SEMISOLIDA
Kelompok B1-1
Anggota Kelompok :
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mahasiswa mampu membuat sediaan pasta gigi secara baik dan benar sesuai dengan
prosedur.
- Mahasiswa mampu memahami evaluasi pembuatan sediaan pasta gigi serta mampu
membuat formulasi pasta gigi.
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditunjukkan untuk pemakaian topical (Depkes RI, 1995). Pasta adalah campuran salep
dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalya vaselin dan
bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang
tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi. Efek pasta lebih melekat disbandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Pasta dapat dibedaka menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk).
2) Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak yang mengandung ± 60% zat padat
(serbuk)
3) Pasta Pendingin
Pasta pendingin adalah suatu campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair.
4) Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)
Pata gigi adalah campuran kental yang terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi.
Pasta gigi adalah produk kesehatan gigi yang biasa digunakan sehari-hari. Pasta gigi
pertama kali digunakan oleh bangsa mesir sekitar tahun 5000 sebelum masehi, sejak saat itu
pasta gigi telah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan manusia. Pasta gigi
yang beredar pada saat ini mengandung komponen aktif dan bahan-bahan tambahan yang
memiliki fungsi-fungsi tersendiri, yaitu:
1) Fluor, yang terbagi atas stannous fluor, sodium monofluorofosfat, dan sodium fluor.
Fluor memiliki sifat bakterisidal dan memiliki efek antiplak.
2) Bahan abrasif yang biasa digunakan untuk menghilangkan plak dan noda pada gigi.
Bahan abrasif yang biasa digunakan adalah silika dioksida, hidrated silika dioksida,
kalsium karbonat, kalsium fosfat dihidrat, kalsium pirofosfat, alumina oksida, perlite
(70-75% silika dioksida), dan sodium bikarbonat.
3) Bahan yang menurunkan reaksi gigi sensitif, seperti potasium nitrat, arginine
bikarbonat/kalsium karbonat kompleks, dan stannous fluor. Bahan tersebut telah
terbukti dapat menurunkan hipersensitifitas dentin.
4) Deterjen atau sodium lauryl sulphate (SLS) yang berfungsi sebagai penurun tegangan
permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak dan membentuk mikro emulsi
yang dapat menyebabkan pembentukan busa. Hampir seluruh pasta gigi
menggunakan bahan ini untuk membentuk busa. Pada pasien yang memiliki riwayat
penyakit recurrent apthous ulcer disarankan untuk menggunakan pasta gigi yang
bebas deterjen, karena penggunaan pasta gigi yang menggunakan deterjen dapat
menyebabkan deskuamasi mukosa mulut.
5) Pemanis yang diberikan dalam pasta gigi berguna untuk memberikan rasa. Sebagian
besar bahan pemanis pada pasta gigi merupakan pemanis buatan dan tidak dapat
digunakan oleh bakteri kariogenik yang berada dalam mulut.
6) Pewarna diberikan untuk memberikan tampilan yang menarik pada pasta gigi.
7) Perasa diberikan pada pasta gigi untuk menambah rasa pasta gigi itu sendiri. Rasa
yang paling sering digunakan ialah rasa mint atau rasa buah-buahan.
8) Antitartar digunakan untuk mengurangi pembentukan kalkulus pada gigi.
Tetrapotasium pirofosfat, tetrasodium pirofosfat, disodium pirofosfat, paparin, dan
sitroksain merupakan contoh bahan-bahan yang termasuk dalam antitartar.
9) Antiplak berguna untuk menurunkan pertumbuhan plak pada gigi, mengurangi risiko
gingivitis, dan dapat menurunkan risiko karies. Beberapa contoh bahan antiplak
adalah triclosan, papain, dan ekstrak sanguinaria. Triclosan telah diakui oleh FDA
sebagai bahan yang bersifat sebagai antiplak dan antigingivitis yang dapat
ditambahakan dalam pasta gigi.
10) Bahan remineralisasi, seperti amorphous kalsium fosfat, kalsium dan fosfat. Bahan
tersebut dapat meningkatkan proses remineralisasi, mencegah terjadinya karies,
mengurangi risiko terjadinya erosi email dan dentin, dan mengurangi hipersensitivitas
dentin.
11) Humektan berguna untuk memberikan tekstur pada pasta gigi dan membantu pasta
gigi untuk mempertahankan kelembabannya.
12) Bahan pengental diberikan untuk membentuk pasta gigi agar tidak cair. Contoh bahan
pengental adalah carrageenan dan xanthan gum.
13) Bahan pengawet diberikan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada pasta gigi.
Beberapa bahan pengawet yang biasa digunakan dalam pasta gigi adalah metil
paraben dan sodium benzoat.
14) Bahan herbal, seperti aloe vera, sodium carrageenan, echinacea, goldenseal, dan
propolis.
Pasta gigi terdiri dari banyak komposisi yang memiliki fungsinya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut pasta gigi diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu :
1) Pasta gigi yang dapat mencegah terjadinya karies. Pasta gigi ini mengandung fluor
dengan konsentrasi di bawah 1000 ppm, fluor dengan konsentrasi 1000 ppm sampai
1500 ppm, dan fluor dengan konsentrasi 2500 ppm sampai 5000 ppm.
2) Pasta gigi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Pasta gigi ini harus
memiliki kemampuan untuk menghilangkan plak dan mencegah pertumbuhan bakteri.
Pada pasta gigi ini biasa digunakan bahan-bahan alami yang telah diekstrak, minyak
esensial, enzim ataupun vitamin. Selain bahan alami dapat juga digunakan antiseptik
sintetik dan bahan antibakterial, seperti triclosan dan klorheksidin.
3) Pasta gigi untuk gigi sentitif. Pasta gigi ini mengandung analgesik atau bahan yang
dapat menutup tubulus dentin. Bahan analgesik yang dapat digunakan adalah
potasium salin dan potasium nitrat. Bahan yang dapat menutup tubulus dentin adalah
stannous fluor, kalsium sodium phosphosilikat, dan strontium klorida.
4) Pasta gigi untuk memutihkan gigi. Pasta gigi ini dapat menghilangkan plak dan noda
pada gigi. Bahan yang berperan dalam memutihkan gigi ialah bahan abrasif atau
enzim yang menempel pada protein.
Pasta gigi dengan tujuan khusus, misalnya untuk menstimulasi sekresi saliva dengan
kandungan minyak zaitun, betain, ataupun xylitol.
III. EVALUASI PRODUK REFEREN
1. Pepsodent
Produsen : PT Unilever Indonesia Tbk
Indikasi : mencegah gigi berlubang
Komposisi :Calcium carbonat, water, sorbitol, hydrated silica, sodium lauryl sulfate,
sodium monofluorophospate, flavor, cellulose gum, potassium citrate,
sodium silicate, sodium saccharin, DMDM hydantoin, CI 77891. Contains
flouride.
Kemasan : 25 gram – 120 gram
2. Pasta gigi formula
Produsen : Uetra Prima Abadi
Indikasi : Memelihara gigi (email gigi) dan membuat gigi tampak putih berkilau
Komposisi :0,1% phtalimidoperoxycaproic acid eureur 0,8% sodium
monoflourophospate precipitated calcium carbonated, sorbitol purified
water, hydratedsilica, PEG 600, sodium saurylsulphate, flavor,
sodiumcarboxymethyl + cl 74260, DMDM hydantoin.
Kemasan : 190 gram
3. Antiplaque
Produsen : PT Triple Ace Corporation
Indikasi : Melindungi gigi dari masalah plaque, karang gigi, gigi berlubang, gusi
berdarah sariawan, membuat nafas lebih segar
Komposisi :Cloxifenol, Arnica tincture, Sodium Monoflourophosphate 0.8%, Oleum
Caryophyli
Kemasan : 75 gram
4. Ciptadent
Produsen : PT Liver Wings Jakarta
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :Calcium carbonate, silica, sorbitol, propylene glycol, xanthan gum,
sodium lauryl sulfate, sodium saccharine, sodium monofluorophosphate,
sodium flouride, methyl paraben, flavour, vitamin a, vitamin c, vitamin e,
xylitol, aqua.
Kemasan : 35 gram, 80 gram, 130 gram, 200 gram.
5. Pasta gigi anak Kodomo
Produsen : PT Lion Japan
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :sorbitol, silica, water, xylitol, propylene glycol, titanium dioxide, sodium
lauryl sulfate, flavour, xanthan gum, sodium polycrylate, algin,
methylparaben, butylparaben, sodium saccharin, sodium fluoride, 0,11%
sodium fluoride
Kemasan : 75 gram.
6. Parodontax
Produsen : GSK
Indikasi : Membantu mencegah gigi berlubang
Komposisi :sodium bikarbonat, water, sorbitol, glycerin, hydrated silica, alkohol,
mentha piperita oil, sodium lauril sarcosinate, silica, echinacea purpurea,
lysolecithin, xanthan gum, krameria salvia officinalis, commiphora
myrrha, cocamidopropyl betaine, sodium saccharin, contains sodium
flouride 0,22% w/w
Kemasan : 90 gram
Gliserin Aquadest
39,61
15 𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4,96 𝑔
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔 100 𝑚𝑙
100
CMC-NA
1,5
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,15 𝑔
100
Menthol
0,4
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,04 𝑔
100
Na-Benzoat
0,5
𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,05 𝑔
100
a. Abrasive Agent
No. Nama Pemerian Kelarutan ADI Inkompatibilitas Keterangan
Bahan Lain
1. NaHCO3 Serbuk putih, Praktis tidak tidak kompatibel
tidak berbau, larut dalam dengan garam asam
higroskopik etanol dan dan alkaloid dan
dengan rasa eter, larut karbon dioksida
basa dalam air
dengan
berbagai
perbandingan
2. CaCO3 Serbuk atau Praktis tidak Tidak stabil dalam Stabil dalam
kristal larut dalam larutan asam dan penyimpana
berwarna etanol 95%, garam amonium dalam
putih yang dan air. kontainer yang
tidak berasa Kelarutan kering dan
dan tidak dalam air tertutup
berwana meningkat
dengan
penambahan
garam
amonium.
Disetarakan Timbangan
Disiapkan mortir
Dipanasan aquades 1ml pada suhu 70°C. Kemudian dituang aquades panas
kedalam mortir dan dicampurkan dengan CMC-Na lalu didiamkan, setelah itu
diaduk sampai terbentuk mucilago. Ditimbang gliserin 4,5 g, lalu
dicampurkan kedalam mortir. Diaduk ad homogen
Sebanyak 1 gram sediaan pasta dilarutkan dengan 10 aquades dalam beaker glass,
kemudian diaduk ad homogen
Pembacaan pada alat diperoleh beberapa saat setelah alat dicelupkan, apabila
angka hasil pengukuran sudah stabil, dicatat pembacaan alat yang tertera pada
alat.
3. Uji viskositas
Alat : VT – 03E (Viskotester)
Persyaratan : 50.000-420.000 cp (Pierce, 1981)
Viskotester dijalankan
Mulut tabung ditutup dengan jari tangan, lalu dikocok sebanyak 25 kali
Diamati busa yang terbentuk selama 30 menit untuk melihat kestabilan busanya
Sebanyak 1 gram pasta diletakkan pada kaca berskala lalu ditutup dengan
lempeng kaca
Penambahan bahan dilakukan setiap 2 menit sampai bahan tidak dapat melebar
lagi
6. Uji Homogenitas
Alat : Plat Kaca
Persyaratan : Sediaan gel dikatakan homogen bila terdapat persamaan warna yang
merata dan tidak adanya partikel atau bahan kasar yang dapat diraba (Khusnul
2016)
Diamati dengan bantuan senter, apakah masih ada serbuk serbuk yang tidak larut
7. Uji Ekstrudabilitas
Alat : Beban pemberat
diletakkan tube pasta gigi yang telah dibuka tutupnya di atas sebuah kertas
Peningkatan beban dilakukan setiap 100 gram hingga pasta gigi keluar dari tube.
VIII. RANCANGAN ETIKET, BROSUR, DAN KEMASAN
KEMASAN
4. Mekanisme Abrasive
Bahan abrasif merupakan bahan kasar, seperti kalsium karbonat, dikalsium fosfat
dihidrat, dan magnesium trisilikat. Agen abrasif berfungsi untuk membantu mengusir sisa
makanan, bakteri, dan beberapa noda di gigi. Mekanismenya yaitu meningkatkan efek
pembersihan dengan meningkatkan penetrasi ke dalam ruang antar gigi sehingga dapat
membersihkan plak dan noda yang tertinggal akibat makanan dengan lebih efektif.
5. Alasan Pembuatan Sediaan Pasta
Sediaan untuk melindungi kesehatan gigi kali ini dibuat dalam bentuk sediaan pasta
karena suatu pasta lebih stabil daripada sediaan larutan. Pasta mengandung lebih sedikit air
sehingga dapat meminimalkan pertumbuhan bakteri. Sediaan pasta juga lebih acceptable
karena konsistensi pasta lebih padat sehingga ketika digunakan lebih nyaman, tidak meluber,
dan bisa menempel pada permukaan gigi dengan baik, sehingga sesuai untuk fungsi
abrasivitas dan membersihkan permukaan gigi secara optimal.
6. Prosedur Evaluasi
Evaluasi Organoleptis
Bentuk sediaan : pasta
Uji bau : menthol (dilakukan dengan cara mencium sediaan pasta)
Uji warna : putih (dilakukan dengan mengamati warna sediaan)
Uji rasa : sedikit asin dan pedas menthol (dengan cara mencicipi sedikit sediaan)
Evaluasi pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan universal indikator pH.
Pengukuran pH ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasta yang telah dibuat bersifat
asam atau basa, sedangkan pH mulut memiliki kisaran 6,5 – 7,5 sehingga aman dalam
penggunaan dan tidak mengiritasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Pada praktikum
yang kita lakukan diperoleh pH sebesar 9,3. Dari hasil tersebut dapat disimpukan bawah
pasta yang kita buat kurang baik karena lebih besar dari kisaran yang ditetapkan atau
bersifat basa. Hal ini dikarenakan bahan aktif yang kita gunakan adalah NaHCO3.
Dimana NaHCO3 merupakan bahan yang bersifat basa.
Evaluasi Daya Sebar
Evaluasi daya sebar dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh
sediaan krim yang dapat dibuat. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat
dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Uji ini
menggunakan 2 buah kaca yang telah diberi skala diameternya. 1 gram krim diletakkan di
bagian tengah kaca kemudian di atasnya diletakkan kaca yang lain dan diukur diameter
penyebarannya. Setelah itu diberi beban mulai dari 1gram, 2 gram, 5 gram, 10 gram, 20
gram, 50 gram, dan seterusnya masing masing ditunggu selama 1 menit. Penambahan
beban terus dilakukan sampai diameter penyebaran tidak berubah. Pada kelompok kami
penambahan beban dilakukan sampai 200 gram. Hasil dari evaluasi daya sebar kami yaitu
4,1 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm. sehingga hasil
yang kami dapat tidak memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan jumlah CMC yang
tinggi dalam formula . Semakin besar jumlah CMC, semakin sedikit penyebaran gel,
karena fungsi CMC-Na yaitu sebagai stiffening agent (Khusnul 2016)
Evaluasi Viskositas
Untuk uji viskositas pasta, pasta sebanyak 20 gram yang ada di dalam mortir kecil
diletakkan di bawah gantungan spindel. Spindel diturunkan hingga batas tercelup ke
dalam pasta. Setelah itu, spindel dibiarkan berputar dan dilihat waktu dan viskositasnya.
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Viskositas merupakan suatu sifat
cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir, kekentalan didefinisikan
sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu
permukaan datar melewati permukaan datar lain dari kondisi mapan tertentu bila ruang
dalam permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser.
Satuan dasar kekentalan adalah poise yang bernilai 1 poise = 100 centripoise.
Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu,secara umum kekentalan
menurun dengan naiknya suhu,untuk pengukuran sediaan farmasi suhu dipertahankan
dalam batas kurang lebih 0,1°.
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas adalah viscometer. Banyak jenis
viscometer tabung kapiler telah dirancang,tetapi viscometer Ostwald dan viscometer
Brookfield yang paling sering digunakan. Dalam evaluasi ini praktikan menggunakan
viscometer Brookfield karena sampel yang dievaluasi memiliki viskositas yang cukup
tinggi.
Viskometer yang digunakan pada praktikum kali ini adalah VT-03, pemeriksaan
viskositas dilakukan untuk melihat konsistensi pasta dan pada percobaan menghasilkan
nilai viskositas sebesar 160 dPa.s. Sediaan pasta gigi direncanakan memiliki viskositas
atau kekentalan yang tinggi dimana pasta merupakan sediaan yang bagian padatnya lebih
besar dibanding bagian cair. Kekentalan yang besar sesuai dengan persyaratan pasta yang
mengharuskan memiliki kekentalan yang tinggi. Oleh karena itu pasta gigi harus kental
dan tidak boleh terlalu cair seperti air.
Uji Busa
Uji kemampuan berbusa dilakukan dengan melrutkan 1 gram pasta dengan 25 mL
air dalam beaker glass. Selanjutnya, dituangkan 5 mL larutan kedalam tabung reaksi.
Bagian atas tabung reaksi ditutup dengan kedua jari tangan lalu kocok ringan sebanyak
25 kali. Busa yang terbentuk diamati selama 30 menit untuk menilai kestabilan busanya,
kemudian amati onset, durasi dan kuantitas dari busa. Setelah dilakukan pengamatan
selama 30 menit, diperoleh ketinggian busa setelah pengocokkan sebanyak 25 kali yaitu
7,4 cm, dimana menandakan bahwa adanya Na Lauril Sulfat yang membuat pasta gigi
kami berbusa. Setelah 30 menit, ketinggian menjadi 7,1 cm. Namun, busa masih stabil
(penurunan jumlah busa tidak terlalu banyak) sehingga menguntungkan karena tidak
cepat hilang saat dilakukan proses pembersihan gigi.
Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah saat proses
pembuatan pasta, bahan aktif obat dengan bahan dasarnya serta bahan tambahan lain
yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratan pasta yakni harus homogen,
sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat
penggunaan. Alat yang biasanya digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill,
colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut
dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui
homogenizer atau mill pada temperatur 30-40° C.
Pada praktikum kali ini, uji homogenitas dilakukan secara sederhana dengan cara
mengoleskan sediaan pasta gigi pada kaca transparan (kaca objek) kemudian diamati
secara visual dengan posisi terbalik. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas
gelas obyek tersebut, maka basis pasta gigi yang diuji dinyatakan homogen, sedangkan
adanya butiran-butiran kasar menunjukkan bahwa basis pasta gigi tidak homogeny
(Syurgana, 2017).
Prosedur pengujian dilakukan dengan meletakkan 0,1 gram sediaan pada obyek
glass, kemudian ditutup dengan obyek glass yang lain. Selanjutnya diamati
homogenitasnya menggunakan lup atau secara visual langsung. Hasil pengujian
homogenitas pada praktikum kali ini ialah pasta yang kami buat telah homogen, karena
tidak terdapat butiran kasar pada saat pengamatan secara langsung menggunakan gelas
objek.
Pengujian homogenitas ini bertujuan untuk menganalisa tingkat atau perubahan
homogenitas pada sediaan pasta gigi yang mungkin terjadi karena beberapa faktor.
Misalnya faktor penyimpanan dan human error seperti kurang halusnya dalam mengayak
butiran dan kurangnya pengadukan. Indikator pasta gigi yang homogen yakni apabila
tidak terdapat butiran kasar di atas gelas objek.
7. Kelebihan dan Kekurangan
Pada pembuatan pasta kali ini digunakan bahan aktif yaitu CaCO3 dimana memiliki
mekanisme abrasive dan mengandung kalsium, sehingga dapat membuat sediaan menjadi
lebih efektif. Dalam pembuatannya kami menggunakan humektan, yaitu gliserin. Karena
rasanya yang manis, selain sebagai humektan gliserin dapat juga menjadi pemanis yang larut
air. Pengawet yang kami gunakan yaitu nipagin dan nipasol. Dimana pengawet ini dapat
mengatasi mikroba dan jamur karena akan memperluas spectrum aktivitas antimikroba. Selain
itu kami menambahkan bahan pengaroma yaitu menthol, sehingga sediaan menghasilkan
sensasi dingin saat penggunaan. Namun konsentrasi CMC-Na yang kami gunakan mungkin
terlalu banyak, sehingga pasta terlalu kental yang menyebabkan uji evaluasi daya sebar tidak
memenuhi syarat.
8. Stabilitas Sediaan
Dipilih NaHCO3 sebagai bahan aktif dikarenakan sodium bikarbonat bekerja sebagai bahan
abrasive terhadap plak, sebagai buffer terhadap keasaman rongga mulut dan sebagai bahan
bakterisid, ketiga aktifitas ini memang mengacu kepada pencegahan pembentukan plak oleh
bakteri, dimana plak merupakan penyebab utama dari gingivitis. Hal ini menyebabkan sodium
bikarbonat efektif dalam menurunkan plak dan gingivitis.
Bentuk sediaan yang dipilih adalah bentuk pasta, karena lebih acceptable, konsistensi pasta
lebih padat sehingga ketika digunakan lebih nyaman, tidak meluber, dan bisa menempel pada
permukaan gigi dengan baik, sehingga sesuai untuk fungsi abrasivitas dan membersihkan
permukaan gigi secara optimal.
Evaluasi sediaan:
Evaluasi Organoleptis
Bentuk sediaan : pasta
Uji bau : menthol (dilakukan dengan cara mencium sediaan pasta)
Uji warna : putih (dilakukan dengan mengamati warna sediaan)
Uji rasa : sedikit asin dan pedas menthol (dengan cara mencicipi sedikit sediaan)
Evaluasi pH
Pada praktikum diperoleh pH sebesar 9,3 sehingga dapat disimpukan bawah pasta yang dibuat
kurang baik karena lebih besar dari kisaran yang ditetapkan (6,5-7,5).
Evaluasi Daya Sebar
Hasil dari evaluasi daya sebar kami yaitu 4,1 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan
topikal yaitu sekitar 5-7 cm, sehingga hasil yang kami dapat tidak memenuhi persyaratan.
Evaluasi Viskositas
Pada percobaan menghasilkan nilai viskositas sebesar 160 dPa.s.
Uji Kemampuan Berbusa
Setelah 30 menit tinggi busa yang awalnya 7,4 menjadi 7,1. Busa masih stabil (penurunan
jumlah busa tidak terlalu banyak).
Uji Homogenitas
Sediaan pasta homogeny, tidak ada butiran kasar.
DAFTAR PUSTAKA