Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOKINETIKA SEDIAAN INTRAVENA

(MONO KOMPARTEMEN DAN MULTI KOMPARTEMEN)

I. Tujuan Percobaan
Memahami prinsip dan perhitungan parameter farmakokinetik model mono
kompartemen dan model multi kompartemen pada sediaan intravena.
II. Prinsip Percobaan
Memahami parameter farmakokinetik pada obat dengan perhitungan
matematis dari model mono kompartemen dan multi kompartemen.
III. Teori Dasar

Farmakokinetik atau dapat juga disebut kinetika obat merupakan salah satu
cabang ilmu dalam bidang farmasi yang mempelajari nasib suatu obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Dimana Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu
proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E) dan setiap
obat yang masuk ke dalam tubuh dalam rute pemberian apapun selalu berkaitan
dengan farmakokinetik (Mycek, 2004).

Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif


dan tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total
obat di dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang
bermacam-macam (dua cara pemberian yang paling biasa adalah infusintravena dan
regimen oral dengan dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam.
Kemaknaan identifikasi farmakokinetik suatu obat tidak hanya terletak dalam
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar dan keberadaannya dalam
tubuh, tetapi juga dalam menentukan kegunaan terapeuti obat-obat yang
mempunyai potensi toksik yang tinggi (Mycek, 2001).
 Parameter Farmakokinetik
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui
bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna :2005).
1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di dalam
darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah
total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan
bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan
metode trapezoid
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan
luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan
vilume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi
hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai
gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.
3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat maksimum yang
diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya
dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari
darah, serum dan plasma.
4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk mencapai level
obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini menunjukan laju absorsi
obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk
dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek
farmakolpgis yang dikendaki.
5. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level
aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki
6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu
obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan.
7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu
obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan
obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.
 Model Farmkokinetik
Jenis – jenis model farmakokinetik tubuh manusia. Model 1 kompartemen.
Menurut model ini, tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen tempat obat menyebar
dengan seketika dan merata ke selruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
sederhana sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat (Ganiswarna, 1995) .
Model 2 kompartemen. Tubuh dianggap terdiri atas kompartemen sentral
dan kompartemen perifer. Kompartemen sentral terdiri dari darah dan berbagai
jaringan yang banyak dialiri darah seperti jantung, paru, hati, ginjal dan kelenjar –
kelenjar endokrin. Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang kurang
dialiri darah misalnya otot, kulit, dan jaringan lemak. Model 2 kompartemen ini
pada prinsipnya sama dengan model kompartemen 1, bedanya hanya dalam proses
distribusi karena adanya kompartemen perifer, eliminasi tetap dari kompartemen
sentral. Model ini ternyata cocok untuk banyak obat (Ganiswarna, 2005).
Model 3 kompartemen, Kompartemen perifer dibagi atas kompartemen
perifer yang dangkal dan kompartemen perifer yang dalam. Model mana yang
cocok untuk suatu obat dan dapat diperkirakan dari profil kurva kadar obat dalam
plasma terhadap waktu (Ganiswarna, 2005).
Respon biologis terhadap suatu obat, merupakan suatu hasil interaksi
antara obat dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional dalam sistem
hidup atau reseptor. Respon disebabkan oleh suatu perubahan dalam suatu proses
biologis yang ada sebelum pemberian obat. Besar respon berhubungan dengan
konsentrasi obat yang dicapai pada tempat obat tersebut bekerja. Konsentrasi ini
tergantung pada banyaknya dosis obat yang diberikan, besarnya absorbsi dan
distribusi ke tempat tersebut dan laju serta besarnya obat yang dieliminasikan di
dalam atau dari tubuh (Ansel, 1989).
Saat obat didistribusikan dalam tubuh, obat mengadakan kontak dengan
sejumlah membran. Obat-obatan melalui beberapa membran tetapi membran
lainnya tidak. Ada dua faktor yaitu (Olson, 2004) :
1. Faktor-faktor terkait obat
Faktor ini yang mempengaruhi absorbsi meliputi keadaan ionisasi, berat molekul,
kelarutan dan formulasi. Obat-obat yang kecil, tak terionisasi, larut dalam lemak
menembus membran plasma paling mudah.
2. Faktor-faktor terkait pasien
Faktor ini yang mempengaruhi absorbsi obat tergantung pada cara pemberiannya.
Sebagai contoh, adanya makanan dalam saluran pencernaan, keasaman lambung,
dan aliran darah ke saluran pencernaan mempengaruhi absorbsi obat-obatan oral.
Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obat dalam
plasma akan naik sampai maksimum. Pada umumnya absorbsi suatu obat terjadi
lebih cepat daripada eliminasi. Selama obat diabsorbsi ke dalam sirkulasi sistrmik,
obat didistribusikan kesemua jaringan dalam tubuh dan juga secara serentak
dieliminasi. Eliminasi sutu obat dapat terjadi melalui ekskresi atau biotransformasi
atau kombinasi dari keduanya (Shargel, 2012).
 Data profil obat Oxprenolol

