PENDAHULUAN
nyata yang sedang dihadapi farmasis klinis saat ini. Telah diperkiraan bahwa
41% pasien yang menggunakan obat-obat yang diterapkan pertama kali akan
yang semula tidak diderita oleh pasien, pembiayaan yang harus ditanggung
kemungkinan akan timbul terjadinya efek samping dan tidak tercapainya efek
yang lalu. Hipporrates, pada tahun 400 SM, telah mengingatkan bahwa
obatan tidak diresepkan kecuali kalau pasien telah diperiksa secara lengkap.
ke-20.
aman. Lima tahun kemudian obat tersebut ditarik dari pasaran dan lebih dari
8000 bayi dinegara telah lahir dengan kecacatan. Kasus tragis ini telah
menerus semua obat baru yang belum beredar maupun yang sudah beredar
mencegah setiap kejadian ROTD. Uji klinis (clinical trials) yang dilakukan
semua kemungkinan reaksi efek samping suatu obat. Oleh karena itu, tenaga
PEMBAHASAN
A. Definisi
gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Obat bekerja sesuai proses kimiawi
melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu
paruh yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses
puncak obat dalam tubuh. Insiden reaksi adversi obat belum diketahui secara
pasti. Penelitian diluar negeri menunjukkan bahwa reaksi adversi obat (reaksi
obat yang tak dikehendaki) yang terjadi pada pasien dengan perawatan
b. Efek samping yaitu efek farmakologis suatu obat yang tidak diinginkan
tetapi juga tak dapat dihindarkan yang terjadi pada dosis terapeutik.
e. Faktor yang mempengaruhi reaksi obat antara lain adalah absorbsi obat,
distribusi obat, metabolisme obat dan ekskresi sisa. Reaksi obat didalam
tubuh mempunyai dua efek; yaitu efek teurapeutik dan efek samping. Efek
terapeutik adalah efek obat sesuai dengan yang diharapkan dan efek
atau membran sel atau berinteraksi dengan tempat reseptor. Jel aluminium
hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh khususnya dengan
menetralisir kadar asam lambung dan setelah sifat sel berubah, obat akan
mengeluarkan pengaruhnya.
sebagai respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak diharapkan
serta terjadi pada dosis lazim yag dipakai oleh oleh manusia untuk tujuan
terjadi pada dosis normal, bukan karena kelebihan dosis ataupun toksisitas,
B. Penggolongan
Reaksi obat yang tidak diinginkan pada umumnya dibagi menjadi dua
kelompok utama yaitu reaksi tipe A dan tipe B. Reaksi tipe A (Augmented)
merupakan reaksi yang muncul secara berlebihan di mana reaksi ini terkait
merupakan reaksi yang aneh dan tidak terkait sama sekali dengan dosis.
Reaksi Tipe A
meningkat. Reaksi ini kemudian dapat dibagi lagi menjadi reaksi yang
Karena reaksi ini sering terjadi maka ROTD tersebut juga sering diumpai
selama masa uji klinis. Namun adanya efek yang tertunda maka beberapa
Converting Enzyme inhibitors). Reaksi ini terjadi tanpa terkait dengan dosis,
penderita. Reaksi ini lebih jarang di badingakan reaksi tipe A. Namun sering
kali menimbulkan efek yang lebih serius dan bahkan mematikan. Reaksi
seperti inisangat sulit untuk bisa diramalkan dan hanya terjadi pada individu
C. EPIDEMIOLOGI
adalah karena ROTD.Di samping itu pasien yang dirawat di rumah sakit 10
mengalami ROTD tersebut maka sekitar 50 % dari pasien ini akan tinggal
lebih lama di rumah sakit. Namun sangat sulit untuk memperkirakan secara
bahwa sering kali sulit untuk membuktikan suatu obat mempunyai hubungan
penyebab dengan gejala yang dialami pasien. Sering kali ROTD tampak
seperti penyakit yang lain dan banyak gejala yang terkait dengan ROTD
muncul pada ROTD telah cukup untuk melakukan suatu tindakan. Beberapa
gejala itu termasuk ROTD atau bukan merupakan keterampilan yang perlu
dan tampak.
obat yang tidak dinginkan yaitu : polifarmasi, jenis kelamin, kondisi penyakit
1. Polifarmasi
semacam ini sering terjadi pada penderita lanjut usia atau pada penderita
yang mengalami beberapa penyakit sekaligus. Kedua kelompok penderita ini
2. Jenis kelamin
Reaksi obat yang tidak dikehendaki lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Namun belum ada penjelasan tentang mengapa hal ini
bisa terjadi. Contoh dalam praktik dapat dilihat bahwa wanita lebih cenderung
gangguan fungsi ginjal dan hati akan mengalami risiko ROTD yang lebih
tinggi dari obat obat yang dieliminasi melalui rute ini. Keadaan hamil dan
melahirkan sering kali juga mempengaruhi respon obat. Penyakit lain juga
Penderita yang berada dalam keadaan sakit kritis juga akan berbeda dalam
4. Usia
pasien yang lebih muda. Hal ini dimungkinkan antara lain karena pasien
lanjut usia lebih sering mendapatkan terapi obat. Namum, hal ini satu satunya
penyebab. Factor lain yang mempengaruhi terjadinya ROTD pada lanjut usia
ekskresi obat, yang factor factor tersebut sangat tergantung pada kondisi
organ organ tubuh penderita (lihat BAB Pengguna Obat Pada Lanjut Usia).
mengalami ROTD. Pada tahap neonatus ini enzim enzim yang terlibat dalam
BAB Penggunaan Obat Pada Anak Anak). Oleh karena itu obat obat
dengan indeks terapi sempit perlu digunakan dengan lebih berhati hati. Obat
perbedaan secara genetic tampak dalam laju metabolisme pada banyak obat
sehingga meskipun obat diberikan dengan dosis yang sama dalam mg/kg
akan menghasilkan variasi kadar yang sangat besar di dalam plasma pada
pasien yang berbeda. Beberapa jenis ras juga akan mempunyai resiko untuk
mengalami ROTD yang lebih besar disbanding dengan ras yang lain.
Misalnya orang Amerika (yang berasal dari Afrika) dan orang. Mediteranean
aspirin. Halini disebabkan lebih banyak orang dari golongan ras tersebut
pengobatan pasien perlu juga dimiliki termasuk obat bebas dan obat bebas
obatan yang diresepkan oleh dokter saja. Ketika menanggapi gejala yang
dengan kemungkinan adanya ROTD. Hal hal tersebut adalah waktu, dosis,
1. Waktu
minum obat ataukah berselang dalam waktu yang lama? Apakah reaksi
suatu ROTD yang terjadi segaera setelah pemakaian obat. Namun, bila telah
menjadi lebih sulit ditentukan. Banyak reaksi terjadi diawal masa pengobatan,
waktu yang lama setelah pemakaian obat yang dihentikan. Beberapa reaksi
beberapa bulan atau tahun setelah terpapar obat. Pada beberapa kasus, di
drawel syndrome). Gejala putus obat ini dapat terjadi setiap saat sampai
(long acting), namun bias juga terjadi beberapa jam bila menggunakan
bensodiazepin bermasa kerja singkat (sort acting). Gejala putus obat ditandai
2. Dosis
terlalu besar? Dalam hal ini sebagai contoh adalah pasien lanjut usia yang
simetidin sehingga kadar teofilin dalam darah akan meningkat dan akhirnya
3. Sifat Permasalahan
dengan sifat farmakologi obatnya? Hal ini akan membantu kita didalam
4. Pengalaman
Apakah reaksi yang muncul tersebut mirip dengan reaksi yang pernah
akan tercatat dalam pustaka dan sangat dimungkinkan akan muncul suatu
reaksi yang baru atau belum dilaporkan.Oleh karena itu sebagai seorang
farmasis anda harus siap untuk menghadapi dan mengatasinya bila terjadi
dalam praktik.Disamping itu bila dijumpai suatu ROTD yang baru muncul atau
Obat Dan Makanan ). Selain itu penting juga untuk memperhatikan tempat-
setelah pemakaian obat dihentikan dan terjadi kembali pada pemakaian obat
setelah pemakaian obat dihentikan dan beberapa reaksi mungkin tidak dapat
berubah (irreversible ).
kemungkinan adanya suatu reaksi obat yang tidak dikehendaki. Salah satu
Serikat .Jika hasil pemeriksa Alogaritma tersebut didapatkan lebih dari satu
tampak bahwa gejala yang muncul terkait dengan waktu pemakaian obat.
