Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh


Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (cair-cair).
2. Mempelajari teknik isolasi eugenol dari minyak cengkeh.
Pendahuluan
Ekstraksi merupakan salah satu bentuk pemisahan komponen campuran dengan campuran
lainnya. Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
saling campur dan digunakan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut
lainnya. Ekstraksi larutan adalah suatu teknik pemisahan dimana suatu larutan/cairan yang pada
hakikatnya tidak bercampur dengan zat tersebut, sehingga menimbulkan perpindahan satu zat atau
lebih zat yang terlarut dalam pelarut yang kedua. Pemisahan yang dapat dilakukan bersifat
sederhana, bersih, cepat dan mudah. Kasus pemisahan yang banyak terjadi dapat dilakukan dengan
mengocok campuran tersebut dalam sebuah corong pisah dalam beberapa waktu tertentu Metode
ekstraksi terdiri maserasi, perkolasi, reflux, dan sokhlet (Basset, 1994).
Ekstraksi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk campuran dan proses pelaksanaannya.
Berdasarkan bentuk campurannya, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu: ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair (leaching) merupakan zat yang diekstraksi berada dalam
campuran yang berbentuk padatan dan suatu proses yang melibatkan perpindahan massa antar fasa.
Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut menunjukkan seberapa jauh sistem
berada dari kesetimbangan, sehingga akan menentukan pula laju zat terlarut antar fasa. Proses ini
merupakan proses yang bersifat fisik dikarenakan komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi
ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi jenis ini banyak digunakan
didalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan alam seperti steroid,
hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-bijian (Lucas & Pressman, 1949).
Ekstraksi cair-cair merupakan zat yang diekstraksi teradapat pada campuran yang
berbentuk cair dan sering disebut juga sebagai ekstraksi pelarut yang banyak digunakan untuk
memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air. Metode ekstraksi cair-
cair ini, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu.
Ekstraksi yang sederhana dan sering dilakukan yaitu ekstraksi bertahap. Tekniknya yaitu dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong
pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua
pelarut, kemudian setelah didiamkan beberapa saat maka akan terbentuk dua lapisan, dan lapisan
yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisa
selanjutnya (Yazid, 2005).
Ekstraksi cair-cair terdiri atas dua tahapan, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase zat cair dengan sesempurna mungkin.
Perpindahan massa terjadi ketika pencampuran, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna
(media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Perpindahan massa
yang baik menandakan performansi ekstraksi yang besar harus diusahakan agar terjadi bidang
kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut, oleh karena itu salah satu cairan
distribusikan menjadi tetes-tetes kecil dengan bantuan pengaduk (Basset, 1991).
Pendistribusian saat ekstraksi cair-cair tidak boleh terlalu jauh dikarenakan akan
mengakibatkan terbentuknya emulsi yang sulit untuk dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur
tidak perlu terlalu besar. Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu hal yang penting sebagai
gaya penggerak pada bidang batas tetap ada sehingga bahan yang telah larut segera dipisahkan dari
bidang batas. Waktu pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes kecil menyatu
kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar
dapat dipisahkan dari cairan yang lainnya (Yazid, 2005).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman asli Maluku (Indonesia) yang
tergolong ke dalam keluarga tanaman Myrtaceae pada ordo Myrtales yang merupakan tanaman
herbal telah lama digunakan di negara-negara Timur Tengah dan Asia. Cengkeh digunakan sebagai
obat tradisional dalam penyembuhan berbagai macam penyakit, dan juga penyedap masakan.
Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol, yang merupakan senyawa utama (72-
90%). Eugenol juga memiliki sifat antiseptik dan anestetik. Analisis senyawa daun cengkeh dengan
metode GC-MS didapatkan senyawa eugenol 74,28%, eucalyptol 5,78%, kariofilen 3,85%, α-
cardinol 2,43%, limonen 2,08% (Waell, 2018).
Minyak daun cengkeh dalam kehidupan sehari-hari sering dimanfaatkan sebagai bahan
penyedap makanan, kosmetik, parfum, obat-obatan, dan pestisida nabati. Minyak atsiri merupakan
campuran senyawa organik yang terdiri dari berbagai macam komponen yang berlainan, sehingga
minyak atsiri bukan termasuk senyawa murni. Komponen minyak atsiri yaitu senyawa yang
mengadung atom C, H, dan O yang tidak bersifat aromatik dan secara umum disebut terpenoid.
Eugenol dan karyofilena merupakan senyawa utama penyusun utama minyak atsiri
(Purnawati, 2000).
Eugenol (C10H12O6) merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil,
dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil)fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam
keluarga alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Eugenol mempunyai warna bening hingga
kuning pucat dan bentuknya kental seperti minyak. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah
larut dalam pelarut organik. Aromanya yang menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering
sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Gambar molekul dari eugenol
adalah sebagai berikut :
O CH2
H3C

HO
2-methoxy-4-(prop-2-en-1-yl)phenol
Gambar 1.1 Struktur Eugenol
(Sumber : Kardinan, 2005).
Isolasi eugenol dapat dilakukan melalui beberapa jenis proses pemurnian (isolasi). Proses
ekstraksi, distilasi fraksionasi (rektifikasi), kromatografi kolom, ekstraksi superkritik, dan distilasi
molekuler adalah contoh proses pemurnian yang bisa digunakan. Eugenol merupakan suatu alkohol
siklis monohidroksi atau fenol sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat. Eugenol dari minyak
daun cengkeh dapat diisolasi dengan penambahan larutan encer dari basa kuat seperti NaOH, KOH
atau Ca(OH)2. KOH 10% dapat dipakai untuk mengisolasi komponen eugenol dari minyak daun
cengkeh. Kalium eugenolat yang larut dalam air akan terbentuk dari reaksi antara eugenol dan
KOH.

Gambar 1.2 Persamaan Reaksi antara Eugenol dengan KOH

Gambar 1.3 Persamaan reaksi K-Eugenol dengan H2SO4


(Sumber : Guenther, 1990).
Eter digunakan untuk mengekstrak bagian yang tidak termasuk dalam eugenol.
Penambahan asam anorganik akan menghasilkan garam natrium eugenol bebas. Penguapan dan
penyulingan digunakan untuk memurnikan eugenol yang didapatkan. Pengujian minyak cengkeh
untuk mengetahui kandungan ada tidaknya eugenol dilakukan dengan perhitungan nilai Rf dan hRf.
Nilai hRf antara 10-15, maka pada sampel terdapat eugenol.
Komponen hRf Warna dengan
IV/2 VI/1
Anetol 55-65 Coklat ungu Gelap
Linalil asetat 35-45 Biru muda -
Eukaliptol 30-40 Biru tua -
Karvon 15-25 Coklat Gelap
Sitral 10-15 Hijau-biru Gelap
Eugenol 10-15 Hijau-biru Gelap
Sinamilaldehida 10-15 Hijau-biru Gelap
Mentol 5-10 Biru tua -

Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada percobaan isolasi eugenol dari minyak cengkeh dilakukan dengan
menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair pemisahan komponen kimia di antara
2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase polar
(anorganik) dan sebagian larut pada fase nonpolar (organik). Fase nonpolar (organik) yang nantinya
akan terektraksi. Uji positif adanya eugenol dapat dilihat dari nilai Rf dan hRf.

Alat
Gelas beaker, batang pengaduk, corong pisah, labu ukur 50 mL, gelas ukur, cawan porselin,
pipet tetes, cawan plate, sinar UV, waterbath, plastik, karet, timbangan, botol semprot, dan
erlemeyer.

Bahan
H2SO4, KOH 1N, minyak cengkeh, eter, akuades, kertas lakmus, vanilin, etanol, pelat KLT,
n-heksana, dan etil asetat