Oxprenolol

Oxprenolol adalah beta blocker yang kuat dan tidak boleh diberikan kepada
penderita asma dalam keadaan apa pun karena kadar beta yang rendah sebagai
akibat dari penipisan karena obat asma lainnya, dan karena itu dapat menyebabkan
kegagalan saluran napas dan peradangan yang ireversibel, seringkali berakibat fatal.
bekerja non selektif pada reseptor B1 dan B2 dan bekerja spesifik pada reseptor B2.
Pada Oxprenolol memiliki koefisien partisi 2,81 yang berarti bersifat lipofil
sehingga absorbsinya dalam tubuh cepat. Maka semakin cepat suatu obat
diabsorbsi, semakin cepat juga waktu paruh (t1/2), sehingga semakin cepat obat
untuk dieliminasi.

Pemerian : serbuk hablur, berwarna putih

Rumus molekul : C15H23NO3

Kelarutan : mudah larut dalam etanol, dalaam klorofom dan dalam air, agak
sukar larut dalam aseton dan praktis tidak larut dalam eter

Berat molekul : 263,31

pH : 4-6

titik lebur : 91-93°


IV. Prosedur
Mono Kompartemen
Seorang wanita diberi suntikan obat secara intravena dosis tunggal 160 mg.
sampel darah diambil secara serial untuk penetapan kadar obat dalam darah (Ct).
Kemudian diperoleh data waktu (jam) dan konsentrasi sebagai Cp (μg/mL).
Selanjutnya dihitung Ln Cp dengan rumus Excel =LN(kolom Cp). Lalu dibuat
grafik antara waktu (jam) dan Ln Cp, sehingga diperoleh persamaan regresi linier
y = a + bx dan nilai R. Persamaan liniernya diubah menjadi rumus umumnya yaitu
Ln Ct = Ln C0 + Ke.t. Kemudian ditentukan parameter farmakokinetiknya meliputi
Ke, t½, Ln C0, C0, Dosis i.v, Vd, Cl, dan AUC0˜.
Nilai Ke sama seperti nilai b pada persamaan regresi linier. Nilai t½ dihitung
dengan cara memasukkan =0,693/kolom Ke. Nilai Ln C0 sama seperti nilai a pada
persamaan regresi linier. Nilai C0 ditentukan dengan cara memasukkan rumus Excel
=EXP(kolom Ln C0). Dosis i.v adalah dosis pemberian obat secara intravena yaitu
160 mg. Nilai Vd dihitung dengan cara memasukkan =(kolom dosis/kolom C0).
Nilai Cl dihitung dengan cara memasukkan =(kolom Vd*kolom Ke). Nilai AUC0˜
dihitung dengan cara memasukkan =((kolom dosis)/(kolom Ke*kolom Vd)).
Multi Kompartemen

