Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

APOTEK

di
APOTEK KURNIA FARMA
MEDAN

Disusun oleh:

Kelompok 15

NAMA NIM
TAMARA GUSTIA 1901021031
TIARA KARENINA SARASWATI LUBIS 1901021032

PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kuria Farma yang beralamat
di JL. Karya Wisata no. 31 A Medan.
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat yang diwajibkan
Institut Kesehatan Helvetia Medan Farmasi D III bagi setiap mahasiswa tingkat
akhir dalam menyelesaikan studinya. Penulisan laporan didasarkan atas pemberian
materi oleh pihak Apotek Kurnia Farma dan tinjauan langsung ke Apotek
tersebut.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan
pemikiran. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad S.E., S.Kom, M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
5. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt selaku Ketua Program Studi D3
Farmasi Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Apt. Fahma Shufyani, S.Farm., M.Farm sebagai Dosen Pembimbing yang
senantiasa memberikan waktu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian
penyusunan laporan PKL ini.
7. Dra. Rosmawaty L. Tobing, Apt, selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA)
sekaligus Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA), serta Tenaga Teknik
Kefarmasian (TTK) kak Ruth Hafni, Tarigan S.Farm., kak Leni Marlina S.E
yang dengan sangat ramah dan sabar dalam membimbing penulis selama
penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL).
8. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan arahan fasilitas dan bimbingan selama proses praktek kerja
lapangan (PKL).
9. Orang tua dan keluarga besar yang tidak pernah berhenti memberikan
dukungan serta doa dan materi kepada penulis sehingga Laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan.
10. Serta teman-teman dan rekan-rekan mahasiswa D3 Farmasi semester VI yang
telah memberi dukungan dan semangat yang selalu setia menemani dalam
penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan dalam


penyelesaian laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan.

Medan, Februari 2022


Penulis,

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Konsep Dasar dan Prinsip Dasar PKL
1.3 Prinsip Dasar
1.4 Tujuan Kegiatan PKL
1.5 Manfaat PKL
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
2.1.3 Personalia Apotek
2.2 Manajemen
2.2.1 Perencanaan (Planning)
2.2.2 Pengorganisasian(Organizing)
2.2.3 Pengarahan (Actuating)
2.2.4 Pengawasan(Controling)
2.3 Studi Kelayakan Untuk Apotek
2.3.1 Lokasi
2.3.2 Persyaratan Apotek
2.3.3 Tata Cara Pemberian Izin Apotek
2.3.4 Persyaratan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
2.3.5 Analisa Perbelanjaan
2.4 Sediaan Farmasi dan Perbekalan
2.4.1 Sediaan Farmasi
2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
2.5.1 Perencanaan
2.5.2 Pengadaan
2.5.3 Penerimaan
2.5.4 Penyimpanan
2.5.5 Penjualan/Pelayanan
2.6 Administrasi
2.7 Perpajakan
2.8 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KURNIA FARMA
3.1 Sejarah
3.2 Lokasi
3.3 Struktur Organisasi dan Personalia
3.4 Denah Ruangan
3.5 Arus Barang
3.5.1 Pembelian (Pengadaan)
3.5.2 Pelaksanaan Pembelian
3.5.3 Pemantauan Hasil Pembelian
3.5.4 Penyimpanan Barang Dagangan
3.6 Penjualan/Pelayanan
3.6.1 Pelayanan Resep Tunai
3.6.2 Penjualan Bebas
3.7 Pajak Apotek Kurnia Farma
3.8 Administrasi
BAB IV PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Stok Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai (Disposable)
4.2 Penerimaan Resep
4.3 Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai (Disposable)
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Apotek


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2014 tentang
Tenaga kesehatan, tenaga kesehatan memiliki peran penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.(1)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (2).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apotek merupakan salah satu tempat praktek yang berkaitan erat dengan
kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek masyarakat bisa mendapatkan
pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan dapat
melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa resep
dokter.
Kegiatan di apotek meliputi pembelian, penyimpanan, pelayanan,
penjualan, dan administrasi. Kegiatan ini dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA) dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dam kosmetik.
Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (3).
Obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan utk
dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh
atau bagian tubuh manusia.
Salah satu fungsi apotek adalah sebagai tempat pelayanan dimana apotek
wajib melayani resep dokter dan pasien swamedikasi. Pelayanan resep
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yaitu Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi. Untuk salinan pelayanan resep diwajibkan bagi tenaga
kefarmasian memberi informasi obat yang berkaitan dengan penggunaan obat
yang diserahkan kepada pasien agar pasien dapat menggunakan dengan aman,
rasional atas permintaan masyarakat.
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di Institut Kesehatan Helvetia. Kegiatan praktek ini
sebagai penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan penggunaan obat
yang diserahkan kepada pasien agar menggunakan obat secara baik, tepat, aman,
dan rasional. Mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek
sehingga setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
mahasiswa dan memberikan pengalaman dalam mengetahui dan memahami tugas
sebagai Ahli Madya Farmasi di Apotek.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) agar dapat mengetahui dan memahami pekerjaan kefermasian di apotek
yang merupakan salah satu lapangan kerja bagi lulusan D3 Farmasi. Praktek Kerja
Lapangan dilaksanakannn agar para lulusan D3 Farmasi (Ahli Madya Farmasi)
lebig terampil saat bekerja di Apotek.
1.2 Konsep Dasar dan Prinsip Dasar PKL Apotek
1.2.1 Konsep Dasar
Praktek kerja lapangan merupakan kegiatan mandiri mahasiswa yang
dilaksanakan diluar lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja
praktis sehingga mahasiswa dapat melihat, menerima, menyerap teknologi
kesehatan yang ada disarana pelayanan kesehatan. Pada unit kerja secara nyata
sehingga peserta didik mendapatkan pengajaran dan gambaran serta pengalaman
kerja secara langsung dan menyeluruh.
1.2.2 Prinsip Dasar
1. Ilmu Farmasi adalah disiplin ilmu yang membutuhkan pengetahuan secara
teori dan keterampilan praktek.
2. Praktek Kerja Lapangan (PKL) harus direncanakan, dimonitor, diawasi, di
kendalikan, dan di evaluasi.
1.3 Tujuan Kegiatan PKL
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL), yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mendapatkan
pengalaman kerja nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan di Apotek dengan penyaluran obat kepada
masyarakat.
2. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang
membentuk mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja
sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
3. Membandingkan antara ilmu pengetahuan didapatkan di Akademik
dengan yang sebenarnya di Apotek.
1.4 Manfaat PKL (Praktek Kerja Lapangan)
Adapun manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL), yaitu :
1. Menambah ilmu pengetahuan dibidang obat baik pelayanan terhadap resep
mulai dari perkiraan pembuatan harga hingga sampai ditangan pasien dan
pelayanan informasi obat kepada pasien, baik obat bebas maupun obat
keras.
2. Meningkatkan pengetahuan di bidang farmasi untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
3. Meningkatkan pengetahuan dibidang farmasi untuk memperoleh peluang
kerja yang lebih besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan untuk membantu meningkatkan
kesehatan bagi masyarakat, apotek juga sebagai tempat praktik tenaga profesi
apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan Sulasmo, 2007).
Pekerjaan kefarmasian menurut ketentuan umum pasal 1 di dalam undang-undang
RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Menurut kemenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan
Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran perbekalan
farmasi kepada masyarakat.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009, tentang
tugas dan fungsi Apotek adalah :
A. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
B. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
C. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
D. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisionsl.
(2)
2.1.3 Personalia Apotek
Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien
di daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik,
sehingga peran karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau
direncanakan. Untuk mendapatkan karyawan yang baik di dalam apotek, perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan :
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.
b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat.
c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya.
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua.
2.2 Manajemen
2.2.1 Perencanan( planing)
Perencananan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi serta penentuan strategi, kebijaksanan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhakan untuk mencapai tujuan
pengawasan.
Pada saat hendak mendirikan Apotek, fungsi perencanan merupakan dasar
dari pengoorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Perencanan
yang baik berdasarkan fakta bukan dari emosi saja. Oleh karena itu, perencanan
yang baik harus dilengkapi dengan menyusun jadwal waktu dan pembiayaan.(6)
Perencananan dalam mendirikan Apotek meliputi:
1. Pemilihan Lokasi yang bagus
2. Mengadakan program kelayakan
3. Menyusun dan merencanakan anggaran yang buget
4. Menghitung sumber modal dan Return Of Investment( ROI).

