Anda di halaman 1dari 24

Sugiyono, Apt

TETES MATA

Tetes mata adalah sediaan steril yang berapa larutan atau


suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata
Syarat-syarat Tetes Mata

Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan


mata :

Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;


Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak
mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
Isotonisitas dari larutan;
pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas
yang optimum
KEUNTUNGAN TETES MATA

Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep,


meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak
diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya
larut dalam air.

Kerugian Tetes Mata


Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu
kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang
terabsorsi.

Karakteristik Sediaan Mata:

1.Kejernihan
2.Stabilitas
3.Buffer dan pH
4.Tonisitas
5.Viskositas
6.Additives/Tambahan
lanjutan
Tetes mata dapat mengandung bahan-bahan antimikroba
seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti
kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau
obat midriatik seperti atropin sulfat.
Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak
yang idealnya harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Ia seharusnya steril ketika dihasilkan
Ia seharusnya bebas dari partikel-partikel asing
Ia seharusnya bebas dari efek mengiritasi
Ia seharusnya mengandung pengawet yang cocok untuk
mencegah pertumbuhan dari mikroorganisme yang dapat
berbahaya yang dihasilkan selama penggunaan.
Jika dimungkinkan larutan berair seharusnya isotonis
dengan sekresi lakrimal konsentrasi ion hidrogen
sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan idelanya tidak
terlalu jauh dari netral
Ia seharusnya stabil secara kimia
lanjutan

Sediaan untuk mata terdiri dari bermacan-macam tipe


produk yang berbeda. Sediaan ini basa berupa larutan
(tetes mata/pencuci mata), suspensi/salep. Kadang-
kadang injeksi mata digunakan dalam kasus khusus.
Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu
harus steril dan bebas dari bahan partikulat. Dengan
pengecualian jumlah tertentu dari injeksi mata,
sediaan untuk mata adalah bentuk sediaan topical
yang digunakan untuk efek local dan karena itu tidak
perlu untuk bebas pirogen.
lanjutan

Farmasis seharusnya menyiapkan larutan mata yang :


Steril
Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan
germisidal untuk meningkatkan sterilitas;
Bebas dari partikel yang tersuspensi;
Bahan-bahan yang akurat;
Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
Dibuffer sebagaimana mestinya;
Dimasukkan dalam wadah yang steril;
Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis
lanjutan

Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang


ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam
prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif
dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan
paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat
dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi
biasanya paling stabil pada pH asam.
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh
garam-garam dalam larutan berair, larutan mata
adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan
mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya
sama dengan 0,9% larutan NaCl.
Viskositas: USP mengizinkan penggunaan bahan
pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa,
polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa
ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan
viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya
viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan
meningkat lama kontak dalam mata.
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata
diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam
jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium
Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan
konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan
yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain
seperti asam askorbat atau asetilsistein juga
digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil
untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
sebagai pengawet antimikroba dpt dgunakan
benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02%
dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi.
Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan
dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata
komersial.
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari
partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk
tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk,
metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu),
zaat tambahan larutan
Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang
ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam
prakteknya, ini jarang dicapai.
Mengapa Tetes Mata Harus Steril
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata
yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang
paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi
mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan
kebutaan.
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme
pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air
mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau
mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu,
mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata
secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata
enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana
mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa
polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini
tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin
yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas
aeruginosa (Bacillus pyocyneas).
Mengapa Tetes Mata Harus Isotonis

Isotonisitas dalam larutan mata artinya mempunyai


tekanan osmotik yang sama sebagai cairan darah, dan
kemudian menjadi isotonis dengan 0,9% larutan
natrium klorida.
Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh
garam dalam larutan berair.
Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih
besar daripada cairan mata disebut hipertonik.
Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut
mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut
hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang
mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen
0,5% sampai 1,6% NaCl.
Pewadahan/kemasan

Sifat-sifat yang penting sebagai berikut :


wadah dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali
gelas.
wadah melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak
bahan obat sensitif terhadap cahaya.
Wadah mempunyai segel yang memuaskan. Norton
(1963) menunjukkan test warna.
wadah dlengkapi penetes yang siap digunakan.
wadah dilengkapi dengan pengaturan racun. Banyak
obat mata adalah racun.
Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat
atau partikel lain yang menjadi isi larutan.
kemasan untuk tetes mata sebaiknya digunakan dalam
unit kecil, tidak lebih besar dari 15 ml dan lebih
disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran
yang biasa dgunakan untuk kemasan tetes mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu
pengobatan dan meminimalkan jumlah pemaparan
kontaminasi.
Komposisi Tetes Mata
Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah
bahan tambahan untuk mempertahankan potensi dan
mencegah peruraian. Bahan tambahan itu meliputi :
Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk
mencegah perkembangan mikroorganisme yang
mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata.
Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling banyak
tetes mata dan yang lain menggunakan fenil
merkuri nitrat (0,004%), benzalkonium klorida
(0,01%), benzetonium klorid (0,01%), klorobutanol
(0,5%), fenilmerkuri asetat (0,004%), dan timerosal
(0,01%).
Isotonisitas
NaCl 0,9% biasa digunakan untuk mencapai tekanan
osmotik yang sesui dengan larutan tetes mata.
Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan
biasanya dalam beberapa kasus termasuk bahan
pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi
0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini.
Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan
beberapa buffer telah digambarkan. Sodium sitrat
digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan
peruraian obat dalam larutan digunakan bahan
pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks
organik, akan memberikan perlindungan. Na2EDTA,
satu yang paling dikenal sebagai pengkhelat.
Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi
aksi yang lama pada larutan mata dengan tetap kontak
lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental
dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan
untuk tujuan ini.
INJEKSI
 Definisi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang.
 Penggolongan injeksi :

1. Intramuskular : Di bagian otot relaksasi


2. Intravena : Pada vena yg tampak jelas
3. Subkutan : jaringan longgar di bawah kulit (dermis) dan bagian tubuh
yang sedikit lemaknya.
4. Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial atau langsung ke
dalam organ-organ abdominal seperti hati, ginjal, atau kandung kemih
5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke dalam jaringan yang
longgar di bawah kulit (dermis) dan pada bagian tubuh yang sedikit
lemaknya.
4. Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial atau
langsung ke dalam organ-organ abdominal seperti hati,
ginjal, atau kandung kemih
5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke dalam
jaringan yang longgar di bawah kulit (dermis) dan pada
bagian tubuh yang sedikit lemaknya.
6. Intrakardiak : bilik jantung
7. Intrasisternal : rongga sisternal sekeliling dasar otak
8. Intrakutan/
intradermal : Injeksi dilakukan ke dalam kulit. Biasanya
diberikan di permukaan anterior lengan depan.
9. Intratekal : kantung lumbar (rongga sum-sum tulang
belakang) yang terletak di ujung kaudal dari spinalis cordata
10. Intrauterin :Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus pada
keadaan hamil
11. Intraventrikular : Injeksi yang dilakukan ke dalam
rongga-rongga sisi otak.
12. Intra-arterial : Langsung ke dalam arteri
13. Intra-artikular : Ke dalam cairan sinovial pada
persendian
14. Intralesional : Langsung ke dalam atau di sekitar luka
15. Intra-okular : Ke dalam mata
a. Subkonjungtiva : Di bawah kapsul Tenon, di dekat
mata
b. Intrakameral/ intravitreal : Ke dalam vitreous
humour
c. Retrobulbar : Di sekitar bagian posterior dari bola
mata
d. Anterior chamber : Langsung pd arterior chamber
16. Intrapleural : Ke dalam rongga selaput dada
INFUS
DEFINISI
• FI edisi III : Infus intravenous adalah sediaan steril berupa
larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat
isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena
dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai
fase luar. Diameter fase dalam tidak m. kecuali dinyatakan lain,
infus intravenous tidaklebih dari 5 diperbolehkan mengandung
bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus
jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous
setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan
pemisahan fase.
• FI IV : Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda
volume lebih dari 100 ml.
Infus termasuk sediaan parenteral volume besar. Sediaan
parenteral volume besar : sediaan cair steril mengandung
obat yg dikemas dlm wadah 100 ml atau lebih dan
ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar
meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan dialisis
peritonal & blood collecting units with antikoagulant
(Lachman Parenteral)

Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral


volume besar terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1). Secara intravena: = infus intravena = venoclysis
2). Non intravena:
(a). Larutan dialisis
(b). Larutan irigasi
Rute pemakaian secara intravena digunakan untuk keadaan :

1) Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral


2) Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
3) Perlunya respon yang cepat
4) Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara
oral.
5) Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak
praktis
6) Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya
cairan pembawa
7) Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan
harus diinfus terus menerus
8) Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
9) Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai