Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan mulut merupakan satu hal yang penting bagi manusia terutama
dalam pergaulan sehari hari. Pada orang sehat, bau mulut yang terjadi pada
umumnya semata-mata berasal dari dalam mulut yaitu di sebabkan berbagai
penyakit penyakit di dalam mulut seperti gangguan periodentitis dan karier
gigi sering menjadi penyebab adanya bau mulut yang kurang sedap pada
orang sehat ( Amatha, 1997)
Ada berbagai macam masalah yang seringkali ditemukan pada gigi, seperti
plak gigi, bau mulut, dan perubahan warna gigi. Streptococcus merupakan
salah satu bakteri yang menyebabkan plak pada gigi. Perubahan warna gigi
menjadi kuning dapat disebabkan oleh rokok, serta makanan dan minuman
yang mengandung tanin. Masalah seperti ini banyak dialami oleh masyarakat,
baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Cara sederhana untuk
mencegah terjadinya plak pada gigi adalah dengan menggosok gigi
menggunakan pasta gigi yang mengandung antibakteri. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dibuatlah pasta gigi kulit jeruk nipis sebagai pasta gigi
antibakteri. Oleh karena dibuat dari bahan alam, pasta gigi kulit jeruk nipis ini
diharapkan menjadi pasta gigi yang aman dan dapat digunakan semua
kalangan masyarakat.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dijadikan obat tradisional yang
berkhasiat mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, ketombe,
menambah stamina , mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan
antimikroba menurut Astarini et al dalam ( Kurniasih, 2016). Pada penelitian
yang di lakukan oleh Adindaputri (2013) di dapatkan hasil penelitian ekstrak
kulit jeruk nipis konsetrasi 10 % dapat menghambat aktivitas enzim
glukosiltransferase Streptococcus mutans.dan pada penelitian (Melina Agraeni
, 2014) di dapatkan hasil uji aktivitas mikrobiologi obat kumur yang
menggandung ektrak kulit jeruk nipis memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan Streptococus Mutans dengan konsentrasi terkecil 20 %

1
Selama ini kulit jeruk nipis masih dianggap hanya sebagai limbah. Padahal
bukan hanya perasan airnya saja yang kaya akan manfaat. Kulitnya pun
memiliki kandungan yang sama dengan air perasan jeruk nipis. Kurang
termanfaatkannya kulit jeruk nipis akan menambah jumlah limbah.
Pemanfaatan kulit buah jeruk nipis ini sebenarnya dapat digali dari kandungan
yang dimiliki oleh buah jeruk nipisnya. Jeruk nipis pun mudah ditemui dan
tidak sulit untuk didapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuatlah pasta gigi kulit pisang
sebagai pasta gigi antibakteri. Oleh karena dibuat dari bahan alam, pasta gigi
kulit pisang ini diharapkan menjadi pasta gigi yang aman dan dapat digunakan
semua kalangan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang di kemukakan di atas maka dapat di rumuskan
permasalahn sebagai berikut
1. Apakah sediaan Pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifoli) memiliki stabilitas fisik yang baik ?
2. Apakah sediaan pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis
(Citrus aurantifoli) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococus
Mutans ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui stabilitas fisik dan adanya aktivitas antibakteri dari
sediaan yang mengandung ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli)

1.4 Manfaat
1. Memanfaatkan limbah kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli) menjadi
sebuah produk yang bermanfaat, yakni pasta gigi antibakteri.
2. Mengetahui aktivitas antibakteri pasta gigi kulit jeruk nipis (Citrus
aurantifoli) terhadap Streptococus Mutans ?

2
3. Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menciptakan ide dan
melakukan penelitian

1.5 Luaran
Diharapkan melalui penelitian ini, kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli)
dapat dimanfaatkan dan diproduksi sebagai bahan dasar pembuatan pasta
gigi.

1.6 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
Ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli) memiliki efektivitas
antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum kulit jeruk nipis (Citrus aurantifoli)


Jeruk nipis mempunyai beberapa nama yang berbeda di indonesia, antara
lain jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk dhurga (Madura), lemo (Bali),
mudutelong (Flores) dan sebagian jeruk nipis merupakan tumbuhan obat dari
family Rutaceae. Dalam pengobatan tradisional di gunakan antara lain sebagai
peluruh dahak dan obat batuk ( Sarwono, 2006)
Secara Toksikologi, tanaman Citrus auratifolia termasuk dalm klasifikasi sebagai
berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rotales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle (Ferguson. 2002)
Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang dan termasuk jenis
tumbuhan perdu yang memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet
dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya
majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi
beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang

4
daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm (Rukmana,
1996).

Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Buahnya
berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm. Kulitnya
berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan tebal 0,2-05 cm. Daging buahnya
berwarna kuning kehijauan (Rukmana, 1996 dan Steenis et al., 2006).

Di Indonesia, jeruk nipis mudah dijumpai karena banyak digunakan


sebagai bahan pelengkap untuk masakan serta minuman. Tanamanan yang
memiliki nama latin Citrus aurantifolia ini mengandung vitamin C yang tinggi
dan unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat, seperti asam sitrat, asam amino
(triftopan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, flandren, lemon kamfer, kadinen,
gerani-asetat, linali-asetat, aktiladehid, nonildehid), damar, glikosida, asam situn,
lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang dan vitamin B1 (Alicce, 2010).

Pada kulitnya mengandung pektin dengan konsentrasi yang cukup tinggi


yaitu sekitar 30% (Irene Perina dkk, 2007). Kulit jeruk dapat dibagi menjadi dua
bagian utama yaitu flavedo (kulit bagian luar yang berbatasan dengan epidermis)
dan albedo (kulit bagian dalam yang berupa jaringan busa). Albedo terdiri dari
sel-sel parenkim yang kaya akan substansi pektin dan hemiselulosa (Perina dkk,
2007).

Flavedo sebagai lapisan kedua ditandai denganadanya warna hijau,


kuning, oranye, kelenjar minyak, dan tidak terdapat ikatan pembuluh. Pigmen
yang terdapat pada flavedo adalah kloroplas dankarotenoid. Dalam
perkembangannya kloroplas akan terdegradasi, sehingga buah yang sebelum
matang berwarna hijau menjadi berwarna oranye pada saat matang (Albrigo dan
Carter, 1977).

2.2 Psata Gigi


Pasta gigi pertama di dinia di nbuat oleh bangsa mesir pada tahun 3
masehi dengan mencampur bahan berupa garam, merica, daun sirih, dan daun

5
mint dan bunga iris. Bangsa romawi menggunakan formulasi pasta gigi dengan
memakai produk urin manusia karena kandungan amonik. Pada urine berfungsi
untuk memultihkan gigi. Bengsa Amerika menemukan pasta gigi yang
mengandung bahan roti hangus, cinnamomon, dan alumunium hangus pada abad
ke-18. Awal tahun 1800 kegiatan menyakitkan gigi yang sebelumnya hanya
menggunakan air saja di ganti dengan pupouk pasta gigi, biasanya dibuat sendiri
dengan campuran bahan kapur, batang yang di hancurkan dan garam, karena
banyak keluhan yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan ini maka tahun 1866
di perkenlkan pasta gigi bubuk dengan bahan arang. Pada tahun 1900, mulai di
rekomendasikan pasta gigi dengan backing soda, dan hidrogen peroksida. Jenis ini
mencapai popularitasnya setelah perang dunia pertama di New York tahun 1896.
Colgate memperkenalkan pasta gigi dalam kemasan tube seperti yang di pakai
oleh para pelukis, kemudian unsur flour mulai di masukan sebagai bahan pasta
gigi pada tahun 1914 tetapi baru di setujui ADA (American Dental Association)
pada tahun 1950 (Pratiwi, 2005)
Pasta gigi yang di gunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk
mengurangi pembentukan plak atau stain, memperkuat perlindungan gigi terhadap
karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi , menghilangkan atau
mengurangi bau mulut , memberikan rasa segar pada mulut serta memlihara
kesehatan gingiva (Garlen, 1996)

2.3 komponen Pasta Gigi


Komponen pasta gigi biasanya mengandung bahan abrasif, pembersih,
bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis. Selain itu dapat juga di
tambahkan bahan pengikat, pelembab, pengawet, flour, dan air.
a. Bahan abrasif
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolis stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif
dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi membantu
untuk menambah kekentalan pasta gigi. Bahan abrasif yang terdapat pasta gigi
tidak sekeras email, tapi sekeras atau lebih keras dari dantin. Kandungan yang

6
terdapat dalam pasta gigi tidak sekeras email, tapi sekeras email, tapi sekeras atau
lebih keras dari dentin. Kandungan bahan abrasif ini antara lain natrium
bikarbonat, kalsium karbonat, kalsium sulfat, natrium klorida, partikel silika,
dikalsium fosfat. Efek yang di berikan oleh bahan ini antara lain membersihkan
dan memoles permukaan gigi tanpa merusak email , mempertahankan pelikel,
mencgah akumulasi stain
b. Bahan pengikat
Bahan pengikat ini memberikan efek unutk mengikat semua bahan dan
membantu memberi tekstur pasta gigi , terdapat sebanyak 1-5% dalam pasta gigi.
Contoh bahan pengikat ini antara lain karboksilmetil sellulosa, hidroksilmetil
sellulosa, carragenan dan cellulosa gum.
c. Bahan pelembab atau humektan sebanyak 10-30%
Bahan pelembab atau humectan ini dapat mencegah penguapan air dan
mempertahankan kelembaban pasta. Contoh bahan pelembab ini antara lain
gliserin, sorbitol, dan air.
d. Deterjen dan surfaktan
Deterjan dlam pasta gigi berfungsi menutunkan tegangan permukaan dan
melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersih
sikat gigi. Persentasi deterjen dalam pasta gigi sebanyak 1-2%. Contoh deterjen
yang terdapat dalam pasta gigi antara lain sodium Laurly Sulfat (SLS) dan
Sodium Nlaurly Sarcosinate.
e. Bahan pengawet
Behen pengawet dalam pasta gigi berfungsi mencegah kontaminasi bakteri
dan mempertahankan keaslian produk. Jumlah bahan pengawet dalam pasta gigi
diatas 7 dari 1%. Contoh bahan pengawet yang di gunakan dalam psta gigi antara
lain formalin, alkohol, dan natrium benzolin
f. Bahan pewarna atau bahan pemberi rasa
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna dan
pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain yang kurang
enak, terutama SLS , dan juga memenuhi selera penggunaan seperti rasa
mint,strawberry, dan rasa permen karet pada pada pasta gigi anak anak . contoh

7
bahan ini antara lain peppermint atau spearmint, menthol, eucalyptus, aniseed, dan
shakarin.
g. Air
Kandungan air dalam pasta gigi sebanyak 20-40% dan berfungsi sebagai
bahan pelarut bagisebagian bahan dan mempertahankan konsistensi. 11,19 H.
Bahan teurapetik dalam pasta gigi , antara lain . penambahan flourida dalam pasta
gigi dapat memperkuat enemel dengan cara membuatnya resisten terhadap asam
dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam. (Ireland, 2006)

2.4 Gigi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Fungsi utama dari
gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi tertanah di dalam
tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua lengkung. Lengkung
rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang bawah. Gigi tetap berjumlah 32
pada setiap setengah rahang terdapat 8 nuah gigi, yaitu 2 gigi gigiinsisivius, 1
kanius, dan 2 premolar yang menggantikan kedua molar gigi susu dan tambahan 3
molar lagi di bagian posterior. ( Rahaman, 2009)

Bagian-bagian gigi

(Arditia, 2009)

8
Gigi terdiri dari :

a. Mahkota gigi ( mahkota klinis) yaitu bgian yang menonjol di atas gusi
(gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian yang di lapisi
email.
b. Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang
maksila atau mandibula
c. Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan akar
gigi. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang melanjutkan diri
menjadi saluran akar yang terakhir pada foramen aplikal. Rongga pulpa ini
dikelilingi oleh dentin dan di bagian luar dentin dilapisi oleh email (pada
mahkota) dan sementum (pada akar)
d. Email atau enamel adalah bahan terkeras pada tubuh. Terdiri dari atas 97%
bahan berkapur, terutama kalsium kalsium fosfat dalam bentuk kristal
apatif, dan hanya 1 % bahan organiknya terdiri dari enemelin, suatu
protein yang sangat kaya prolin.
e. Dentin merupakan bahan berkapur yang banyak mengandung untusr
organi dengan proposal yang sama seperti tukang. Dentin mengandung
tubulus spinal yang keluar dari rongga sumsum. Masing-masing tubulus
tersebut di tempatkan oleh satu odontoblas melalui proses protoplasmik
yang sederhana (Zulfikri, 2000)

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang di inginkan dari bahan mentah obat
dengan menggunakan pelarut yang di pilih dimana zat yang di inginkan larut di
dalamnya ( Ansal, 1989). Hasil dari proses ekstraksi ialah ekstrak . dalam buku di
sebutkan bahwa: ekstrak adalah sediaan kering , kental atau cair yang di peroleh

9
dengan mengekstraksi simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut dan cara yang sesuai, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes
RI, 1979). Ada bebera macam metode ektraksi dengan menggunakan pelarut
diantaranya:

a. Cara dingin
 Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
proses perendaman dimana pelarut yang tadi dapat melunakan sususan sel,
sehingga
 Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya di lakukan pas
temperatur ruangan.
Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang cukup banyak.

b. Cara panas
 Refluks adalah ekstrak dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya di lakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
 Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umunya di lakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
 Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
imum dilakukan pada temperatur 40-50 oC.
 Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air
(bejana infus tercelup dengan penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit)
 Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air (Depkes RI, 2000)

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelotioan pre experimental laboratory yang
terdiri dari
a. Membuat ektrak kulit jeruk nipis menggunakan metode maserasi
dengan pelarut etanol 70%
b. Membuat pasta gigi kombinasi ekstrak kulit jeruk nipis berdaarkan
konsentrasi hambat minimum
c. Pengujian karakter fisik yang terdiri dari organoleptis, homogenitas,
stabilitas dipercepat, Ph dan daya sebar.
d. Pengujian aktivitas anti bakteri menggunakan metode difusi ssumuran
terhadap bakteri Streptococcus muntans

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan pada bulan Agustus 2019
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Pakuan
Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi Universitas Pakuan Bogor

3.3 Populasi dan sampel


Sampel pada penelitian ini adalah bakteri streptococus mutans yang di
lakukan dalam media BHIA (Brain Heart Infusion Agar) dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

11
3.4 Variabel penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasta gigi kombinasi
ekstrak kulit jeruk nipis berdasarkan konsentrasi hambat minimum
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat penelitian ini antara lain :
a. Karakteristik sediaan
b. Zona hambat dengan menggunakan metode pengujian difusi
sumuran

3.4.3 Variabel Kontrol


a. Media biakan Streptococcus mutans
b. Suhu dan inkubasi
c. Kecepatan pengadukan

3.4.4 Definisi Oprasional


1. Pasta gigi kombinasi ektrak kulit jeruk nipis yang di gunakan
dalam kombinasi formulasi pasta gigi
2. Karakter fisik merupakan karakter fisika-kimia sediaan yang di uji
melalu uji organoleptis, jomogenitas, stabilitas, Ph, dan visositas.
3. Zona hambat pada bakteri Streptopcoccus mutans di media agar
darah di ukur dalam milimeter

3.5 Alat dan Bahan Penelitian


3.5.1 Alat Penelitian
Tabung reaksi, Mikro Pipet, Vortex ( maxi mix plus), Bunsen, Korek
Api, Osc, Spatula, Cawan Petri, Alat Ukur Panjang, Rak Tabung,
Timbangan, autoclave hirayama, baki, Alumunium Foil, Kapas swab,
Pengukur Waktu, inkubator (yenaco), Penggaris, Blank Disc, Label,
Alat Tulis, kamera, laminar air flow (E- Scientific), tissue, Pinset,
Toples, Vacum Rotary Evaporator ( E-Scientific), Mortar dan Alu, pH

12
Meter, Oven, Labu Erlemeyer, Viskometer (Broekfield), Kaca Arloji,
Beaker Glass, Gelas Ukur, Pipet.

3.5.2 Bahan Penelitian


Biakan Streptococcus muntanas, propolis, ektrak kulit jeruk nipis,
kontrol positif), brain heart infusion (BHI), aquades steril, alkohol,
karbopol 934, Tween 80. Gliserin, sodium benzoat, Trietanolamin,
menthol.
3.6 Tahap Penelitian
3.6.1 Determinasi dan Penyimpanan Simplisia
Penelitian mengenaik optimasi formulasi pasta gigi ini dimulai
denan melakukan detrminasi tanaman jeruk nipis di Balitro Kota
Bogor Jawa Barat, di pisahkan kulit dari buah jeruk nipis tersebut lalu
disortasi basah setelah di sortasi basah kulit jeruk di cuci hingga
bersih dengan menggunakan air mengalir, setelah itu di keringkan
dengan cara di angin anginkan dan di lapisi dengan menggunakan
kain berwarna putih agar tidak terkena sinar matahari lansung, lalu
kulit jeruk nipis di potong kecil kecil sehingga didapat simplisia
kering yang kemudian di gunakan untuk proses maserasi ( Andini ab,
dkk, 2008)
3.6.2 Penyiapan ekstrak kulit jeruk nipis
Pembuatan ekstrak etanol 70% kulit jeruk nipis di lakukan dengan
cara maserasi , yaitu daun sirih merah segar di cuci bersih dan diiris
halus, kemudian di keringkan di tempat teduh. Bahan yang telah di
keringkan kemudian di haluskan menggunakan blender hingga
berbentuk serbuk . timbang serbuk sebanyak 700 gram. Di bagi
menjadi 3 bagian (250 gram – 250 gram – 200 gram) dan di maserasi
dengan pelarut etanol etanol 70% berturut turut sebanyak (2,5 L – 2,5
L – 2 L) selama 3 hari berturut-turut dengan di lakukan penggantian
pelarut dan penyaringan tiap hari. Proses tersebut di ulang dengan di

13
lakukan penggantian pelarut dan penyaringan tiap hari . proses
tersebut di lakukan setiap hari . proses tersebut di ulang terus-menerus
sampai di perolah filtrat yang mendekati jernih kemudian semua filtrat
di gabung dengan di uapkan pelarutnya dengan menggunakan vacum
rotary evaporator dengan suhu 50oC. Pada akhir proses ini di
dapatkan esktrak etanol kulit jeruk nipis yang berwarna kuning
kecoklatan . hasil ini di gunakan sebagai bahan uji.

3.6.3 Formulasi Pasta Gigi dengan Kombinasi Ekstrak Kulit Jeruk


Nipis (Citrus aurantifolia)

Tabel rancangan formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Jeruk Nipis


No Bahan Fungsi Konsentrasi
Formula 1 Formula 2 Formula 3
1 Ekstrak Kulit Bahan Altif 0,25 1 4
Jeruk Nipis
2 Karbopol 934 Gelling 2 2 2
agent
3 Tween 80 Ko-Solven 1 1 1
4 Gliserin Pemanis 1 1 1
5 Sodium Benzoat pengawet 1 1 1
6 Trietanolamin Stabilizer 1,25 1,25 1,25
7 Menthol perasa 5 5 5
8 Aquades (gram) Solven 100 100 100

3.6.4 Pembuatan formulasi Pasta Gigi kombinasi Ekstrak Kulit Jeruk


Nipis (Citrus aurantifolia)

Sediaan pasta gigi ekstrak kulit jeruk nipis di buat dengan karbopol 934,
sodium benzoat, tween 80, gliserin, trietanolamin, menthol, dan aquadest di
timbang sesuai formula . karbopol 934 didispersi dalam 50 ml aquadest, kemudian

14
di tambahkan trietanolamin secukupnya hingga terbentuk basis gel dan di aduk
hingga homohen , kemudian tween 80, gliserin dan menthol di tambahkan dalam
campuran tersebut , sisa aquadest di tambhakan kedalam campuran formula
hingga mencapai bobot 100 gram. Setelah semua bahan tercampur, ekstrak kulit
jeruk nipis di tambahkan kemudian di aduk homogen. ( Jamilah, 2010)

3.6.5 Evaluasi Karakteristik Fisika dan Kimia Formula


a. Pengujian Organoleptik

Pengamatan sediaan akhir yang meliputi bau, rasa, dan warna yang di amati
secara objektif dan kontinyu. Interpretasi hasil yang di inginkan yaitu memiliki
penampilan permukaan rata dan mulus, warna kuning kecoklatan, rasa manis dan
bau segar (Jamilah, 2010)

b. Pengujian Homogenitas

Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek, lalu
mengamati penampilan permukaan, apakah ada bagian yang terpisah atau tidak.
Interpretasi hasil yang diinginkan adalah homogenitas pasta gigi pada konsentrasi
tetap dengan berjalanya waktu dan tidak terjadi pemisahan (Jamilah,2010)

c. Pengujian Stabilitas

Pengujian di definisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau


kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang di tetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas , kekuatan,
kualitas fan kemurnian produk (Djajadisastra, 2004). Sediaan kosmetik yang
stabil adalah suuatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat di terima
selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, di mana sifat dan
karakteristiknya sama dengan yang di milikinya pada saat di buat. Oleh karena itu,
untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi yang di buat, dapat di kategorikan
stabil secara fisik, maka di lakukan pengujian stabilitas terhadap sediaan dengan
metode elevated temperature yaitu suhu di percepat dalam suhu yang bervariasi
yaitu suhu 27o C, 45o C, dan 55o C yang di amati selama satu bulan dan diamati

15
penampilan sediaan tersebut, apakah terjadi perubahan atau tidak, rasa dan bau
tidak berubah selama masa pengujian. (Jamilah, 2010)

d. Pengujian pH

Pengujian Ph di lakukan untuk mencegah dan memastikan bahwasanya ph


dari sediaan pasta gigi yang telah di buat, apakah sesuai standard SNI yang telah
di tetapkan. Pengukuran di lakukan dengan menggunakan ph meter jenwey
sebelum sediaan di celupkan , alat di kalibrasi terlebih dahulu dengan
mencelupkan elektrodanya ke larutan dapar Ph 7 kemudian pada ph 4, lalu di coba
kembali pada ph 7. Setelah itu barulah pengukiran ph sediaan di lakukan.
Interpretasi hasil yang di inginkan adalah ph 4,5-10,5 (Jamilah, 2010)

3.6.6 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Pasta Gigi Kombinasi Ekstrak Kulit
Jeruk Nipis Dengan Metode Difusi Sumuran

3.6.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat di sterilisan dalam oven selama 2-3 jam dengan suhu 180oC.
Seluruh bahan yang akan di gunakan disterilisasi di dalam outoclave selama 30
menit dengan mengatur tekanan sebesar 15dync/cm3 (1,5 atm) dan suhu sebesar
121o C setelah sebelumnya di cuci bersih, dikeringkan dan di bungkus dengan
kertas atau alumunium foil (Jamilah ,2010)

3.6.6.2 Pembuatan Media BHIA ( Brain Infusion Agar)

Prosedur pembuatan media BHIA adalh 5,2 gram bubuk BHIA dan 100 ml
aquadest steril di campur dalam tabung Erlemeyer, diaduk sampai homogen dan
di sterisasikan dalam autoclav pada suhu 121oC selama 15 menit, pembuatan ini
di ulang sebanyak 2 kali. Setelah ini di tuangkan 20 l media ke cawan petri,
didiamkan hingga agar BHIA dingin dan membeku. Setelah itu diinkubasi selama
24 jam dengan suhu 37oC ( Andrianto, 2012)

3.6.6.3 Pembuatan Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)

16
Prosedur pembuatan media BHIB adalah 3,7 gram bubuk BHIB dan 100 ml
aquadest steril dicampur dalam tabung erlemeyer, diaduk sampai homogen dan di
sterilisasikan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit diinkubasi dalam
inkubator selama 24 jam dengan suhu 37oC. Hal ini di lakukan untuk
membuktikan bahwa media BHIB dalam keadaan steril sebelum inokulasi
(Andrianto, 2012)

3.6.6.4 Peremajaan Bakteri Streptococcus mutans

Untuk melakukan peremajaan bakteri Streptococcus mutans caranya yaitu


dengan memindahkan bibit dari koloni yang lama ke medium yang brau. Bakteri
di ambil 1 ose kemudian di goreskan pada media BHIA 5 ml dan diinkubasi pada
suhu 37Oc selama 18-24 jam (Madani, 2010)

3.6.6.5 Pembuatan Inokulum Streptococcus mutans

Biakan murni streptococcus mutans yang telah di remajakan di ambil 2 ose


lalu di suspensikan dalam 100 ml BHIB kemudian di inkubasi pada suhu 37Oc
selama 24 jam (Madani, 2010)

3.6.6.6 Pembuatan suspensi Stretococcus mutans

Inokulum Streptococcus mutans diambil 2 ml, kemudian di masukan ke


dalam 20 ml media BHIB yang diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Kemudian di ukur kekeruhanya pada panjang gelombang 650 nm dan jumlah sel
yang di gunakan disertakan dengan 10 6 cfu/ml dengan berpedoman pada kurva
standar.( Madani, 2010)

3.6.6.7 Uji Aktivitas antibakteri Dengan Metode Difusi Sumuran

Uji altivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan


kertas cakram diameter 6 mm. Dimasukan media BHIA yang masih cair sebanyak
20 ml, dan media di biarkan memadat pada suhu kamar, kemudian ambil 0,2 ml
suspensi bakteri diinokulasi dengan cara spread plate (harus merata di seluruh
permukaan media). Sumuran dibuat tegak lurus dengan permukaan media, setelah

17
itu menuangkan 0,06 mg pasta gigi ke dalam sumuran . kemudian di inkubasi
pada suhu 37o selama 18-24 jam hasilnya aktivitasbakteri ditunjukan dengan
adanya zona bening yang tampak pada media ( madani, 2010)

3.7 Analisis Data

Data dari setiap perlakuan dianalisis secara deskriptif dan mjutlak. Analisis
secara deskriptif untuk menggambarkan besarnya dameter daerah hambatan yang
terbentuk dan mengkategorikannya. Sedangkan analisis analitik di lakukan
dengan memakai uji statistik yaitu uji normalitas data, uji homogenitas
datakemudian di lanjutkan dengan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan
pengaruh uji ph dan daya sebar pada pasta gigi kombinasi ekstrak Kulit jeruk
nipis selama 21 hari penyimpanan pada suhu kamar dengan tingkat kemaknaa
(α═ 0,05) (jika sebaran data berdistribusi normal dan variasi data homogen)
( Madani. 2010)

18

Anda mungkin juga menyukai