Dari tahap keempat dan kelima dapat dipastikan bahwa gejala muncul
terdapat hubungan penyebab yang sangat tinggi antara pemakaian obat dan
yang berarti. Suatu laporan penelitian memberikan data bahwa 50% pasien
yang mengalami ROTD dirumah sakit akan dirawat lebih lama. Biaya yang
pendekatan yang dapat dipakai untuk memeriksa secara teliti resep obat
berbeda, namun prinsip prosedur yang sistematik dan teliti harus diikuti
kefarmasian bermutu.
agar diminum setelah makan untuk mencegah iritasi pada saluran cerna.
Algoritma yang dipakai oleh Farmasis Food and drug Administration
AS untuk mengidentifikasi ROTD
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Reaksi obat yang tidak diinginkan yang tampak sebagai gejala yang
proton, Tramadol.
Nifedipin.
narkotik.
Terbinafin.
Reaksi obat yang tidak diinginkan yang tampak sebagai gejala yang
Digoksin, Kuinin.
siprofloksasin)
kolesterol.
Sitotoksik.
perhatian khusus?
pasien ini?
ROTD,interaksi
kesehatan lainnya
diperlukan.
obat yang dipakai sebagai swmedikasi; hal ini dapat menimbulkan interaksi
obat.
Usia dan penyakit hati atau ginjal dapat mengubah metabolism dan
ekskresi obat, sehingga dosis yang lebih kecil diperlukan. Factor genetic
Resepkan obat sesedikit mungkin dan berikan petunjuk yang jelas kepada
pasien lanjut usia dan pasien yang kurang memahami petunjuk yang rumit.
menggunakan suatu obat baru perlu waspada akan timbulnya ROTD atau
diperingatkan.
2. Penanganan ROTD
didiskusikan secara singkat pada bagian pendahuluan dalam bab ini. Oleh
menyerupai lupus. Akhirnya obat golongan beta bloker ini ditarik dari
pasaran.
penggunaan obat pada pasien, baik yang disertai atau tanpa adanya status
obat yang tidak diinginkan. Sistem ini pada umumnya dipakai untuk
tertentu , maka reaksi yang diamatinya tesebut bisa saja kurang dapat
sama kepada suatu pusat yang menampung pelaporan ROTD, maka reaksi
diharapkan perlu dilaporkan, antara lain pada saat obat berada pada fase uji
klinis, jumlah subjek yang dilibatkan dalam penelitian tersebut terlalu kecil
tertentu seperti anak-anak, wanita hamil, lanjut usia, pasien dengan kondisi
komplikasi tidak perna dilibatkan dalam uji klinis tersebut. Disamping itu perlu
atau dapat juga dilaporkan secara lokal disetiap rumah sakit. Diindonesia
obat yang yang dikelolah oleh badan pengawasan obat dan makanan (Badan
POM).
Masalah klasik yang sering kali dilaporkan dalam pelaporan spontan ini
maju seperti inggris ,untuk reaksi yang serius hanya 10% saja yabg
ringan hanya 2-4% yang dilaporkan. Hal ini disebabkan sistem pelaporan
disamping itu juga tidak dapat diketahui jumlah pasien yang telah
menggunakan atau telah terpapar sustu obat tertentu. Tanpa data tersebut
maka akan sangat sulit untuk menentukan tingkat kejadiaan sutu reaksi yang
farmasi, namaun akan lebih tepat lagi bila ditangani oleh farmasis yang
bekerja dipusat informasi obat. Dengan sistem pelaporan secara lokal ini
ROTD yang dijumpai pada pasiennya. Metode yang dapat dilakukan untuk
melaporkan adalah dengan melalui formulir (tabel 7,3) atau jaringan telepon
Nama pasien
Nama pelapor
dapat diolah untuk dievaluasi bagi kepentingan rumah sakit dan dapat
investigasi ROTD, tim penilai ROTD, laporan rutin. Selain itu diperlukan
ROTD yang diduga karena penggunaan obat, baik yang diresepkan maupun
dibeli over the counter, baik obat konvensional maupun obat herbal atau
tradisional.
STUDI KASUS
Kasus I
(TEN)
yang ditimbulkan sangat berat, terutama kepada pasien. SJS dan TEN
adalah reaksi yang melibatkan kulit dan mukosa (selaput lendir) yang berat
dan mengancam jiwa ditandai dengan pelepasan epidermis, bintil berisi air
dan erosi/pengelupasan dari selaput lendir. Pembedaan antara SJS dan TEN
adalah pada SJS kerusakan area kulit ,10% total luas permukaan tubuh,
permukaan tubuh.
Angka kejadian SJS dan TEN cukup jarang, 1-2 kejadian per satu juta
populasi per tahun. Risiko kematian cukup tinggi, pada TEN >40% kasus
pada mata sebagai komplikasi juga terdapat pada 40-50% pasien. Pada SJS
Penyebab terjadinya SJS atau TEN 70% diperkirakan dipicu oleh obat.
dicurigai (highly suspected) sebagai faktor risiko SJS dan TEN yaitu antibiotik
SJS dan TEN melibatkan kulit dan selaput lendir. Yang termasuk
selaput lendir atau mukosa adalah konjungtiva (selaput bening mata), bibir
bagian dalam dan rongga mulut, genital dan, anus. Gejala awal berupa
menyebabkan gangguan menelan, nyeri saat melihat cahaya, nyeri saat BAK
(target lession), yang bergabung menjadi satu, bisa berbentuk bintil berisi air,
sesak napas, produksi dahak berlebih, batuk darah, diare, BAB hitam, BAK
menggunakan obat. Hal yang pertama kali harus disingkirkan bila muncul
ruam kemerahan adalah apakah ruam tersebut merupakan bagian dari ADR
jiwa seperti SJS atau TEN atau anafilaksis (reaksi alergi berat). Pastikan
atau bukan. Bila menunjukkan gejala SJS, TEN atau anafilaksis atau reaksi
obat dan segera bawa ke Rumah Sakit untuk diagnosis dan penanganan
lebih lanjut.
Pada kasus SJS atau Ten diperlukan perawatan di unit intensif untuk
mencegah infeksi dan memastikan jumlah cairan dan nutrisi tetap diberikan
kepada pasien. Observasi dari dokter mata juga sangat penting untuk
Fungis ginjal dan hati harus dipantau demikian juga kadar elektrolit karena
pada SJS dan TEN terjadi pengelupasan kulit sehingga cairan dan panas
Pencegahan
Sebagian besar (70%) SJS dan TEN dipicu oleh penggunaan obat,
obat sesuai indikasi, sesuai dosis, sesuai jangka waktu dan biaya yang
Obat tetaplah bahan kimia yang dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan, dari yang ringan sampai yang berat. Karena pemakaian obat
walaupun sesuai dosis tetap dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
memerlukan obat dalam tatalaksana keadaan Anda, dan bila Anda meminum
tanda-tanda yang muncul setelah Anda meminum obat. Jangan minum obat
bila tidak sesuai indikasi, contoh penggunaan antibiotik pada infeksi virus,
pemberian campuran obat anti kejang (fenobarbital) pada puyer batuk pilek.
sesuai dengan diagnosis Anda. Cara-cara ini untuk menghindari Anda dari
efek yang tidak diinginkan dari obat yang Anda minum. Mencegah lebih baik
dari mengobati.
Kasus II
selama 14 hari. Ia merasa sangat mual dan telah muntah sebanyak 3 kali
selama beberapa hari terakhir. Gejala-gejala yang dirasakan bapak PG
Pertanyaan
Anda menduga Bapak PG mengalami reaksi obat yang tidak diinginkan. Apa
yang sebenarnya terjadi pada ROTD yang dialami bapak PG dan tindakan
Jawaban
Mual dan muntah sering terjadi sebagai ROTD pada terapi levodopa. Hal ini
obat digunakan setelah makan dan disarankan juga untuk meresepkan obat
KESIMPULAN
menyebabkan terjadinya morbiditas dan mortilitas yang dipacu oleh obat dan
farmasis punya peran penting dalam mengurangi hal ini. Dengan bekal
1197.
1151.
5. Roberts PI, 1992, ADR Monitoring and the community pharmacist. PhD
7. www.sehatgroup.web.id
8. http://etd.eprints.ums.ac.id