Obat diberikan secara intravena bolus dengan dosis 50 mg. sampel darah
diambil secara periode selama 7 jam untuk penetapan kadar obat dalam darah (Cp).
Kemudian diperoleh data waktu (jam) dan konsentrasi sebagai Cp (μg/mL).
Selanjutnya dihitung Ln Cp dengan rumus Excel =LN(kolom Cp). Lalu dibuat
kurva kalibrasi post distribusi antara waktu (jam) dan Ln Cp, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier y = a + bx dan nilai R. Persamaan liniernya diubah menjadi
rumus umumnya yaitu Ln Ct = Ln B + β.t. Waktu dari fase distribusi dimasukkan
ke persamaan regresi dari post distribusi sebagi nilai (x) sehingga diperoleh nilai
Ln C’ atau Ln C extrapolasi. Ln C’ diubah menjadi C’ dengan rumus Excel
=EXP(kolom Ln). kemudian dihitung nilai Cr dengan cara |Cp distribusi (Cp) – C
extrapolasi (C’)| dengan menggunakan rumus Excel =ABS(kolom Cp–kolom C’).
Selanjutnya dihitung nilai Ln Cr dengan menggunakan rumus Excel =LN(kolom
Cr). Kurva distribusi dibuat antara waktu (jam) dengan Ln Cr pada grafik post
distribusi. Dari kurva ditribusi tersebut diperoleh persamaan regresi linier y = a +
bx. Persamaan liniernya diubah menjadi rumus umumnya yaitu Ln Ct = Ln A + α.t.
Kemudian ditentukan parameter farmakokinetiknya meliputi K, K12, K21, t½, Vp,
AUC0˜, dan Cl.

Parameter farmakokinetik K (/jam) ditentukan dengan memasukkan rumus


=((α*β)*(A+B))/((A*β)+(B*α)), selanjutnya K12 (/jam) ditentukan dengan
memasukkan rumus =((A*B)*(β-α)^2)/((A+B)*((A*β)+(B*α))), selanjutnya K21
(/jam) ditentukan dengan memasukkan rumus =((A*β)+(B*α))/(A+B), selanjutnya
t½ ditentukan dengan memasukkan rumus =0,693/β, selanjutnya Vp (mL)
ditentukan dengan memasukkan rumus =50/(A+B), selanjutnya AUC0˜ ditentukan
dengan memasukkan rumus =50/(K*Vp), dan Cl ditentukan dengan memasukkan
rumus =Vp*K.

V. Data Pengamatan

Tabel 1. Monokompartemen

Waktu (Jam) Ct (μg/mL) LnCp

0.5 0.699 -0.358104537


1 0.622 -0.474815186
2 0.413 -0.884307686
2.5 0.292 -1.231001477
4 0.152 -1.883874758
6 0.06 -2.813410717
8 0.024 -3.729701449
Tabel 2. Parameter Monokompartemen

Parameter Farmakokinetik Hasil

ke (/jam) 0.459
t 1/2 (jam) 1.509803922
Ln C0 0.0514
C0 1.052743907
Dosis i.v (mg) 160
Vd (mL) 151.9837816
Cl (mL/jam) 69.76055576
AUC0~ (μg/mL.jam) 2.293559709

Penguraian Perhitungan Parameter Farmakokinetika


LnCp = LnCpo -k.t
LnCp = 0,0514 -0,459.t
 Ke = b = 0.459/jam
ln 2
 t½ = 𝑘𝑒 = 1.5098 𝑗𝑎𝑚
 ln Co = a = 0.0514
 Co = anti ln Co = 1.0514
 Dosis = 150 mg
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 150 𝑚𝑔
 Vd = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑜𝑏𝑎𝑡 = = 142.4874 𝑚𝐿
1.0514
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
 AUC` = (𝑘𝑒)(𝑉𝑑) = 2.2935

Grafik Obat Mono


Kompartemen (Oxprenolol)
0
0 5 10
Konsentrasi (µg/ml)

-1
OXPRENOLOL
-2
Linear
-3 (OXPRENOLOL)
y = -0.459x - 0.0514
R² = 0.9984 Ln Ct = Ke x t + Ln
-4 C0
Waktu (jam)
Multikompartemen
Tabel 3. Multikompartemen

Kadar Obat
Waktu (Jam) Dalam Darah LnCp LnC' C' Cr LnCr
(μg/mL)

0.25 53.8 3.985273 2.796675 16.39006 37.40994 3.621936


0.5 43.3 3.768153 2.76525 15.88301 27.41699 3.311163
0.75 35 3.555348 2.733825 15.39165 19.60835 2.975956
1 29.1 3.370738
1.5 21.2 3.054001
2 17 2.833213
3 12.6 2.533697
4 10.5 2.351375
5 9 2.197225
6 8 2.079442
7 7 1.94591

