Anda di halaman 1dari 48

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

FARMASI PERAPOTEKAN

LAPORAN TUGAS KHUSUS ANALISIS PENOLAKAN RESEP


DI APOTEK KIMIA FARMA 501 DAENG TATA
GELOMBANG I, 2 28 FEBRUARI 2017

WIDYA ARIATI
N211 16 768

SEMESTER GENAP 2016/2017


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur senantiasa tercurahkan ke kehadirat Allah


SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) beserta Laporan PKPA di Apotek Kimia Farma 501 Daeng
Tata sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Profesi
Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai


pihak, tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan PKPA Farmasi Perapotekan
hingga penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Bapak Muhardiman, S.Si., Apt, selaku Manajer Bisnis Apotek Kimia Farma
Wilayah Makassar.
2. Bapak Bayu S.Farm., Apt. selaku pembimbing dan Ibu A. Irawati Hijria,
S.Farm., Apt. selaku pembimbing dan Apoteker Penanggungjawab Apotek
Kimia Farma 501 Daeng Tata.
3. Dekan Fakultas, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Hasanuddin.
5. Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.
6. Segenap dosen-dosen, pegawai dan pengelola Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
7. Seluruh staf, karyawan dan karyawati Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata.
8. Peserta PKPA Farmasi Perapotekan Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata atas
kerja samanya selama pelaksanaan PKPA Perapotekan.
9. Orang tua yang senantiasa memberikan semangat dan doa kepada penulis.

iii
Atas segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, penulis ucapkan
banyak terima kasih, semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis
diberikan pahala oleh Allah swt.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dari penyusunan tugas sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian. Aamiin Ya Rabbalalamin.

Makassar, Maret 2017

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI iv
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Maksud dan Tujuan 2
I.4 Waktu Pelaksanaan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum Apotek 4
II.2 Tinjauan Khusus Kimia Farma 16
II.3 Tugas Khusus Analisa Penolakan Resep 26
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata 28
III.2 Analisa Penolakan Resep 32
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan 45
IV.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Apotek sebagai sarana kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan obat. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) 51 Tahun 2009, apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien
atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Sediaan farmasi umumnya diadakan di apotek yang merupakan suatu jenis
bisnis yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan
farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Apotek
juga dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
supplier kepada konsumen, memiliki beberapa fungsi kegiatan yaitu : pembelian,
gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan, dan pembukuan, sehingga agar dapat
dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) di
samping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga diperlukan ilmu lainnya
seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Apotek
bukanlah suatu badan usaha yang semata-mata hanya mengejar keuntungan saja
tetapi apotek mempunyai fungsi sosial yang menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya.
Namun tidak dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah satu model
badan usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya.
Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan untuk menjual komoditinya, dalam
hal ini obat dan alat kesehatan, sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan
keuntungan.

1
2

Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan kepuasan pelanggan


dengan mengurangi permintaan resep yang ditolak maka perlu dilakukan
pencatatan setiap resep yang ditolak setiap harinya kemudian dianalisis yang
selanjutnya dilakukan pemesanan barang berdasarkan analisis penolakan resep.

I.2 Maksud Dan Tujuan


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang
bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan agar calon apoteker:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
di apotek.
3. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
Tujuan pemberian tugas khusus analisa penolakan obat yakni:
1. Untuk menghitung nilai penolakan obat dalam rupiah
2. Untuk mencegah terjadinya kekosongan obat
3. Untuk menyediakan obat yang dibutuhkan masyarakat
4. Untuk menambah kepercayaan masyarakat terhadap apotek

I.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek


Adapun manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek yaitu :
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola
apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.
3

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi seorang apoteker yang


profesional.

I.4 Waktu Pelaksanaan


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek
Kimia Farma 501 Daeng Tata Makassar dilaksanakan pada tanggal 2 28
Februari 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Apotek


II.1.1 Pengertian Apotek
Menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apotek merupakan salah satu
sarana pelayanan untuk masyarakat dibidang kesehatan yang dikelola oleh
seorang apoteker sebagai tenaga profesional dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian,
karena memiliki pengetahuan tentang obat-obatan serta manajemen apotek (1).
Seiring dengan terjadinya perubahan orientasi dari drug oriented menjadi
patient oriented, maka seorang Apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan tentang obat, dan mampu untuk melakukan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi yang dilakukan dapat berupa pelayanan informasi
obat, monitoring penggunaan dan efek samping obat, serta mengetahui tujuan
akhir terapi dari penggunaan obat yang diberikan kepada pasien (1).
II.1.2 Landasan Hukum Apotek
Landasan hukum pendirian sebuah apotek berpedoman pada: (2)
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat
Wajib Apotek
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993/Tentang Kriteria
Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep

4
5

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993/ Tentang Obat


Wajib Apotek 2
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 925/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar
Perubahan Golongan Obat No.1
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 Tentang
Peredaran Psikotropik
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Obat
Wajib Apotek No.3
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Ketentua dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 187/Menkes/Per/III/1991 Tentang
Pelaksanaan Masa Bakti dan ijin Kerja Apoteker
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 397b/Menkes/SK/VII/1991 Tentang
Larangan Peredaran Obat Tradisional yang Tidak Terdaftar.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian ijin Apotek (Hardjono, 2001).
15. Peranturan Pemerintah No. 72 Tentang Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993 Tentang
Ketentuan dan Pembarian Ijin Apotek sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1322/Menkes/Per/IX/202 Tentang
Ketentuan Pemberian Ijin Apotek
17. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
18. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
20. Undang-undang No. 5 Tahun1997 Tentang Psikotropika.
21. Undang - undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika (Bpmpts
Palembang).
II.1.3 Operasional Apotek
Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri
6

Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi


menjadi dua, yaitu: (3)
1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan
obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi
lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun
kepada masyarakat, pengamatan pelaporan mengenai khasiat, keamanan,
bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
2. Pengelolaan non-teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,
keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan
bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.
Pelayanan kefarmasian menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 adalah
suatau pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
2 (dua) kegiatan yaitu pelayanan manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengontrolan, pemusnahan,
pencatatan dan pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang meliputi pelayanan
resep, dan pemberian informasi obat dan atau sediaan farmasi lainnya.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek harus
menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau, serta wajib mengikuti
standar pelayanan kefarmasian sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah. Sediaan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana
dan prasarana (4).
7

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan barang.
Dalam kegiatan perencanaan perlu dilakukan pengumpulan data obat yang akan
dipesan. Data obat tersebut biasanya ditulis dalam defekta, yaitu jumlah barang
habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada
bulan-bulan sebelumnya (1).
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat (4).
2. Pengadaan
Dalam pengadaan perbekalan farmasi penting mempertimbangkan
pemilihan distributor yang meliputi legalitas, harga yang kompetitif, pelayanan
yang cepat, potongan harga yang diberikan, tenggang waktu pembayaran, serta
dapat membeli barang dalam jumlah yang sedikit. Pemesanan barang dapat
dilakukan dengan menghubungi pemasok melalui telepon atau dengan
menggunakan surat pesanan (1).
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (4).
4. Penyimpanan Obat
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan ke wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch, dan tanggal
kadaluarsa. Penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
8

obat, kelas terapi serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat memakai sistem
FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) (4).
5. Pemusnahan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
narkotik atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (4)
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan
serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan
kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan. (4)
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan dan
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya sesuai kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
9

meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan


pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. (4)
8. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek meliputi:
1. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif, kesesuaian farmasetik,
dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis
kelamin, berat, badan, nama dokter, nomor surat izin praktek, alamat, nomor
telepon, paraf, tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas, kompatibilitas. Kajian klinis meliputi:
ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat,
duplikasi atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi,
interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil skrining maka
apoteker harus menghubungi dokter penulis resep untuk mengkonfirmasi. (4)
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyarahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka dilakukan hal-hal seperti
menyiapkan obat sesuai dengan resep, melakukan peracikan jika perlu,
memberikan etiket, memasukkan obat dalam wadah. Setelah dilakukan penyiapan
obat, dilakukan cek kembali kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan yang
tertulis pada resep (4).
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi obat yang
diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi, rute, cara pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, harga, dan lain-lain (4).
10

4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien, atau
keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahanman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dlam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
apoteker wajib mengawali denga three prime question. jika dinilai pengetahuan
pasien rendah, akan dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker
wajib melakukan verivikasi bahwa pasien atau keluarga pasien benar-benar
mengerti tentang obat yang digunakan (4).
Kriteria pasien yang perluh diberikan konsumen adalah pasien kondisi
khusus (pediatrik, geriatri, gangguan fungsi hati atau ginjal, ibu hamil dan ibu
menyusui), pasien dengan terapi obat jangka panjang (TB, DM, AIDS, epilepsi),
pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid), pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin), pasien dengan polifarmasi, dan pasien dengan tingkat
kepatuhan rendah (4).
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker
adalah penilaian masalah yang berhubungan dengan pengobatan, mengidentifikasi
kepatuhan pasien, pendampingan pengelolaan obat atau alat kesehatan di rumah,
konsultasi masalah obat, monitoring pelaksanaan, dan dokumentasi pelaksanaan
(4).
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO),
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping (4).
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis (4).
11

9. Pengelolaan Psikotropika (5)


Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 merupakan zat
atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4
beberapa golongan, yaitu:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat menyebabkan ketergantungan.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat menyebabkan ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengbatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunya potensi sedang mengakibatkan ketergantungan.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan untuk terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat
lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditanda tangani oleh APA yang
dikirim ke Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pemesanan psikotropik memerlukan
surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek ke PBF atau pabrik obat.
Penyaluran psikotropik diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 12
ayat (2) menyatakan bahwa penyerhan psikotropik oleh apotek hanya dapat
dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengonatan,
dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropik memuat satu
items obat psikotropika (6).
12

b. Penyimpanan Psikotropik
Obat golongan psikotropika merupakan salah satu golongan obat yang
cenderung disalahgunakan, sehingga disaranakan untuk menyimpan obat
psikotropika dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah denga obat lain (6).
c. Penyerahan Psikotropik
Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengoatan, dokter dan kepada pasien
berdasarkan resep dokter (6).
d. Pelaporan Psikotropika
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana
peyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan lembaga penelitaian dan atau kegiatan yang berhubungan
denga spikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara
berkala, yaitusetiap bulan paling lambat tanggal 10 kepada Dina Kesehatan
Propins dengan tembusan kepada Kepala Dinkes setempat dan BPOM (6).
e. Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang
psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak
pidanana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku atau
tidak dapat digunakan lagi dalam proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak
memenui syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh
pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita
acara tersebut memuat:
1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
2) Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelola apotek
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek lain
4) Nama dan jumlah pskotropika yang dimusnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tandatangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi (6)
13

10. Pengelolan Narkotika (5)


Berdasarkan Undang-Undang N0. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
narkotika didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yatu:
1. Narkotika golongan 1 adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
menyebabkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunaan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta berpotensi ringan menyebabkab ketergantungan.
Narkotik sangat bermanfaat untuk pengobatan dan ilmu pengetahuan,
namun dapat menimbulkan ketergantungan yang merugikan dan sering
disalahgunakan. Oleh karena itu dalam rangka mempermudah penggunaan
Narkotik di Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai
satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor, dan
mendistribusikan narkotika. Pengelolaan narkotika meliputi:
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh PBF Kimia Farma.
Pemesanan narkotik bagi apotek harus ditandatangani oleh APA dengan
menggunakan surat pesanan 4 rangkap dimana tiap jenis pemesanan narkotik
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker dan
stempel apotek.
14

b. Penyimpanan Narkotika
Narkotik yang ada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh MENKES dalam UU No. 35 tahun 2009 pasa 14
ayat (1). Syarat tempat penyimpanan narkotik:
1) Seluruhnya terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat
2) Mempunyai kunci ganda yang kuat
3) Dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua
digunakan untuk menyimpan narkotika lain yang dipakai sehari-hari.
4) Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut
harus dibuat pada tembok dan lantai (7)
c. Pelayanan Resep Narkotik
Apotek hanya melayani pembelian narkotik berdasarkan resep dokter.
Dengan ketentuan yang dimuat dalam surat edaran BPOM No. 336/EE/SE/1977
yang menyatakan bahwa:
1) Apoteker dilarang melayani resep salinan yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut
hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya
3) Salinan resep dari resep narkotik dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama
sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada
resep yang mengandung narkotik (7).
d. Pelaporan Narkotik
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa
industri farmasi, PBF, saranan penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter dan lembaga
ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan
berkala mengenai pemasukan dan pengeluaran narkotik. Laporan tersebut meliputi
15

laporan pemakaian narkotik dan laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan
harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan SIK,
SIA, nama jelas, stempel apotek, kemudian dikirim kepada Kepala DINKES RI
Provinsi setempat dengan tembusan kepada:
1) Kepala DINKES Kabupaten/Kota
2) BPOM setempat
3) Penanggungjawab narkotik PT. Kimia Farma
4) Arsip
Laporan yang ditandantangani oleh APA meliputi:
1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik
2) Laporan penggunaan bahan baku narkotik
3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin
Laporan narkotik dibuat setiap sebulan sekali selambat-lambatnya setiap
tanggal 10 bulan berikutnya (7).
e. Pemusnahan Narkotika
Menurut PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal 9 menyatakan
bahwa pemegang khusus dan atau APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak
atau tidak memenuhi syarat.
Pemusnahan narkotika dilakukan apabila:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan tidak
dapat digunakan dalam proses produksi
2) Kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan
4) Berkaitan dengan tindak pidana
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal 61, pemusnahan
narkotik dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan usaha yang
bertanggungjawab atas produksi atau peredaran narkotika, sarana kesehatan
tertentu serta lembaga ilmu pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh MENKES. Pelaksanaan pemusnahan narkotik yang rusak atau tidak
memenuhi persyaratan pada apotek adalah:
16