Prosedur Kerja
a. Pengenceran H2SO4 dan KOH
Larutan H2SO4 sebanyak 2,7 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian
ditambahkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok. Padatan KOH 1 N sebanyak 2,8
gram dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian ditambahkan dengan akuades sampai tanda
batas dan dikocok.
b. Isolasi eugenol
Minyak cengkeh sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam erlemeyer, lalu ditambahkan 30
mL larutan KOH yang sudah diencerkan, lalu ditutup dengan plastik dan karet dan dikocok selama
5 menit kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Erlemeyer yang digunakan dibilas dengan
eter kemudian dimasukkan kembali ke corong pisah. Eter sebanyak 30 mL dimasukkan ke dalam
corong pisah, dikocok kuat-kuat dan diamkan sampai terbentuk dua lapisan. Fasa air (anorganik)
yang berada dilapisan bawah, dipisahkan dan ditampung dalam erlemeyer. Fasa eter (organik) yang
berada dilapisan atas, ditampung dalam erlemeyer yang lain. Fasa air ditambahkan larutan H2SO4
sebanyak 2 mL di setiap penambahan kemudian di cek pH nya dengan kertas lakmus yang berada
di cawan plate hingga didapatkan pH 4. Fasa air dipindahkan kembali ke dalam corong pisah dan
diekstraksi dengan eter 10 mL sebanyak 3 kali. Fasa air di lapisan bawah diletakkan dalam gelas
beaker dan fasa eter di lapisan atas diletakkan ke dalam cawan porselin. Fasa air dimasukkan
kembali ke corong pisah, ditambahkan 10 mL eter dan dilakukan pengocokan kuat-kuat. Fasa eter
diuapkan di atas waterbath, kemudian ditampung di botol.
c. Identifikasi Hasil Isolasi
Pelarut heksana dan etil asetat dimasukkan ke dalam bejana. Kertas saring diletakkan di
bejana kemudian ditutup dengan kaca. Penotolan dilakukan pada fasa diam dengan bagian atas
jaraknya 0,5 cm dan bagian bawah 1,5 cm. larutan standar ditotolkan pada bagian A dan sampel
pada bagian B. Hasil penotolan pada lempeng KLT dilihat menggunakan sinar UV 254 mm. kertas
saring dikeluarkan ketika bejana jenuh kemudian masukkan fasa diam ke bejana. Fasa diam
dikeluarkan dari bejana ketika fasa gerak sampai tanda batas kemudian dikeringkan. Fasa diam
dideteksi dengan sinar UV 366 mm dan 254 mm. Fasa diam disemprot vanillin etanol dan asam
sulfat etanol kemudian dipanaskan dalam oven 105 0C selama 5 menit. Lempeng atau fasa diam
dikeluarkan dari oven dan diamati bercak yang terbentuk serta dihitung Rf dan hRf sampel dengan
standar eugenol.

Hasil
Perhitungan
 Standar (A)
Rf = jarak tempuk spot
Jarak tempuh eluen
= 1,2 = 0,15
8
hRf = nilai Rf x 100
= 0,15 x 100
= 15
 Sampel (B)
Rf = jarak tempuk spot
Jarak tempuh eluen
= 1,1 = 0,13
8
hRf = nilai Rf x 100
= 0,13 x 100
= 13
Tabel hasil
No. Perlakuan Hasil
Minyak cengkeh 10 mL+ KOH 1N 30 mL Campuran menjadi homogen berwarna kuning
1.
+ ditutup menggunakan plastik + dikocok kental
Terbentuk 2 fase, yaitu:
Campuran diektraksi dengan 30 mL eter
2. Fase atas: fase organik
+ dikocok
(eter) Fase bawah: fase air
3. Pengocokan campuran Gas
4. Fasa air + H2SO4 Warna semakin cokelat pH = 4
Fasa air diekstraksi kembali + 10 mL Terbentuk 2 fasa Bagian bawah : air Bagian atas
5. eter :
+ dikocok eter
6. Fasa eter diuapkan diatas Waterbath Bau eter hilang
Penjenuhan bejana dengan fasa gerak
7. Fasa gerak naik sampai tanda batas
(heksan etil : etanol) = (9:4)
366 nm : tidak terdapat bercak pada lempeng
8. Deteksi lempeng dengan sinar UV
254 nm : terdapat bercak pada lempeng
9. Lempeng dioven pada suhu 105℃ Terbentuk bercak pada lempeng

Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Cengkeh
(Syzygium aromaticum) merupakan tangkai bunga kering yang beraroma dari keluarga pohon
Myrtaceae. Komponen terbesar yang terdapat dalam minyak cengkeh adalah eugenol sebesar 70-
80%. Eugenol memberikan aroma yang khas pada minyak cengkeh (Waell, 2018). Isolasi eugenol
pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair
merupakan zat yang diekstraksi terdapat pada campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair
ini dilakukan dengan ekstraksi bertahap. Tekniknya yaitu dengan menambahkan pelarut
pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui scorong pisah, kemudian
dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut,
kemudian setelah didiamkan beberapa saat maka akan terbentuk dua lapisan, dan lapisan yang
berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya
(Yazid, 2005).
Percobaan isolasi eugenol dari minyak cengkeh dimulai dengan membuat larutan H2SO4
dan KOH dengan proses pengenceran. Larutan H2SO4 sebanyak 2,7 mL dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL. Sisa larutan H2SO4 yang berada pada gelas ukur tersebut dibilas dengan
menggunakan akuades lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan fungsi dari pembilasan
adalah agar larutan H2SO4 tidak ada yang tersisa dalam gelas ukur. Larutan ditambahkan dengan
akuades ke dalam labu ukur sampai tanda batas dan dilakukan pengocokan agar larutan menjadi
homogen. Perlakuan selanjutnya adalah pembuatan larutan KOH 1N. Pembuatan larutan ini
dilakukan dengan cara menimbang padatan KOH sebanyak 2,8 gram dan diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas labu ukur 50 mL. Proses pengenceran ini dilakukan dengan mengocok
larutan secara perlahan agar larutan menjadi homogen.
Ekstraksi minyak cengkeh dilakukan dengan menambahkan KOH yang telah diencerkan
dan dilakukan pengocokan dan ditutup dengan plastik dan karet. Pengocokan ini bertujuan agar
larutan menjadi homogen dan mempercepat terjadinya reaksi dan ditutup plastik agar larutan tidak
terkontaminasi. Penambahan KOH berfungsi untuk mengisolasi komponen eugenol dari minyak
cengkeh. Pemilihan KOH sebagai reaktan dikarenakan sifatnya yang lebih cepat larut dalam air
dan pengikatan asam lebih cepat dibanding NaOH, hal ini dapat mempersingkat proses pemurnian.
Eugenol merupakan alkohol siklis monohidroksi sehingga dapat bereaksi dengan KOH. Persamaan
reaksi eugenol dan KOH sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan diatas eugenol yang ditambahkan dengan KOH akan menghasilkan kalium
eugenolat yang larut dalam air. Eugenol dan KOH serupakan senyawa polar sehingga keduanya
dapat saling bercampur. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like dimana kelarutan suatu zat
hanya akan larut pada pelarut yang sejenis, dengan kata lain zat yang bersifat polar akan larut pada
pelarut polar dan zat non polar pun akan larut pada pelarut yang non polar. Garam kalium eugenolat
yang terbentuk memiliki sifat polar yang dapat larut dengan pelarut air, tetapi tidak larut pada
pelarut organik. Reaksi minyak cengkeh dengan KOH bersifat eksoterm dikarenakan adanya
penggantian gugus H+ dengan K+ terdapat panas yang dilepas oleh sistem ke lingkungan yang
ditandai dengan hangatnya dinding erlemeyer.
Minyak cengkeh yang telah dicampurkan dengan KOH kemudian dimasukkan kedalam
corong pisah dan diekstraksi dengan 30 ml eter dan dikocok kuat-kuat. Penambahkan eter pada
campuran eugenol dengan KOH berfungsi untuk mengisolasi komponen minyak cengkeh selain
eugenol. Pengocokan dilakukan secara kuat-kuat yang bertujuan untuk mempercepat pemisahan
senyawa yang memiliki kepolaran yang berbeda. Campuran yang telah dikocok kemudian
didiamkan hingga membentuk 2 fasa. Fasa yang dihasilkan yaitu fasa polar / fasa air (kalium
eugenolat) yang berada dibawah (berwarna kuning kecoklatan) dan fasa non polar (eter) berada
diatas (ungu kehitaman). Massa jenis KOH dan eugenol lebih besar dibanding dengan massa jenis

eter, dimana massa jenis KOH 2,12 g/cm3 sehingga akan berada pada fasa bawah sedangkan massa

jenis eter adalah 0,713 g/cm3 sehingga berada pada fasa atas.
Kedua fasa yang telah terbentuk kemudian dipisahkan. Fasa polar/fasa air (kalium
eugenolat) yang berada di bagian bawah ditempatkan pada erlenmeyer 1 dan fasa non polar yang
dimasukkan ke erlenmeyer 2. Fasa air yang telah diletakkan di erlemeyer 1 kemudian ditambahkan
dengan larutan H2SO4 sampai pH nya berubah menjadi 4. Penambahan larutan H2SO4 sebanyak 2
mL per penambahan, kemudian dikocok dan dilihat pH nya dengan kertas lakmus dan didapatkan
pH 4 pada penambahan larutan H2SO4 sebanyak 16 mL. Penambahan larutan H2SO4 berfungsi
untuk membebaskan eugenol dari garam kalium eugenolat dengan cara ion H+ yang berada pada
H2SO4 akan mensubstitusi ion K+ dari kalium eugenolat sehingga terbentuk senyawa eugenol.
Persamaan reaksinya yaitu:

Fasa air tersebut dipindahkan ke dalam corong pisah dan diekstraksi sebanyak 3 kali dengan
ditambahkan eter. Fasa atas yang berupa eter ditampung dalam cawan porselen. Fasa air
dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan eter sebanyak 10 mL, lalu dikocok sampai
tidak terbentuk gas. Fasa eter yang telah ditampung di cawan porselin kemudian diuapkan di atas
waterbath hingga bau eter menghilang kemudian hasilnya ditampung dalam botol kecil. Percobaan
berikutnya adalah mengidentifikasi hasil isolasi dengan proses kromatografi lapis tipis (KLT).
Larutan n-heksana dan etil asetat disiapkan terlebih dahulu dengan perbandingan 9 : 6. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam bejana dan dimasukkan kertas saring untuk proses penjenuhan
kemudian ditutup dengan kaca. Lempeng KLT atau fasa diam dibuat garis batas spot menggunakan
pensil dengan batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1,5cm. Penotolan dengan memberikan tanda yaitu
larutan standar pada kolom A dan sampel minyak pada kolom B. Pembuatan batas penotolan
menggunakan pensil dikarenakan pensil tidak mempengaruhi kelarutan dari suatu senyawa.
Lempeng KLT kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi campuran larutan n-heksana
dan etil asetat yang telah jenuh untuk proses elusi, lalu ditutup dengan kaca. Fasa gerak dibiarkan
naik hingga tanda batas lempeng KLTkemudian dikeringkan. Lempeng KLT yang telah kering
dideteksi pada sinar UV 366 nm, hasilnya tidak terlihat bercak yang terbentuk kemudian dilihat
dengan sinar UV 254 nm hasilnya terlihat adanya bercak. Proses selanjutnya adalah pembuatan
vanilin etanol dan asam sulfat etanol yang digunakan sebagai penyemprot. Fasa diam/lempeng KLT
disemprot dengan vanilin terlebih dahulu kemudian disemprot asam sulfat etanol. Penyemprotan
bertujuan agar noda yang dihasilkan pada fasa diam terlihat jelas. Fasa diam kemudian di oven
dengan suhu 105 oC selama 5 menit. Lempeng KLT yang telah kering dapat dihitung nilai Rf dan
hRf pada larutan standar (A) dan sampel(B). Hasil yang diperoleh adalah nilai Rf dan hRf dari
larutan standar sebesar 0,15 dan 15 dan hasil dari sampel adalah 0,13 dan 13. Senyawa eugenol
dalam minyak cengkeh dapat diidentifikasi dengan nilai Rf dan hRf nya, senyawa eugenol menurut
teori rentang nilai Rf dan hRf nya sebesar 10-15. Hasil isolasi eugenol dari minyak cengkeh yang
didapatkan adalah sesuai dengan literatur.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain :
1. Ekstraksi cair-cair merupakan zat yang diekstraksi terdapat pada campuran yang berbentuk
cair. Ekstraksi cair-cair menggunakan prinsip distribusi solute didalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur.
2. Isolasi eugenol dari minyak cengkeh dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ekstraksi
cair-cair yang dilakukan secara bertahap dan dilakukan uji eugenol menggunakan perhitungan
nilai Rf dan hRf dan didapatkan nilai hRf sebesar 13 yang menunjukkan terdapat eugenol.

Daftar Pustaka
Basset, J, dkk. 1991 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku EGC.
Basset, J. R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa
Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IVB. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Lucas, H.J., dan Pressman, D. 1949. Principles and practice in organic chemistry. New
York: John Wiley and Sons.

Purnawati. 2000. Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Malang: Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya.

Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jember: FMIPA Universitas Jember.
Wael1, Syahran, Ferymon Mahulette, Theopilus Wilhelmus Watuguly, dan Didik Wahyudi.2018.
Pengaruh Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Limfosit dan makrofa
Mencit. Traditional Medicine Journal. Vol : 23(2). Hal : 79.
Yazid, E.2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.

Saran
Saran pada percobaan ini yaitu saat pengocokan campuran harus dilakukan dengan kuat
agar mempercepat pemisahan larutan dan agar gas yang dihasilkan dapat hilang dengan cepat.
Praktikan harus lebih berhati-hati saat memisahkan fase polar dan non polar agar salah satu fase
tidak bercampur dengan fasa yang lainnya. Praktikan perlu berhati-hati dalam menggunakan alat
laboratorium terutama yang terbuat dari kaca agar tidak pecah seperti corong pisah.

Nama Praktikan
Nur Saidah Kholiliyah (181810301056)

Anda mungkin juga menyukai