Tabel 4. Parameter Multikompartemen

Persamaan
Parameter Rumus Excel
Farmakokinetik

y= bx + a Regresi lnCr α 1.292


y = -1,292x + 3,949 Ln A 3.949
R² =0,9995 A 51.88345743
y=bx+ a Regresi lnCp β 0.1257
y = -0,1257x + 2,8281 Ln B 2.8281
R² = 0,9987 B 16.91329502
Parameter
Hasil
Farmakokinetik

K (/jam) 0.3937
K12 (/jam) 0.6114
K21 (/jam) 0.4124
t 1/2 (/jam) 5.5131
Vp (mL) 0.7267
AUC0~ (mg/mL.jam) 174.7103
Cl (mL/jam) 0.2861

Penguraian Perhitungan Parameter Farmakokinetika


𝛼𝛽 (𝐴+𝐵) ((1.292)(51.8834))(51.8834+16.9133)
 K = (𝛼𝛽)+(𝛽𝛼) = ((1.292)(0.1257))+((0.1257)(1.292))
= 0.3937/𝑗𝑎𝑚

𝐴𝐵 (𝛽−𝛼)2 ((51.8834)(16.9133)) (0.1257−1.292)2


 K12 = (𝐴+𝐵)(𝛼𝛽+𝛽𝛼) = (51.8834+16.9133)((1.292)(0.1257)+(0.1257)(1.292))

 = 0.6114/𝑗𝑎𝑚
𝐴𝛽+𝐵𝛼 ((51.8834)(0.1257))+((16.9133)(1.292))
 K21 = = = 0.4124/𝑗𝑎𝑚
𝐴+𝐵 51.8834+16.9133
0.693 0.693
 t½ = = 0.1257 = 5.5131𝑗𝑎𝑚
𝛽
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 50
 Vd = = = 0.7267𝑚𝑙
𝐴+𝐵 51.8834+16.9133
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 50 𝑚𝑔
 AUCo~= = (0.3937)(0.7267)
= 174.7103 𝑚𝑙 𝑗𝑎𝑚
𝐾.𝑉𝑑
 Cl = Vd.K = (0.7267)(0.2937) = 0.2861

Grafik Obat Multi Kompartemen


4.5
OBAT MULTI
4
Konsentrasi obat (µg/ml)

y = -0,1257x + 2,8281 KOMPARTEMEN


3.5 R² = 0,9987 Fase Eliminasi
3 y = -1,292x + 3,949
2.5 R² = 0,9995
2 Fase Distribusi
1.5 y = -0,2871x + 3,6886
1 R² = 0,8978 Linear (OBAT MULTI
0.5 KOMPARTEMEN)
0 Linear (Fase Eliminasi)
0 2 4 6 8
Waktu (jam) Linear (Fase Distribusi)
VI. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan pemodelan farmakokinetik sediaan intravena,


praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi software Microsoft
excel untuk melihat farmakokinetik sediaan intravena yang diberikan dengan
menggunakan model mono kompartemen dan multikompartemen. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui prinsip dan perhitungan parameter-parameter
farmakokinetika mono kompartemen dan multi kompartemen dari sediaan
intravena. Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007). Adapun parameter
farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahuibioavabilitas suatu obat adalah
AUC (Area Under Curva), Volume distribusi, CpMax (konsentrasi tinggi puncak),
tmax (Waktu puncak, Waktu paruh obat (t½), Tetapan absorbsi (Ka), Tetapan
eliminasi (K) (Ganiswarna :2005).
Sediaan intravena yaitu sediaan yang diberikan dengan cara disuntikkan
langsung ke dalam pembuluh darah vena. Terapi intravena digunakan untuk
memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau
syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan
memberikan medikasi (Wahyuningsih, 2005). Keuntungan bentuk sediaan ini
adalah terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran ganstro
intestinal; dapat digunakan bila obat sedikit diabsorpsi dalam saluran gastro
intestinal sehingga obat tidak cukup untuk menimbulkan respons, dapat
menghasilkan efek obat yang cepat (pada keadaan gawat), kadar obat yang
diperoleh sesuai yang diharapkan karena sedikit dosis obat yang berkurang, dan
dapat diberikan kepada penderita yang kesulitan menelan, misalnya karena muntah
atau koma (Syamsuni, 2006).
Tujuan pemodelan farmakokinetika adalah menperkirakan kadar obat
dalam plasma, jaringan, dan urin; pengaturan dosis optimum perindividu;
memperkirakan akumulasi obat; hubungan konsentrasi obat dengan aktivitas
farmakologi; menentukan bioekivalensi; menentukan ADME suatu obat; regimen
dosis; menentukan parameter farmakokinetika.
Praktikum ini dilakukan menggunakan microsoft excel, pertama dilakukan
pemodelan farmakokinetika model satu kompartemen yang artinya tubuh dianggap
sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan secara cepat terdistribusi ke semua
bagian, kemudian obat juga dapat keluar dari tubuh karena merupakan
kompartemen terbuka. Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak
berarti bahwa kadar obat sama di dalam setiap jaringan atau
organ. Laju eliminasi (metabolisme dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu.
Pada praktikum kali ini dilakukan simulasi in vitro model kompartemen
satu terbuka dengan reaksi orde kesatu. Pada simulasi ini pemberian obat secara
intravena, yang artinya obat akan langsung berada disirkulasi
sistemik tanpa mengalami absorpsi, setelah obat masuk dalam sirkulasi sistemik,
obat akan didistribusikan, sebagian mengalami pengikatan dengan protein plasma
dan sebagian dalam bentuk bebas.
Obat bebas selanjutnya didistribusikan sampai ditempat kerjanya dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat
diekskresikan dari dalam tubuh melalui organ-organ ekskresi, terutama ginjal.
Seluruh proses yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi disebut
proses farmakokinetik dan proses ini berjalan serentak. Perbedaan jalur pemberian
obat menyebabkan ketersediaan obat dalam aliran tubuh berbeda pula.
Intravaskular memiliki bioavailibilitas yang lebih tinggi (100%) karena obat
langsung didistribusikan ke sistemik.
Grafik Kompartemen 1 Oxprenolol
0
Konsentrasi Obat (µg/mL)

-0.5 0 2 4 6 8 10

-1
-1.5
-2 oxpraponolol
-2.5 Linear (oxpraponolol)
-3
Ln Ct = Ke.t + Ln C₀
-3.5 y = -0.459x - 0.0514
R² = 0.9984
-4
Waktu (jam)

Pemodelan farmakokinetika mono kompartemen dengan menggunakan


obat Oxprenolol. Data pengamatan antara waktu dan kadar obat dalam plasma (Cp)
mula-mula data Cp di ln-kan terlebih dahulu, kemudian dicari kurva kadar dalam
plasmanya dari hubungan antara waktu dengan ln kadar obat dalam plasma,
sehingga diperoleh grafik garis linier. Hal ini menunjukkan bahwa obat Oxprenolol
termasuk kedalam model mono kompartemen.
Kemudian dilakukan perhitungan parameter-parameter farmakokinetika
untuk mono kompartemen. Dari hasil yang didapat data pengamatan pemodelan
farmakokinetika yang dilakukan pada Oxprenolol dengan model mono
kompartemen adalah dosis intravena 160 mg/50 kg BB, diperoleh konsentrasi awal
di dalam tubuh sebesar 1,05274 µg/mL dan waktu paruh eliminasi Oxprenolol
adalah 1,5098/jam dengan laju eliminasi obat 0,459/jam. Memiliki volume
distribusi 0,151984 L, serta klirens/bersihan obat sebesar 69,7606mL/jam.
Pada pemodelan farmakokinetika muno kompartemen didapat persamaan
farmakokinetika yaitu:
Persamaan Mono Kompartemen
Ln Cp = Ln Cp₀ kt
Ln Cp = 0,0514 - 0,459t

Pemodelan selanjutnya model farmakokinetika multi kompartemen yang


tubuh dianggap terdiri atas kompartemen sentral dan kompartemen perifer. Dimana
kompartemen sentral terdiri dari darah, jantung, ginjal, hati, dan kelenjar-kelenjar
endokrin. Sedangkan kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang kurang
dialiri darah seperti otot, kulit, dan jaringan lemak. Prinsip dari model multi
kompartemen hampir sama dengan kompartemen 1, tetapi pada multi kompartemen
terdapat fase distribusi karena adanya kompartemen perifer, serta fase eliminasi
tetap pada kompartemen sentral (Ganiswarna, 2005).