1) Bagi apotek di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan oleh


petugas dari BPOM
2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan disaksikan Kepala
DINKES Tingkat II.
Pemusnahan narkotik yang telah dilakukan harus dibuatkan berita acara
pemusnahan paling sedikit 3 rangkap, yang memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
2) Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelola
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut
4) Nama dan jumlah narkotik yang dimusnahkan
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi (7)
f. Pelanggaran Terhadap Ketentuan Pengelolaan Apotek
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 009 tentang Narkotik, dijelaskan
bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan
narkotika dapat dikenakan sanksi administratif oleh MENKES, yang berupa
teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan, atau
pencabutan izin (7).

II.2 Tinjauan Khusus Kimia Farma


II.2.1 Sejarah Kimia Farma
Sejarah PT. Kimia Farma Apotek dimulai hampir dua abad yang lalu yaitu
tahun 1817 yang kala itu merupakan perusahaan farmasi pertama didirikan Hindia
Belanda di Indonesia bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
Kemudian pada awal kemerdekaan dinasionalisasi oleh pemerintah Republik
Indonesia dan seterusnya pada tanggal 16 Agustus 1971 menjadi PT (Persero)
Kimia Farma, sebuah perusahaan farmasi negara yang bergerak dalam bidang
industri farmasi, distribusi, dan apotek. Sampai dengan tahun 2002, apotek
merupakan salah satu kegiatan usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk, yang
selanjutnya pada awal tahun 2003 di-spin-off menjadi PT. Kimia Farma Apotek
(8).
17

PT. Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT Kimia Farma


(Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003 berdasarkan akta pendirian No. 6
tahun 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H di Jakarta dan
telah diubah dengan akta No.42 tanggal 22 April 2003 yang dibuat di hadapan
notaris Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H. Akta ini telah mendapat
persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan surat keputusan No: C-09648 HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei 2003 (8).
Pada tahun 2010 dibentuk PT Kimia Farma Diagnostika dan merupakan
anak perusahaan PT Kimia Farma Apotek yang melaksanakan pengelolaan
kegiatan usaha Perseroan di bidang laboratorium klinik (8).
Saat ini PT Kimia Farma Apotek bertransformasi menjadi healthcare
provider company, suatu perusahaan jaringan layanan kesehatan terintegrasi dan
terbesar di Indonesia, yang pada akhir tahun 2015 memiliki 725 apotek, 300 klinik
dan praktek dokter bersama, 42 laboratorium klinik, dan 10 optik, dengan visi
menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu
memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia (8).
II.2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek adalah sebagai berikut (8):
1. Dewan Komisaris
2. Direktur Utama PT. Kimia Farma Apotek
3. Direktur Operasional, terdiri dari:
a. Manajer Operasional
b. Manajer Bisnis
c. Manajer Merchandiser dan Logistik
4. Direktur Keuangan, SDM, dan Umum, terdiri dari:
a. Manajer Umum dan SDM
b. Manajer Keuangan dan Akuntansi
c. Manajer Teknologi Informatika
5. Direktur Pengembangan, membawahi Manajer Pengembangan Usaha
18

II.2.3 Budaya Perusahaan


Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-
nilai inti. Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi
acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah budaya
perusahaan (corporate culture) perseroan : (8)
a. Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun
produk unggulan.
b. Customer first
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.
c. Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan
oleh perusahaan dengan memegang teguh profesialisme, integritas dan kerja sama.
d. Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah.
e. Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang
ramah lingkungan
Lima asas sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang terdiri dari :
a. Kerja ikhlas
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
b. Kerja cerdas
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat.
c. Kerja keras
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik.
19

d. Kerja antusias
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama.
e. Kerja tuntas
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan out-
put yang maksimal sesuai dengan harapan.

II.2.4 Kegiatan Usaha Kimia Farma Apotek


Kimia Farma Apotek menyediakan berbagai layanan dan usaha di
bidang kesehatan, yaitu apotek, klinik, optik, dan laboratorium klinik. (8)
a. Apotek
Saat ini PT. Kimia Farma memiliki lebih dari 725 Apotek yang beroperasi
di 34 Provinsi di Indonesia dengan lebih dari 800 tenaga Apoteker professional
yang berpraktek melayani kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia. Kegiatan
usaha Apotek meliputi pelayanan obat resep, non resep, serta alat kesehatan
dengan kelengkapan produk untuk upaya kesehatan paripurna, baik preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan promotif, serta produk lainnya yang terkait dengan
jumlah SKU lebih dari 20 ribu jenis (8).
Apotek dikembangkan sebagai ritel modern dan dioperasikan dengan
standar Good Pharmacy Practice (GPP) sesuai standar internasional dari
International Pharmaceutical Federation. Pelayanan apotek terintegrasi secara
sistem dengan klinik, laboratorium klinik, optik dan layanan kesehatan Perseroan
lainnya, dan sebagian juga terintegrasi secara fisik atau dalam satu atap (8).
b. Klinik
Klinik kesehatan Kimia Farma merupakan jaringan klinik pratama yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kami menyediakan jasa pengobatan kuratif,
penanganan gawat darurat tingkat pertama, bedah minor, pelayanan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala, tumbuh kembang dan pemeriksaan kehamilan,
keluarga berencana, deteksi dini, rehabilitasi medik terbatas, penyuluhan
kesehatan, pelayanan K3 tingkat primer, kunjungan ke rumah (home care service)
dan rujukan. Dengan kekuatan jaringan yang luas, kami juga bermitra dengan
20

berbagai penyedia layanan asuransi untuk memudahkan akses pengguna asuransi


kepada layanan kesehatan primer yang berkualitas (8).
c. Optik
Sebagai komitmen kami sebagai penyedia layanan One Stop Healthcare
Solution (OSHcS), layanan optik kami hadirkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan alat penglihatan yang bermutu. Kegiatan usaha optik berada
dibeberapa apotek dan akan terus dikembangkan baik secara mandiri maupun
dengan pola kerja sama operasi (8).
d. Laboratorium Klinik
Kegiatan usaha Laboratorium Klinik diselenggarakan oleh anak
perusahaan yaitu PT Kimia Farma Diagnostika yang bergerak dalam bidang jasa
layanan pemeriksaan laboratorium rutin, khusus dan rujukan serta layanan
pemeriksaan kesehatan (medical checkupMCU), baik untuk karyawan, calon
karyawan dan masyarakat umum(8).

