Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN

SEMISOLIDA

“MEMBUAT SEDIAAN PASTA GIGI DENGAN BAHAN AKTIF


NaHCO3”

Kelompok B1-1
Anggota Kelompok :

1. Thoyibatul Munadiroh (152210101057)


2. Sri Eka Agustin (172210101020)
3. Ajeng Lestari Mustika Wati (172210101022)
4. Aida Nur Afifa (172210101023)
5. Enjud Lukcy Rista Fauzi (172210101025)
6. Ainunnisa Rusda Fauziyah (172210101026)

BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM

- Mahasiswa mampu membuat sediaan pasta gigi secara baik dan benar sesuai dengan
prosedur.

- Mahasiswa mampu memahami evaluasi pembuatan sediaan pasta gigi serta mampu
membuat formulasi pasta gigi.

II. TEORI DASAR

Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditunjukkan untuk pemakaian topical (Depkes RI, 1995). Pasta adalah campuran salep
dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalya vaselin dan
bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang
tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi. Efek pasta lebih melekat disbandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Pasta dapat dibedaka menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk).
2) Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak yang mengandung ± 60% zat padat
(serbuk)
3) Pasta Pendingin
Pasta pendingin adalah suatu campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair.
4) Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)
Pata gigi adalah campuran kental yang terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi.
Pasta gigi adalah produk kesehatan gigi yang biasa digunakan sehari-hari. Pasta gigi
pertama kali digunakan oleh bangsa mesir sekitar tahun 5000 sebelum masehi, sejak saat itu
pasta gigi telah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan manusia. Pasta gigi
yang beredar pada saat ini mengandung komponen aktif dan bahan-bahan tambahan yang
memiliki fungsi-fungsi tersendiri, yaitu:
1) Fluor, yang terbagi atas stannous fluor, sodium monofluorofosfat, dan sodium fluor.
Fluor memiliki sifat bakterisidal dan memiliki efek antiplak.
2) Bahan abrasif yang biasa digunakan untuk menghilangkan plak dan noda pada gigi.
Bahan abrasif yang biasa digunakan adalah silika dioksida, hidrated silika dioksida,
kalsium karbonat, kalsium fosfat dihidrat, kalsium pirofosfat, alumina oksida, perlite
(70-75% silika dioksida), dan sodium bikarbonat.
3) Bahan yang menurunkan reaksi gigi sensitif, seperti potasium nitrat, arginine
bikarbonat/kalsium karbonat kompleks, dan stannous fluor. Bahan tersebut telah
terbukti dapat menurunkan hipersensitifitas dentin.
4) Deterjen atau sodium lauryl sulphate (SLS) yang berfungsi sebagai penurun tegangan
permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak dan membentuk mikro emulsi
yang dapat menyebabkan pembentukan busa. Hampir seluruh pasta gigi
menggunakan bahan ini untuk membentuk busa. Pada pasien yang memiliki riwayat
penyakit recurrent apthous ulcer disarankan untuk menggunakan pasta gigi yang
bebas deterjen, karena penggunaan pasta gigi yang menggunakan deterjen dapat
menyebabkan deskuamasi mukosa mulut.
5) Pemanis yang diberikan dalam pasta gigi berguna untuk memberikan rasa. Sebagian
besar bahan pemanis pada pasta gigi merupakan pemanis buatan dan tidak dapat
digunakan oleh bakteri kariogenik yang berada dalam mulut.
6) Pewarna diberikan untuk memberikan tampilan yang menarik pada pasta gigi.
7) Perasa diberikan pada pasta gigi untuk menambah rasa pasta gigi itu sendiri. Rasa
yang paling sering digunakan ialah rasa mint atau rasa buah-buahan.
8) Antitartar digunakan untuk mengurangi pembentukan kalkulus pada gigi.
Tetrapotasium pirofosfat, tetrasodium pirofosfat, disodium pirofosfat, paparin, dan
sitroksain merupakan contoh bahan-bahan yang termasuk dalam antitartar.
9) Antiplak berguna untuk menurunkan pertumbuhan plak pada gigi, mengurangi risiko
gingivitis, dan dapat menurunkan risiko karies. Beberapa contoh bahan antiplak
adalah triclosan, papain, dan ekstrak sanguinaria. Triclosan telah diakui oleh FDA
sebagai bahan yang bersifat sebagai antiplak dan antigingivitis yang dapat
ditambahakan dalam pasta gigi.
10) Bahan remineralisasi, seperti amorphous kalsium fosfat, kalsium dan fosfat. Bahan
tersebut dapat meningkatkan proses remineralisasi, mencegah terjadinya karies,
mengurangi risiko terjadinya erosi email dan dentin, dan mengurangi hipersensitivitas
dentin.
11) Humektan berguna untuk memberikan tekstur pada pasta gigi dan membantu pasta
gigi untuk mempertahankan kelembabannya.
12) Bahan pengental diberikan untuk membentuk pasta gigi agar tidak cair. Contoh bahan
pengental adalah carrageenan dan xanthan gum.
13) Bahan pengawet diberikan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada pasta gigi.
Beberapa bahan pengawet yang biasa digunakan dalam pasta gigi adalah metil
paraben dan sodium benzoat.
14) Bahan herbal, seperti aloe vera, sodium carrageenan, echinacea, goldenseal, dan
propolis.
Pasta gigi terdiri dari banyak komposisi yang memiliki fungsinya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut pasta gigi diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu :
1) Pasta gigi yang dapat mencegah terjadinya karies. Pasta gigi ini mengandung fluor
dengan konsentrasi di bawah 1000 ppm, fluor dengan konsentrasi 1000 ppm sampai
1500 ppm, dan fluor dengan konsentrasi 2500 ppm sampai 5000 ppm.
2) Pasta gigi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Pasta gigi ini harus
memiliki kemampuan untuk menghilangkan plak dan mencegah pertumbuhan bakteri.
Pada pasta gigi ini biasa digunakan bahan-bahan alami yang telah diekstrak, minyak
esensial, enzim ataupun vitamin. Selain bahan alami dapat juga digunakan antiseptik
sintetik dan bahan antibakterial, seperti triclosan dan klorheksidin.
3) Pasta gigi untuk gigi sentitif. Pasta gigi ini mengandung analgesik atau bahan yang
dapat menutup tubulus dentin. Bahan analgesik yang dapat digunakan adalah
potasium salin dan potasium nitrat. Bahan yang dapat menutup tubulus dentin adalah
stannous fluor, kalsium sodium phosphosilikat, dan strontium klorida.
4) Pasta gigi untuk memutihkan gigi. Pasta gigi ini dapat menghilangkan plak dan noda
pada gigi. Bahan yang berperan dalam memutihkan gigi ialah bahan abrasif atau
enzim yang menempel pada protein.
Pasta gigi dengan tujuan khusus, misalnya untuk menstimulasi sekresi saliva dengan
kandungan minyak zaitun, betain, ataupun xylitol.
III. EVALUASI PRODUK REFEREN
1. Pepsodent
Produsen : PT Unilever Indonesia Tbk
Indikasi : mencegah gigi berlubang
Komposisi :Calcium carbonat, water, sorbitol, hydrated silica, sodium lauryl sulfate,
sodium monofluorophospate, flavor, cellulose gum, potassium citrate,
sodium silicate, sodium saccharin, DMDM hydantoin, CI 77891. Contains
flouride.
Kemasan : 25 gram – 120 gram
2. Pasta gigi formula
Produsen : Uetra Prima Abadi
Indikasi : Memelihara gigi (email gigi) dan membuat gigi tampak putih berkilau
Komposisi :0,1% phtalimidoperoxycaproic acid eureur 0,8% sodium
monoflourophospate precipitated calcium carbonated, sorbitol purified
water, hydratedsilica, PEG 600, sodium saurylsulphate, flavor,
sodiumcarboxymethyl + cl 74260, DMDM hydantoin.
Kemasan : 190 gram
3. Antiplaque
Produsen : PT Triple Ace Corporation
Indikasi : Melindungi gigi dari masalah plaque, karang gigi, gigi berlubang, gusi
berdarah sariawan, membuat nafas lebih segar
Komposisi :Cloxifenol, Arnica tincture, Sodium Monoflourophosphate 0.8%, Oleum
Caryophyli
Kemasan : 75 gram
4. Ciptadent
Produsen : PT Liver Wings Jakarta
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :Calcium carbonate, silica, sorbitol, propylene glycol, xanthan gum,
sodium lauryl sulfate, sodium saccharine, sodium monofluorophosphate,
sodium flouride, methyl paraben, flavour, vitamin a, vitamin c, vitamin e,
xylitol, aqua.
Kemasan : 35 gram, 80 gram, 130 gram, 200 gram.
5. Pasta gigi anak Kodomo
Produsen : PT Lion Japan
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :sorbitol, silica, water, xylitol, propylene glycol, titanium dioxide, sodium
lauryl sulfate, flavour, xanthan gum, sodium polycrylate, algin,
methylparaben, butylparaben, sodium saccharin, sodium fluoride, 0,11%
sodium fluoride
Kemasan : 75 gram.
6. Parodontax
Produsen : GSK
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :sodium bikarbonat, water, sorbitol, glycerin, hydrated silica, alkohol,
mentha piperita oil, sodium lauril sarcosinate, silica, echinacea purpurea,
lysolecithin, xanthan gum, krameria salvia officinalis, commiphora
myrrha, cocamidopropyl betaine, sodium saccharin, contains sodium
flouride 0,22% w/w
Kemasan : 90 gram

IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

Tabel 1. Hasil Studi Pustaka Bahan Aktif

Bahan Efek Sifat


Efek Utama Sifat Fisika
Aktif Samping Kimia

NaHCO3 Digunakan -Terhirup -Pamerian : -Rumus


Natrium molekul
dalam pasta debu bahan
bikarbonat NaHCO3
gigi untuk dapat berupa -Berat
granula,
pemutih gigi, menyebabk molekul
kristal, 84,01
pembentuk an iritasi serbuk,
berwarna -Titik
basa, abrasi, saluran leleh
putih, tidak
dan sementara pernafasan berbau, 270oC
menaikan pH dan terasa
-Berat
dingin,
didalam membrane jenis
stabil dalam (air=1)
mulut. mukosa udara 2,159
kering
dengan -Indeks
tetapi dalam
gejala batuk udara bias 1,500
lembab -Suhu
dan nafas
secara dekomposi
pendek perlahan si : >50oC
akan terurai.
(dyspenia), -pH : 8,3
Larutan
edema paru segar dalam (larutan
air dingin, 0,84 %)
-tertelan tanpa
digojog,
dapat
bersifat
menyebabk basa
terhadap
an iritasi
lakmus.
saluran Kebebasan
Natrium
pencernaan
bikarbonat
yang akan
bertambah
menimbulka
jika larutan
n gejala didinginkan
, digojog
mual ,
yang kuat
muntah, atau
dipanaskan.
diare, rasa
Natrium
haus, nyeri bikarbanot
mengandun
pada bagian
g tidak
abdominal kurang dari
100,5%
tergantung
NaHCO3.
konsentrasi
-Kelarutan :
dan jumlah larut dalam
air, sedikit
yang
larut dalam
tertelan, alkohol
(Depkes RI,
juga
1995 ;
Rowe,
berpengaruh 2006)
pada sistem
kardiovasku
ler

 Alasan Pemilihan Bahan Aktif


NaHCO3 mudah larut dalam air. NaHCO3 berwarna putih sehingga sediaan pasta yang
terbentuk akan memiliki warna yang putih juga, tidak seperti CaCO3 yang warnanya agak
kekuningan. Digunakan dalam pasta gigi, sebagai bahan abrasif yang memuaskan dalam
mencegah pewarnaan pada gigi. Sodium bikarbonat bekerja sebagai bahan abrasive terhadap
plak, sebagai buffer terhadap keasaman rongga mulut dan sebagai bahan bakterisid, ketiga
aktifitas ini memang mengacu kepada pencegahan pembentukan plak oleh bakteri, dimana
plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Hal ini menyebabkan sodium bikarbonat
efektif dalam menurunkan plak dan gingivitis.

 Dosis dan Perhitungan


1. Pengambilan bahan (skala kecil = 10 gram)
 NaHCO3  SLS
3
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,3 𝑔
40 100
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4 𝑔
100

 Gliserin  Aquadest
39,61
15 𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4,96 𝑔
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔 100 𝑚𝑙
100

 CMC-NA

1,5
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,15 𝑔
100

 Menthol
0,4
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,04 𝑔
100

 Na-Benzoat
0,5
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,05 𝑔
100

V. JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN

a. Abrasive Agent
No. Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. NaHCO3 Serbuk putih, Praktis tidak tidak kompatibel
tidak berbau, larut dalam dengan garam asam
higroskopik etanol dan dan alkaloid dan
dengan rasa eter, larut karbon dioksida
basa dalam air
dengan
berbagai
perbandingan
2. CaCO3 Serbuk atau Praktis tidak Tidak stabil dalam Stabil dalam
kristal larut dalam larutan asam dan penyimpana
berwarna etanol 95%, garam amonium dalam
putih yang dan air. kontainer yang
tidak berasa Kelarutan kering dan
dan tidak dalam air tertutup
berwana meningkat
dengan
penambahan
garam
amonium.

3. Ca3(PO4)2Serbuk atau Praktis tidak Tidak dapat Tidak dapat


kristal padat larut dalam digunakan dalam digunakan
berwarna eter, etanol formulasi antibiotik dalam
putih, tidak dan air. Laur tetrasiklin formulasi
berbau dan dalam asam antibiotik
tidak berasa tetrasiklin
 Abrasive agent yang dipilih : NaHCO3
 Alasan Pemilihan : Sodium bikarbonat bekerja sebagai bahan abrasive terhadap plak, sebagai
buffer terhadap keasaman rongga mulut dan sebagai bahan bakterisid, ketiga aktifitas ini
memang mengacu kepada pencegahan pembentukan plak oleh bakteri, dimana plak
merupakan penyebab utama dari gingivitis. Hal ini menyebabkan sodium bikarbonat efektif
dalam menurunkan plak dan gingivitis.
b. Humektan
No Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan lain
1. Gliserin Cairan yangpada suhu 1.0– Dengan agen Dapat
(HPE edisi higroskopis,
20°C sedikit 1.5 pengoksidasi mengkristal
6, hal 283- transparan,larut dalam g/kg seperti chromium bila dismpan
286) tidak aseton, BB trioxide, dalam suhu
berbau, praktis potassium rendah
tidak tidaklarut chlorate, atau
berwarna, dalam potassium
kental dan benzene dan permanganate.
berasa kloroform,
manis larut dalam
etanol 95%,
larut 1
: 500 bagian
dalam eter,
larut 1 : 11
bagian
methanol,
praktis
tidak larut
dalam
minyak, larut
dalam air.
2. Amonium Serbuk dan Larut dalam Dengan agen Bersifat
alginat granular air pengoksidasi dan higroskopis
berwarna membentuk larutan asam basa
kuning cairan kental,
tidak larut
dalam etanol
eter
3. Propilen Cairan Dapat 25 Dengan agen Berifat
Glikol transparan, bercampur mg/ pengoksida sepeti higroskopis
(HPE edisi tidak degan aseton, kgB Kalium Stabil bila
6, hal 592- berbau, kloroform, B permanganat dicampurkan
594) kental, rasa dan eanol dengan eanol
agak manis 95%, larut 95%, gliserin
dalam 1:6 atau air
bagian eter
 Humektan yang dipilih : Gliserin
 Alasan Pemilihan : gliserin dapat sekaligus berfungsi sebagai pemanis, gliserin juga dapat
larut dalam air
c. Surfaktan
No Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. Sodium Terdiri dari Larut dalam SLS bereaksi Tidak stabil
Lauryl kristal air, praktis dengan surfaktan pada pH
Sulfat berwarna tidak larut kationik sehingga dibawah 2,5
(SLS) kuning dalam kehilangan (terhidrolisis)
pucat, atau kloroform efektivitasnya.
serbuk dan eter Dengan logam
berwarna polivalen dan dan
putih halus, garam kalium.
rasa pahit,
berbentuk
serpihan
2. Span Larutan Larut dalam 25 Dapat mengalami Stabil dalam
(Sorbitan berminyak, minyak, serta mg/ perubahan warna kondisi asam
Ester) tidak pelarut kg dengan adnya atau basa
berwarna, organik, tidak fenol dan tanin
bau larut dalam
karakteristik air tapi dapat
dari asam terdispersi
lemak
3. Tween Cairan Mudah larut 25 Efektivitas metil Mudah
(Polyoxyeth kental, dalam air, mg/ paraben dapat teroksidasi dan
ylene transpara, dalam etanol kg berkurang karena bersifat
Sorbitan tidak 95%, dalam adanya Tween. higroskopis
Fatty Acid berwarna, metanol Dapat mengalami
Esters) 80 rasa pahit pekat, dalam perubahan warna
etil asetat dengan adnya
fenol dan tanin
 Surfaktan yang dipilih : SLS
 Alasan Pemilihan : Dapat digunakan sebagai surfaktan dalam kondisi asam maupun basa.
Sodium lauryl sulfat dapat digunakan pula sebagai foaming agent.
d. Stiffning Agent
No Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. Na-CMC Serbuk Praktis tidak Dengan larutan Dapat
(Carboxyme granuler larut dalam asam dan garam membentuk
thylcellulos berwarna aseton, etanol besi, aluminium, kompleks
e Sodium) putih, tidak 95%, eter dan merkuri, dan zinc, dengan gelatin
(HPE ed VI, berbau, toluena. jugan dengan dan pektin
hal 118- tidak Larut dalam xantan
121) berasa. air.
Bersifat
higroskopis
setelah
dikeringkan
2. Copovidone Serbuk Larut 10% Tidak kompatibel Stabil
berwarna dalam 1,4- dengan bahan disimpan
kuning butanediol, farmasi organik dalam
keputihan gliserol, dan anorganik kontainer yang
butanol, kering dan
kloroform, tertutup rapat
PEG 400.
Larut 1 %
dalam
sikloheksana,
dietil eter,
parafin cair
dan pentana.
3. Etil selulosa Serbuk Praktis tidak paraffin wax dan Bersifat
berwarna larut dalam microcrystalline higroskopis
putih cerah gliserin, wax. dan stabil
dan tidak propilen
berasa glikol, dan
air.
 Stiffning agent yang dipilih : CMC-Na
 Alasan Pemilihan : dapat membentuk larutan kental yang dapat mensuspensikan bahan obat
terutam digunakan untuk sediaan topical.
e. Perasa
No Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. Menthol Serbuk Larut dalam 0,4 Butilkloralhidrat, Stabil dalam
kristal tidak aseton dan mg/ champor dan suhu 25°C
berwarna, benzena, kg kloral hidrat dalam wadah
dengan larut dalam BB tertutup
karaktristik gliserin,
rasa dan bau praktis tidak
yang kuat larut dalam
air
2. Asam adipat Serbuk Larut dalam Dengan agen Tidak
kristal aseton, etil pengoksidasi kuat higroskopis
berwarna asetat dan
putih, tidak metanol,
berbau, praktis tidak
struktur larut dalam
kristal petroleum
monosiklik eter
halohedral
3. Denatonium Serbuk Larut dalam Dengan agen Stabil dalam
benzoat kristal atau kloroform pengoksidasi kuat suhu 140°C
granul dan metanol dalam rentang
berwarna juga air, tidak pH yang luas
putih dan larut dalam
pahit eter
 Perasa yang dipilih : Menthol
 Alasan Pemilihan : dapat memberikan sensasi dingin dan segar
f. Pengawet
No Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. Metil Kristal tidak Pada suhu 10 Aktivitas Ph 3-6 dalam
paraben berwarna, 20°C gliserin mg/ antimikroba turun larutan
(nipagin) serbuk (1:69), air kgB dengan adnya pembawa
(HPE ed kristalin, (1:4000), B surfactan aqua rentang
VI, hal 441- berwarna propilen pemakaian
445) putih tidak glikol (1:5), 0,015%-02%
berbau, rasa larut bebas
sedikit dalam etanol
seperti dan eter
terbakar
2. Propil Kristal Pada suhu 10 Magnesium Ph 4-8
paraben putih, tidak 20° C gliserin mg/ Aluminium silikat rentang
(nipasol) berbau, (1:250), air kgB Magnesium penakaran
(HPE ed tidak (1:2500), B trisilikat 0,01%-0,02%
VI, hal 596- berwarna propilen Besi oksida
598) glikol (1:39),
etanol
(1:1,1),
sangat larut
dalam aseton,
larut dalam
alkohol dan
eter
3. Na Benzoat Kristal Air (1:8), 5 Gelatin, Garam Ph 2-5
(HPE ed granul etanol 95% mg/ Ca, Garam Ferri rentang
VI, hal 627- putih, (1:7,5), kgB penakaran
629) sangat etanol 90% B 0,02%-0,5%
higroskopis, (1:50), air
amorf 100% (1:1,4)
 Pengawet yang dipilih : Na Benzoat
 Alasan Pemilihan : dapat digunakan agar tidak terjadi interaksi dengan mikroba, Na Benzoat
lebih larut air dibandingkan dengan metil dan propil paraben, memiliki keuntungan antara lain
bahannya tidak berwarna, tidak berbau, mudah larut, dan umumnya kompatibel dengan bahan
lainnya. Mampu digunakan sebagai pengawet tanpa perlu dikombinasikan dengan pengawet
lain.

VI. SUSUNAN FORMULA DAN KOMPOSISI BAHAN YANG DIRENCANAKAN

Nama Bahan Fungsi Presentase Jumlah 10 g Jumlah 100 g


Sodium bikarbonat Bahan aktif 40 % 4g 40 g
Gliserin Humektan 15 % 1,5 g 15 g
CMC-Na Stiffening agent 1,5 % 0,15 g 1,5 g
Menthol Perasa 0,4 % 0,04 g 0,4 g
Na Benzoat Pengawet 0,5 % 0,05 g 0,5 g
SLS Surfaktan 3% 0,3 g 3g
Aquadest Pelarut Ad 100 % 3,96 g 39,6 g

VII. METODE PRAKTIKUM


a. Alat:
- Mortir
- Stamper
- Beaker glass
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Cawan porselen
- Timbangan analitik
- Pipet tetes
- Sudip
b. Bahan:
- NaHCO3
- Gliserin
- CMC-Na
- Menthol
- Na Benzoat
- SLS (Sodium Lauryl Sulfat)
- Aquadest
c. Cara kerja:

Disetarakan Timbangan

Disiapkan mortir

Ditimbang CMC-Na 0,45 g

Dipanasan aquades 1ml pada suhu 70°C. Kemudian dituang aquades panas
kedalam mortir dan dicampurkan dengan CMC-Na lalu didiamkan, setelah itu
diaduk sampai terbentuk mucilago. Ditimbang gliserin 4,5 g, lalu
dicampurkan kedalam mortir. Diaduk ad homogen

Ditimbang NaHCO3 12 g dan diaduk ad homogen

Ditambahkan sodium lauril sulfat 0,9 g, diaduk ad homogen

Ditambahkan menthol 0,12 g sebagai perasa

Ditambahkan Na Benzoat 0,15 dan ditambah aquades 2 ml sedikit demi


sedikit sampai terbentuk pasta
d. Evaluasi Sediaan
1. Uji organoleptis
Uji ini dilakukan dengan melakukan pengamatan sediaan pasta secara kualitatif
yang meliputi:
- Warna
- Bau
- Bentuk sediaan
2. Uji pH
Alat : pH meter digital
Persyaratan : 4,5-10,5 (SNI (12-3524-1995))

Sebanyak 1 gram sediaan pasta dilarutkan dengan 10 aquades dalam beaker glass,
kemudian diaduk ad homogen

pH meter digital dicelupkan ke dalam larutan sampel

Pembacaan pada alat diperoleh beberapa saat setelah alat dicelupkan, apabila
angka hasil pengukuran sudah stabil, dicatat pembacaan alat yang tertera pada
alat.

3. Uji viskositas
Alat : VT – 03E (Viskotester)
Persyaratan : 50.000-420.000 cp (Pierce, 1981)

Sediaan pasta dimasukkan ke dalam beaker glass

Disiapkan alat dan dipilih spindel yang cocok

Spindel dimasukkan dalam sediaan pasta

Viskotester dijalankan

4. Uji Kemampuan Berbusa


Alat : Tabung reaksi
Persyaratan : maksimal 15 mm (Dewi, 2017)

Sebanyak 1 gram pasta dilarutkan dengan 25 ml air


Sebanyak 5 ml larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Mulut tabung ditutup dengan jari tangan, lalu dikocok sebanyak 25 kali

Diamati busa yang terbentuk selama 30 menit untuk melihat kestabilan busanya

5. Uji daya sebar


Alat : Double plate
Persyaratan : 5 sampai 7 cm (Khusnul,2016)

Sebanyak 1 gram pasta diletakkan pada kaca berskala lalu ditutup dengan
lempeng kaca

Diberi beban 5 gram dan didiamkan

Penambahan bahan dilakukan setiap 2 menit sampai bahan tidak dapat melebar
lagi

6. Uji Homogenitas
Alat : Plat Kaca
Persyaratan : Sediaan gel dikatakan homogen bila terdapat persamaan warna yang
merata dan tidak adanya partikel atau bahan kasar yang dapat diraba (Khusnul
2016)

Dioleskan sediaan ke pelat kaca

Diamati dengan bantuan senter, apakah masih ada serbuk serbuk yang tidak larut
7. Uji Ekstrudabilitas
Alat : Beban pemberat
diletakkan tube pasta gigi yang telah dibuka tutupnya di atas sebuah kertas

Beban diletakkan di atas bagian horizontal tube.

Peningkatan beban dilakukan setiap 100 gram hingga pasta gigi keluar dari tube.
VIII. RANCANGAN ETIKET, BROSUR, DAN KEMASAN

 KEMASAN

IX. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Dosis


Menurut FI edisi IV (1995), pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang ditunjukan untuk pemakaian topikal. Untuk membuat pasta pada
umumnya berbentuk setengah padat, oleh sebab itu bahan tersebut dicairkan terlebih dahulu
kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih mudah bercampur
dan homogen. Pasta detificiae (pasta gigi) merupakan campuran kental yang terdiri dari
serbuk dan gliserin, yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi adalah produk semi
padat yang terdiri dari campuran bahan penggosok, bahan pembersih, dan bahan tambahan
yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membrane
mukosa mulut (Widodo, 2013).
Fungsi utama dari pasta gigi adalah menghilangkan pengotor dari permukaan gigi dengan
efek buruk yang kecil terhadap gigi. Timbulnya busa saat menggosok gigi membuat proses
pembersihan gigi menjadi lebih menyenangkan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah untuk
mencegah kerusakan gigi dan mengurangi bau mulut (Mitsui, 1997).
Karakteristik yang penting dari pasta gigi adalah konsistensi, kemampuan menggosok,
penampilan, pembentukan busa, rasa, stabilitas dan keamanan (Butler, 2000).
1) Konsistensi
Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. Konsistensi yang ideal dari pasta gigi
yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga dapat mempertahankan bentuk
pasta minimal selama 1 menit. Konsistensi dapat diukur melalui densitas, viskositas, dan
elastisitas.
2) Kemampuan menggosok
Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat bervariasi. Pasta gigi yang
ideal harus memiliki kemampuan menggosok yang cukup untuk dapat membersihkan partikel
atau noda dan mengkilatkan permukaan gigi.
3) Penampilan
Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas dari gelembung
udara dan memiliki warna yang menarik.
4) Pembentukan busa
Surfaktan yang digunakan harus dapat mensuspensikan dan membersihkan sisa makanan
melalui proses gosok gigi.
5) Rasa
Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen dan merupakan
karakteristik yang penting untuk mengetahui apakah konsumen akan membeli produk atau
tidak.
2. Efek Farmakologi Dan Kelarutan NHCO3
Natrium bikarbonat digunakan sebagai bahan kimia di laboratorium; sebagai buffer
biologis; digunakan dalam pembuatan garam natrium ; sebagai sumber CO2; sebagai bahan
tambahan pangan, yaitu sebagai bahan pengembang pada pembuatan roti, , garam busa, dan
minuman; sebagai bahan pemadam kebakaran; sebagai bahan tambahan dalam larutan
elektrolit IV, antasida, pengalkalin urinaria dan sistemik; sebagai larutan garam terapetik
untuk irigasi; sebagai bahan tambahan pangan pada pakan hewan. Efek farmakologi pada
NaHCO3 Dapat mengiritasi mata, kulit, saluran napas, dapat menyebabkan efek merugikan
pada ginjal. Dalam jangka waktu pendek jika terhirup dapat mengiritasi saluran napas,
kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit kering, dermatitis, kontak dengan
mata dapat menyebabkan iritasi mata dan dapat membahayakan jika tertelan, menyebabkan
efek merugikan pada ginjal, menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, dan diare.
Sedangkan penggunaan jangka panjang tidak menimbulkan efek yang merugikan.
Natrium bikarbonat jika digunakan dalam dosis tinggi bisa menyebabkan korosif pada gigi
karena berperan sebagai abrasif. Kelarutan larut Natrium bikarbonat yaitu larut dalam air
dan sedikit larut dalam alkohol.
3. Ketentuan Pasta Gigi yang Baik
Pasta gigi adalah produk semi padat yang terdiri dari campuran bahan penggosok, bahan
pembersih, dan bahan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa
merusak gigi maupun membrane mukosa mulut (Widodo, 2013).
Pasta gigi biasanya mengandung bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa, warna
serta pemanis. Selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet,
pengaroma, dan air.
Karakteristik yang penting dari pasta gigi adalah konsistensi, kemampuan menggosok,
penampilan, pembentukan busa, rasa, stabilitas dan keamanan (Butler, 2000).
 Konsistensi
Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. Konsistensi yang ideal dari pasta gigi yaitu
mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga dapat mempertahankan bentuk pasta
minimal selama 1 menit. Konsistensi dapat diukur melalui densitas, viskositas dan elastisitas.
 Kemampuan menggosok
Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat bervariasi. Pasta gigi yang
ideal harus memiliki kemampuan menggosok yang cukup untuk dapat dibersihkan dan
membersihkan partikel atau noda dan mengkilatkan permukaan gigi.
 Penampilan
Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas dari gelembung udara
dan memiliki warna yang menarik.
 Pembentukan busa
Surfaktan yang digunakan harus dapat mensuspensikan dan membersihkan sisa makanan
melalui proses gosok gigi.
 Rasa
Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen dan merupakan
karakteristik yang penting untuk mengetahui apakah konsumen akan membeli produk atau
tidak.
 Stabilitas
Formulasi pasta gigi harus stabil, sesuai dengan waktu penyimpanan. Waktu penyimpanan
pasta gigi dapat mencapai tiga tahun. Sediaan pasta gigi tidak boleh memisah atau terjadi
sineresis. Viskositas dan pH sediaan pasta gigi harus dapat dipertahankan selama waktu
penyimpanan.
 Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)
No. Jenis Uji Satuan Syarat
Sukrosa atau karbohidrat lain yang - Negatif
1.
dapat terfrmentasi
pH - 4,5-10,5
2.
Cemaran logam terhadap Pb, Hg, dan ppm Pb maksimal 5,0; Hg maksimal
3.
As 0,02; As maksimal 2,0
Cemaran mikroba
4.
Angka lempeng total - < 105
E. coli - Negatif
Zat pengawet - Sesuai dengan yang diijinkan
5.
Dept. Kes
Formaldehida maks. Sebagai % 0,1
6.
formaldehida bebas
Bebas fluor ppm 800-1500
7.
Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan
8.
Dept. Kes
Organoleptik
9.
Keadaan - Harus lembut, serba sama
- (homogen) tidak telihat adanya
gelembung udara, gumpalan, dan
partikel yang tepisah
Benda asing Tidak tampak

4. Mekanisme Abrasive
Bahan abrasif merupakan bahan kasar, seperti kalsium karbonat, dikalsium fosfat
dihidrat, dan magnesium trisilikat. Agen abrasif berfungsi untuk membantu mengusir sisa
makanan, bakteri, dan beberapa noda di gigi. Mekanismenya yaitu meningkatkan efek
pembersihan dengan meningkatkan penetrasi ke dalam ruang antar gigi sehingga dapat
membersihkan plak dan noda yang tertinggal akibat makanan dengan lebih efektif.
5. Alasan Pembuatan Sediaan Pasta
Sediaan untuk melindungi kesehatan gigi kali ini dibuat dalam bentuk sediaan pasta
karena suatu pasta lebih stabil daripada sediaan larutan. Pasta mengandung lebih sedikit air
sehingga dapat meminimalkan pertumbuhan bakteri. Sediaan pasta juga lebih acceptable
karena konsistensi pasta lebih padat sehingga ketika digunakan lebih nyaman, tidak meluber,
dan bisa menempel pada permukaan gigi dengan baik, sehingga sesuai untuk fungsi
abrasivitas dan membersihkan permukaan gigi secara optimal.
6. Prosedur Evaluasi
 Evaluasi Organoleptis
Bentuk sediaan : pasta
Uji bau : menthol (dilakukan dengan cara mencium sediaan pasta)
Uji warna : putih (dilakukan dengan mengamati warna sediaan)
Uji rasa : sedikit asin dan pedas menthol (dengan cara mencicipi sedikit sediaan)
 Evaluasi pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan universal indikator pH.
Pengukuran pH ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasta yang telah dibuat bersifat
asam atau basa, sedangkan pH mulut memiliki kisaran 6,5 – 7,5 sehingga aman dalam
penggunaan dan tidak mengiritasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Pada praktikum
yang kita lakukan diperoleh pH sebesar 9,3. Dari hasil tersebut dapat disimpukan bawah
pasta yang kita buat kurang baik karena lebih besar dari kisaran yang ditetapkan atau
bersifat basa. Hal ini dikarenakan bahan aktif yang kita gunakan adalah NaHCO3.
Dimana NaHCO3 merupakan bahan yang bersifat basa.
 Evaluasi Daya Sebar
Evaluasi daya sebar dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh
sediaan krim yang dapat dibuat. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat
dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Uji ini
menggunakan 2 buah kaca yang telah diberi skala diameternya. 1 gram krim diletakkan di
bagian tengah kaca kemudian di atasnya diletakkan kaca yang lain dan diukur diameter
penyebarannya. Setelah itu diberi beban mulai dari 1gram, 2 gram, 5 gram, 10 gram, 20
gram, 50 gram, dan seterusnya masing masing ditunggu selama 1 menit. Penambahan
beban terus dilakukan sampai diameter penyebaran tidak berubah. Pada kelompok kami
penambahan beban dilakukan sampai 200 gram. Hasil dari evaluasi daya sebar kami yaitu
4,1 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm. sehingga hasil
yang kami dapat tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan jumlah CMC yang
tinggi dalam formula . Semakin besar jumlah CMC, semakin sedikit penyebaran gel,
karena fungsi CMC-Na yaitu sebagai stiffening agent (Khusnul 2016)
 Evaluasi Viskositas
Untuk uji viskositas pasta, pasta sebanyak 20 gram yang ada di dalam mortir kecil
diletakkan di bawah gantungan spindel. Spindel diturunkan hingga batas tercelup ke
dalam pasta. Setelah itu, spindel dibiarkan berputar dan dilihat waktu dan viskositasnya.
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Viskositas merupakan suatu sifat
cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir, kekentalan didefinisikan
sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dari kondisi mapan tertentu bila ruang
dalam permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser.
Satuan dasar kekentalan adalah poise yang bernilai 1 poise = 100 centripoise.
Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu,secara umum kekentalan
menurun dengan naiknya suhu,untuk pengukuran sediaan farmasi suhu dipertahankan
dalam batas kurang lebih 0,1°.
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas adalah viscometer. Banyak jenis
viscometer tabung kapiler telah dirancang,tetapi viscometer Ostwald dan viscometer
Brookfield yang paling sering digunakan. Dalam evaluasi ini praktikan menggunakan
viscometer Brookfield karena sampel yang dievaluasi memiliki viskositas yang cukup
tinggi.
Viskometer yang digunakan pada praktikum kali ini adalah VT-03, pemeriksaan
viskositas dilakukan untuk melihat konsistensi pasta dan pada percobaan menghasilkan
nilai viskositas sebesar 160 dPa.s. Sediaan pasta gigi direncanakan memiliki viskositas
atau kekentalan yang tinggi dimana pasta merupakan sediaan yang bagian padatnya lebih
besar dibanding bagian cair. Kekentalan yang besar sesuai dengan persyaratan pasta yang
mengharuskan memiliki kekentalan yang tinggi. Oleh karena itu pasta gigi harus kental
dan tidak boleh terlalu cair seperti air.
 Uji Busa
Uji kemampuan berbusa dilakukan dengan melrutkan 1 gram pasta dengan 25 mL
air dalam beaker glass. Selanjutnya, dituangkan 5 mL larutan kedalam tabung reaksi.
Bagian atas tabung reaksi ditutup dengan kedua jari tangan lalu kocok ringan sebanyak
25 kali. Busa yang terbentuk diamati selama 30 menit untuk menilai kestabilan busanya,
kemudian amati onset, durasi dan kuantitas dari busa. Setelah dilakukan pengamatan
selama 30 menit, diperoleh ketinggian busa setelah pengocokkan sebanyak 25 kali yaitu
7,4 cm, dimana menandakan bahwa adanya Na Lauril Sulfat yang membuat pasta gigi
kami berbusa. Setelah 30 menit, ketinggian menjadi 7,1 cm. Namun, busa masih stabil
(penurunan jumlah busa tidak terlalu banyak) sehingga menguntungkan karena tidak
cepat hilang saat dilakukan proses pembersihan gigi.
 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah saat proses
pembuatan pasta, bahan aktif obat dengan bahan dasarnya serta bahan tambahan lain
yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratan pasta yakni harus homogen,
sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat
penggunaan. Alat yang biasanya digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill,
colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut
dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui
homogenizer atau mill pada temperatur 30-40° C.
Pada praktikum kali ini, uji homogenitas dilakukan secara sederhana dengan cara
mengoleskan sediaan pasta gigi pada kaca transparan (kaca objek) kemudian diamati
secara visual dengan posisi terbalik. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas
gelas obyek tersebut, maka basis pasta gigi yang diuji dinyatakan homogen, sedangkan
adanya butiran-butiran kasar menunjukkan bahwa basis pasta gigi tidak homogeny
(Syurgana, 2017).
Prosedur pengujian dilakukan dengan meletakkan 0,1 gram sediaan pada obyek
glass, kemudian ditutup dengan obyek glass yang lain. Selanjutnya diamati
homogenitasnya menggunakan lup atau secara visual langsung. Hasil pengujian
homogenitas pada praktikum kali ini ialah pasta yang kami buat telah homogen, karena
tidak terdapat butiran kasar pada saat pengamatan secara langsung menggunakan gelas
objek.
Pengujian homogenitas ini bertujuan untuk menganalisa tingkat atau perubahan
homogenitas pada sediaan pasta gigi yang mungkin terjadi karena beberapa faktor.
Misalnya faktor penyimpanan dan human error seperti kurang halusnya dalam mengayak
butiran dan kurangnya pengadukan. Indikator pasta gigi yang homogen yakni apabila
tidak terdapat butiran kasar di atas gelas objek.
7. Kelebihan dan Kekurangan
Pada pembuatan pasta kali ini digunakan bahan aktif yaitu CaCO3 dimana memiliki
mekanisme abrasive dan mengandung kalsium, sehingga dapat membuat sediaan menjadi
lebih efektif. Dalam pembuatannya kami menggunakan humektan, yaitu gliserin. Karena
rasanya yang manis, selain sebagai humektan gliserin dapat juga menjadi pemanis yang larut
air. Pengawet yang kami gunakan yaitu nipagin dan nipasol. Dimana pengawet ini dapat
mengatasi mikroba dan jamur karena akan memperluas spectrum aktivitas antimikroba. Selain
itu kami menambahkan bahan pengaroma yaitu menthol, sehingga sediaan menghasilkan
sensasi dingin saat penggunaan. Namun konsentrasi CMC-Na yang kami gunakan mungkin
terlalu banyak, sehingga pasta terlalu kental yang menyebabkan uji evaluasi daya sebar tidak
memenuhi syarat.
8. Stabilitas Sediaan

Evaluasi Hari ke 1 Hari ke 5


1. Organoleptis
 Bau Aroma mint Aroma mint

 Rasa Sedikit asin dan Sedikit asin dan


pedas khas pedas khas
menthol menthol
 Warna Putih Putih

 Tekstur Lembut Lembut


2. pH 9,3 -
3. Viskositas 160 dPas -
4. Uji Homogenitas Homogen (tidak -
ada butiran kasar)
5. Uji Busa Awal: 7,4 cm -
Setelah 30
menit:7,1 cm
6. Uji Daya Sebar Diameter 4,1 cm -
Pemberat 200
gram
Pada pasta gigi natrium bikarbonat yang kami buat dilakukan uji 6 uji evaluasi yaitu uji
organoleptis, pH, viskositas, uji homogenitas, uji busa, dan uji daya sebar. Pada uji
organoleptis didapatkan bau aroma mint, rasa sedikit asin dan pedas khas mentol, warna putih
dan tekstur lembut. Pada uji pH diperoleh pH 9,3 yang tidak sesuai dengan pH mulut yaitu 6,5
– 7,5, dengan viskositas 160 dPas tidak memenuhi syarat, uji homogen, uji busa yang tidak
stabil dengan tinggi busa awal setelah pengocokan 25 kali sebesar 7,4 cm dan setelah 30
menit 7,1 cm dengan selisih penurunak 0,3 cm dan busa menjadi agak renggang. Uji daya
sebar dilakukan dengan menggunakan timbangan 200 gram dan didaptakan hasil uji daya
sebar sebesar 4,1 cm tidak memenuhi syarat.
Setelah di cek pada hari kelima dengan disimpan pada suhu ruang hasilnya adalah tidak
ada perubahan pada rasa, warna, tekstur dan bau dari sediaan pasta gigi natrium bikarbonat.
Untuk uji pH, viskositas, homogenitas, busa dan daya sebar tidak dapat kami lakukan kembali
disebabkan karena keterbatasan alat.
9. Mekanisme kerja selama praktikum
Pembuatan pasta dilakukan sesuai dengan komposisi formula yang telah direncanakan.
Pertama disiapkan timbangan. Kemudian ditimbang CMC-Na 0,45 gram. Selanjutnya
merebus aquadest 1 ml pada suhu 70oC untuk melarutkan CMC-Na. Setelah aquadest panas
dimasukkan ke dalam mortir (1) dan CMC-Na ditaburkan diatas dan ditunggu sampai
mengembang. Setelah mengembang diaduk hingga terbentuk mucilagi. Ditimbang SLS 0,9
gram; Na Benzoat 0,15 gram; dan NaHCO3 12 gram lalu dilarutkan dengan sisa aquadest 2
ml dalam mortir (2). Setelah larut dimasukkan dalam mortir (1) yang berisi mucilago. Digerus
menthol 0,12 gram dan dilarutkan dengan gliserin 4,5 gram pada mortir bersih lalu
dimasukkan kedalam mortir (1). Semua bahan diaduk konstan hingga terbentuk konsistensi
pasta. Terakhir setelah sediaan pasta jadi dilakukan evaluasi sediaan selanjutnya dimasukkan
kedalam tube dan diberi etiket.
10. Titik Kritis
1) Pada saat pembentukan mucilago dari CMC Na harus digunakan air panas dan dipastikan
semua CMC Na rata pada air.
2) Apabila ingin membuat sediaan pasta gigi yang berwarna putih dapat digunakan NaHCO3
karena CaCO3 membuat pasta berwarna coklat muda.
3) Perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pasta
gigi, terutama bahan-bahan yang dapat menimbulkan efek negatif bagi gigi dan mulut.
4) Pada saat pengadukan bahan harus dilakukan secara konstan agar didapatkan konsistensi
pasta yang baik.
KESIMPULAN

 Dipilih NaHCO3 sebagai bahan aktif dikarenakan sodium bikarbonat bekerja sebagai bahan
abrasive terhadap plak, sebagai buffer terhadap keasaman rongga mulut dan sebagai bahan
bakterisid, ketiga aktifitas ini memang mengacu kepada pencegahan pembentukan plak oleh
bakteri, dimana plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Hal ini menyebabkan sodium
bikarbonat efektif dalam menurunkan plak dan gingivitis.
 Bentuk sediaan yang dipilih adalah bentuk pasta, karena lebih acceptable, konsistensi pasta
lebih padat sehingga ketika digunakan lebih nyaman, tidak meluber, dan bisa menempel pada
permukaan gigi dengan baik, sehingga sesuai untuk fungsi abrasivitas dan membersihkan
permukaan gigi secara optimal.
 Evaluasi sediaan:
Evaluasi Organoleptis
Bentuk sediaan : pasta
Uji bau : menthol (dilakukan dengan cara mencium sediaan pasta)
Uji warna : putih (dilakukan dengan mengamati warna sediaan)
Uji rasa : sedikit asin dan pedas menthol (dengan cara mencicipi sedikit sediaan)
Evaluasi pH
Pada praktikum diperoleh pH sebesar 9,3 sehingga dapat disimpukan bawah pasta yang dibuat
kurang baik karena lebih besar dari kisaran yang ditetapkan (6,5-7,5).
Evaluasi Daya Sebar
Hasil dari evaluasi daya sebar kami yaitu 4,1 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan
topikal yaitu sekitar 5-7 cm, sehingga hasil yang kami dapat tidak memenuhi persyaratan.
Evaluasi Viskositas
Pada percobaan menghasilkan nilai viskositas sebesar 160 dPa.s.
Uji Kemampuan Berbusa
Setelah 30 menit tinggi busa yang awalnya 7,4 menjadi 7,1. Busa masih stabil (penurunan
jumlah busa tidak terlalu banyak).
Uji Homogenitas
Sediaan pasta homogeny, tidak ada butiran kasar.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press


Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI
Ansel, H. C., Allen, L. V., & Popovich, N. G., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Asmanizar, Aisyah, I., Jakarta, UI Press, 506-510, 513.
Press and American Pharmacists Assosiation, 697-699.
Kibbe, A. H., 2004, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Third Edition, 442, 572,
Pharmaceutical Press, UK.
Lieberman, H., A., Coben, L., J. 1994. Sediaan Semisolid. dalam Lachman, L., Lieberman,
H., A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Siân C Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 5th Edition. UK : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain London
Sean C Sweetman. 2009. Martindale 36th edition. London : Pharmaceutical Press
Syurgana, M.U., Febrina, L., Ramadhan, A.M. 2017. Formulasi Pasta Gigi Dari Limbah
Cangkang Telur Bebek. Samarinda : Universitas Mulawarman
Wardina, Khusnul 2016. Formulasi Pasta Gigi Gel Ekstrak Etanol Bawang Dayak. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis
Voight, (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, Yogyakarta, Penerbit Gadjah
Mada University Press, 377-381.

Anda mungkin juga menyukai