2.2.2 Pengoorganisasian(Organizing)
Pengoorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan semua sumber daya
yang ada dengan sistem yang teratur dan mengatur orang- orang dalam suatu pola
yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi Organisasi(Organizing) antara lain(6) ;
1. Penetapan sumber daya dan kebutuhan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
membawa hal tersebut kearah tujuan.
3. Penegasan tanggung jawab tertentu
4. Pemberian wewenang yang diperlukan kepada individu stuktrur formal dimana
pekerjaan ditetapkan.
2.2.3 Pengarahan(Actuacing)
Pengarahan berfungsi untuk menggerakkan, dilakukan dengan cara
mengarahkan karyawan agar bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan kewibawaan
sehingga dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan
bidangya.
2.2.4 Pengawasan( Controling)
Pengawasan (Controling) berfungsi sebagai kemampuan pengawasan,
pengecekan cara dan peralatan untuk menjamin semua sudah berjalan kearah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang kemudian diberi koreksi atas
usaha perbaikan selanjutnya.
Berdasarkan deskripsi pekerjaan( job description) Apoteker Pengelola
Apotek ( APA) dan Tenaga Teknis Kefarmasiaan (TTK) mempunyai tugas atau
fungsi, kewajiban dan tanggung jawab antara lain (6) ;
1. Apoteker
 Tugas dan fungsi Apoteker:
 Membuat visi dan misi
 Membuat perencanaan, sasaran, tujuan dan program kerja.
 Membuat dan mempertahankan Surat Pemesanan Obat (SPO) pada setiap
kegiatan di Apotek.
 Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO (Surat Pemesanan
 Obat) dan program kerja pada setiap tugas kegiatan di Apotek.
 Kewajiban dan tanggung jawab Apoteker
 Memberikan arah terhadap seluruh kegiatan.
 Memberikan sistem atau peraturan seluruh kegiatan
 Memberikan pengawasan SPO (Surat Pemesanan Obat) dan program kerja
 Bertanggung jawab terhadap tenaga kerja yang diperoleh.

2. Ahli Madya Farmasi


 Tugas dan fungsi Ahli Madya Farmasi (6):
 Melaksanakan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan.
 Melayani konsumen dengan ramah, dan santun
 Memberitahukan dan memberi solusi kepada konsumen.
 Membangun hubungan yang baik kepada pelanggan
 Menata, merawat dan menjaga keamanan barang
 Mendata kebutuhan barang
 Membuat rencana aliran kas (cash flow) bulanan dan tahunan.
 Kewahan dan tanggung jawab ahli madya farmasi
 Menjaga kebersihan dan keamanan barang yang terdapat perjualan
 Bertanggung jawab terhadap kepuasan konsumen
 Bertanggung jawab terhadap pendapatan penjualan.
 Bertanggung jawab terhadap resiko barang rusak dan hilang.
2.3 Studi Kelayakan untuk mendirikan Apotek
Studi kelayakan adalah kejdian yang dilakukan menyel uruh mengenai suatu
usaha dalam proses pengambilan keputusan investasi yang megandung resiko
yang belum jelas. Studi kelayakan untuk mendirikan apotek dilaksanakan untuk
memperkirakan berbagai hal yang dapat mengakibatkatkan kegagalan sehingga
dapat diantisipasi terlebih dahulu. (7)
Langkah-Langkah yang perlu dalam melakukan studi kelayakan mendirikan
apotek (7) :
1. Melakukan Pencarian dan pemilihan Lokasi.
2. Membuat analisa pembelajaran, meliputi modal minimal yang diperlukan,
kemungkinan sumber modal serta analisa impas.
3. Berani bersaing dalam menentukan target yang ingin dicapai
2.3.1 Lokasi
Lokasi sangat mempengaruhi cepat lambatnya perjalanan suatu apotek,
maka penelitian lokasi apotek merupakan pemikiran awal yang sangat penting
untuk dapat beradptasi. Apotek harus memiliki konsumen yang sebisa mungkin
terus bertambah jumlahnya. Maka, lokasi dicari sedemikian bagus sehingga
konsumen dengan mudah dapat membelinya.
Lokasi yang bagus untuk mendirikan keadaan seperti berikut (7) :
1. Tempat yang ramai, dekat dengan penduduk ataupun tempat perbelanjaan.
2. Berada pada waktu jam pulang orang bekerja.
3. Lokasi apotek mempunyai tempat parkir yang luas, dan bebas dari parkir
serta memberikan kenyamanan bagi setiap pasien yang datang ke apotek.
4. Tempat yang padat penduduknya dengan tingkat khidupan yang cukup
mampu.
5. Adanya tempat pelayanan seperti praktek Dokter, Rumah Sakit ataupun
Poliklinik yang sangat aman dan mudah dijangkau masyarakat banyak.
2.3.2 Persyaratan Apotek
Adapun persyaratan apotek dinyatakan dalam PERMENKES RI NO 9 TAHUN
2017:
Pasal 3 (1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan
atau modal dari pemilik modal perorangan maupun perusahaaan. (2) Dalam hal
Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka
pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan oleh apoteker yang bersangkutan.
(2)
Pasal 4 Pendirian Apotek harus memiliki persyaratan, meliputi:
a.Lokasi
b. bangunan
c. sarana, prasarana,dan peralatan
d.ketenagan
Pasal 5 Pemerintah daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek diwilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmaian.
Pasal 6 (1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak, dan orang lanjut usia. (2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
(3) Bangunan bersifat permanen sementara dimaksud pada ayat (2) dapat
menerapkan bagian dan atau jumalah terpisah dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, kantor, rumah susun,dan bangunan yang sejenis.
Pasal 7 Bangunan Apotek sebgaimana dimaksud dengan pasal 6 paling
sedikit memiliki sarana yang berfungsi:
a. Penerimaan resep
b. Pelayanan resep dan racikan( produksi sediaan secara terbatas)
c. penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
d. konseling
e. penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehata,
f. arsip
Pasal 8 Prasaran apotek paling sedikit terdiri atas: A. instalasi air bersih,
B. instalasi listrik, C. sisitem tata udara,D. Sistem Proteksi kebakaran.
Pasal 9 (1) Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian. (2) Peralatan sebagaimana dimaksud
dengan pada ayat(1) antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan
pengemas obat, formulir catatanpengobatan pasien dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan. (3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud
dengan pada ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan atau permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan
apoteker yang diberkan kepada pasien.
Pasal 10 Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dengan
pasal 7 sampai dengan pasal 9 harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
Pasal 11 (1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek
dapat dibantu oleh apoteker lain, Tenaga Teknis kefarmasian dan tenaga
administrasi. (2) Apoteker dan Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) wajib memilki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.3.3 Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri

kepada Apotek atau Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan Apotek disuatu tempat tertentu.

Wewenang pemberian izin apotek tercantum dalam PERMENKES RI N0.

9 tahun 2017 pada Bab III sebagai berikut:

Pasal 12:

(1) Setiap Pendirian Apotek wajib memilki izin dari Menteri.

(2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud

pada ayat(1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat(2) berupa SIA.

(4) SIA berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyratan.

Pasal 13:

(1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus menunjukan permohonan tertulis

kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dengan menggunakan formulir 1.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandtangani oleh

apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administartif meliputi:

a. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli


b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker

d.Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan

e. Daftar prasarana, Sarana dan peralatan

(3) Paling lama dalam waktu 6(enam) hari kerja sejak menerima permohonan

dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif sebagimana

dimaksud pada ayat (2). Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim

pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek

dengan menggunakan formulir 2.

(4) Tim pemeriksa sebagiaman dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan unsur

dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang terdiri atas:

a.Tenaga Kefarmasian

b.Tenaga lainya yang menangani bidang yang sama dan prasarana.

(5) Paling lama dalam waktu 6(enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan,

tim pemeriksa harus meloparkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

dengan menggunakan formulir 3.

(6) Paling lama dalam waktu 12(dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(5) dan

dinyaakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas

Kesehatan provinsi,Kepala Badai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupatn/Kota

dan Organisasi Profesi dengan menggunakan formulir 4.


(7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(5) dinyatakan

masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota harus

mengeluarkan surat perundangan paling lama dalam waktu 12(dua belas) hari

kerja dengan menggunakan formulir 5.

(8) Terhadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan

sebagiamana dimaksud pada (7), pemohon dapat melengkapi persyaratan paling

lambat dalam waktu 1(satu) bulan sejak surat penundaan diterima.

(9) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan

sebagaimana dimaksud pada ayat(8), maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan formulir 6.

(10) Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam menerbitkan SIA

melebihi jangka waktu sebagiamana dimaksud pada ayat(6), Apoteker pemohon

dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai penganti

SIA.

Pasal 14:

(1) Dalam hal Pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana dimaksud

dalam pasal 13 ayat (6), maka penerbitnya bersama dengan penerbitan SIPA

untuk Apoteker pemegang SIA.

(2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.

2.3.4 Persyaratan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.889/Menkes

Per/V/2011/tentang registrasu, izin praktik, dan izin kerja Tenaga Kefarmasian

dijelaskan bahwa untuk menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang


merupakan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan yaitu harus

memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian(STTRK) dan Surat

Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian(SIKTTK).

Untuk memperoleh STTRK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi

persyaratan:

1. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikanya.

2. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang

memiliki surat izin praktek.

3. Memilki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah

memiliki STRA, atau pimpinan insitusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang

menghimpun Tenga Teknis Kefarmasian dan

4. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

kefarmasian.

Untuk memperoleh SIKTTK,Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh formulir yang telah

ditetapkan.(8)

2.3.5 Analisa Perbelanjaan

Jumlah anggaran belanja yang dibutuhkan untuk mendirikan apotek

dihitung sebagai modal minimal yaitu jumlah modal yang diperlukan untuk

pengadaan saran dan prasarana sebagai syarat diperolehnya izin apotek mampu

melaksanakan tugasnya untukmelayani msyarakat dengan baik.(9)


Penggunaan modal minimal tersebut mencakup:

1. Pengadaan aktiva tetap (harta tetap) yaitu aktiva atau harta relatif yang

dapat diuangkan segera dalam jangka waktu kurang dari satyu tahun, yang

termasuk didalmnya adalah bangunan dan barang-barangnya iventaris.

2. Pengadaian aktiva lancar (harta lancar) yaitu harta yang relatif mudah

segera diuangkan dalam jangka waktu kurang dari setahun. Dalam hal ini adalah

sediaan farmasi dan barang dagangan lain yang diperbolehkan untuk dijual di

apotek.

3. Biaya awal, yaitu pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai biaya

yang dikeluarkan pada awal pendirian apotek. Termasuk didalmnya sewa

gedung( bagi yang sewa). Renovasi gedung untuk mengubah penampilan

sebagai apotek.

4. Kas yaitu uang kontan, baik ditangan ataupun di bank dalam bentuk

rekening koran yang sewaktu-waktunya dapat dipergunakan, misalnya untuk

pembayaran gaji dan berbagai retribusi.(9)

Selain itu, untuk melakukan studi kelayakan mendirikan apotek harus

dilakukan analisa break even point(analisa impas) yaitu suatu teknik untuk

mengetahui kelangsungan hidup suatu usaha dengan omset berapa yang harus

dicapai, penentuan berapa harga biaya perusahaan yang ada tidak akan

menderita kerugian. Analisa break oven point dapat pula digunakan untuk

mengetahui berapa omzet penjualan/volume produksi suatu usaha, agar usaha

tersebut dapat mencapai laba tertentu.(9)


Analisa impas ini adalah suatu titik dimana apotek itu tidak rugi dan tidak

berkurang laba.

