Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini pasta gigi telah menjadi kebutuhan primer, bahkan manusia tidak
bisa lepas dari yang namanya pasta gigi. Hampir semua orang mengaggapbahwa
pasta gigi bermanfaat untuk membuat gigi menjadi kuat.Tetapi pasta gigi juga
mempunyai efek yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Mengapa
demikian ?
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi yang
semakin pesat banyak ilmuan yang menemukan bahwa di dalam pasta gigi yang
selama ini digunakan oleh kebanyakan orang diseluruh dunia mengandung zat
yang sangat berbahaya bagi kesehatan, mempunyai efek yang luar biasa yang
dapat mengancam kematian.
Mengenai hal tersebut dalam sebuah laporan UNICEF tahun 1999, mereka
mengeluhkan bahwa “beberapa negara kurang memiliki pemahaman betapa
beracunya fluoride (zat yang terdapat dalam pasta gigi) bagi tubuh, terutama bagi
anak-anak, karena tubuh mereka mudah menyerap lebih banyak fluoride dari pada
tubuh orang dewasa”.(De Grey 2012 : 204)
Pasta gigi merupakan kebutuhan penting bagi tiap individu di segala segmen
dan demografi, sehingga produksi produk tersebut sangat tinggi setiap harinya
seiring dengan tingginya permintaan. Kriteria produk pasta gigi yang diinginkan
konsumen diantaranya mengandung kandungan fluoride yang cukup, memiliki
rasa segar, ekonomis, praktis, terkemas dengan baik dan menarik.
Tanaman sirih (Piper betle L.) sudah lama digunakan sebagai obat sejak dulu.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya, kandungan daun sirih antara
lain saponin, polifenol, minyak atsiri, dan flavonoid. Selain itu daun sirih juga
mempunyai khasiat membantu menghilangkan plak, yaitu lapisan bakteri yang

1
terbentuk pada gigi dan gusi (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) dan sebagai
obat batuk (Widyastuti, 2001).
Umumnya masyarakat menggunakan daun sirih seperti biasa masih dalam
cara yang sederhana, mulai dari penggunaannya yang harus direbus dahulu,
kemudian diambil sarinya. Cara penggunaan ini dirasa kurang praktis, maka dari
itu diperlukan inovasi baru untuk meningkatkan kenyamanan dan kemudahan
dalam penggunaan, diantaranya dibuat sediaan pasta. Sedian pasta gigi,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat pasta
melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme kerja pembentukan plak gigi?
2. Bagaimana ciri-ciri pasta gigi yang baik?
3. Bagaimana evaluasi pasta gigi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja pembentuk plak pada gigi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pasta gigi yang baik
3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan pasta gigi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasta Gigi


Pasta gigi adalah bahan semi-aqueous yang digunakan bersama-sama sikat
gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Selain
berfungsi untuk membersihkan plak, pasta gigi juga berfungsi untuk memperkuat
gigi terhadap karies, mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut
serta memelihara kesehatan gigi.

2.1.1 Fungsi Pasta Gigi


Dari segi fungsi, pasta gigi ada 3 fungsi yaitu:
a. Fungsi Kosmetik
Menyingkirkan materi alba, plak, sisa-sisa makanan dan stein pada
permukaan gigi serta untuk menyegarkan nafas.
b. Fungsi Kosmetik Terapeutik
Menghilangkan kalkulus dan gingivitas.
c. Fungsi Terapeutik
Mengurangi pembentukan plak, kalkulus, gingivitis dan sensivitor gigi.

Dalam pemilihan pasta gigi, sebaiknya pasta gigi yang dipilih harus
mengandung 3 unsur pokok. Ketiga unsur tersebut adalah bahan abrasif,
surfactan serta memberikan rasa segar.

3
2.1.2 Komponen dalam Pasta Gigi
Komponen yang terkandung dalam pasta gigi terdiri lebih dari satu bahan
aktif untuk memperoleh beberapa keuntungan. Umumnya pasta gigi yang
beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasive,
detergen dan bahan terapeutik.
Komponen-komponen yang harus ada pada pasta gigi antara lain:
a. Bahan abrasive (20%-50%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan
plak. Juga dapat membantu mengentalkan pasta gigi. Contoh bahan
abrasif misalnya silica atau silica hidrat, sodium bikarbonat,
alumunium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
b. Air (20%-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut
c. Humectant atau pelembab (20%-35%)
Humectant adalah bahan yang menyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban. Bahan ini juga berfungsi mencegah atau menjaga pasta
gigi agar tidak kering. Misalnya Alpha Hydroxy Acid (AHA), asam
laktat dan gliserin.
d. Bahan perekat (1%-2%)
Berfungsi mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan
cara mencegah terjadinya pemisahan bahan solid dan liquid pada suatu
pasta gigi. Misalnya glycerol, sorbitol, dan Polyethylene Glycol (PEG).
e. Surfactant atau detergen (1%-3%)
Detergen yang banyak terkandung dalam pasta gigi di pasaran
adalah SLS (Sodium Lauryl Sulfat) yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan, mengemulsi lemak dan memberikan busa
sehingga pembuangan plak dan sisa makanan menjadi lebih mudah.
SLS juga memberikan efek antibakteri.
f. Bahan penambah rasa (0-2%)

4
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk
memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Tambahan rasa pada pasta
gigi akan membuat menyikat gigi menjadi lebih menyenangkan. ADA
(American Dential Association) tidak merekomendasikan pasta gigi
yang mengandung gula tapi pasta gigi yang mengandung pemanis
buatan misalnya sakarin. Bahan pelembab gliserin dan sorbitol juga
dapat memberikan rasa manis pada pasta.
g. Bahan terapeutik
Bahan terapeutik yang terdapat pada pasta gigi adalah sebagai berikut :
1) Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan memmbuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam.
Ada 3 macam flouride:
a) Stannous Flouride
Disebut juga Tin Flour. Merupakan flour yang pertama
ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara
bersamaan dengan bahan abrasif (Kalsium fosfat). Flouride ini
bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat stein
abu-abu pada gigi.
b) Sodium Flouride
NaF merupakan flour yang paling sering digunakan pada pasta
gigi, tetapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan
abrasif.
c) Sodium Monoflourofosfat

2) Bahan desensitisasi
Bahan desensial yang digunakan dalam pasta gigi:
a) Potassium Nitrat, dapat memblok transmisi nyeri diantara sel-
sel saraf.

5
b) Stronsium Chloride, apat memblok tubulus dentin.

3) Bahan anti tartar


Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan
magnesium sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada
permukaan gigi. Misalnya: Tetrasodium Phyrophospate.

4) Bahan anti mikroba


Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Contohnya adalah Zinc citrate, Zinc phospate.
Selain itu beberapa herbal yang dapat ditambahkan sebagai anti
mikroba yaitu ekstrak daun sirih dan siwak. Ekstrak daun sirih yang
ditambahkan pada pasta gigi mampu membunuh bakteri secara
lebih efektif dibandingkan dengan anti-mkroba dari bahan kimia.

5) Bahan pemutih (0,05-0,5%)


Ada macam-macam bahan pemutih antara lain: Sodium
karbonat, hidrogen peroksida, citroxane dan Sodium
hexametaphospate.

6) Bahan pengawet (0,05-0,5%)


Digunakan untuk mencegah mikroorganisme pada pasta gigi.
Misalnya: Sodium benzoat, Natrium klorida, Methylparaben dan
Ethylparaben.

6
2.2. Tanaman Sirih (Piper betle L.)
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Sirih (Piper betle L.)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Spesies : Piper betle L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

2.2.2 Nama Lain Sirih (Piper betle L.)


Daun sirih di Indonesia mempunyai nama yang berbeda–beda sesuai
dengan nama daerahnya masing-masing, yaitu si ureuh (Sunda); sedah,
suruh Jawa); sirih (Sampit); ranub (Aceh); cambia (Lampung); base seda
(Bali) (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

2.2.3 Morfologi Tanaman Sirih (Piper betle L.)


Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat, tinggi 5
cm-15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong.
Pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun
bagian bawah gundul atau berbulu sangat pendek, tebal berwarna putih,
panjang 5-18 cm, lebar 2,5 - 10,5 cm. Daun pelindung berbentuk lingkaran,
bundar telur sungsang atau lonjong panjang kira-kira 1 mm. Perbungaan
berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun.
Bulir bunga jantan, panjang gaggang 1,5 - 3 cm, benang sari sangat pendek.
Bulir bunga betina, panjang gaggang 2,5 – 6 cm, kepala putik 3 – 5. Buah
Buni, bulat dengan ujung gundul. Bulir masak berbulu 4 kelabu, rapat,
tebal 1– 1,5 cm. Biji berbentuk bulat (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

7
2.2.4 Kandungan Kimia Daun Sirih (Piper betle L.)
Kandungan kimia daun sirih antara lain saponin, flavonoid, polifenol,
dan minyak atsiri (Syamshidayat dan Hutapea, 1991) e. Kegunaan Daun
Sirih (Piper betle L.) Daun Sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk,
obat bisul, obat sakit mata, obat sariawan, obat hidung berdarah
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

2.3 Ekstrak
2.3.1 Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simlisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan. Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat
yang terdapat dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai
kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya
(Departemen RI, 1995).

2.3.2 Pembagian Ekstrak Berdasarkan atas sifatnya


Ekstrak dapat dikelompokkan menjadi 3:
1. Ekstrak encer (extractum tennue) Sediaan ini memiliki konsentrasi
seperti madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental (extractum spissum) Sediaan ini liat dalam keadaan
dingin dan tidak dapat dituang.
3. Ekstrak kering (extractum siccum) Sedian ini memiliki konsentrasi
kering dan mudah digosokkan, melalui penguapan cairan
pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk
yang sebaliknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5 %
(Voigt, 1984).

8
2.3.3 Penyarian
Penyarian merupakan proses perpindahan massa zat aktif yang semula
berada dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam
cairan penyari. Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat
antara lain murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia,
bereaksi netral, tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, selektif
yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, dan tidak
mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986).

2.4 Metode Pembuatan Ekstrak


2.4.1 Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel
tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan untuk proses maserasi akan memberikan 6
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan
alam dalam pelarut tersebut.

2.4.2 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara gaya, berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi osmosis, adhesi, dan daya kapiler (Anonim,
1986).

9
2.4.3 Sohkletasi
Sohkletasi merupakan penyempurnaan alat ekstrasi. Uap cairan
penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan
kembali dengan pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung
berisi serbuk simplisia. Adanya sifon mengakibatkan seluruh cairan akan
kembali ke labu (Anonim, 1986).

2.5 Monografi Bahan Tambahan

2.5.1 Ekstrak Daun Sirih


Rumus molekul -
Rumus Struktur -
Sinonim Piper Bettle Oil [3]
Fungsi Sebagai zat aktif yaitu antisariawan, anti plak,
adstringen, antiseptic. [3]
Pemerian bahan Bau aromatic yang khas [3]
Data kelarutan Kadar abu tidak lebih dari 14%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak
lebih dari 7%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang
dari 14%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak
kurang dari 4,5% [3]
Stabilitas terhadap pH -
Stabilitas terhadap suhu selama 10 menit.
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air -
Berat jenis -
Titik leleh / lebur -
Inkompatibilitas -

10
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik [3]
Alasan Pemilihan Bahan Karena kulit nanas memiliki aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus Mutans (bakteri gram positif)
yang merupakan bakteri perusak gigi serta
sebagai aroma bau[4].

2.5.2 Gum Arab


Rumus molekul -
Rumus Struktur -
Sinonim Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum;
E414; gum acacia; gummi
africanum; gum arabic; gummi arabicum;
gummi mimosae; talha
gum [2]
Fungsi Menurunkan tegangan permukaan, dan agen
penstabil [2]
Kajian farmakologis -
Dosis Untuk basis pasta 10-30% [2]
Pemerian bahan Serbuk; warna putih;hampir tidak berbau;
rasa tawar seperti lender [1]
Data kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan
yang kental dan bening; praktis tidak larut
dalam etanol ( 90%) P dan dalam gliserol P
[1]
Log P -
Ph 4.5–5.0 [2]
Stabilitas terhadap Ph Stabil dalam larutan asam

11
Stabilitas terhadap suhu panas pada proses yang menggunakan panas
namun akan lebih baik jika panasnya
dikontrol untuk mempersingkat waktu
pemanasan
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air -
Berat jenis -
Titik leleh / lebur -
Inkompatibilitas amidopyrine, apomorphine, cresol, ethanol
(95%), ferric salts,
morphine, phenol, physostigmine, tannins,
thymol, and vanillin. [2]
Kondisi penyimpanan Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah
kedap udara di tempat yang sejuk dan kering
[2]
ADI Untuk topical tidak ada ADI nya. ADI untuk
oral : [2]
LD50 (hamster, oral): >18 g/kg(9)
LD50 (mouse, oral): >16 g/kg
LD50 (rabbit, oral): 8.0 g/kg
LD50 (rat, oral): >16 g/kg
Alasan Pemilihan Bahan Karenan gum arab dapat menstabilkan atau
menurunkan tegangan permukaan dan
mencegah pemisahan fase padat dan fase cair
pada pasta gigi [4]

2.5.3 Sakarin

12
Rumus molekul C7H5NO3S
Sinonim 1,2-Benzisothiazolin-3-one 1,1-dioxide;
benzoic acid sulfimide;
benzoic sulfimide; benzosulfimide; 1,2-
dihydro-2-ketobenzisosulfonazole;
2,3-dihydro-3-oxobenzisosulfonazole; E954;
Garantose;
gluside; Hermesetas; sacarina; saccarina;
saccharin insoluble;
saccharinum; o-sulfobenzimide; o-
sulfobenzoic acid imide [2]
Fungsi Sweetening agent [2]
Pemerian bahan Kristal putih, tidak berbau, atau serbuk Kristal
putih, rasa manis intens [2]
Data kelarutan K r ’C j y :
Acetone 1 in 12
Chloroform sedikit larut
Ethanol (95%) 1 in 31
Log P -
Ph 2,0 [2]
Stabilitas terhadap Ph Ph 2 [2]
Stabilitas terhadap suhu 25°C [2]
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Tidak stabil terhadap air
Berat jenis 0.7–1.0 g/cm3 [2]
Titik leleh / lebur 125°C [2]
Inkompatibilitas Dapat bereaksi dengan molekul besar
sehingga terbentuk endapan[2]
ADI/Safety Sampai 2,5 mg / kg berat badan manusia [2]

13
Kondisi penyimpanan disimpan dalam wadah tertutup baik dan
kering [2]
Alasan pemilihan bahan Untuk menambahkan rasa manis

2.5.4 Gliserin
Rumus molekul C3H8O3
Rumus Struktur
Sinonim Croderol, gliserol, glycerolum
Dosis 1-1,5 gram/kg BB
Pemerian bahan Gliserin merupakan cairan tidak berwarna
atau jernih, cairan hidroskopis, mempunyai
rasa manis, tidak berbau. Jika disimpan
beberapa lama dalam suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur dan
mencapai suhu 20oC
Data kelarutan gliserin di aseton cukup larut, dalam benzene
dan kloroform praktis tidak larut, dalam
etanol (95%) larut, dalam methanol larut,
dalam minyak praktis tidak larut
Log P -
Ph -
Stabilitas terhadap pH Meleleh pada suhu 200C
Stabilitas terhadap suhu -
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Stabil terhadap air
Berat jenis 1,2636 g/cm3
Titik leleh / lebur 17,8OC

14
Inkompatibilitas Bisa meledak bila dicampur dengan agen
pengoksidasi tinggi, seperti Chromium
Trioxide, Potassium Chlorat, atau Potassium
Permanganat. Gliserin akan terbentuk menjadi
asam borak dan asam gliseroborat yang
merupakan asam yang lebih kuat dari asam
borat
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Disimpan pada wadah yang tertutup rapat /
kedap udara. Hindarkan dari panas dan
kelembaban
Alasan Pemilihan Bahan Untuk mencegah pengeringan dan pengerasan
pada pasta gigi [4]

2.5.5 SLS (Sodium Lauryl Sulfat)


Rumus molekul C12H25NaO4S
Rumus Struktur
Sinonim Dodecyl alcohol hydrogen sulfate, sodium
salt; dodecyl sodium
sulfate; dodecylsulfate sodium salt; Elfan 240;
lauryl sodium
sulfate; lauryl sulfate, sodium salt;
monododecyl sodium sulfate;
natrii laurilsulfas; sodium dodecyl sulfate;
sodium n-dodecyl
sulfate; sodium laurilsulfate; sodium
monododecyl sulfate; sodium
monolauryl sulfate; SDS; SLS; sulfuric acid
monododecyl ester,

15
sodium salt; Texapon K12P [2]

Dosis -
Pemerian bahan Serbuk atau hablur; warna putih atau kuning
pucat; bau lemah dan khas [1]
Data kelarutan Sangat mudah larut dalam air, larutan
berkabut; larut sebagian dalam etanol (95%) P
[1]
Log P
Ph 7.0–9.5 [2]
Stabilitas terhadap pH 7,0 – 9,5
Stabilitas terhadap suhu 20°C
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air -
Berat jenis 1,07 g/cm3 [2]
Titik leleh / lebur 204-207°C [2]
Inkompatibilitas dengan garam dari polyvalent ion logam,
seperti aluminium, timah timbal, atau seng,
dan presipitat dengan garam kalium. [2]
ADI/Safety LD 50 : 0.5–5.0 g/kg BB manusia [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Karena bersifat netral, sebagai pembersih
dalam kondisi asam atau basa serta tidak
membentuk endapan dalam saliva [4].

16
2.5.6 Aquadestilata
Rumus molekul H2O
Rumus Struktur
Sinonim Air suling, aqua purificata, hydrogen okside
Dosis -
Pemerian bahan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
Data kelarutan Bercampur dengan semua pelarut polar
Log P -
Ph 5-7
Stabilitas terhadap pH Stabil
Stabilitas terhadap suhu Stabil di suhu ruangan (20-25°C)
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Sangat stabil
Berat jenis 1 g/ cm3
Titik leleh / lebur 0oC
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien
lainnya yang rentan
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Alasan Pemilihan Bahan Untuk melarutkan bahan

17
2.5.7 Calcium Carbonate

Rumus molekul CaCO3


Rumus Struktur
Sinonim Calcii carbonas; calcium carbonate (1 : 1);
carbonic acid calcium
salt (1 : 1); creta preparada; Destab; E170;
MagGran CC; Micromite;
Pharma-Carb; precipitated carbonate of lime;
precipitated
chalk; Vitagran; Vivapress Ca; Witcarb. [2]
Dosis Dosis sampai sekitar 1,5 g sebagai antasid.
Dosis harian oral 2,5-17 g untuk pengobatan
hyperphosphatemia pada pasien dengan gagal
ginjal kronis [2]
Pemerian bahan Serbuk putih atau kristal , tidak berbau dan
tidak berasa [2]
Data kelarutan Praktis tidak larut dalam air; tidak larut dalam
etanol, larut dalam asam asetat.
Log P -
Ph >7 (basa)
Stabilitas terhadap pH Tidak stabil dalam Ph asam
Stabilitas terhadap suhu -
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Tidak stabil terhadap air
Berat jenis 2,8 g/cm
Titik leleh / lebur 825°C
Inkompatibilitas Inkompatibilitas terhadap asam dan garam
ammonium [2]

18
ADI/Safety LD50 (tikus, oral): 6,45 g / kg [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Memberikan unsur kalsium pada pasta
sehingga dapat menguatkan

2.5.8 Magnesium Carbonate

Rumus molekul MgCO3


Rumus Struktur
Sinonim Carbonic acid, magnesium salt (1:1); carbonate
magnesium;
Destab; E504; hydromagnesite; magnesii
subcarbonas levis; magnesii
subcarbonas ponderosus [2]
Dosis magnesium karbonat sebagai
antasida adalah 250-500 mg, dan 2,0-5,0 g sebagai
pencahar [2]
Pemerian bahan Serbuk berwarna putih, tidak berbau dan memiliki
daya serap yang tinggi serta dapat menyerap bau [2].
Data kelarutan Praktis tidak larut dlam air,, larut dalam air yang
mengandung karbon dioksida. Laryt dalm etanol 95
%. Dapat larut di dalam asam klorida; Dapat larut di
dalam asam sulfat [2]
Log P -
Ph -
Stabilitas terhadap pH -
Stabilitas terhadap suhu -

19
Stabilitas terhadap cahaya Stabil terhadap cahaya [2]
Stabilitas terhadap air
Berat jenis 2,958 gr/cm3
Titik leleh / lebur 350°C [2]
Inkompatibilitas Inkompatibilitas terhadap natrium fenobarbital,
larutan diazepam pada PH 5,5 ,beberapa campuran
bubuk biner, lansoprazole, dan formaldehyde. Asam
akan melarutkan magnesium karbonat dengan
pembebasan karbon dioksida [2]
ADI/Safety dosis yang mematikan pada manusia telah
diperkirakan 0,5-5,0 g / kg berat badan [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,tempat dingin dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Karena dapat menyerap bau dan sebagai pengisi

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Formula

Bahan Jumlah (%) Komponen Karakteristik Bahan


1 2 3
CaCO3 35 44 60 Abrasive Serbuk putih atau kristal ,
/Anti Plak tidak berbau dan tidak
berasa
Ca(OH)2 3,5 3,5 3,5 Pengatur Kristal tidak berwarna
PH/ Basa atau bubuk putih
MgCO3 2 2 2 Pengisi/ Serbuk berwarna putih,
Penyerap tidak berbau dan memiliki

Bau daya serap yang tinggi serta


dapat menyerap bau
Gliserin 30 30 30 Humectan cairan tidak berwarna atau
jernih, cairan hidroskopis,
mempunyai rasa manis,
tidak berbau
Gum Arab 1 1 1 Gelling Agent Serbuk; warna
putih;hampir tidak berbau;
rasa tawar seperti lender
Sakarin 0,1 0,1 0,1 Pemanis Kristal putih, tidak berbau,
atau serbuk Kristal putih,
rasa manis intens
Air destilata 18,4 18,4 18,4 Pelarut Jernih, tidak berwarna,

21
tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
SLS ( sodium lauryl 1 1 1 Detergen/ Serbuk atau hablur; warna
sulfat) Sebagai putih atau kuning pucat;
Pembersih bau lemah dan khas

Minyak Atsiri ( 0,5 1 1,25 Zat Aktif Bau aromatic yang khas,
Ekstrak Daun Sirih ) cairan kuning pucat

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 alat uji daya lekat
 Alat uji daya sebar
 Batang pengaduk
 Cawan porselen
 Gelas beker
 Gelas ukur
 Homogenizer
 Kertas PH
 Mortir dan Stemper
 Penangas air
 Pipet tetes
 Sendok tanduK
 Spatula
 Timbangan digital

3.2.2 Bahan

 CaCO3

22
 MgCO3
 Gliserin
 Gum Arab
 Sakarin
 Air destilata
 SLS ( sodium lauryl sulfat)

 Ekstrak Daun Sirih


 Kertas PH

3.3 Cara Kerja

23
3.4 Mekanisme Kerja Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan
tahap pembentukan lapisan acquired pellicle sementara tahap kedua merupakan
tahap proliferasi bakteri. Pada tahap pertama, setelah acquired pellicle terbentuk,
bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial
yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga
mengandung protein saliva. Hanya bakteri-bakteri yang dapat membentuk
polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu
streptococcus mutans, streptococcus bovis, streptococcus sanguis, streptococcus

24
salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri
atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk
lapisan kontinu diatas permukaan acquired pellicle melainkan sebagai suatu
kelompok-kelompok aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakultatif
yang dapat tumbuh dan berkembang biak. Streptococcus meliputi 50% dari
seluruh populasi dan yang terbanyak adalah jenis streptococcus sanguis.
Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena
adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar
plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob. Setelah
kolonisasi pertama oleh streptococcus, berbagai jenis mikroorganisme lain
memasuki plak.19
Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari,
kokus gram negatif, dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi
30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas basillus yang bersifat anaerob. Pada
hari kelima fusobacterium, aactinomyces, dan veillonella yang aerob akan
bertambah jumlahnya.19
Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan
munculnya bakteri jenis spirochaeta dan vibrio sementara jenis filament terus
bertambah, dengan perhitungan paling menonjol pada actinomyces naeslundi.
Untuk menghambat pembentukan plak dan mengurangi resiko terjadinya karies
terdapat beberapa cara yaitu dengan cara mekanis dan kimiawi. Menyikat gigi dengan
pasta gigi adalah salah satu cara untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Pasta gigi
merupakan bahan antiplak yang berfungsi sebagai media penghilang bakteri dan plak.
Salah satu tanaman tradisional yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
obat alternatif dalam mengurangi patogenitas bakteri Streptococcus mutans adalah
Daun Sirih.
Berdasarkan Tabel formula didapatkan hasil yg baik pada formula ke-2. Untuk uji
kualitas organoleptiknya yaitu warna krem, bau khas daun sirih, dan teksturnya lembut
dan kental . Homogenitasnya baik, tidak ada butiran kasar atau terjadi pemisahan

25
partikel. Pada uji pH didapatkan hasil pH 8 yang berarti sudah sesuai dengan syarat
pasta gigi yaitu 4,5-10,5. Pada uji viskositas didapatkan hasil yang sesuai dengan syarat
pasta gigi yaitu 200 – 300 dpas.

3.5 Evaluasi

NO MACAM UJI ALAT PRINSIP KERJA

1 Organoleptis  Pengamatan Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan


kulitatif bau, warna melakukan pengamatan sediaan pasta
dan bentuk sediaan secara kulitatif yaitu bau, warna, dan
bentuk sediaan.

2 Pengujian pH  kertas pH indikator Buat larutan dari 1 gram pasta yang


dilarutkan dalam 25 ml aquadest, lalu
untuk mengukur pH digunakan kertas pH
indikator langsung pada sediaan. Akan
terjadi perubahan warna dan dicocokkan
(FI IV, 1039)
dengan standar warna pada pH tertentu.

3 Pengujian  Viskotester dengan Pasta dimasukan dalam cawan porselen,


viskositas spindel no 2 lalu pasangkan alat spindel pada
viskotester. Pasang spindel hingga tercelup
seluruhnya dalam sediaan pasta yang akan
diamati, lalu catat besar viskositas yang di
tujukan oleh skala pada viskostester.
(Remington, 348)

4 Pengujian Daya  Objek glas Letakan pasta gigi pada objek glas bersih,
Abrasif  Mikroskop lalu tambahkan 1 – 2 tetes air. Gosok pasta
gigi kedepan dan ke belakang untuk

26
meratakan, bilas objek glas, keringkan,
setelah itu lihat bekas goresan di bawah
mikroskop.

5 Pengujian  Tabung reaksi Larutkan 1 gram pasta dengan 25 ml air.


Kemampuan Tuang 5 ml larutan ke dalam tabung reaksi.
berbusa Tutup atas tabung dengan jari tangan, lalu
kocok sebanyak 25 kali. Amati busa yang
terjadi selama 30 menit untuk menilai
kestabilan busanya, kemudian amati onset,
durasi dan kuantitas dari busa.

6 Tes Homogenitas

 Penentuan  Mikroskope 0,01 gram pasta dari 3 tempat berbeda


ukuran partikel diambil. Tiap sampel diletakkan pada kaca
objek, lalu dengan bantuan kaca objek lain
dilihat di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100 kali. Pengukuran terhadap
300 – 500 droplet.

(Voigt. R, 925)

 Daya sebar  Double plate Pasta sebanyak 1 gram diletakkan pada


lempeng kaca berskala, lalu di atasnya
ditutup lempeng kaca dan diberi beban 5
gram, lalu didiamkan. Lalu beban
(Farmasi Fisik 2, ditambah dengan beban 5 gram tiap 2
1036) menit, hingga pasta tidak dapat melebar
lagi diameter sebarnya.

27
BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa zat yang berbahaya dalam pasta gigi adalah
fludride,sodium laury lsulfate dan sorbitol, ketiga zat tersebut merupakan zat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan
pengapuran pada gigi dan tulang, osteoporosis, arthritis, pinggul retak, kanker
kerusakan otak, alzhaimer,infertilitas , dan katarak.
Penggunaan pasta gigi yang baik dan benar adalah memilih pasta gigi yang
tidak mengandung fluoride,sorbitol dan sodium lauryl sulfate.Walaupun harganya
lebih mahal dibanding pasta gigi yang beredar di pasaran . Pasta gigi yang baik
adalah pasta gigi yang mempunyai daya abrasif yang minimal dan mempunyai daya
pembersih yang maksimal, dapat menyingkirkan kotoran-kotoran di mulut. Harus
stabil dalam jangka waktu yang lama, dapat bekerja dalam suasana asam maupun
basa, dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut, dapat
mengurangi dan menghilangkan bau mulut dan tidak beracun.
Selain itu, untuk menghasilkan gigi yang optimal, penggunaan pasta gigi
harus didukung dengan teknik menyikat gigi yang benar yaitu dengan menggosok
gigi 2 kali sehari sebelum tidur dan sesudah makan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1974, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey, Marian E Quinn, 2009, Handbook Of


Pharmaceutical Excipient Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, USA.

Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, 96,97,98.

Sosialsih, Lilaning, 2002, Penambahan Vitamin E dan Detergen Terhadap


Sifat Fisik dan Daya Antibakteri Pasta Gigi Minyak Atsiri Daun Sirih, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Anonim, 1996, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Depkes RI : Bandung.

Murray J. J., Rugg Gunn A, 1982, Fluoride Tooth Pastes and Dental Caries,
Bristol Wrigth.

Putra, Wahyu O., Pengaruh Variasi Konsentrasi Gliserin sebagai Humektan


pada sediaan pasta gigi minyak atsiri sereh dapur (Cymbopogon citratus) terhadpa
sifat fisik sediaan dan daya antibakteri Steptococcus mutans, 2012, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

29

Anda mungkin juga menyukai