II.2.5 Kimia Farma Bisnis Manajer (BM) Makassar


Apotek Kimia Farma Makassar memiliki 20 apotek yang tersebar di
beberapa daerah, yaitu:
Tabel 2.1 Daftar Apotek Kimia Farma yang termasuk dalam BM Makassar
No Nama Apotek Alamat No. Telepon
1 Kimia Farma Ahmad Yani (33) Jl. Jend A.Yani 17 19 04113620942
2 Kimia Farma Hasanuddin (38) Jl. St. Hasanuddin 46 04113617110
3 Kimia Farma Erlina (199) Jl. Urip Sumoharjo 32 0411449936
4 Kimia Farma Toraja (201) Jl. Pongtiku Raya 486 24141
5 Kimia Farma Rexa (250) Jl. Dr. Ratulangi 59 0411873789
6 Kimia Farma Urip (410) Jl. Slt. Alauddin 305 0411845064
7 Kimia Farma Hertasning (462) Jl. Hertasning 0411442945
8 Kimia Farma Ambon (26) Jl. Dr. Kayadoe 351677
Jl. Nurussamawati 3 No.
9 Kimia Farma Pare-pare (31) 151 (Pare-pare) 22237
21

Jl. Pettarani No.18


10 Kimia Farma Pettarani (502) 0411857287
Makassar
Jl. Daeng Tata No.69-
11 Kimia Farma Dg. Tata (501) 0411880685
69A Makassar
12 Kimia Farma Cendrawasih (548) Jl. Cendrawasih No. 233 0411875940
Jl. Perintis Kemerdekaan
13 Kimia Farma Daya (577) 0411518291
KM 14 No. 195 A
Jl. Perintis Kemerdekaan
14 Kimia Farma Unhas 04114813615
km 19
Jl. Perintis Kemerdekaan
15 Kimia Farma Wahidin 0411 585904
Km 11
Jl. Sultan Alaudd in No.
16 Kimia Farma Alauddin (602) 0411865538
222
Jl. Polos Maros
17 Kimia Farma Sudiang (578) Maccopa, Taroada, 0411372020
Turikale, Maros
Jl. Sultan Hasanuddin
No. 8, Kel: Pandang-
18 Kimia Farma Gowa (601) pandang, Kec : Somba 0411869842
Opu, Sungguminasa,
Gowa
Jl. Kima 15 Kav. R4/A1
19 Kimia Farma Kima 0411 316907
Makassar 90241
Ruko Ruby No.17, Jl.
Boulevard,
20. Kimia Farma Boulevard 0411 442098
Panakkukang, Makassar
90231
Jl. Pengayoman C2 No.
21. Kimia Farma Pengayoman 16, Panakkukang, 0411 438432
Makassar 90231
22

Jl. Adyaksa Baru No. 45,


0411
22. Kimia Farma Lacasino Masale, Panakkukang,
4673896
Makassar 90231
Bumi Tamalanrea
23. Kimia Farma BTP 0411
Permai 90245

II.2.6 Kimia Farma 501 Daeng Tata


Apotek Kimia Farma Daeng Tata terletak di Jl. Daeng Tata Raya No. 69-
69A, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Apotek Kimia Farma Daeng Tata
terdiri dari 2 lantai, memiliki seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), seorang
Apoteker Pendamping dan 3 orang Asisten Apoteker. Apotek ini buka dari jam
08.00 22.00 dengan 2 shift terbagi yaitu shift pagi dan shift siang dengan durasi
jam kerja tiap shift adalah 7 jam. Apotek Kimia Farma Daeng Tata juga dekat
dengan Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit Bhayangkara.
Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata terdiri atas 2 lantai. Terdapat klinik
poli umum, poli gigi dan poli THT. Ruangan apotek terbagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian pelayanan resep dan bagian swalayan. Bagian pelayanan resep dan
swalayan mempunyai satu kasir yang berada pada bagian pelayanan resep. Bagian
swalayan terdiri dari beberapa etalase yang menyimpan barang dagangan dan dua
lemari pendingin untuk menyimpan minuman. Bagian pelayanan resep terdiri dari
lemari penyimpanan obat paten, generik, salep/krim, obat tetes, sirup
paten/generik/drops, alat kesehatan, lemari penyimpanan narkotika, meja
penyiapan resep, meja racikan dan sebuah lemari es untuk menyimpan obat-obat
yang tidak stabil pada suhu tinggi seperti suppositoria, vaksin, dan beberapa
sediaan injeksi. Selain itu mempunyai meja khusus untuk tempat penyerahan
obat/konsultasi/informasi obat. Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata juga
memiliki ruang tunggu yang cukup luas. Selain itu dilengkapi dengan 1 toilet dan
mushola.

II.2.7 Organisasi Apotek Kimia Farma


Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata Makassar mempunyai struktur
organisasi yang ditetapkan oleh Kimia Farma Pusat, sub divisi pembinaan dan
23

pengembangan sumber daya manusia, yaitu berdasarkan garis organisasi yang


disusun dari atas ke bawah. Pembentukan struktur organisasi ini bertujuan agar
manajemen apotek berjalan dengan baik dan setiap pegawai yang bekerja
mengetahui tugasnya, siapa atasan langsungnya dan wewenangnya.
Adapun uraian tugas (Job Description) dari masing-masing pegawai yaitu :
a. Manager Apotek Pelayanan (Apoteker Pengelola apotek)
Manager pelayanan apotek adalah seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah dan telah memperoleh Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri
Kesehatan Republik Indonesia melalui Dinas Kesehatan wilayah setempat.
Pimpinan apotek mempunyai tugas dan kewajiban memimpin, merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan apotek serta
melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan.
Tugas dan Kewajiban Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma adalah:
1. Memimpin seluruh kegiatan di Apotek
2. Membantu mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi, yang
meliputi :
a) Administrasi Keuangan
Membantu BM (Business Manager) PT. Kimia Farma Makassar dalam
menyelenggarakan laporan-laporan dan data-data yang diperlukan, dan mengatur
pengeluarannya di apotek pelayanan yang dipimpinnya.
b) Administrasi Barang Dagang/Inventaris
Membantu BM (Business Manager) PT. Kimia Farma Makassar dalam
mengatur penyimpanan, pengadaan, pencatatan, pengeluaran, dan pemeliharaan
barang dagang/inventaris di apotek pelayanan yang dipimpinnya.
c) Administrasi Personalia
Memupuk dan membina loyalitas petugas, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
d) Administrasi Umum
Membantu BM (Business Manager) PT. Kimia Farma Apotek dalam
mengatur pengurusan surat-surat izin, surat-surat lain yang berhubungan dengan
24

kepentingan apotek, menjaga, memelihara dan menambah sarana yang


dibutuhkan.
3. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja yaitu dengan cara meningkatkan omset.
4. Melakukan kegiatan untuk pengembangan apotek yang dipimpinnya.
Wewenang Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pengelola Apotek berwewenang memimpin semua kegiatan
apotek, di antaranya :
1. Di bidang penjualan : mengadakan perjanjian kontrak jual beli.
2. Di bidang pembelian : membuat surat pesanan narkotika.
3. Mendelegasikan tugas kepada bawahannya.
4. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
apotek yang dipimpinnya serta bertanggung jawab kepada Bisnis Manager
PT. Kimia Farma Makassar.
b. Apoteker Pendamping (APING)
APING adalah apoteker yang bekerja di Apotik di samping Apoteker
Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentupada hari buka
Apotik.
Praktek kefarmasiaan yang dilaksanakan oleh apoteker pendamping sama
seperti apoteker penanggung jawab. Meliputi mengatur dan mengontrol
pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan (alkes), controling inventory,
pelayanan resep dokter mulai dari skrining resep sampai penyerahan obat yang
disertai pelayanan informasi obat (PIO), pencatatan patien medical record (PMR),
pemantauan terapi obat (PTO) melalui telefarma/home care, pemantauan
monitoring efek samping obat (MESO) melalui telefarma/home care, pemantauan
dan evaluasi hasil terapi obat, dan pelayanan swamedikasi (usaha pengobatan diri
sendiri).
c. Supervisor Pelayanan
Supervisor pelayanan adalah seorang Asisten Apoteker (AA) yang
bertanggung jawab langsung kepada Manager Apotek Pelayanan (Apoteker
25

Pengelola Apotek) atas seluruh kegiatan pelayanan. Tugasnya antara lain sebagai
berikut:
1. Pengolahan hasil pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas maupun
penjualan engross.
2. Pengolahan informasi perkembangan kebijaksanaan pelayanan dan penjualan,
kebijaksanaan harga dan komoditi apotek.
3. Pengolahan Laporan Permintaan Barang, persediaan barang yang kurang,
kadaluarsa, rusak atau selisih, kehilangan barang, kesalahan pencatatan dan
stock opname barang.
4. Pengolahan laporan penerimaan dan pengeluaran uang di bagian pelayanan
dan penjualan.
5. Mengontrol keluar masuknya barang di bagian pelayanan.
6. Membuat pareto dan daftar permintaan barang.
7. Memeriksa dan mengawasi pekerjaan kasir pelayanan.
8. Mengawasi pencatatan dan registrasi narkotika.
9. Memberi informasi obat seperlunya sesuai wewenangnya.
d. Asisten Apoteker
Bertanggung jawab kepada Supervisor Pelayanan atas pelaksanaan
pelayanan resep maupun penjualan bebas. Tugasnya antara lain sebagai berikut:
1. Melayani resep tunai, resep kredit, penjualan bebas dan penjualan UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri).
2. Mencatat keluar masuknya barang melalui kartu stok.
3. Mengontrol stok dan membuat defekta barang.
4. Pada keadaan tertentu dapat melakukan pekerjaan kasir sekaligus membuat
Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH).
5. Mengawasi dan atau melaksanakan pencatatan dan registrasi narkotik.
6. Memberi informasi obat seperlunya sesuai wewenangnya.

II.3 Tugas Khusus Analisa Penolakan Obat


Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan di Apotek
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi: perencanaan,
26

pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan. Pengelolaan ini bertujuan untuk


menjaga dan menjamin ketersediaan barang di apotek sehingga tidak terjadi
kekosongan barang. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh barang yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam waktu tertentu secara efektif dan efisien, menurut
tata cara dan ketentuan yangberlaku.
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata
Makassar berdasarkan sistem pareto, yakni suatu sistem dimana obat disusun
berdasarkan atas penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang
paling banyak. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume
persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit) sehingga
pengendalian persediaan barang difokuskan pada item persediaan yang bernilai
tinggi daripada yang bernilai rendah.
Analisis pareto sangat penting untuk fokus dalam menentukan jumlah dan
jenis barang yang menjadi prioritas. Pemesanan dilakukan pada saat persediaan
mencapai tingkat tertentu (reorder point). Dengan cara tersebut, diharapkan
persediaan barang terjaga/stabil, tidak terjadi stock out maupun overstock,
terhindar dari pembelian kecil-kecilan, risiko barang rusak, hilang dan kadaluarsa.
Keuntungan lain dari sistem pareto adalah memungkinkan perputaran modal yang
cepat.
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata
juga berdasarkan P4 (Perencanaan Pengadaan Produk Pareto). Berdasarkan sistem
ini, pengeluaran pemasukan barang di apotek langsung terhubung secara
komputerisasi pada unit BM (Bisnis Manajer) sehingga BM dapat mengetahui
barang yang mencapai minimum stok. Barang yang mencapai minimum stok akan
dikirim oleh pihak BM berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek pelayanan
atau barang yang dikirim oleh pihak BM untuk persediaan selama 2 minggu
kedepan. Pembacaan lewat sistem berdasarkan histori 90 hari penjualan, sehingga
data 90 hari langsung terbaca lewat sistem dan menjadi kebutuhan barang di
apotek.
27

Berbeda dengan obat-obat narkotik, psikotropik dan prekursor, pemesanan


dilakukan langsung ke PBF Kimia Farma. Meskipun sistem perencanaan dan
pengadaan produk telah dirancang sedemikian rupa namun tetap saja sering kali
terjadi penolakan obat karena adanya kekosongan stok di apotek.
Analisa Penolakan Obat
Analisa penolakan obat adalah kegiatan mencatat obat yang ditolak selama
periode waktu tertentu. Obat yang dimaksud adalah obat yang termasuk dalam
kategori UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri), resep tunai maupun kredit dan
penjualan bebas (HV). Alasan penolakan obat dibagi menjadi tiga kategori yakni
obat kosong stok di apotek, tidak pernah ada di Kimia Farma (tidak ada di master)
dan kosong pada distributor. Adapun solusi yang diberikan terhadap pelanggan
yang obatnya ditolak yakni diganti atau dijanji. Obat yang diminta pasien dapat
diganti dengan merek lain yang kandungannya sama maupun dengan obat lain
yang indikasinya sama jika pasien bersedia. Pasien dapat pula dijanji dengan
mengambilkan obat yang diminta di apotek kimia farma terdekat atau di gudang
kimia farma (AP3). Obat yang ditolak juga diberi harga, kemudian dihitung
jumlah penolakan dalam rupiah per hari.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata


Ditinjau dari segi lokasi, Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata terletak di
lokasi yang cukup strategis dan daerah padat penduduk dekat daerah perumahan
Puri Mutiara, perumahan Hartaco dan Universitas Negeri Makassar Parang
Tambung. Kimia Farma 501 Daeng Tata berada di jalan poros dengan gedung
yang luas dan terdapat praktek Dokter Umum, Dokter gigi dan dokter THT. Selain
itu, terdapat sales yang mempromosikan produk food supplement. Keunggulan
tersebut merupakan menujang bagi penjualan produk Kimia Farma 501 Daeng
Tata.
Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata memiliki perbekalan farmasi yang
sangat memadai guna pelaksanaan apoteknya.Selain menyediakan obatobatan
guna kepentingan pelayanan resep maupun non resep, apotek juga menyediakan
komoditi lainnya seperti alat kesehatan, makanan, minuman, food supplement,
perlengkapan seharihari yang disimpan di bagian swalayan apotek. Proses
administrasi di apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata dilakukan secara
komputerisasi untuk memperlancar dan efisiensi pelayanan apotek.
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata dilakukan
dengan menggunakan sistem P4. Pengeluaran dan pemasukan barang di apotek
langsung terhubung secara komputerisasi pada unit AP3 (Apotek Pusat Pengadaan
dan Penyaluran) sehingga AP3 dapat mengetahui barang yang mencapai minimum
stok. Barang yang mencapai minimum stok akan dikirim oleh AP3 berdasarkan
kebutuhan masing-masing apotek pelayanan. Pembacaan lewat sistem
berdasarkan histori 90 hari, sehingga data 90 hari langsung terbaca lewat sistem
dan menjadi kebutuhan barang apotek. Selain itu, dalam pengadaan barang
dilakukan Surat Pesanan (SP) Cito untuk mengantisipasi jika ada barang apotek
yang kosong dimana barang tersebut sangat esensial bagi apotek (obat yang sering
keluar).

28
29

Permintaan obat narkotika harus menggunakan surat pesanan (SP) khusus


rangkap lima dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Provinsi, Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota, BPOM setempat, Penanggung jawab narkotik PT Kimia Farma,
dan sebagai arsip yang mana dalam satu SP hanya dapat memesan satu macam
obat dan harus ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab. Sedangkan untuk
obat psikotropika, permintaan barang harus menggunakan SP khusus rangkap tiga
dengan tebusan kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota, PBF dan sebagai arsip
apotek dan dalam satu SP dapat memesan beberapa jenis psikotropika dan harus
ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab.Untuk barang-barang prekursor
farmasi, permintaan barang juga menggunakan SP khusus rangkap tiga, dengan
tembusan kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota, PBF dan sebagai arsip apotek
dan ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab.
Penerimaan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Barang yang datang diantar langsung dari AP3.
Penerimaan barang dilakukan dengan mengecek kesesuaian barang yang datang
faktur serta surat pesanan.
Penyimpanan obat-obat di apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata diurutkan
berdasarkan kelompok farmakologi dan bentuk sediaannya seperti obat-obat
generik, obat bermerek dagang yang disusun secara farmakologis, obat golongan
psikotropika dan narkotika (psikotropika dan narkotika berada di dalam lemari
khusus dan tertutup), obat yang disusun berdasarkan bentuk sediaan (sediaan cair,
sediaan salep, obat tetes oral, mata, hidung, telinga,), serta obat-obat yang
stabilitasnya dipengaruhi suhu dan udara sehingga harus disimpan di dalam lemari
es (supositoria, ovula, insulin dan sebagainya) dan juga obat yang termasuk dalam
kategori obat fast moving. Semua kelompok obat tersebut disusun secara alfabetis
untuk mempermudah pencarian. Untuk obat-obat bebas dan bebas terbatas
disusun di counter swalayan berdasarkan khasiat. Selain itu juga terdapat tempat
khusus untuk penyimpanan alat-alat kesehatan.
Untuk memudahkan dalam pengontrolan obat, masing-masing obat
memiliki kartu stok pada kotak penyimpanannya. Setiap ada obat yang masuk
30

(berasal dari pembelian maupun dari apotek lain) dan keluar (karena penjualan
maupun droping ke apotek lain) harus dicatat di kartu stok masing-masing.
Penyusunan barang di Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata dilakukan
berdasarkan sistem FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in first out) yang
artinya barang yang datang lebih dulu dan lebih cepat tanggal kadaluarsannya,
harus dikeluarkan lebih dahulu atau disimpan pada rak penyimpanan.
Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata melayani obat resep dokter dan obat
non resep. Pelayanan resep dokter, bukan hanya resep tunai saja yang dilayani
oleh Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata melainkan juga resep kredit. Dalam
melayani resep kredit, apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata bekerja sama dengan
beberapa instansi yang terkait. Sistem pelayanan resep dapat dilakukan di seluruh
Apotek Kimia Farma atau hanya di apotek-apotek Kimia Farma tertentu saja,
tergantung dari kesepakatan antara instansi dengan Kimia Farma. Apotek Kimia
Farma 501 Daeng Tata melayani resep kredit (BPJS, INHEALTH). Alur
pelayanan resep tunai maupun kredit diberlakukan sama, hanya dibedakan pada
sistem pembayarannya. Untuk resep kredit dilakukan sistem pembayaran dengan
melakukan penagihan oleh langsung oleh BM ke instansi terkait.
Sistem pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata juga
melayani obat non resep yang meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas,
dan Obat Wajib Apotek (OWA) untuk pasien yang melakukan swamedikasi atau
yang disebut dengan pasien Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Pelayanan
non resep ini merupakan salah satu upaya pelayanan farmasi dalam memberikan
kesempatan kepada pasien untuk melakukan pengobatan sendiri untuk memilih
obat berdasarkan penyakit yang diderita tanpa mendapatkan penjelasan dari
dokter. Oleh karena itu, sebagai farmasis kita juga tidak lupa memberi arahan dan
PIO kepada pasien UPDS dalam memilih obat yang efektif.
Dalam pelayanan menggunakan sistem komputerisasi, sistem komputer
kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan nomor telepon pasien yang
dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Hal ini
dilakukan untuk membantu apotek dalam mengatasi masalah yang mungkin baru
diketahui setelah obat diserahkan kepada pasien atau dapat disebut sebagai reaksi
31

obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata
menerapkan konsep GPP (Good Pharmacy Practice) dalam rangka menjamin
kualitas, keamanan dan khasiat obat. Hal-hal yang dilakukan seperti penataan obat
berdasarkan kelas terapi, etiket obat yang disertai dengan fungsi obat yang
diberikan, nama obat, stempel pada copy resep, pemberian informasi obat pada
saat penyerahan obat kepada pasien serta keramahan kepada pasien merupakan
perhatian khusus yang diberikan oleh apotek Kimia Farma 501 Daeng Tata.
Apabila ada obat dalam resep yang tidak tersedia, ada upaya untuk
memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti
obat yang tidak ada dengan komposisi yang sama dengan meminta persetujuan
pasien. Dapat pula dilakukan pembelian kekurangan obat dilakukan antar apotek
Kimia Farma terdekat dengan membuat surat pesanan mendesak antar apotek. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penolakan resep, menjaga loyalitas
pelanggan kepada apotek, serta meningkatkan kepercayaan pelanggan, sehingga
terciptanya hubungan yang baik antara apotek dengan konsumen. Selain itu juga
dilakukan pencatatan terhadap resep yang ditolak guna mempersiapkan persediaan
obat agar mengurangi penolakan resep di masa mendatang. Jika ada obat yang
persediaannya habis, maka dilakukan pengecekkan stok obat di gudang dan jika
obat tersedia maka obat dapat langsung diberikan kepada pasien. Tetapi jika tidak
ada maka pasien ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah
pasien tanpa harus menunggu, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan
untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian.
Dalam setiap pergantian shift, petugas apotek yang bertanggung jawab
harus melaporkan seluruh hasil penjualan apotek dalam bentuk bukti setoran kasir
apotek untuk selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan terhadap semua transaksi,
baik tunai maupun kredit. Validasi adalah proses pengecekan data transaksi dari
hasil entry, lalu bukti setoran kas untuk transaksi tunai dicocokkan dengan kas
yang ada. Validasi dilakukan setiap hari dan dikirim ke unit BM.
Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu
mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus
obat maka dicarikan obat dengan zat aktif atau khasiat sama dengan harga yang
32

lebih terjangkau atau ditebus sebagian dulu. Keadaan tersebut perlu terus
dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan karyawan
merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan
sehingga melakukan pembelian.

III.2 Analisa Penolakan Obat


Analisa penolakan obat adalah kegiatan mencatat penolakan obat yang
masuk di apotek Kimia Farma. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah obat
yang ditolak beserta nominalnya. Dengan mengetahui obat yang sering ditolak
dapat menjadi acuan pengadaan obat untuk menghindari kekosongan stok obat.
Obat yang dimaksud adalah obat yang termasuk dalam kategori UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri), resep tunai maupun kredit dan penjualan bebas
(HV). Alasan penolakan obat dibagi menjadi tiga yakni obat kosong stok di
apotek, tidak pernah ada di Kimia Farma (tidak ada di master) dan kosong di
distributor.
Salah satu penyebab penolakan obat yakni obat tidak ada di master atau
tidak pernah ada di Kimia Farma. Untuk mengadakan suatu produk tertentu di
kimia farma, terlebih dahulu produsen produk tersebut harus melakukan listing
produk di kimia farma. Pengertian listing itu sendiri adalah perjanjian surat kuasa
jual atau surat perintah untuk menjualkan produk dari pemilik produk (industri
farmasi) kepada agen produk (kimia farma apotek). Untuk melakukan listing
produk di kimia farma, terdapat beberapa persyaratan. Dintaranya produk tersebut
memiliki surat registrasi BPOM RI yang masih berlaku.
Adapun solusi yang diberikan terhadap pelanggan yang obatnya ditolak
yakni diganti atau dijanji. Obat yang diminta pasien dapat diganti dengan merek
lain yang kandungannya sama maupun dengan obat lain yang indikasinya sama
jika pasien bersedia. Pasien dapat pula dijanji dengan mengambilkan obat yang
diminta di apotek kimia farma terdekat atau kimia farma pusat (gudang).
Obat yang ditolak juga diberi harga, kemudian dihitung jumlah penolakan
dalam rupiah per hari. Pencatatan penolakan obat ini dilakukan mulai tanggal 2
Februari 2017 hingga 18 Februari 2017.
33

Pada tanggal 2 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 5.472.397 dengan


jumlah obat yang ditolak yaitu 19 item obat. Persen service level berdasarkan
jumlah omzet perhari adalah 44,4%. Tanggal 3 Februari 2017, total penolakan
yakni Rp 143.402 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 5 item obat. Persen
service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 93,9%. Tanggal 4 Februari
2017, total penolakan yakni Rp 823.830 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu
14 item obat. Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah
74,4%. Tanggal 5 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 941.774 dengan
jumlah obat yang ditolak yaitu 14 item obat. Persen service level berdasarkan
jumlah omzet perhari adalah 88,2%. Tanggal 6 Februari 2017, total penolakan
yakni Rp 1.553.993 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 12 item obat. Persen
service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 62,6%. Tanggal 7 Februari
2017, total penolakan yakni Rp 3.040.879 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu
13 item obat. Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah
67,9%. Tanggal 8 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 218.308 dengan
jumlah obat yang ditolak yaitu 6 item obat. Persen service level berdasarkan
jumlah omzet perhari adalah 95,8%. Tanggal 9 Februari 2017, total penolakan
yakni Rp 344.045 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 4 item obat. Persen
service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 89,9%. Tanggal 10
Februari 2017, total penolakan yakni Rp 935.790 dengan jumlah obat yang
ditolak yaitu 10 item obat. Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari
adalah 86,3%. Tanggal 11 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 1.208.180
dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 9 item obat. Persen service level
berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 83,5%. Tanggal 12 Februari 2017, total
penolakan yakni Rp 742.885 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 12 item obat.
Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 77,4%. Tanggal 13
Februari 2017, total penolakan yakni Rp 1.013.289 dengan jumlah obat yang
ditolak yaitu 8 item obat. Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari
adalah 81,1%. Tanggal 14 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 337.220
dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 6 item obat. Persen service level
berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 93,9%. Tanggal 15 Februari 2017, total
34

penolakan yakni Rp 874.635 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 10 item obat.
Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 84,9%. Tanggal 16
Februari 2017, total penolakan yakni Rp 1.529.853 dengan jumlah obat yang
ditolak yaitu 9 item obat. Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari
adalah 70,9%. Tanggal 17 Februari 2017, total penolakan yakni Rp 622.181
dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 9 item obat. Persen service level
berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 85,6%. Tanggal 18 Februari 2017, total
penolakan yakni Rp 946.644 dengan jumlah obat yang ditolak yaitu 13 item obat.
Persen service level berdasarkan jumlah omzet perhari adalah 71,1%.
Meskipun pengadaan obat di Kimia Farma telah dilengkapi oleh sistem
yang canggih, namun tetap saja ada penolakan obat tiap hari karena stok kosong.
Salah satu penyebab stok obat kosong di apotek karena sistem pengadaan yang
membaca data histori transaksi 90 hari, sehingga obat yang sering keluar menjadi
daftar kebutuhan apotek. Sedangkan obat-obat yang jarang atau bahkan tidak
pernah keluar selama 90 hari tidak masuk dalam daftar kebutuhan apotek. Adanya
ketidaksesuaian jumlah obat di master dengan jumlah fisik obat juga menjadi
salah satu penyebab kekosongan stok obat.
Pada saat penerimaan obat dari AP3 seringkali terjadi ketidaksesuaian
antara barang yang datang dengan faktur yang diberikan sehingga obat ada yang
tidak lengkap dan barang yang fast moving tidak tersedia.
Untuk mencegah kekosongan stok obat di apotek sebaiknya dilakukan
pengecekan stok obat secara berkala. Metode pengawasan persediaan barang
dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui kartu stok (stock card), uji petik (random
sampling), dan stok opname. Obat/barang yang sering keluar sebaiknya mendapat
perhatian tinggi untuk selanjutnya dibuatkan Surat Pesanan (SP) Cito. Serta tiap
pekan dilakukan pelaporan penolakan obat ke Bisnis Manager untuk selanjutnya
dilakukan analisa dan diambil tindakan agar dapat meminimalisir penolakan obat
tersebut. Solusi yang dapat diberikan jika obat yang diminta oleh pasien tidak ada
yakni jika pasien bersedia obat dapat diganti dengan obat yang komposisinya
sama atau memiliki indikasi yang sama.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek kimia farma 501 Daeng Tata telah
memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Apotek.
2. Berdasarkan data analisa penolakan obat yang diperoleh mulai dari tanggal 2-
18 Februari 2017, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Penolakan tertinggi yaitu tanggal 2 Februari 2017 dengan harga penolakan
sebesar Rp 5.472.397 dan persentase service level 44,4%.
b. Penolakan terendah yaitu tanggal 14 Februari 2017 dengan harga
penolakan sebesar Rp 337.220 dan persentase service level 93,3%.

IV.2 Saran
Mencegah kekosongan stok obat di apotek sebaiknya dilakukan
pengecekan stok obat secara berkala. Metode pengawasan persediaan obat
dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui kartu stok (stock card), uji petik (random
sampling), dan stok opname. Obat/barang yang sering keluar sebaiknya mendapat
perhatian tinggi untuk selanjutnya dibuatkan Surat Pesanan (SP) Cito tambahan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Pasaribu, Juliana Sari. 2008. Laporan Praktek Kerja Farmasi


Komunitas/Apoteker di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar. E-
repository. Universitas Sumatera Utara. Medan
2. Hardjono, S. 2001. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Apotek.
Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
3. DEPKES RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 Ketentuan Pemberian Ijin Apotek. Jakarta
4. DEPKES RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/MENKES/SK/IX/2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek.
Jakarta
5. DEPK Hartini, S. Yustin., Sulasmono. 2007. Apotek Edisi Revisi. Universitas
Sanata Darma. Yogyakarta
6. DEPKES RI. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang
Psikotropik. Jakarta
7. D DEPKES RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tentang
Narkotik. Jakarta
8. Http/: www.kimiafarmaapotek.co.id
9. Sarlo, Evan Rano. Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 38
Medan. E-Repository. Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan

36
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek

37
38

Lampiran 2. Struktur organisasi unit Makassar


39

Lampiran 3. Skema pengadaan perbekalan farmasi

Bagian Pengadaan
(Gudang)
3 SPB
2
Barang
4/5
Pelunasan Faktur + Faktur
Faktur Asli 1 Pemasok/PBF
Barang/faktur
Surat pesanan
Bon pinjam 6
Copy R/ 8
APP KF lain APP KF Apotek III
Barang/ faktur Barang + kwitansi
7 9
Mendesak

Keterangan:
APP : Apotek Pelayanan
PBF : Pedagang Besar Farmasi
SPB : Surat Permintaan Barang
40

Lampiran 4. Skema pengadaan narkotika

BM
(PENGADAAN) SP Khusus
SP khusus Narkotika
Faktur 2
4
SP khusus
Faktur
+Barang 3

APP DISTRIBUTOR
41

Lampiran 6. Skema pengadaan psikotropika

1 BM
Faktur SP Khusus
2 BPBA (PENGADAAN) Psikotropika

SP khusus SP khusus

SPB Faktur
SPB
PsikttropikAPP +Barang 3
Psikttropik DISTRIBUTOR
a a
42

Lampiran 5. Form surat pesanan narkotika

SURAT PESANAN NARKOTIKA


Nomor :

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan pesanan narkotika kepada :
Nama distributor :
Alamat :
Telp :
Dengan Narkotika yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
huruf)

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk :


Nama sarana :
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catatan:

- Satu surat pesan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika


- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap
43

Lampiran 6. Form surat pesanan psikotropika

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA


Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan
Lampiran 7. pesanan Psikotropika
Form Surat pesanan kepada
obat: jadi prekursor
Nama distributor :
Alamat :
SURAT PESANAN OBAT
Telp MENGANDUNG PREKURSOR FRMASI
:
dengan
Nomor SPPsikotropika
: yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
huruf)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Psikotropika tersebut akan dipergunakan
Jabatan : untuk :
Nama sarana :
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catt:

- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap


44

Lampiran 7. Contoh format surat pesanan obat jadi prekursor farmasi

SURAT PESANAN OBAT JADI PREKURSOR FARMASI


Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jabatan :
Mengajukan pesanan Psikotropika kepada :
Nama distributor :
Alamat :
Telp :
Dengan Obat Jadi Prekursor Farmasi yang dipesan adalah:
(Sebutkan nama obat, bentuk sediaan, kekuatan/potensi, jumlah dalam bentuk angka dan
huruf)

Obat Jadi Prekursor Farmasi tersebut akan dipergunakan untuk :


Nama sarana :
(Industri farmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/Instalasi Farmasi
Rumah Sakit/Instalasi Farmasi Klinik/Instalasi Farmasi
Pemerintah/Lembaga Ilmu Pengetahuan)*
Alamat Sarana :

Nama Kota, Tangal, Bulan, Tahun


Pemesan

Tanda Tangan dan Stempel

Nama Apoteker/Kepala Lembaga Ilmu


Pengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP

*Coret yang tidak perlu

Catt:

- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (Tiga) Rangkap

Anda mungkin juga menyukai