“PASTA GIGI”
Disusun Oleh :
Kelompok A-3
Dosen:
UNIVERSITAS JEMBER
2018
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membuat sediaan pasta gigi dengan baik dan benar.
II. DASAR TEORI
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta gigi digunakan untuk perlekatan pada
selaput lendir untuk memperoleh efek lokal (FI IV, 1995)
Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi
dan mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga membantu memperkuat struktur gigi
dengan kandungan fluornya (Pratiwi, 2007). Pasta gigi merupakan bahan pembantu
sikat gigi dalam menghambat pertumbuhan plak gigi secara kimiawi.
Pasta gigi digunakan untuk membantu membersihkan gigi yang dianggap
sebagai manfaat kosmetik. Pasta gigi yang digunakan saat menyikat gigi berfungsi
untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, memoles
permukaan gigi, mengurangi/menghilangkan bau mulut, memberikan rasa segar pada
mulut serta memelihara kesehatan giginya (Sasmita et al, 2007)
Pasta gigi mengandung campuran bahan penggosok, bahan pembersih,bahan
tambahan, berbentuk semipadat yang digunakan untuk membantu membersihkan
tanpa merusak gigi dan jaringan di mulut (Putra, 2002).
Secara umum, kandungan pasta gigi adalah sebagai berikut:
a. Bahan abrasif, merupakan bahan utama pasta gigi, menyusun 30-40% kandungan
pasta gigi. Bahan abrasif berfungsi untuk membersihkan dan memoles permukaan
gigi tanpa erusak email, mempertahakan kekebalan partikel, mencegah akumulasi
stain. Bahan yang sering digunakan antara lain: Na bikarbonat, kalsium karbonat,
kalium sulfat.
b. Bahan pelembab, berfungsi sebagai pencegah penguapan air dan mempertahankan
kelembapan pasta. Bahan yang sering digunakan antara lain: gliserin, sorbitol dan
air. Bahan pelembab ini menyusun 10-30% kandungan pasta gigi.
c. Bahan perekat, berfungsi sebagai pengikat semua bahan dan membantu memberi
tekstur pada pasta gigi. Bahan yang sering digunakan antara lain: CMC-Na,
xanthan gum, karbomer. Bahan perekat ini menyuusn 1-2% kandungan pasta gigi.
d. Surfaktan, berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan dan melonggarkan
ikatan debris pada gigi, yang akan membantu gerakan pembersihan gigi serta
membantu mengikat dan mengangkat lapisan lemak sisa makanan pada permukaan
gigi dengan membentuk misel karena partkel surfaktan yang berebntuk lipid
bilayer yang menyusun 1-3% kandungan pasta gigi. Bahan yang sering digunakan
antara lain: Na lauryl sulfate, , Na N-lauryl sarcocinate.
e. Bahan pengawet (0,05-0,5%), berfungsi sebagai pencegah kontaminasi bakteri dan
mempertahankan keaslian produk. Bahan yang sering digunakan antara lain:
nipagin, nipasol, na-benzoat.
f. Bahan pemberi rasa (0-2%), berfungsi sebagai penutup rasa bahan-bahan lain yang
kurang enak, terutama SLS, serta memenuhi selera pengguna.
g. Air (20-40%), berfungsi sebagai pelarut bagi sebagian bahan dan mempertahankan
konsistensi dari pasta gigi.
h. Bahan terapetik, ada beberapa bahan aktif yang memiliki fungsi terapi bagi
kesehatan gigi dan mulut, antara lain:
1) Fluoride, memiliki manfaat sebagai bahan antikaries, dengan
meremineralisasi awal pembentukan karies. Bahan yang sering digunakan
antara lain: natrium momofluorophosphate, natrium fluoride.
2) Bahan desentisasi, berfungsi untuk mengurangi dan menghilangkan
sensitivitas dentin dengan desentisasi syaraf secara langsung. Bahan yang
sering digunakan antara lain: strantium klorida, strantium asetat, kalium
nitrat, kalium fosfat.
3) Bahan antikalkulus, berfungsi sebagai penghambat plak dan mengubah pH
untuk mengurangi pembentukan kalkulus, contohnya bikarbonat untuk
mengurangi keasaman gigi.
Ciri-ciri pasta gigi yang baik yaitu:
1. Mempuyai daya abrasif yang minimal dan mempunyai daya pembersih yang
maksimal.
2. Dapat menghilangkan kotoran-kotoran di mulut dan stabil dalam jangka lama.
3. Dapat bekerja dalam suasana asam maupun basa.
4. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut.
5. Dapat mengurangi dan menghilangkan bau mulut.
6. Tidak beracun.
7. pH 4,5 – 10,5 (SNI, 1995)
8. memiliki daya sebar yang luas.
Pengelompokan pasta gigi berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
a) fungsi kosmetik, yaitu untuk menyingkirkan alba, plak, sisa-sisa makanan dan stain
pada permukaan gigi serta menyegarkan nafas.
b) Fungsi terapetik, yaitu untuk mengurangi pembentukan plak, kalkulus gingivitis,
dan sensitivitas gigi.
Dipilih bahan Na2CO3 karena Na2CO3 berupa serbuk putih yang tidak berbau dan tidak
berasa sehingga akan mudah dicampurkan dengan bahan perasa dan pewarna lain, serta Na2CO3
lebih kompatibel. Dipilih bahan CaCO3 karena kalsium karbonat berupa serbuk putih yang tidak
berasa sehingga mudah dicampurkan dengan bahan lainnya, dan penggunaan kalsium karbonat
memiliki efek samping yang lebih parah jika dikonsumsi secara oral yang dapat menyebabkan perut
kembung dan konsripasi.
V. JENIS-JENIS BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULASI
1. Humektan
Dipilih gliserin sebagai humektan karena gliserin dapat juga berfungsi sebagai pemanis,
gliserin juga larut dalam air.
2. Surfaktan
Dipilih SLS karena dapat digunakan sebagai surfaktan dalam kondisi asam atau basa.
3. Bahan Pengikat (Binder)
4. Bahan Pengawet
Karena pKa asam sitrat yang mendekati dengan pH 5 yaitu pKa 2 dan dapat digunakan pada
sediaan oral dalam suspense untuk mempertahankan pH selama penyimpanan. Digunakan pada pH
sekitar 6 untuk menghindari terjadinya iritasi.
Karena Na Sakarin 300 kali lebih manis daripada sukrosa dan harganya murah.
6. Perasa
Orange essence
1. NaHCO3
10% x 30 g = 3 g
10% x 100 g = 10 g
2. CaCO3
30% x 30 g = 9 g
30% x 100 g = 30 g
3. Sodium Lauryl Sulfate
1% x 30 g = 3 g
1% x 100 g = 1 g
4. Na sakarin
0,2% x 30 g = 0,06 g
0,2% x 100 g = 0,2 g
5. CMC Na
1% x 30 g = 0,3 g
1% x 100 g = 1 g
6. Gliserin
25% x 30 g = 7,5 g
25% x 100 g = 25 g
7. Nipagin
0,18% x 30 g = 0,054 g
0,18% x 100 g = 0,18 g
8. Nipasol
0,02% x 30 g = 0,006 g
0,02% x 100 g = 0,02 g
9. Essence jeruk
0,5% x 30 g = 0,15 mL
0,5% x 100 g = 0,5 mL
VII. METODE
A. Alat
a) Mortir
b) Stemper
c) Beaker glass
d) Batang pengaduk
e) Timbangan analitik
f) Gelas ukur
g) Tabung reaksi
h) Pipet tetes
i) Cawan porselen
B. Bahan
a) CMC-Na
b) CaCO3
c) NaHCO3
d) Essense Jeruk
e) Gliserin
f) Na lauril sulfat
g) Sakarin Na
h) Nipagin
i) Nipasol
j) Aquadest
2. PROSEDUR KERJA
Siapkan mortir
Timbang CMC-Na
Tuang aquadest panas ke dalam mortir dan taburkan dengan CMC-Na diatasnya lalu
diamkan, setelah itu di aduk sampai terbentuk muchilago
Timbang CaCO3 lalu tambahkan ke dalam mortir, aduk ad homogen hingga terbentuk
pasta
3. PROSEDUR EVALUASI
1 Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan sediaan pasta secara kualitatif yang
meliputi:
- Warna
- Rasa
- Bau
- Bentuk sediaan
2 Uji pH
Alat : Kertas indikator pH
kemasan indikator pH
3 Uji Viskositas
Alat : VT – 03E (Viskotester)
4. Uji Busa
Alat : Tabung reaksi
Larutkan 1 gram pasta dengan 25 ml air
Tutup atas tabung dengan jari tangan, lalu kocok sebanyak 25 kali
Amati busa yang terjadi selama 30 menit untuk melihat kestabilan busanya
Lalu beban ditambah dengan beban 5 gram tiap 2 menit, hingga pasta tidak dapat
melebar lagi diameteer sebarnya
IX. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, diakukan pembuatan sediaan semilikuid yaitu pasta gigi. Berikut
formula yang digunakan secara teoritis, yaitu :
Pada formula di atas, CaCO3 dan NaHCO3 sebagai bahan abrasive yaitu sebagai bahan
utama dalam pasta gigi untuk membersihkan dan emmoles permukaan gigi tanpa merusak email,
mempertahankan ketebalan pastikel, mencegah akumulasi stain. Gliserin sebagai humektan yaitu
memberikan kelembapan pada sediaan agar tidak kering, selain itu gliserin juga dapat digunakan
sebagai pemanis, pengawet dan pelarut. CMC-Na sebagai pengikat yaitu untuk mempertahankan
viskositas pasta agar diperoleh bentuk pasta yang tidak terlalu lembek dan encer. Na Sakarin
sebagai pemanis. Metilparaben dan propelparaben sebagai pengawet pada sediaan agar
mencegah timbulnya mikroorganisme pada sediaan sehingga mempertahankan stabilitas sediaan.
SLS sebagai surfaktan.
Pasta gigi dibuat dalam sediaan pasta karena suatu sediaan pasta lebih stabil daripada
larutan. Pasta gigi mengandung lebihs edikit air daripada larutan sehingga mengurangi
tumbuhnya mikroorganisme, lebih acceptable karena konsistensi pasta lebih padat sehingga
ketika digunakan pada gigi terutama lebih nyaman, tidak melebur, dan bisa menempel pada
permukaan gigi sehingga memberikan efek seperti membersihkan permukaan gigi.
Dalam pembuatan pasta gigi tersebut, yang dilakukan yaitu mengembangkan CMC-Na
dalam air panas dalam mortar, setelah itu CMC-Na diaduk dengan konstan hingga membentuk
gel, setelah itu nipagin dan nipasol dilarutkan dalam gliserin kemudian dituangkan pada mortar
yang telah berisi CMC-Na serta diaduk hingga homogeny tidak ada jendalan. Kemudia SLS dan
Na-sakarin dilarutkan pada akuades, dilarutkan hingga larut sempurna dan dituangkan ada mortir
tersebut. Campuran pada mortar diaduk hingga homogen tidak ada yang menjendal/tidak larut.
Setelah eksipien ditambahkan, kemudia dituangkan bahan abrasive berupa NaHCO3 diaduk
hingga homogen dan kemudian ditambahkan CaCO3. Semua campuran diaduk hingga
memebentuk sediaan pasta dengan konsentrasi bahan padat lebih banyak. Kemudian
ditambahkan perasa jeruk dan diadkan dengan akuades.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini yaitu penggunaan SLS karena mudah
sekali membentuk busa dan menyebabkan sediaan menjadi licin. Pengunaan SLS sendiri pada
umumnya pada deterjen. Sehingga penuangan dan pengunaan kosentrasi perlu diperhatikan lebih
dengan hati-hati dan tidak terlalu banyak. selalin itu penggunaan perasa harus disesuaikan
dengan warnanya, warna yang terlalu gelap/buram kurang disenangin oleh konsumen terutama
pada anak-anak.
Pada praktikum ini, sediaan pasta pada batch kecil dan besar berhasil dalam artian
sediaan pasta dengan formula tersebut dalam memberikan hasil yang bagus dan mudah
diterima/digunakan.
Seteah sediaan tersebt jadi, kemudian dilakukan beberapa uji untuk menguji apakah
sediaan tersebut memenuhi persyaratan pengunaan atau tidak. Uji yang dilakukan yaitu uji
organoleptis, uji pH, uji buih, uji daya sebar, dan uji viskositas.
Uji organoleptis dilakukan dengan menggunakan panca indra. Uji organoleptis terdiri
dari bau, warna, dan rasa. Bau pada sediaan yaitu bau jeruk, sesuai dengan perasa yang
digunakan yaitu jeruk. Warna pada sediaan yaitu warna kuning/orange, dan rasa yang dihasilkan
yaitu rasa manis jeruk. bentuk pada sediaan yaitu berupa pasta gigi semisolida.
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Hasil yang diperoleh yaitu pH 8.04.
Persyaratan mutu sediaan pasta gigi pH menurut SNI yaitu 4.5-10.5. pH pasta gigi hendaknya
disesuaikan dengan pH saliva. pH saliva yang optimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yaitu 6.5-7.5. Hasil yang didapatkan sesuai dengan persyaratan yang ada.
Uji buih dilarutkan dengan melarutkan 1 gram pasta dengan 25 ml akuades, kemudiakan
dituangkan lagi 5 ml akuades kedalam tabung reaksi. kemudian dikocok 25 kali, diukur tinggi
buih dan didiamkan selama 30 menit. Diukur tinggi buih yang dihasilkan setelah pengocokan.
Hasil buih sebelum didiamkan yaitu 3 cm dan setelah didiamkan selama 30 menit sebesar 2 cm.
Adanya buih yang terbentuk yaitu karena adanya penambhaan bahan SLS. Penurunan buih yang
tidak terlalu signifikan, dapat menguntungkan karena tidak cepat hilang saat dilakukan proses
penggunaan pasta gigi.
Uji daya sebar dilakukan dengan ekstensiometer yaitu dengan mengambil 1 gram sediaan
dan diletakkan pada tengah-tengah pada alat ekstensiometer. kemudian penutup kaca diletakkan
di atas mass sediaan dan diberi beban 5 gram dan diukur diameternya. Kemudian ditambahkan
lagi 5 gram sampai diameternya tidak bertambah lagi. Hasil sediaan yang diperoleh yaitu :
Data yang diperoleh diketahui bahwa sediaan pasta memiliki daya sebar yang cukup uas
sehingga kemungkinan besar pasta gigi yang dibta dapat menyear dan memiliki jangkauan yang
luas pada permukaan gigi.
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskotester dengan nomor spindel
1.Spindel yang digunakan dipasa pada alat kemudian alat dinyalan dan spindel akan berputar
sehingga menghasilkan suatau angka pada alat tersbeut. Hasil yang diperoleh yaitu 30 dPa.s.
Sediaan pasta seharusnya memiliki kekentalan yang tinggi karena penggunaan/konsintensi padat
lebih besar dibandingkan larutan.
X. KESIMPULAN
pH sediaan : 8.04
Viskosistas : 30 dPa.s
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ke-4. Jakarta: UI Press
Martindale. 2009. The Complete Drug Reference, 36th Edition. London: Pharmaceutical Press
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
6th Edition. UK: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.
XII. LAMPIRAN