FC (biaya tetap)
BEP = VC
1−( )
TR

Keterangan:

BEP = Break Even Point

FC = Fixed Cost/Biaya Variabel

TR = Total Revenue/Hasil Penjualan

2.4 Sediaan Farmasi dan Perbekalan

Menurut Permenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang ketentuan dan

tata cara pemberian izin apotek, pasal 10 bahwa yang dimaksud dengan

pengolahan perbekalan farmasi di apotek adalah : (10)

Ayat a) yaitu:

"Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat."

Ayat b) yaitu:

"Pengadaan, peyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi (obat dan bahan obat)."

Ayat c) yaitu :

"Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi."

2.4.1 Sediaan Farmasi


1. Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan yang dimaksud untuk menetapkan

diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka badaniah atau rohaniah pada manusia(11)

a. Obat Generik

Obat generik merupakan obat-obat yang diproduksi oleh pabrik farmasi dengan

nama dagang mengikuti zat aktif yang ada didalamnya. Nama generic dituliskan

dengan jenis huruf "hehvetica medium" atau "universe medium", contohnya

amoxycillin, paracetamol, ibuprofen dll.(11)

b. Obat Paten

Obat paten adalah obat-obat yang diproduksi oleh pabrik farmasi dan sudah

memiliki nama jual tertentu yang sudah dipatenkan, sehingga nama produk

tersebut tidak bisa dipasarkan oleh pabrik lain. Contohnya: Panadol

(Paracetamol).(11)

Berdasarkan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, obat dibagi

menjadi beberapa golongan yaitu:

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat tanpa peringatan yang dapat diperoleh tanpa resep dokter

dan tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika. Obat bebas sudah

terdaftar di Depkes RI

Berdasarkan Kepmenkes RI tentang tanda khusus untuk obat bebas yaitu:

"Lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam.

(12) Dapat dilihat pada gambar 2.1, contoh obat bebas: vitamin A dan antalgin.
Gambar 2.1 Lambang Golongan Obat Bebas

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter. Berdasarkan Kepmenkes RI tentang tanda khusus obat bebas

terbatas yaitu lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi lingkaran

berwarna hitam (12), dapat dilihat pada gambar 2.2, contoh obat bebas terbatas:

CTM dan Antimo.

Gambar 2.2 Lambang Golongan Obat Bebas Terbatas

Adapun tanda peringatan yang tercantum pada obat bebas terbatas sebagai

berikut ;

P no 1 P no 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Bacalah aturan pakainya Hanya untuk dibakar

P no 2 P no 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan Tidak boleh ditelan
ditelan
P no 3 P no 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar Obat wasir, jangan ditelan
badan

Gambar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

P no.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya

Contoh Procold. Komix dan OBH

P no 2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan

Contoh Hexadol, Betadine dan Ttanflex

P no 3 Awas! Obat Koras, Hanya untuk bagian luar dari badan

Contoh: Insto, Betadine dan Kalpanax

P no.4 Awas! Obat Keras, tidak boleh ditelan

Contoh Sigaret Atsma, Decoderm dan Neoidoine

P no.5 Awas! Obat Keras, tidak boleh ditelan

Contoh Bravoderm

P no 6 Awas! Obat Keras, Obat Wasir, jangan ditelan

Contoh Ambeven, Anusol Suppositoria

c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter
di apotek, apotek rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan.
Berdasarkan Kepmenkes RI tentang tanda khusus tentang obat keras yaitu :
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi lingkaran hitam dengan huruf
K yang menyentuh garis tepi. Dapat dilihat pada gambar 2.4, contoh obat keras:
Pseudoefedrin dan kloramfenikol.
Gambar 2.4 Lambang Golongan Obat Keras

d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah zat atau bahan obat yang berasal dari tanaman atau bahan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyen dan dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis(12)

Berdasarkan peraturan yang terdapat pada penggolongan obat narkotika yaitu:


"Palang Medali Merah", dapat dilihat pada gambar 2.5, contoh obat narkotika:
Codein dan Petidin.

Gambar 2.5 Lambang Obat Golongan Narkotika

e. Obat Psikotropika

Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah maupun sintentesis
bukanlah golongan narkotika. Efek yang dimiliki psikotropika dapat
mempengaruhi susunan sistem saraf pusat (SPP) sehingga dapat menimbulkan
perubahan yang khas terhadap mental dan perilaku bagi orang yang
mengonsumsinya.(13)
Bukan hanya itu, psikotopika juga dapat menyebabkan halusinasi, gangguan
pada cara berpikir, mengurangi rasa nyeri dan sakit, serta dapat menimbulkan
ketergantungan bagi pemakainya. Contoh Obat atau zat yang tergolong
psikotropika antara lain seperti, phenobital, diazepam, sabu-sabu, serta
ekstasi(13)

Gambar 2.5 Lambang Obat Golongan Narkotika

Obat-obatan atau zat-zat yang termasuk psikotropika hanya dapat diperoleh


dengan resep dokter Mengingat efek yang ditimbulkan cukup berbahaya,
janganlah mengonsumsinya tanpa pengawasan dari dokter karena jika
penggunaannya tidak sesuai dapat berpotensi merusak organ-organ pada tubuh
kita. Dikarenakan psikotropika merupakan golongan obat keras maka penandaan
pada kemasannya pun sama dengan Obat Keras yaitu lingkaran merah bergaris
tepi hitam ditambah huruf K didalamnnya.(13)

. Golongan macam-macam jenis Psikotropika.


Berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi kedalam empat.
macam golangan, antara lain (13)

o Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang termasuk golongan 1 terdiri dari 26 macam, mulai dari
psilobina, etisiklidina, tenosiklidina, brolamfetamin, dll. Psikotropika golongan
merupakan psikotropika yang hanya dapat dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan namun tidak dapat digunakan dalam terapi. Karena Psikotropika
yang ada pada golongan ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk
mengakibatkan sindrom ketergantungan (13).

o Psikotropika Golongan II
Golongan II terdiri dari psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan,
dapat digunakan untuk terapi maupun ilmu pengetahuan. Namun, tetap saja
berpotensi cukup kuat untuk menimbulkan sindrom ketergantungan. Contoh
Psikotropika golongan II ini terdiri dari 14 macam, mulai dari deksanfetamin,
amfetamin, metamfetamin, levamfetamin, dll (13)

o Psikotropika Golongan III


Psikotropika golongan ini banyak digunakan untuk terapi dan keperluan
ilmu pengetahuan serta berkhasiat dalam pengobatan. Potensi yang dimiliki
untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan adalah sedang Psikotropika yang
termasuk golongan III terdiri dari 9 macam, mulai dari siklobarbital,
amobarbital, pentobarbital, butalbital, dan sebagainya (13).