Grafik Obat Multi Kompartemen


4.5
Ln Cp (Kadar Obat dalam darah) µg/mL

4 Grafik Obat Multi


y = -0,2871x + 3,6886 Kompartemen
3.5
R² = 0,8978 Fase Eliminasi
3
2.5
Fase Distribusi
2 y = -1.292x + 3.949
R² = 0.9995
1.5 y = -0,1257x + 2,8281 Linear (Grafik Obat Multi
R² = 0,9987 Kompartemen)
1
Linear (Fase Eliminasi)
0.5
0
Linear (Fase Distribusi)
0 2 4 6 8
Waktu (jam)

Pada pemodelan multi kompartemen digunakan obat x dengan dosis 50


mg/kg. Pertama dilakukan adalah merubah konsentrasi obat dalam plasma (Cp)
menjadi Ln Cp yang kemudian dicari kurvanya, dan dari kurva yang dihasilkan
pada percobaan ini obat mengikuti pemodelan multi kompartemen, hal ini dapat
dilihat dari kurva yang tidak linier karena ada dua bagian dari kurva turun yaitu
bagian distribusi dan bagian eliminasi (Shargel, 2005). Setelah diketahui
pemodelannya maka dilakukan perhitungan parameter- parameter farmakokinetika
untuk multi kompartemen yang meliputi : Ln C’, C’,Cr’, Ln Cr. Didapat . kemudian
dihitung parameter-parameter lainnya seperti berikut: K didapatkan hasil
0,39377608 /jam; K₁₂ yaitu 0,611495618 /jam; K₂₁ yaitu 0,412428302 /jam; t½
yaitu 5,513126492 jam; Vp yaitu 0,726778492 mL; AUC₀˜ yaitu 0,726778492
mg/mL.jam; dan Cl yaitu 0,286187986 mL/jam.
Pada model multi kompartemen didapat persamaan farmakokinetika yaitu :
Ln Cp = Ln A - at + Ln B - bt
Ln Cp = 3,949 - 1,292t + 2,8281 - 0,1257t
Untuk model multi kompartemen pada t=0 tidak akan ada obat dalam
kompartemen jaringan. Karena setelah dosis i.v obat secara cepat dipindahkan,
sedangkan kadar dalam darah menurun dengan cepat sehubungan dengan eliminasi
obat dan pemindahan obat keluar dari kompartemen sentral ke dalam berbagai
jaringan. Kadar obat dalam jaringan akan mencapai puncak dan akan menurun
sehubungan dengan perbedaan konsentrasi antara dua kompartemen yang kecil
(Shargel, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat dalam tubuh yaitu keturunan, jenis kelamin, umur,
lingkungan, kondisimenopause, suhu, aliran darah, keadaan gizi, keadaan patologi,
efek non spesifik,dan kehamilan (Shargel, 2005).

VII. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan:

Model kompartemen terdiri dari mono kompartemen dan multi


kompartemen. Mono kompartemen menunjukkan obat akan masuk sekaligus ke
dalam sistem peredaran darah dan jumlah obat dalam darah akan menurun karena
obat mengalami proses distribusi dan eliminasi (metabolisme dan ekskresi).
Sedangkan pada multi kompartemen obat akan masuk ke dalam sistem peredaran
darah secara perlahan-lahan melalui proses absorpsi sampai mencapai puncaknya,
kemudian akan turun karena obat mengalami proses eliminasi.
VIII. Daftar Pustaka

Ansel.,Howard., C. 2004. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press.


Jakarta.
Devissaguet., Aiache. 1982. Farmaseutika 2 Biofarmasi Edisi ke-2. Tehnique
et Documentation 11 Rue Lavoiser . Air langga University Press
Ganiswarna., 2005. Farmakologi Dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Michael., J., Neal. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi ke Lima.
Penerbit Erlangga PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Mycek., 2004. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta.
Olson James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Hal 5
Shargel, Leon. 2012. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Air
Langga University. Jakarta.
Syukri.,Y. 2002. Biofarmasetika. UI Press. Yogyakarta.
Tan., H., Tjay dan Kirana Rahardja. 2002. Obat – Obat Penting. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Wattimena. 1987. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Gajah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai