PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan mulut merupakan satu hal yang penting bagi manusia terutama
dalam pergaulan sehari hari. Pada orang sehat, bau mulut yang terjadi pada
umumnya semata-mata berasal dari dalam mulut yaitu di sebabkan berbagai
penyakit penyakit di dalam mulut seperti gangguan periodentitis dan karier
gigi sering menjadi penyebab adanya bau mulut yang kurang sedap pada
orang sehat ( Amatha, 1997)
Ada berbagai macam masalah yang seringkali ditemukan pada gigi, seperti
plak gigi, bau mulut, dan perubahan warna gigi. Streptococcus merupakan
salah satu bakteri yang menyebabkan plak pada gigi. Perubahan warna gigi
menjadi kuning dapat disebabkan oleh rokok, serta makanan dan minuman
yang mengandung tanin. Masalah seperti ini banyak dialami oleh masyarakat,
baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Cara sederhana untuk
mencegah terjadinya plak pada gigi adalah dengan menggosok gigi
menggunakan pasta gigi yang mengandung antibakteri. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dibuatlah pasta gigi kulit jeruk nipis sebagai pasta gigi
antibakteri. Oleh karena dibuat dari bahan alam, pasta gigi kulit jeruk nipis ini
diharapkan menjadi pasta gigi yang aman dan dapat digunakan semua
kalangan masyarakat.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dijadikan obat tradisional yang
berkhasiat mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, ketombe,
menambah stamina , mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan
antimikroba menurut Astarini et al dalam ( Kurniasih, 2016). Pada penelitian
yang di lakukan oleh Adindaputri (2013) di dapatkan hasil penelitian ekstrak
kulit jeruk nipis konsetrasi 10 % dapat menghambat aktivitas enzim
glukosiltransferase Streptococcus mutans.dan pada penelitian (Melina Agraeni
, 2014) di dapatkan hasil uji aktivitas mikrobiologi obat kumur yang
menggandung ektrak kulit jeruk nipis memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan Streptococus Mutans dengan konsentrasi terkecil 20 %
1
Selama ini kulit jeruk nipis masih dianggap hanya sebagai limbah. Padahal
bukan hanya perasan airnya saja yang kaya akan manfaat. Kulitnya pun
memiliki kandungan yang sama dengan air perasan jeruk nipis. Kurang
termanfaatkannya kulit jeruk nipis akan menambah jumlah limbah.
Pemanfaatan kulit buah jeruk nipis ini sebenarnya dapat digali dari kandungan
yang dimiliki oleh buah jeruk nipisnya. Jeruk nipis pun mudah ditemui dan
tidak sulit untuk didapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuatlah pasta gigi kulit pisang
sebagai pasta gigi antibakteri. Oleh karena dibuat dari bahan alam, pasta gigi
kulit pisang ini diharapkan menjadi pasta gigi yang aman dan dapat digunakan
semua kalangan masyarakat.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui stabilitas fisik dan adanya aktivitas antibakteri dari
sediaan yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli)
1.4 Manfaat
1. Memanfaatkan limbah kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli) menjadi
sebuah produk yang bermanfaat, yakni pasta gigi antibakteri.
2. Mengetahui aktivitas antibakteri pasta gigi kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifoli) terhadap Streptococus Mutans ?
2
3. Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menciptakan ide dan
melakukan penelitian
1.5 Luaran
Diharapkan melalui penelitian ini, kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli)
dapat dimanfaatkan dan diproduksi sebagai bahan dasar pembuatan pasta
gigi.
1.6 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli) memiliki efektivitas
antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm (Rukmana,
1996).
Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Buahnya
berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm. Kulitnya
berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan tebal 0,2-05 cm. Daging buahnya
berwarna kuning kehijauan (Rukmana, 1996 dan Steenis et al., 2006).
5
mint dan bunga iris. Bangsa romawi menggunakan formulasi pasta gigi dengan
memakai produk urin manusia karena kandungan amonik. Pada urine berfungsi
untuk memultihkan gigi. Bengsa Amerika menemukan pasta gigi yang
mengandung bahan roti hangus, cinnamomon, dan alumunium hangus pada abad
ke-18. Awal tahun 1800 kegiatan menyakitkan gigi yang sebelumnya hanya
menggunakan air saja di ganti dengan pupouk pasta gigi, biasanya dibuat sendiri
dengan campuran bahan kapur, batang yang di hancurkan dan garam, karena
banyak keluhan yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan ini maka tahun 1866
di perkenlkan pasta gigi bubuk dengan bahan arang. Pada tahun 1900, mulai di
rekomendasikan pasta gigi dengan backing soda, dan hidrogen peroksida. Jenis ini
mencapai popularitasnya setelah perang dunia pertama di New York tahun 1896.
Colgate memperkenalkan pasta gigi dalam kemasan tube seperti yang di pakai
oleh para pelukis, kemudian unsur flour mulai di masukan sebagai bahan pasta
gigi pada tahun 1914 tetapi baru di setujui ADA (American Dental Association)
pada tahun 1950 (Pratiwi, 2005)
Pasta gigi yang di gunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk
mengurangi pembentukan plak atau stain, memperkuat perlindungan gigi terhadap
karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi , menghilangkan atau
mengurangi bau mulut , memberikan rasa segar pada mulut serta memlihara
kesehatan gingiva (Garlen, 1996)
6
terdapat dalam pasta gigi tidak sekeras email, tapi sekeras email, tapi sekeras atau
lebih keras dari dentin. Kandungan bahan abrasif ini antara lain natrium
bikarbonat, kalsium karbonat, kalsium sulfat, natrium klorida, partikel silika,
dikalsium fosfat. Efek yang di berikan oleh bahan ini antara lain membersihkan
dan memoles permukaan gigi tanpa merusak email , mempertahankan pelikel,
mencgah akumulasi stain
b. Bahan pengikat
Bahan pengikat ini memberikan efek unutk mengikat semua bahan dan
membantu memberi tekstur pasta gigi , terdapat sebanyak 1-5% dalam pasta gigi.
Contoh bahan pengikat ini antara lain karboksilmetil sellulosa, hidroksilmetil
sellulosa, carragenan dan cellulosa gum.
c. Bahan pelembab atau humektan sebanyak 10-30%
Bahan pelembab atau humectan ini dapat mencegah penguapan air dan
mempertahankan kelembaban pasta. Contoh bahan pelembab ini antara lain
gliserin, sorbitol, dan air.
d. Deterjen dan surfaktan
Deterjan dlam pasta gigi berfungsi menutunkan tegangan permukaan dan
melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersih
sikat gigi. Persentasi deterjen dalam pasta gigi sebanyak 1-2%. Contoh deterjen
yang terdapat dalam pasta gigi antara lain sodium Laurly Sulfat (SLS) dan
Sodium Nlaurly Sarcosinate.
e. Bahan pengawet
Behen pengawet dalam pasta gigi berfungsi mencegah kontaminasi bakteri
dan mempertahankan keaslian produk. Jumlah bahan pengawet dalam pasta gigi
diatas 7 dari 1%. Contoh bahan pengawet yang di gunakan dalam psta gigi antara
lain formalin, alkohol, dan natrium benzolin
f. Bahan pewarna atau bahan pemberi rasa
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna dan
pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain yang kurang
enak, terutama SLS , dan juga memenuhi selera penggunaan seperti rasa
mint,strawberry, dan rasa permen karet pada pada pasta gigi anak anak . contoh
7
bahan ini antara lain peppermint atau spearmint, menthol, eucalyptus, aniseed, dan
shakarin.
g. Air
Kandungan air dalam pasta gigi sebanyak 20-40% dan berfungsi sebagai
bahan pelarut bagisebagian bahan dan mempertahankan konsistensi. 11,19 H.
Bahan teurapetik dalam pasta gigi , antara lain . penambahan flourida dalam pasta
gigi dapat memperkuat enemel dengan cara membuatnya resisten terhadap asam
dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam. (Ireland, 2006)
2.4 Gigi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Fungsi utama dari
gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi tertanah di dalam
tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua lengkung. Lengkung
rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang bawah. Gigi tetap berjumlah 32
pada setiap setengah rahang terdapat 8 nuah gigi, yaitu 2 gigi gigiinsisivius, 1
kanius, dan 2 premolar yang menggantikan kedua molar gigi susu dan tambahan 3
molar lagi di bagian posterior. ( Rahaman, 2009)
Bagian-bagian gigi
(Arditia, 2009)
8
Gigi terdiri dari :
a. Mahkota gigi ( mahkota klinis) yaitu bgian yang menonjol di atas gusi
(gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian yang di lapisi
email.
b. Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang
maksila atau mandibula
c. Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan akar
gigi. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang melanjutkan diri
menjadi saluran akar yang terakhir pada foramen aplikal. Rongga pulpa ini
dikelilingi oleh dentin dan di bagian luar dentin dilapisi oleh email (pada
mahkota) dan sementum (pada akar)
d. Email atau enamel adalah bahan terkeras pada tubuh. Terdiri dari atas 97%
bahan berkapur, terutama kalsium kalsium fosfat dalam bentuk kristal
apatif, dan hanya 1 % bahan organiknya terdiri dari enemelin, suatu
protein yang sangat kaya prolin.
e. Dentin merupakan bahan berkapur yang banyak mengandung untusr
organi dengan proposal yang sama seperti tukang. Dentin mengandung
tubulus spinal yang keluar dari rongga sumsum. Masing-masing tubulus
tersebut di tempatkan oleh satu odontoblas melalui proses protoplasmik
yang sederhana (Zulfikri, 2000)
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang di inginkan dari bahan mentah obat
dengan menggunakan pelarut yang di pilih dimana zat yang di inginkan larut di
dalamnya ( Ansal, 1989). Hasil dari proses ekstraksi ialah ekstrak . dalam buku di
sebutkan bahwa: ekstrak adalah sediaan kering , kental atau cair yang di peroleh
9
dengan mengekstraksi simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut dan cara yang sesuai, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes
RI, 1979). Ada bebera macam metode ektraksi dengan menggunakan pelarut
diantaranya:
a. Cara dingin
Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
proses perendaman dimana pelarut yang tadi dapat melunakan sususan sel,
sehingga
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya di lakukan pas
temperatur ruangan.
Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang cukup banyak.
b. Cara panas
Refluks adalah ekstrak dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya di lakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umunya di lakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
imum dilakukan pada temperatur 40-50 oC.
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air
(bejana infus tercelup dengan penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit)
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air (Depkes RI, 2000)
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.4 Variabel penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasta gigi kombinasi
ekstrak kulit jeruk nipis berdasarkan konsentrasi hambat minimum
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat penelitian ini antara lain :
a. Karakteristik sediaan
b. Zona hambat dengan menggunakan metode pengujian difusi
sumuran
12
Meter, Oven, Labu Erlemeyer, Viskometer (Broekfield), Kaca Arloji,
Beaker Glass, Gelas Ukur, Pipet.
13
lakukan penggantian pelarut dan penyaringan tiap hari . proses
tersebut di lakukan setiap hari . proses tersebut di ulang terus-menerus
sampai di perolah filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat
di gabung dengan di uapkan pelarutnya dengan menggunakan vacum
rotary evaporator dengan suhu 50oC. Pada akhir proses ini di
dapatkan esktrak etanol kulit jeruk nipis yang berwarna kuning
kecoklatan . hasil ini di gunakan sebagai bahan uji.
Sediaan pasta gigi ekstrak kulit jeruk nipis di buat dengan karbopol 934,
sodium benzoat, tween 80, gliserin, trietanolamin, menthol, dan aquadest di
timbang sesuai formula . karbopol 934 didispersi dalam 50 ml aquadest, kemudian
14
di tambahkan trietanolamin secukupnya hingga terbentuk basis gel dan di aduk
hingga homohen , kemudian tween 80, gliserin dan menthol di tambahkan dalam
campuran tersebut , sisa aquadest di tambhakan kedalam campuran formula
hingga mencapai bobot 100 gram. Setelah semua bahan tercampur, ekstrak kulit
jeruk nipis di tambahkan kemudian di aduk homogen. ( Jamilah, 2010)
Pengamatan sediaan akhir yang meliputi bau, rasa, dan warna yang di amati
secara objektif dan kontinyu. Interpretasi hasil yang di inginkan yaitu memiliki
penampilan permukaan rata dan mulus, warna kuning kecoklatan, rasa manis dan
bau segar (Jamilah, 2010)
b. Pengujian Homogenitas
Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek, lalu
mengamati penampilan permukaan, apakah ada bagian yang terpisah atau tidak.
Interpretasi hasil yang diinginkan adalah homogenitas pasta gigi pada konsentrasi
tetap dengan berjalanya waktu dan tidak terjadi pemisahan (Jamilah,2010)
c. Pengujian Stabilitas
15
penampilan sediaan tersebut, apakah terjadi perubahan atau tidak, rasa dan bau
tidak berubah selama masa pengujian. (Jamilah, 2010)
d. Pengujian pH
3.6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Pasta Gigi Kombinasi Ekstrak Kulit
Jeruk Nipis Dengan Metode Difusi Sumuran
Seluruh alat di sterilisan dalam oven selama 2-3 jam dengan suhu 180oC.
Seluruh bahan yang akan di gunakan disterilisasi di dalam outoclave selama 30
menit dengan mengatur tekanan sebesar 15dync/cm3 (1,5 atm) dan suhu sebesar
121o C setelah sebelumnya di cuci bersih, dikeringkan dan di bungkus dengan
kertas atau alumunium foil (Jamilah ,2010)
Prosedur pembuatan media BHIA adalh 5,2 gram bubuk BHIA dan 100 ml
aquadest steril di campur dalam tabung Erlemeyer, diaduk sampai homogen dan
di sterisasikan dalam autoclav pada suhu 121oC selama 15 menit, pembuatan ini
di ulang sebanyak 2 kali. Setelah ini di tuangkan 20 l media ke cawan petri,
didiamkan hingga agar BHIA dingin dan membeku. Setelah itu diinkubasi selama
24 jam dengan suhu 37oC ( Andrianto, 2012)
16
Prosedur pembuatan media BHIB adalah 3,7 gram bubuk BHIB dan 100 ml
aquadest steril dicampur dalam tabung erlemeyer, diaduk sampai homogen dan di
sterilisasikan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit diinkubasi dalam
inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC. Hal ini di lakukan untuk
membuktikan bahwa media BHIB dalam keadaan steril sebelum inokulasi
(Andrianto, 2012)
17
itu menuangkan 0,06 mg pasta gigi ke dalam sumuran . kemudian di inkubasi
pada suhu 37o selama 18-24 jam hasilnya aktivitasbakteri ditunjukan dengan
adanya zona bening yang tampak pada media ( madani, 2010)
Data dari setiap perlakuan dianalisis secara deskriptif dan mjutlak. Analisis
secara deskriptif untuk menggambarkan besarnya dameter daerah hambatan yang
terbentuk dan mengkategorikannya. Sedangkan analisis analitik di lakukan
dengan memakai uji statistik yaitu uji normalitas data, uji homogenitas
datakemudian di lanjutkan dengan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan
pengaruh uji ph dan daya sebar pada pasta gigi kombinasi ekstrak Kulit jeruk
nipis selama 21 hari penyimpanan pada suhu kamar dengan tingkat kemaknaa
(α═ 0,05) (jika sebaran data berdistribusi normal dan variasi data homogen)
( Madani. 2010)
18