o Psikotropika Golongan IV
Golongan IV terdiri dari psikotropika yang sangat banyak digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan terapi. Selain itu juga berkhasiat dalam
pengobatan. Potensi yang dimiliki untuk menimbulkan sindrom
ketergantungannya pun ringan. Psikotropika pada golongan ini terdiri dari 60
macam, mulai dari diazepam, bromazepam, allobarbital, nitrazepam, dan
sebagainya.(13)

2. Obat Wajib Apotek (OWA)


Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan
kesehatan khususnya akses obat, pemerintah mengeluarkan kebijakan Obat
Wajib Apoteker (OWA). OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien.
Disini terdapat daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan
diserahkun tanpa resep dokter. Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek
tercantum dalam;
a. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
b. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 2
c. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 3

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,
dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan
sendiri secara tepat, aman dan rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara
tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat
yang dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga menjamin
penggunaan yang tepat dari obat tersebut.
Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat
perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri. Walaupun
APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus
dilakukan dalam penyerahan OWA.(14)
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita (14).
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk
OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi,
kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat
yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak
dikehendaki tersebut timbul

 Jenis OWA
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan
bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi
(asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata
(salep) oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang
dapat diserahkan:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.

3. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Obat tradisional digolongkan atas beberapa golongan,
yaitu: jamu, obat herbal berstandar dan fitofarmaka.

1) Jamu
Jamu adalah obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuk
serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bagian tanaman. Jamu
telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada
resep peninggalan leluhur.

Khasiat jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah maupun klinis, tetapi


cukup dengan bukti empiris secara turun temurun. Misalnya Tolak Angin tablet,
Kembang Bulan kapsul, Antangin JRG sirup, Silex sirup dan lain-lain.

Gambar 2.6 Lambang Penandaan Jamu

2) Obat Herbal Terstandar


Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, hewan
maupunmineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang
lebih komplek dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mempunyai pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan
mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis contohnya
Diapet tablet, Lelap tablet, Kiranti sirup dan lain-lain.
Gambar 2.7 Penandaan Obat Herbal Terstandar

3) Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alami
yang dapat disejajrkan dengan obat modern karena proses pembuatan yang telah
distandarisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada
manusi. Contohnya produknya yaitu stimuno, sirup/ kapsul, Tenisigard kapsul,
Ardium tablet dan lain-lain.

Gambar 2.8 Penandaan Fitofarmaka

4. Kosmetik
Kosmetik adalah bahan sediaan yang dimasuksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia( epidermis, rambut, kuku, dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mengangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.(15)

5. Alat Kesehatan
Alat kesehatan adalah barang, instrumen, apparatus, mesin, implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Contoh: needle, verban, kain kasa, dll.

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


2.5.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga


dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat.
Di Apotek perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan
alat kesehatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data obat-obatan yang
akan dipesan Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu jika barang habis atau
persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan bulan
sebelumnya. Selain dengan menggunakan data di buku defecta, perencanaan
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan berdasarkan analisis
pareto (Sistem ABC) yang berisi daftar barang yang terjual yang memberikan
kontribusi terhadap omzet, disusun berurutan berdasarkan nilai jual dari yang
tertinggi sampai yang terendah, dan disertai jumlah dan kuantitas barang yang
terjual. Keuntungan dengan menggunakan analisis pareto adalah perputaran lebih
cepat sehingga modal dan keuntungan tidak terlalu lama berwujud barang, namun
dapat segera berwujud uang, mengurangi resiko penumpukan barang, mencegah
terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving(15)
2.5.2 Pengadaan
Pengadaan barang dagangan pembelian perbekalan farmasi di apotek dilakukan
oleh bagian pembelian Barang dagangan (persediaan) merupakan barang yang
memiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau proses kemudian dijual. Barang
dagangan di apotek meliputi obat-obat termasuk obat-obat asli Indonesia (obat
tradisional), alat-alat kesehatan, kosmetik. Pengadaan/ perbekalan farmasi harus
direncanakan dengan baik untuk mendapat jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan dan menghindari terjadinya kekosongan perbekalan farmasi.Untuk
barang fast moving disediakan dalam julah yang lebih banyak sedangkanbarang
yang slow moving disediakan yang cukup sehingga sediaan resep yang masuk
bisa dilayani.(15)
Pemesanan barang yang dilakukan dengan cara menghubungi pemasok
melalui salesman atau telepon, khusus untuk obat narkotika dilakukan
pemesananya ke Pedagang Besar Farmasi(PBF) Kimia Farma Medan dengan
menggunakan surat pesanan Narkotka yang ditanda tangani oleh apoteker.(15)
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan Barang Setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan farmasi akan
dikirim oleh PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang akan diterima dan
dipriksa oleh petugas bagian penerimaan barang Produsen penerimaan barang
dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Pemeriksaan barang dan
kelengkapannya Alamat pengirim barang yang dituju. Nama, kemasan dan jumlah
barang yang dikirim harus sesuai denganyang tertera pada surat pesanan dan
faktur. Apabila terdapat ketidaksesuaian, petugas penerimaan akan
mengembalikan atau menolak barang yang dikirim (retur) disertai nota
pengembalian barang dari apotek. Kadaluarsa tidak kurang dari satu tahun untuk
obat biasa dan tiga bulan untuk vaksin. 2) Jika barang-barang tersebut dinyatakan
diterima, maka petugas akan memberikan nomor urut pada faktur pengiriman
barang, membubuhkan cap apotek dan menandatangani faktur asli sebagai bukti
bahwa barang telah diterima Faktur asli selanjutnya dikembalikan, sebagai bukti
pembelian dan satu lembar lainnya disimpan sebagai arsip apotek. Barang tersebut
kemudian disimpan pada wadahnya masing-masing 3) Salinan faktur dikumpulin
setiap hari lalu dicatatsebagai data arsip faktur dan barang yang diterima dicatatat
sebagai data stok barang dalam komputer. Jika barang yang diterima tidak sesuai
pesanan atau terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian atau membuat nota
pengembalian barang (retur) dan mengembalikan barang tersebut ke distributor
yang bersangkutan untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai. Barang-
barang yang tidak sesuai dengan faktur harus dikembalikan, hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya praktek penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh
pihak tertentu(15)

2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi di suatu apotek dilakukan di gedung
maupun di ruang peracikan dengan rata-rata suhu ruangan 15-25° C. Tujuan
penyimpanan perbekalan farmasi yaitu untuk memelihara mutu
perbekalanfarmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
menjaga kelangsungan persediaan dan memudahkan pencarian dan pengawasan.
(15)
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di gudang dan ruang peracikan
disusun secara alfabetis, obat-obatan bebas membutuhkan penataan letak secara
farmkologis dengan prinsip obat yang pertama expired date pertama keluar
FEFO(First Expire First Out) dan prinsip obat pertama masuk pertama keluar
FIFO (First in First Out) (15)
Penyimpanan obat narkotik mempunyai tempat yang khusus dengan
pesyaratan sebagai berikut: (15)
1. Harus dibuat seluruhnya dari bahan kayu atau bahan lain yang kuat.
2 Harus mempunyai kunci yang kuat.
3. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang lain. Bagian pertama digunakan
untuk menyimpan morfin, codein, dan turunan persediaan narkotika
4. Lemari berukuran 40x80x100 cm dan harus dibuat melekat erat pada tembok
atau lantai.
5. Tempat khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika.
6. Anak kunci lemari harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain
yang diberi kuasa misalnya: Asisten Apoteker (AA).
7. Lemari khusus harus diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh
Umum
Barang yang masuk berdasarkan faktur dan surat pengantar barang terlebih
dahulu dicek kualitas dan kuantitas, batas kadaluarsa, keadaan fisik barang harus
sesuai surat lamaran setelah disetujui dibubuhi tanda terima barang dan sampel,
kemudian dicatat dalam kartu barang dengan mencantumkan tanggal, nomor
faktur dan jumlah barang yang bersangkutan. Salinan faktur dicatat dalam buku
penerimaan barang atau buku pembelian

2.5.5 Penjualan/Pelayanan
Penjualan adalah salah satu kegiatan di apotek yang melayani konsumen
dalam pemberiaan sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan. Kegiatan tersebut
dapat berupa pelayanan resep tunai, dan obat bebas. Penjualan dilakukan dengan
melayani resep tunai. Mutasi barang dicatat dalam kartu obat dengan
mencantumkan tanggal, nomor resep/nomor permintaan barang
Pelayanan merupakan kegiatan di apotek yang bertujuan melayani dalam
hal pemberian perbekalan farmasi yang meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional, alat kesehatan, kosmetik dan pelayanan resep (tunai) serta pemberian.
informasi yang diperlukan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan yaitu (15)

1. Kelengkapan Obat
Kelengkapan obat merupakan hal yang sangat penting dalam melayani
konsumen karena hal tersebut sesuai dengan motto apotek "setiap resep yang
masuk ke apotek keluarnya harus membawa obat" dengan demikian setian pasien
menerima obat dari Asisten Apoteker (AA) dari ruang peracikan dan menjual
bebas setiap harinya.

2. Harga Obat
Harga obat jual di suatu apotek sangat mempengaruhi penjualan di apotek
tersebut. Untuk menekan harga jual bagian penjualan harus berusaha mencari
pemasok yang dapat memberikan kondisi yang baik kepada pihak apotek.

3. Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat mendukung dalam pelayanan terhadap
konsumen seperti keamanan, kenyamanan, kemudahan parkir kendaraan yang
dapat memberikan ketenangan dan kesebaran bagi konsumen saat menunggu.
Dalam hal ini juga termasuk keramahan dari karyawan yang memberi informasi
kepada pasien
2.6 Administrasi
Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang
dilaksanakan oleh suatu perusahaan (apotek) Administrasi yang baik dan benar
sangat diperlukan dalam pengolahan suatu apotek agar bisa didapat informasi
yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh apoteker selaku
pengelola apotek. (9)

Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi antara lain:


1. Adminstrasi pembukuan yaitu yang mencatat barang keluar dan masuknya uang
disertai bukti pengeluaran dan pemasukan
2. Adminstrasi penjualan yaitu penjualan resep, penjualan bebas, langganan dan
pembayaran secara tunai.
3. Administrasi pergudangan yaitu pencatatan penerimaan barang dari nama dan
pengeluaran barang untuk apa dan untuk siapa, masing-masing diberi kartu stok
4. Administrasi pemberian yaitu pencatatan pemberian harian secara tunai atau
kredit dan dicatat dari mana, nota-notanya dikumpulkan.
5. Administrasi kepegawaian, dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan
mencatat kedudukan, gajian dan pendapatan lainnya dari para karyawan.

2.7Perpajakan
Pajak adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian
dari kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat (9)
Pajak "berdasarkan undang-undang pajak di Indonesia".
1. Pajak Penghasilan (PPN Pasal 21)
a. Pajak penghasilan adalah pajak atas gaji/upah/honorarium imbalan jasa.
b. Kenikmatan lainnya yang dibayar kepada orang pribadi, berhutang oleh
pemberi.
c. Kerja (majikan), bendahara pemerintah, perusahaan dan lain-lain sehubungan.
d Dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di
Indonesia.
2. Pajak Penghasilan Badan (PPH Pasal 25)
Pajak penghasilan badan pasal 25 adalah pajak yang dipungut dari
perusahaan atau laba yang diperoleh tersebut. Penentuan besar pajak ini
didasarkan pada penghasilan bersih.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Dasar pengeluaran PPN adalah jumlah harga jual menurut undang-undang
PPN 1984, tarif pajak secara umum adalah 10% untuk semua barang kena pajak
(BKP) merupakan selisih dari pajak masuk dan keluar, jika pajak masuk lebih
besar dari pada pajak keluar maka selisih merupakan kelebihan pajak yang
terhutang dalam masa berikutnya atau dapat diminta kembali. tetapi bila
pengeluaran lebih besar disetor kekas negara selambat-lambatnya pada tanggal 10
setiap bulannya dan dilaporkan kekantor pelayanan pajak.

2.8 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika


Dalam rangka upaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan jalur
resmi sehingga diperoleh informasi tentang penggunaan narkotik dan psikotropika
secara tepat, teratur dan berkesinambungan.(15)
Narkotika merupakan bahan obat yang perlu mendapat pengawasan yang
ketat, maka setiap pemakaian narkotika harus dilaporkan dan dicatat dalam buku
atau register yang isinya, yaitu: (15)
a. Persediaan narkotika pada awal dan akhir bulan
b. Penambahan narkotikal
e Pengurangan narkotika
Penggunaan narkotika harus dilaporkan setiap bulan kepada Kepada Kepala
Dinas Kesehatan kotamadya/kabupaten setempat dengan tembusan kepada
a. Depkes RI
b. Kepala BPOM
c. Arsip
Laporan ini harus sudah diterima selambat-lambatnya bulan berikutnya oleh
instansi tersebut diatas. setiap tanggal 5 bulan berikutnya oleh instasi tersebut.
Psikotropika dilaporkan setiap 3 bulan kepada kepala dinas kesehatan
Kotamadya/Dati II setempat dengan tebusan kepada;
a. Kepala Dinas Kesehatan tingkat Provinsi
b. Kepala BPOM
c. Arsip
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KURNIA FARMA

3.1 Sejarah
Apotek Kurnia Farma berdiri sejak tahun 1990, yakni sekarang telah
berusia sekitar 32 tahun. Apotek Kurnia Farma dibangun sendiri oleh ibu
Rosmawaty L. Tobing sekaligus Apoteker yang bertanggung jawab atas Apotek
Kurnia Farma.
3.2 Lokasi
Apotek Kurnia Farma terletak di Jl. Karya Wisata no 31A, Pangkalan
Mahsyur, kec. Medan Johor. Sebuah lokasi yang terbilang sangat strategis karena
berada diantara pemukiman penduduk yang ramai, selain itu tempatnya juga
mudah dijangkau oleh kendaraan umum. Denah lokasi apotek Jemadi Natural
dapat dilihat pada

Jl. Lintas Sumatera Jl. Lintas sumatera

SPBU

gg. Karya wisata I


Apotek
Kurnia
gg. Karya wisata II

3.3 Struktur Organisasi dan Personalia


Apotek merupakan sarana pengabdian tenaga kerja kefarmasian dan
merupakan sarana pelayanan kesehatan pada masyarakat. Di apotek Kurnia
Farma, Pemilik Sarana Apotek (SPA) dan Apoteker Pengelolah Apotek (APA)
dikelola oleh orang yang sama, yaitu Ibu Rosmawaty L. Tobing.
Apotek Kurnia Farma ini memiliki 2 karyawan. 1 karyawan merupakan
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 1 karyawan bagian administrasi (ADM) dan
keuangan sekaligus bertugas pada pemesanan obat, melayani pasien, serta
merangkap pada bagian penjualan bebas dan kebersihan. Apotek Kurnia Farma
memulai kegiatan kefarmasian pada pukul 07.30 WIB dan tutup pada pukul 23.30
WIB.
Keterangan :
PSA : Pemilik Sarana Apotek
APA : Apotek Pengelola Apotek
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian
ADM : Administrasi

3.4 Denah Ruangan


Parkiran

Pintu Masuk
Keterangan;
Parkiran =
Pintu Masuk =
Steling Obat Bebas =
Steling Obat Keras =
Steling Obat Generik =
Lemari Narkotika dan Psikotropika =
Lemari Pendingin =
Tempat Penyimpanan Uang =
Meja Racikan =
Pintu Masuk Khusus Karyawan =
Meja Apoteker =

3.5 Arus Barang


3.5.1 Pembelian (pengadaan)
Pengadaan barang di Apotek Jemadi Natural dilakukan dengan mencatat
nama produk dan jumlah yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan yang berasal
dari gudang, ruang peracikan, dan penjualan bebas.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pemasokan barang
adalah kecepatan pemasok tersebut melakukan pengiriman barang, harga atau
potongan harga yang ditawarkan oleh distributor obat tersebut, dan kondisi
pembayaran yang ditawarkan.
3.5.2 Pelaksanaan Pembelian
Pembelian barang dilakukan langsung oleh pemilik apotek atau asisten
apotek berdasarkan buku pesanan barang. Buku pesanan barang merupakan buku
yang berisi daftar kebutuhan barang dari penjualan bebas yang dilakukan setiap
hari. Dalam buku tersebut dicantumkan tanggal, nama barang, serta jumlah yang
dibutuhkan
Pembelian ditujukan kepada pemasok yang memberikan potongan harga
tinggi, dan bonus serta waktu pembayaran yang lama Apotek akan mengendalikan
jumlah barang yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan apotek
Kegiatan pembelian dengan sistem tender tidak bisa dilakukan untuk
pembelian obat-obat golongan narkotika dan psikotropika, kedua golongan obat
ini harus dipesan langsung oleh pihak apotek dan dibayar cash. Khusus untak
pembelian narkotika, pemesanan dilakukan pada sales Kimia Farma, dengan
menggunakan surat pemesanan yang hanya bisa didapatkan di Kimia Farma yang
memiliki jumlah rangkap sebanyak 5 lembar dan ditanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang dilengkapi nama lengkap. No SIPA, SIA, dan
stempel apotek dimana untuk satu lembar surat pesanan hanya untuk satu macam
narkotika saja.

3.5.3 Pemantauan Hasil Pembelian


Pemantauan hasil pembelian dilakukan sebagai berikut :
a. Menerima faktur-faktur dari pemasokan yang berisi kebenaran produk
yang dipesan, jumlah, serta harga yang telah disepakati bersama.
b. Apabila barang memiliki harga atau potongan harga yang tidak sesuai
dengan kesepakatan maka pihak apotek berhak melakukan return
(pengembalian barang)
c. Bila perlu pihak apotek bisa melakukan pembatalan pemesanan dan
melakukan pemesanan ulang pada distributor lainnya.
3.5.4 Penyimpanan Barang Dagangan
a. Ruang Peracikan
Penyimpanan barang di ruang peracikan dan di etalase disusun
berdasarkan alphabet dengan prinsip FIFO ( first in first out) dan FEFO
(first expire first out). Produk yang terletak di etalase depan adalah obat-
obat yang dijual bebas tanpa resep dokter. Pada ruang peracikan obat,
produk ditempatkan pa1da kotak obat. Khusus untuk psikotropika dan
narkotika disimpan pada lemari khusus. Bahan baku obat disimpan dalam
wadah rapat dan diberi label dan etiket yang jelas.
3.6 Penjualan atau Pelayanan
Kegiatan penjualan perbekalan farmasi pada Apotek Jemadi Natural
berupa pelayanan resep tunai dan penjualan bebas.
3.6.1 Pelayanan Resep Tunai
Apotek Jemadi Natural melayani resep tunai dengan prosedur sebagai
berikut :
a. Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) menerima resep dari pasien, kemudia
mengecek ketersediaan obat dirungan penyimpanan. Apabila ada, maka
Asisten Apoteker atau Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) lainnya akan
mentotalkan nominal harga yang harus dibayar oleh pasien atas resep yang
ingin ditebus dan meminta persetujuan pada pasien.
b. Apabila pasien setuju maka resep akan dikerjakan dan diberi etiket lalu
diserahkan pasien serta memberikan petunjuk penggunaannya obat sejelas
mungkin.
Untuk resep yang mengandung Narkotika atau Psikotropika harus
diperhatikan kelengkapan resep. Misalnya nama, alamat dokter, nomor izin
praktek, dan tanda tangan atau paraf dokter yang bersangkutan, serta nama, umur,
dan alamat pasien yang lengkap, serta diarsipkan tersendiri untuk memudahkan
pembuatan laporan pemakaian laporan setiap bulannya.

