan obat untuk berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
5. Obat generik, Permenkes No.085/ Menkes/PER/I/1989 tentang kewajiban
menyediakan obat esensial dengan nama generik utuk kebutuhan Puskesmas dan
unit pelaksana tekinis.
Sumber data yang dipakai dalam perencanaan obat ini dari :
a. LPLPO
b. Kartu stok
4.2.4.2 Pengadaan/Permintaan Obat
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas
diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II setempat
Kegiataan pengadaan /permintaan obat meliputi :
1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai denagn jadwal yang disusun GFK (Gudang
Farmasi Kota) untuk masing-masing puskesmas.
2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
3. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan II dan selanjutnya
diselesaikan oleh GFK.
4.2.4.3 Distribusi
1. Penerimaan Obat
Penerimaan oabt merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya.
Tujuannya agar obat yang diterima sesuai denagn kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
Petugas puskesmas melakukan pengecekkan terhadap obat-obat yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan, jenis, jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen
(LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/ diketahui oleh pimpinan Puskesmas.
Jika terdapat kekurangan pada saat penerimaan obat, Penerima obat wajib menuliskan jenis
yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penemabahan obat-obatan , dicatat
dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
13
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakn fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin. Disini yang lebih diutamakan persyaratan gudang dan pengaturan
penyimpanan obat . Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun berdasarkan alfabetis denagn nama generik.
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat. Artinya obat yang masuk pertama dikeluarkan terlebih dahulu dari obat yang
datang kemudian.
4.2.5 Pembuatan laporan
Pembuatan laporan dimulai dari perencanaan sampai dengan distribusi, dengan
metode komputerisasi dengan sumber data LPLPO.
14
BAB V
PEMBAHASAN
15
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakasanakan di
Puskesmas Bareng selama kurun waktu 1 bulan yang terhitung mulai tanggal 4 Maret
sampai 2 April 2014 dapat disimpulkan bahwa, kamar obat Puskesmas Bareng sudah baik
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang berlaku, mulai dari
pengelolaan obat sampai dengan pelayanan obat kepada masyarakat. Hal ini bisa dilihat
dari laporan yang tersusun rapi dan terperinci dengan baik dan ditunjang juga dari hasil
penerimaan resep tiap harinya sekitar 70-100 lembar resep.
6.2 Saran
Perlu ditambahnya tenaga dalam bidang obat atau kamar obat karena setiap pasien
pasti mengantri untuk mengambil obat dan jumlah pasien yang banyak dengan tenaga yang
kurang pasti membuat pasien mengantri lama dan kadang terkena marah oleh pasien. Lain
halnya dengan poli yang lain tidak semua pasien akan masuk kesatu terdapat poli itu saja
akan tetapi lain poli. Oleh karena itu diperlukanya tenaga tambahan pada kamar obat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta 2004 : 2-3 dan
14-15.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pengelolaan Obat Kabupaten /Kota. Jakarta
2001 : 7-36.
17
LAMPIRAN
KEPALA PUSKESMAS
Drg. SUMARSINI
TUTUT MARHAENI.
K
Koordinator Upaya Koordinator Upaya Kes.
Kes. Masyarakat Masyarakat (Surveilance
& Pengendalian Penyakit) Keuangan Kepegawaian SP2TP
Dr. MAULIDA. N.
Dr. NUNIK E. FAUZIAH WENI, SUSMA, TUTUT
JOKO, PUJI MARHAENI
18