PENDAHULUAN
1
terbentuk pada gigi dan gusi (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) dan sebagai
obat batuk (Widyastuti, 2001).
Umumnya masyarakat menggunakan daun sirih seperti biasa masih dalam
cara yang sederhana, mulai dari penggunaannya yang harus direbus dahulu,
kemudian diambil sarinya. Cara penggunaan ini dirasa kurang praktis, maka dari
itu diperlukan inovasi baru untuk meningkatkan kenyamanan dan kemudahan
dalam penggunaan, diantaranya dibuat sediaan pasta. Sedian pasta gigi,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat pasta
melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja pembentuk plak pada gigi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pasta gigi yang baik
3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan pasta gigi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pemilihan pasta gigi, sebaiknya pasta gigi yang dipilih harus
mengandung 3 unsur pokok. Ketiga unsur tersebut adalah bahan abrasif,
surfactan serta memberikan rasa segar.
3
2.1.2 Komponen dalam Pasta Gigi
Komponen yang terkandung dalam pasta gigi terdiri lebih dari satu bahan
aktif untuk memperoleh beberapa keuntungan. Umumnya pasta gigi yang
beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasive,
detergen dan bahan terapeutik.
Komponen-komponen yang harus ada pada pasta gigi antara lain:
a. Bahan abrasive (20%-50%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan
plak. Juga dapat membantu mengentalkan pasta gigi. Contoh bahan
abrasif misalnya silica atau silica hidrat, sodium bikarbonat,
alumunium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
b. Air (20%-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut
c. Humectant atau pelembab (20%-35%)
Humectant adalah bahan yang menyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban. Bahan ini juga berfungsi mencegah atau menjaga pasta
gigi agar tidak kering. Misalnya Alpha Hydroxy Acid (AHA), asam
laktat dan gliserin.
d. Bahan perekat (1%-2%)
Berfungsi mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan
cara mencegah terjadinya pemisahan bahan solid dan liquid pada suatu
pasta gigi. Misalnya glycerol, sorbitol, dan Polyethylene Glycol (PEG).
e. Surfactant atau detergen (1%-3%)
Detergen yang banyak terkandung dalam pasta gigi di pasaran
adalah SLS (Sodium Lauryl Sulfat) yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan, mengemulsi lemak dan memberikan busa
sehingga pembuangan plak dan sisa makanan menjadi lebih mudah.
SLS juga memberikan efek antibakteri.
f. Bahan penambah rasa (0-2%)
4
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk
memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Tambahan rasa pada pasta
gigi akan membuat menyikat gigi menjadi lebih menyenangkan. ADA
(American Dential Association) tidak merekomendasikan pasta gigi
yang mengandung gula tapi pasta gigi yang mengandung pemanis
buatan misalnya sakarin. Bahan pelembab gliserin dan sorbitol juga
dapat memberikan rasa manis pada pasta.
g. Bahan terapeutik
Bahan terapeutik yang terdapat pada pasta gigi adalah sebagai berikut :
1) Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan memmbuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam.
Ada 3 macam flouride:
a) Stannous Flouride
Disebut juga Tin Flour. Merupakan flour yang pertama
ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara
bersamaan dengan bahan abrasif (Kalsium fosfat). Flouride ini
bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat stein
abu-abu pada gigi.
b) Sodium Flouride
NaF merupakan flour yang paling sering digunakan pada pasta
gigi, tetapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan
abrasif.
c) Sodium Monoflourofosfat
2) Bahan desensitisasi
Bahan desensial yang digunakan dalam pasta gigi:
a) Potassium Nitrat, dapat memblok transmisi nyeri diantara sel-
sel saraf.
5
b) Stronsium Chloride, apat memblok tubulus dentin.
6
2.2. Tanaman Sirih (Piper betle L.)
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Sirih (Piper betle L.)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Spesies : Piper betle L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
7
2.2.4 Kandungan Kimia Daun Sirih (Piper betle L.)
Kandungan kimia daun sirih antara lain saponin, flavonoid, polifenol,
dan minyak atsiri (Syamshidayat dan Hutapea, 1991) e. Kegunaan Daun
Sirih (Piper betle L.) Daun Sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk,
obat bisul, obat sakit mata, obat sariawan, obat hidung berdarah
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
2.3 Ekstrak
2.3.1 Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simlisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan. Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat
yang terdapat dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai
kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya
(Departemen RI, 1995).
8
2.3.3 Penyarian
Penyarian merupakan proses perpindahan massa zat aktif yang semula
berada dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam
cairan penyari. Kriteria cairan penyari yang baik haruslah memenuhi syarat
antara lain murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia,
bereaksi netral, tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, selektif
yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, dan tidak
mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986).
2.4.2 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara gaya, berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi osmosis, adhesi, dan daya kapiler (Anonim,
1986).
9
2.4.3 Sohkletasi
Sohkletasi merupakan penyempurnaan alat ekstrasi. Uap cairan
penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan
kembali dengan pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung
berisi serbuk simplisia. Adanya sifon mengakibatkan seluruh cairan akan
kembali ke labu (Anonim, 1986).
10
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik [3]
Alasan Pemilihan Bahan Karena kulit nanas memiliki aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus Mutans (bakteri gram positif)
yang merupakan bakteri perusak gigi serta
sebagai aroma bau[4].
11
Stabilitas terhadap suhu panas pada proses yang menggunakan panas
namun akan lebih baik jika panasnya
dikontrol untuk mempersingkat waktu
pemanasan
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air -
Berat jenis -
Titik leleh / lebur -
Inkompatibilitas amidopyrine, apomorphine, cresol, ethanol
(95%), ferric salts,
morphine, phenol, physostigmine, tannins,
thymol, and vanillin. [2]
Kondisi penyimpanan Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah
kedap udara di tempat yang sejuk dan kering
[2]
ADI Untuk topical tidak ada ADI nya. ADI untuk
oral : [2]
LD50 (hamster, oral): >18 g/kg(9)
LD50 (mouse, oral): >16 g/kg
LD50 (rabbit, oral): 8.0 g/kg
LD50 (rat, oral): >16 g/kg
Alasan Pemilihan Bahan Karenan gum arab dapat menstabilkan atau
menurunkan tegangan permukaan dan
mencegah pemisahan fase padat dan fase cair
pada pasta gigi [4]
2.5.3 Sakarin
12
Rumus molekul C7H5NO3S
Sinonim 1,2-Benzisothiazolin-3-one 1,1-dioxide;
benzoic acid sulfimide;
benzoic sulfimide; benzosulfimide; 1,2-
dihydro-2-ketobenzisosulfonazole;
2,3-dihydro-3-oxobenzisosulfonazole; E954;
Garantose;
gluside; Hermesetas; sacarina; saccarina;
saccharin insoluble;
saccharinum; o-sulfobenzimide; o-
sulfobenzoic acid imide [2]
Fungsi Sweetening agent [2]
Pemerian bahan Kristal putih, tidak berbau, atau serbuk Kristal
putih, rasa manis intens [2]
Data kelarutan K r ’C j y :
Acetone 1 in 12
Chloroform sedikit larut
Ethanol (95%) 1 in 31
Log P -
Ph 2,0 [2]
Stabilitas terhadap Ph Ph 2 [2]
Stabilitas terhadap suhu 25°C [2]
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Tidak stabil terhadap air
Berat jenis 0.7–1.0 g/cm3 [2]
Titik leleh / lebur 125°C [2]
Inkompatibilitas Dapat bereaksi dengan molekul besar
sehingga terbentuk endapan[2]
ADI/Safety Sampai 2,5 mg / kg berat badan manusia [2]
13
Kondisi penyimpanan disimpan dalam wadah tertutup baik dan
kering [2]
Alasan pemilihan bahan Untuk menambahkan rasa manis
2.5.4 Gliserin
Rumus molekul C3H8O3
Rumus Struktur
Sinonim Croderol, gliserol, glycerolum
Dosis 1-1,5 gram/kg BB
Pemerian bahan Gliserin merupakan cairan tidak berwarna
atau jernih, cairan hidroskopis, mempunyai
rasa manis, tidak berbau. Jika disimpan
beberapa lama dalam suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur dan
mencapai suhu 20oC
Data kelarutan gliserin di aseton cukup larut, dalam benzene
dan kloroform praktis tidak larut, dalam
etanol (95%) larut, dalam methanol larut,
dalam minyak praktis tidak larut
Log P -
Ph -
Stabilitas terhadap pH Meleleh pada suhu 200C
Stabilitas terhadap suhu -
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Stabil terhadap air
Berat jenis 1,2636 g/cm3
Titik leleh / lebur 17,8OC
14
Inkompatibilitas Bisa meledak bila dicampur dengan agen
pengoksidasi tinggi, seperti Chromium
Trioxide, Potassium Chlorat, atau Potassium
Permanganat. Gliserin akan terbentuk menjadi
asam borak dan asam gliseroborat yang
merupakan asam yang lebih kuat dari asam
borat
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Disimpan pada wadah yang tertutup rapat /
kedap udara. Hindarkan dari panas dan
kelembaban
Alasan Pemilihan Bahan Untuk mencegah pengeringan dan pengerasan
pada pasta gigi [4]
15
sodium salt; Texapon K12P [2]
Dosis -
Pemerian bahan Serbuk atau hablur; warna putih atau kuning
pucat; bau lemah dan khas [1]
Data kelarutan Sangat mudah larut dalam air, larutan
berkabut; larut sebagian dalam etanol (95%) P
[1]
Log P
Ph 7.0–9.5 [2]
Stabilitas terhadap pH 7,0 – 9,5
Stabilitas terhadap suhu 20°C
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air -
Berat jenis 1,07 g/cm3 [2]
Titik leleh / lebur 204-207°C [2]
Inkompatibilitas dengan garam dari polyvalent ion logam,
seperti aluminium, timah timbal, atau seng,
dan presipitat dengan garam kalium. [2]
ADI/Safety LD 50 : 0.5–5.0 g/kg BB manusia [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Karena bersifat netral, sebagai pembersih
dalam kondisi asam atau basa serta tidak
membentuk endapan dalam saliva [4].
16
2.5.6 Aquadestilata
Rumus molekul H2O
Rumus Struktur
Sinonim Air suling, aqua purificata, hydrogen okside
Dosis -
Pemerian bahan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
Data kelarutan Bercampur dengan semua pelarut polar
Log P -
Ph 5-7
Stabilitas terhadap pH Stabil
Stabilitas terhadap suhu Stabil di suhu ruangan (20-25°C)
Stabilitas terhadap cahaya -
Stabilitas terhadap air Sangat stabil
Berat jenis 1 g/ cm3
Titik leleh / lebur 0oC
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien
lainnya yang rentan
ADI/Safety -
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Alasan Pemilihan Bahan Untuk melarutkan bahan
17
2.5.7 Calcium Carbonate
18
ADI/Safety LD50 (tikus, oral): 6,45 g / kg [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Memberikan unsur kalsium pada pasta
sehingga dapat menguatkan
19
Stabilitas terhadap cahaya Stabil terhadap cahaya [2]
Stabilitas terhadap air
Berat jenis 2,958 gr/cm3
Titik leleh / lebur 350°C [2]
Inkompatibilitas Inkompatibilitas terhadap natrium fenobarbital,
larutan diazepam pada PH 5,5 ,beberapa campuran
bubuk biner, lansoprazole, dan formaldehyde. Asam
akan melarutkan magnesium karbonat dengan
pembebasan karbon dioksida [2]
ADI/Safety dosis yang mematikan pada manusia telah
diperkirakan 0,5-5,0 g / kg berat badan [2]
Kondisi penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,tempat dingin dan kering
[2]
Alasan Pemilihan Bahan Karena dapat menyerap bau dan sebagai pengisi
20
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Formula
21
tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa
SLS ( sodium lauryl 1 1 1 Detergen/ Serbuk atau hablur; warna
sulfat) Sebagai putih atau kuning pucat;
Pembersih bau lemah dan khas
Minyak Atsiri ( 0,5 1 1,25 Zat Aktif Bau aromatic yang khas,
Ekstrak Daun Sirih ) cairan kuning pucat
3.2.2 Bahan
CaCO3
22
MgCO3
Gliserin
Gum Arab
Sakarin
Air destilata
SLS ( sodium lauryl sulfat)
23
3.4 Mekanisme Kerja Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan
tahap pembentukan lapisan acquired pellicle sementara tahap kedua merupakan
tahap proliferasi bakteri. Pada tahap pertama, setelah acquired pellicle terbentuk,
bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial
yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga
mengandung protein saliva. Hanya bakteri-bakteri yang dapat membentuk
polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu
streptococcus mutans, streptococcus bovis, streptococcus sanguis, streptococcus
24
salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri
atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk
lapisan kontinu diatas permukaan acquired pellicle melainkan sebagai suatu
kelompok-kelompok aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakultatif
yang dapat tumbuh dan berkembang biak. Streptococcus meliputi 50% dari
seluruh populasi dan yang terbanyak adalah jenis streptococcus sanguis.
Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena
adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar
plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob. Setelah
kolonisasi pertama oleh streptococcus, berbagai jenis mikroorganisme lain
memasuki plak.19
Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari,
kokus gram negatif, dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi
30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas basillus yang bersifat anaerob. Pada
hari kelima fusobacterium, aactinomyces, dan veillonella yang aerob akan
bertambah jumlahnya.19
Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan
munculnya bakteri jenis spirochaeta dan vibrio sementara jenis filament terus
bertambah, dengan perhitungan paling menonjol pada actinomyces naeslundi.
Untuk menghambat pembentukan plak dan mengurangi resiko terjadinya karies
terdapat beberapa cara yaitu dengan cara mekanis dan kimiawi. Menyikat gigi dengan
pasta gigi adalah salah satu cara untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Pasta gigi
merupakan bahan antiplak yang berfungsi sebagai media penghilang bakteri dan plak.
Salah satu tanaman tradisional yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
obat alternatif dalam mengurangi patogenitas bakteri Streptococcus mutans adalah
Daun Sirih.
Berdasarkan Tabel formula didapatkan hasil yg baik pada formula ke-2. Untuk uji
kualitas organoleptiknya yaitu warna krem, bau khas daun sirih, dan teksturnya lembut
dan kental . Homogenitasnya baik, tidak ada butiran kasar atau terjadi pemisahan
25
partikel. Pada uji pH didapatkan hasil pH 8 yang berarti sudah sesuai dengan syarat
pasta gigi yaitu 4,5-10,5. Pada uji viskositas didapatkan hasil yang sesuai dengan syarat
pasta gigi yaitu 200 – 300 dpas.
3.5 Evaluasi
4 Pengujian Daya Objek glas Letakan pasta gigi pada objek glas bersih,
Abrasif Mikroskop lalu tambahkan 1 – 2 tetes air. Gosok pasta
gigi kedepan dan ke belakang untuk
26
meratakan, bilas objek glas, keringkan,
setelah itu lihat bekas goresan di bawah
mikroskop.
6 Tes Homogenitas
(Voigt. R, 925)
27
BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa zat yang berbahaya dalam pasta gigi adalah
fludride,sodium laury lsulfate dan sorbitol, ketiga zat tersebut merupakan zat yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan
pengapuran pada gigi dan tulang, osteoporosis, arthritis, pinggul retak, kanker
kerusakan otak, alzhaimer,infertilitas , dan katarak.
Penggunaan pasta gigi yang baik dan benar adalah memilih pasta gigi yang
tidak mengandung fluoride,sorbitol dan sodium lauryl sulfate.Walaupun harganya
lebih mahal dibanding pasta gigi yang beredar di pasaran . Pasta gigi yang baik
adalah pasta gigi yang mempunyai daya abrasif yang minimal dan mempunyai daya
pembersih yang maksimal, dapat menyingkirkan kotoran-kotoran di mulut. Harus
stabil dalam jangka waktu yang lama, dapat bekerja dalam suasana asam maupun
basa, dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut, dapat
mengurangi dan menghilangkan bau mulut dan tidak beracun.
Selain itu, untuk menghasilkan gigi yang optimal, penggunaan pasta gigi
harus didukung dengan teknik menyikat gigi yang benar yaitu dengan menggosok
gigi 2 kali sehari sebelum tidur dan sesudah makan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Murray J. J., Rugg Gunn A, 1982, Fluoride Tooth Pastes and Dental Caries,
Bristol Wrigth.
29