3.6.2 Penjualan Bebas


Prosedur penjualan bebas adalah sebagai berikut :
1. Petugas penjualan obat bebas menerima permintaan barang dari pasien dan
mengecek ketersediaan barang.
2. Jika obat ada, maka petugas akan meinformasikan harga pada pasien dan
memberikan arahan kepada pasien agar menuju ke kasir untuk melakukan
pembayaran.
3. Petugas penjualan obat bebas mencatat hara yang dijual pada buku khusus
penjualan bebas dan setiap pembelian barang dicatat pada kartu stock.

3.7 Pajak Apotek Kurnia Farma


Berdasarkan undang-undang No.10 Tahun 1994 mengenai perpajakan,
Apotek Kurnia Farma membayar pajak bangunan, pajak penghasilan, pajak izin
apotek dan regristrasi yang dibayar setahun sekali dan lima tahun sekali untuk
masa aktif izin apotek ke DinKes.

3.8 Administrasi
Petugas Administrasi melakukan pencatatan sebagai berikut :
a. Administrasi pembukuan mencatatat arus uang dan arus barang yang
terdiri dari :
 Buku pembelian mencatat semua arus uang dan arus barang dari
distriutor.
 Seluruh penjual tunai baik yang dilakukan di bagian peracikan
maupun bagian penjualan bebas dicatat dan dihitung menggunakan
aplikasi komputer pada kasir perharinya setelah selesai
melaksanakan pelayanan kefarmasian.
 Buku pesanan barang yang diperlukan untuk dipesan kepada
distributor.
b. Administrasi pelaporan meliputi narkotika dan psikotropika. Khusus untuk
obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika dilakukan selambat-
lambatnya tanggal 10 setiap bulannya dan untuk obat-obatan psikotropika
laporan dilakukan 3 bulan sekali. Laporan ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA) melalui SIPNAP.

BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan praktik kerja nyata di Apotek
agar D-III farmasi memahami tentang pekerjaan kefarmasian di Apotek.
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan kefarmasian kepada masayarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (KepMenKes, 2002). Ahli
Madya Farmasi yang akan menyelesaikan pendidikannya di Akademi Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan diwajibkan melaksanakan PKL di Apotek.
Selama mengikuti PKL di Apotek Rejeki Mandiri ditemukan beberapa masalah
antara lain stok barang, penerimaan resep dan penerimaan barang

4.1 Stok Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai (Disposable)


Persediaan barang yang ada di Apotek Kurnia Farma meliputi obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, obat narkotika dan alat alat
kesehatan. Stok barang di Apotek Kurnia Farma bisa dikatakan lengkap. Tetapi
tetap saja masih ada kekurangan, seperti kurangnya beberapa produk obat
disebabkan karena terdapat berbagai merk dagang yang komposisinya sama
sehingga tidak memungkinkan seluruh obat disediakan diseluruh Apotek.
Sistem persediaan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan di Apotek
Kurnia Farma ialah diakukan berdasarkan stok obat, stok obat dikontrol dengan
asisten apoteker. Jangan menunggu stok habis agar resep dapat terlayani dengan
baik.

4.2 Penerimaan Resep


Kendala yang terdapat dalam penerimaan resep di Apotek Kurnia Farma
adalah resep obat yang ditulis oleh dokter tidak tertera di apotek dan dosis obat
yang diberikan tidak sesuai dengan usia pasien Sehigga resep belum dapat
terlayani dengan baik.

4.3 Penerimaan Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai (Disposable)


Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan
barang. Petugas kemudian mencocokkan barang dengan surat pesanan, apabila
sesuai dengan surat pesanan, maka surat tanda penerimaan barang ditanda tangani
oleh petugas apotek, untuk pembayaran itu tergantung kesepakatan antara PBF
dan pihak pembelian di apotek, bisa secara tunai, kredit, atau konsinyasi dan lain.
Adapun permasalahan dalam penerimaan barang di Apotek Kurnia Farma
adalah kekeliruan karyawan dalam menerima obat dan alat kesehatan habis pakai
(disposable) baik kesalahan kualitatif maupun kuantitatif.
Selain itu, juga terjadi kesalahan dari pihak sales/ REF yaitu sering kali
lama dalam memasukan barang produk sehingga pasien sering kecewa

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini, yaitu:
1. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja nyata dan
langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di
apotek dengan penyaluran obat kepada masyarakat.

2. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat meningkatkan,


memperluas dan memantapkan keterampilan yang membentuk peserta didik
sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan program
pendidikan yang ditetapkan

3. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini kami sebagai Tenaga Teknis
Kefarmasiaan dapat membandingkan antara ilmu pengetahuan didapatkan di
akademi dengan keadaan yang sebenarnya di apotek

4. Secara umum Apotek Kurnia Farma telah dikelola dengan baik

5.2 Saran
1. Sebaiknya jumlah stok obat habis pakai (disposable) yang ada di Apotek
Kurnia Farma mencukupi, sehingga pelayanan kepada pasien berjalan maksimal.
2. Disarankan kepada Apotek Kurnia Farma memiliki lebih banyak obat yang
beragam
3. Disarankan kepada mahasiswa selanjutnya yang melakukkan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) untuk lebih cepat tanggap mengenai fungsi obat dan bagaimana
dalam melayani pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia R. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara; 2014.
2. Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. 2009,
3. Indonesia DKR, No PMK Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Dep Kesehat Republik Indones Jakarta. 73AD;
4. Malinda E. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Apotek
Parahyangan Medan.
5. RI DK. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes. SK/IX; 2004.
6. Manief. Manajemen Farmasí. Gadjah Mada University, 1995.
7. Umar M. Manajeman Apotek Prakktis. Vol. 1. Solo, 2005.
8. Indonesia KKR. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 889/Menkes. Per,
9. Umar M. Manajemen Apotek Praktis. Cetakan I Penerbit Ar Rahman Solo.
2005;
10. Firmansyah M. Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi &
Kesehatan. VisiMedia, 2009.
11. Martini RADR, Taufiq MSDA, Si M. Implementasi Kebijakan Distribusi
Obat Pelayanan Kesehatan Dasar Menurut Sk. Menteri Kesehatan RI
Nomor: 1426/menkes/sk/xi/2002 Di Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Polit Gov Stud. 2013:461-76.
12. Indonesia Foha. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2016 Tentang Penggolongan Obat. Apotek, 2017.
13. Nomor U-U. tahun 1997 tentang Psikotropika Law Republic Indonesia
number 5 1997 Concern Psychotr. SAD,
14. Indonesia MKR. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/Menkes.
SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Kemenkes, 1990.
15. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menteri Kesehat
Jakarta 2016;

Anda mungkin juga menyukai