Anda di halaman 1dari 32

Disusun oleh :

Ratna Puspita (201310410311062)


Monalisa Ayu Marantina (201310410311121)
Monix S (201310410311168)
Elsa Maya Desy W. (201310410311191)
PENGERTIAN

 injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah
100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat
dalam air yang bisa diberikan secara intravena.
Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang
dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah kapiler.
Keuntungan Penggunaan
Sediaan Parenteral

 Dapat digunakan untuk terapi lokal, seperti: anastesi dan
cabut gigi.
 Efektif untuk pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Efektif untuk membantu pemberian nutrisi.
 Respon fisiologis cepat, penting untuk beberapa penyakit.
Seperti: serangan jantung, asma, shock, dll.
 Sebagai alternatif bila pasien tidak dapat menggunakan
sediaan oral.
 Ketergantungan kepada dokter, dapat digunakan untuk
memaksa agar pasien kontrol ulang.
Kerugian Penggunaan
Sediaan Parenteral

 Lebih mahal.
 Bila muncul efek samping, sulit dicegah atau diatasi.
 Memerlukan tenaga kesehatan yang terampil.
 Memerlukan kondisi khusus (aseptis dsb).
Tonisitas Larutan Sediaan Parenteral

• Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi


dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di
antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonic (ekivalen dengan
Isotonis larutan 0,9% NaCl).

• Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan


osmose serum darah, maka larutan dikatakan isoosmotik.
Isoosmotik

• Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari
serum darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel
darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah
Hipotonis merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel
• Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi

Hipertonis

dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah
merah melintasi membrane semipermiabel dan mengakibatkan
terjadinya penciutan sel-sel darah merah, yang disebut Plasmolisa.
pH Larutan Sediaan Parenteral

Isohidris 
•Merupakan suatu kondisi larutan zat yang pH
nya sesuai dengan pH fisiologis tubuh 7,4.

Euhidris
•Merupakan suatu usaha pendekatan larutan
suatu zat secara teknis ke arah pH fisiologis
tubuh dilakukan pada zat yang tidak stabil
pada pH fisiologis seperti garam alkalodi,
vitamin C dan sebagainya
PRAFORMULASI

Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

Deskripsi Farmakokinetik Kontraindikasi Dosis

Farmakodinamik
Indikasi Efek Samping
Deskripsi


Metamizol (antalgin, dypiron, metampiron). Metampiron adalah derivat sulfat
dari aminofenazol yang larut dalam air. Khasiat dan efek sapingnya sama. Obat
ini dikombinasikan dengan obat lain, antara lain dengan aminofenazon. Obat ini
dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang
adakalanya fatal karena bahaya agrunolositosis. Obat ini sudah lama dilarang.
Peredarannya di banyak negara antara lain Amerika Serikat, Swedia, Inggris, dan
Belanda. (Obat-obat Penting ed. 6 hal 315).
Farmakodinamik


Sesuai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas
rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala, juga efektif terhadap nyeri
yang berkaitan dengan radang atau inflamasi. Analgetika bekerja secara
sentral menahan nyeri. Analgesia yaitu suatu keadaan dimana setelah
pemberian analgetik, bercirikan perubahan prilaku pada respon terhadap
nyeri dan kemampuan yang berkurang untuk menerima impuls nyeri tanpa
kehilangan kesadaran (Ganiswara,1981).
Farmakokinetik

antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan


ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung


melintasi sel membran (Anief, 1991).

Indikasi

Antalgin merupakan salah satu turunan pirozolon yang bersifat


analgetika yang mempunyai kerja farmakologi utama analgetik, selain
itu juga menunjukkan kerja antipiretik (Foye, 1995).

Kontraindikasi

Kontraindikasi pada pasien yang terdapat hipersensitivitas terhadap


komponen sediaan injeksi Antalgin.
Efek Samping


Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama,
penggunaan obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat
menimbulkan kasusagranulositosis fatal.Untuk mendeteksi hal tersebut,
selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur.Jika
gejala tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan. Efek
samping lain yangmungkin terjadi adalah: methemoglobinemia, erupsi kulit,
seperti pada kasus eritematous disekitar mulut, hidung dan alat kelamin
(Lukmanto, 1986).

Dosis
500mg/ml
PRAFORMULASI
Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat


Rumus Molekul Data Rumus Bangun
= C13H16N3NaO4S. H2O Stabilitas
Berat Molekul = Tidak
= 351, 37 stabil
terhadap
Data Kelarutan Dalam Berbagai cahaya dan
Pelarut stabil pada
= Mudah larut dalam air, dalam pH 6-7.
metanol, dan tidak larut dalam Inkompaktibilitas
eter (HPE, 2nd edition. 1994 : 185- = Dengan aspirin aktivitas
187). Sangat larut dalam air 1:1.5, antalgin akan hilang
larut dalam alkohol. (Martindale (interaksi).
36th edition 49). Dengan iodine aktivitas
antalgin akan hilang.
Tinjauan Bahan Tambahan

Antioksidan


Bahan Kegunaan Karakteristik Kelarutan pH Stab Cara
fisika sterilisasi
Na Metabisulfit Antioksida Pemerian : Kelarutan : 3,5 – 5,0 autoklaf
(Handbook of n Tidak berwarna, Agak
Pharmaceutic berbentuk kristal mudah larut
al Excipients prisma atau dalam
hal 451) serbuk kristal etanol,
berwarna putih mudah larut
hingga putih dalam
kecoklatan yang gliserin, dan
berbau sulfur sangat
dioksida dan mudah larut
asam dalam air.
Pengawet

Bahan Kegunaan Karakteristik Kelarutan pH Stab Cara


fisika sterilisasi
Benzalkonium Pengawet pada Pemerian: Praktis tidak pH stabil: autoklaf
Klorida sediaan tetes serbuk putih larut dalam 4-8
(HPE Ed.6 Hal mata dengan atau amorf eter, mudah
56) konsentrasi putih larut dalam
0,01- 0,02% kekuningan, gel aseton, etanol
w/v tebal atau (95%),
serpih agar- metanol,
agar. propanol dan
air.
Bentuk Sediaan, Dosis Dan Cara Pemberian


Bentuk dan Volume sediaan yang Pengatasan Formulasi:
dibuat: 1. Menggunakan
injeksi sebanyak 5 ml dalam vial. wadah yang
terlindung dari
cahaya
2. Ditambah
Permasalahan Formulasi:
antioksidan, waktu
1. Bahan obat tidak stabil
filling dialiri gas
terhadap cahaya
inert
2. Dapat teroksidasi oleh
3. Didapar
udara
4. Ditambah pegawet
3. Rentang pH sempit
4. Karena multiple dose
kemungkinan bisa
terkontaminasi
FORMULASI
Macam-macam Formulasi


Formulasi yang Direncanakan


Nama Bahan Prosentasi
Methampiron 250 mg/ml
Na metabisulfit 0,1%
Benzal konium Chlorida 0,1%
Water for Injection ad 30 ml
Fungsi, Kelarutan, pH stabilitas dan Cara Sterilisasi dari Masing-masing
Komponen


Cara
Nama Bahan Fungsi Kelarutan pH stabilitas
Sterilisasi
Dipyrone BahanAktif Air (1 : 1,5) 6–7 Autoklaf
Na- Mudah larut 3,5 – 5,0 (5%
Antioksidan Autoklaf
Metabisulfit dalam air b/v)
Benzal konium Sangat larut 5 – 8 (10%
Pengawet Autoklaf
klorida dalam air b/v)
Aqua pro 3,5 – 8 (10%
Pelarut Air (1 : 3,5) Autoklaf
injeksi b/v)
PELAKSANAAN

Perhitungan Volume dan Berat

Dibuat sediaan sebanyak 30 ml


• Antalgin = 250 𝑚𝑔 𝑥 40 𝑚𝑙 = 7,5 𝑔
0,1 %
• Na Metabisulfit= 1% 𝑥 30 𝑚𝑙 = 3𝑚𝑙
0,1 %
• Benzalkonium Klorida = 0,1 % 𝑥 30 𝑚𝑙 = 3𝑚𝑙
• WFI = 30 ml – (7,5g + 3ml + 3ml) = 16,5 ml
Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, sebelumnya sterilisasi terlebih
dahulu dengan menggunakan metode sterilisasi yang sesuai.
2. Ditimbang Antalgin sebanyak 250mg, masukkan kedalam beaker glass,
tambahkan Aqua pro injeksi sedikit (setengah bagian) dan aduk ad larut.
3. Ditimbang Na Metabisulfit 3ml, masukkan kedalam beaker glass no. 2, aduk
ad larut dan homogen.
4. Diukur Benzal konium klorida sebanyak 3 mL, masukkan kedalam beaker
glass no. 2, aduk ad larut dan homogen.
5. Cek pH pada sediaan dengan menggunakan kertas pH indicator universal.
Jika lebih kecil atau lebih besar, adjust pH sesuai dengan yang direncanakan.
6. Ditambahkan Aqua P.I ad 30 ml.
7. Disaring
8. Masukan kedalam vial, lalu tutup dengan karet vial yang sebelumnya telah
dijenuhkan dengan larutan benzalkolonium klorida, lalu lakukann sterilisasi
dengan autoklaf 121˚C selama 15 menit.
9. Lakukan evaluasi.
10. Kemasi, beri etiket dan brosur.
Alat dan Wadah yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya

No. Nama Wadah Ukuran Jumlah Cara Suhu Waktu


Sterilisasi
1.
2.
Beaker glass
GelasUkur
150 ml
10 ml 
1
1
Oven
Autoklaf
170ºC
121ºC
45 menit
23 menit
3. GelasUkur 50 ml 1 Autoklaf 121ºC 23 menit
4. GelasArloji Besar 1 Oven 170ºC 45menit
5. Erlenmeyer 150 ml 1 Oven 170ºC 45menit
6. Corong Besar 1 Autoklaf 121ºC 23 menit
7. PipetTetes 1 Autoklaf 121ºC 23 menit
8. Karet Pipet 2 Autoklaf 121ºC 23 menit
9 BatangPengaduk Sedang 1 Autoklaf 121ºC 23 menit
10. Spatula Logam 1 Oven 170ºC 45 menit
11. Spuit 3 ml 2
12. Vial 6 Oven 170ºC 45 menit
13. Tutupkaret vial 6 Autoklaf 121ºC 23 menit
14. TutupAlumunium 6 Oven 170ºC 45 menit
Sterilisasi Sediaan
Metampiron


Metode sterilisasi Catatan waktu
Pemanasan 19 menit
Pengeluaran udara 5 menit
Menaik 10 menit
kesetimbangan 4 menit
Pembinasaan 15 menit
Waktu tambahan jaminan sterilitas 2 menit
Waktu jatuh 6 menit
Waktu pendinginan 6 menit
Total waktu 67 menit
Kemasan dan
brosur



RANCANGAN
EVALUASI

Evaluasi In Process Control Uji Kejernihan Larutan

Penetapan pH

Evaluasi Post Process Control Uji Sterilitas

Uji Pirogenitas

Uji Fertilitas
Hal-hal yang diperhatikan sebelum melakukan uji sterilitas:


Cara Membuka Wadah Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi

Macam – macam media :


1. Media Tioglikolat Cair
2. Media Tioglikolat Alternatif
3. Media Soybean-Casein Digest
HASIL

PEMBAHASAN
Pada proses pembuatan sediaan injeksi antalgin metode sterilisasi yang


digunakan adalah sterilisasi panas basah. Hal ini dikarenakan antalgin
merupakan bahan obat yang tahan terhadap pemanasan. Pada
pembuatan sediaan injeksi antalgin mula-mula alat-alat yang akan
digunakan disteriliasi terlebih dahulu, timbang bahan-bahan yang
diperlukan dan disiapkan WFI yang sudah tersedia dimasukan kedalam
erlenmeyer. Kemudian masing-masing bahan (Antalgin, Na metabisulfit
dan BKC) dilarutkan satu per satu dengan WFI, Na metabisulfit dan BKC
yang telah dilarutkan, dimasukkan ke dalam larutan antalgin dan diaduk
ad homogan. Setelah itu dilakukan pengecekan pH. Hasil uji pH
diperoleh pH 6 dimana sesuai dengan pH spesifikasi sediaan yang
berdasarkan pertimbangan pH stabilitas sediaan. Kemudian ditambahkan
WFI ad 30 ml dan disaring menggunakan kertas saring. Sediaan yang
telah jadi, dilanjutkan dengan filling kedalam vial sebanyak 5,3 ml, lalu
ditutup dengan karet vial dan tutup aluminium. Terakhir, dilakukan
sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121˚C.Pada steriliasasi dengan
autoklaf, total waktu yang dibutuhkan yaitu 67 menit untuk melalui
semua tahap pada sterilisasi dengan autoklaf

Terdapat 7 tahap dalam metode sterilisasi dengan autoklaf. Pertama, tahap
pegusiran udara dimana klep dibiarkan terbuka sampai 5 menit setelah
keluarnya uap air dari klep. Kedua, tahap pemanasan dilakukan sampai
terpenuhinya suhu pembinasaan (121˚C) yang membutuhkan waktu 19 menit.
Ketiga, tahap keseimbangan yang diperlukan untuk menghasilkan kesamaan
suhu disemua titik pada ruang autoklaf dan semua benda yang disterilkan
dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 4 menit. Keempat, tahap pembinasaan
dengan waktu pembinasaan selama 15 menit. Kelima, tahap penjaminan yaitu
waktu yang diperlukan untuk sempurnanya proses pembinasaan
mikroorganisme dengan waktu 2 menit. Keenam, tahap jatuh yang diperlukan
untuk menghabiskan waktu dalam ruang autoklaf yang memerlukan waktu 6
menit. Terakhir, tahap pendinginan yang memerlukan waktu 6 menit untuk
mencapai suhu 80˚C. Setelah seluruh proses sterilisasi dengan autoklaf dilalui
maka dilakukan uji sterilitas sediaan
Pada uji sterilitas sediaan digunakan 2 media, yaitu tioglikolat cair sebagai
media untuk menumbuhkan bakteri dan soybean-casein digest medium
(casamino) sebagai media menumbuhkan jamur. Media yang telah dibuat,
diinkubasi selama 7 hari barulah digunakan untuk uji sterilitas sediaan


dengan menggunakan metode inokulasi langsung. Pada metode ini sediaan
anjeksi antalgin yang telah dibuat, diinokulasikan ke dalam media uji secara
langsung. Pemilihan cara ini berdasarkan volume sediaan yang kurang dari
10 ml.Setelah selasai diinokulasi, tabung yang berisi campuran media dan
bahan obat diinkubasi kembali selama 7 hari. Media yang diinkubasi
dilakukan pengamatan kembali setelah 7 hari diinkubasi.

Hasil pengamatan pada media uji yaitu tidak adanya perubahan


fisika kimia termasuk warna, bau dan konsistensi pada larutan
media uji. Selain itu, ketika sediaan yang buat dibandingkan
dengan control negative dan control postif dari media uji, diperoleh
hasil yaitu adanya kesamaan dengan control negatif. Hal tersebut
merupakan pertanda tidak adanya aktivitas biologi atau
pertumbuhan dari bakteri maupun jamur pada sediaan yang diuji
dan dapat dinyatakan bahwa sediaan yang dibuat sudah steril
karena telah memenuhi syarat sterilitas sediaan.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari semua kontaminasi serta
pertumbuhan mikrooganisme baik bentuk vegetatif maupun spora serta
bebas dari patogen dan pirogen.
2. Sediaan injeksi merupakan sediaan parenteral yang steril untuk mencegah
terjadinya infeksi dan gejala infeksi pada tubuh.
3. Sediaan volume kecil yang dibuat pada percobaan ini adalah
injeksiantalgin (dipyrone).
4. Sediaan steril yang dibuat memenuhi syaratuji pH, uji kejernihan
sediaan,danuji sterilitas media yang telah dibandingkan dengan control
positif dan control negatif, menunjukkan bahwa sediaan bebas dari
mikroorganisme serta memenuhi persyaratan sediaan parenteral.

Anda mungkin juga menyukai