Anda di halaman 1dari 24

FORMULA OBAT KUMUR (MOUTHWASH) EKSTRAK

DAUN SIRIH (Piper bettle L.)

DisusunOleh :

1. Utami Lahiya (1903004)


2.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya maka laporan praktikum fitokimia dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar


besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami serta teman-
teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan akhir ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini dan semoga
kita tetap dalam lindungan-Nya.

Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak guna perbaikan laporan resmi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya dibidang farmasi.

Manado, Juli 2021

Penulis

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

B. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan. Karena bila kesehatan gigi dan mulut diabaikan bisa menimbulkan

masalah baik pada gigi dan mulut itu sendiri maupun kesehatan tubuh secara

umum. Salah satu bentuk kerusakan gigi adalah karies (Oktanauli, 2017)

Karies merupakan penyakit gigi terlokalisir yang merusak jaringan keras

gigi yang terjadi karena adanya interaksi dari beberapa faktor yaitu host, bakteri,

substrat dan waktu. Karies disebabkan karena terabaikannya kebersihan rongga

mulut sehingga terjadi penumpukan plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat

erat dipermukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri (Oktanauli, 2017)

Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak adalah bakteri

yang mampu membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu bakteri dari genus

Streptococcus. Koloni Streptococcus mutans selanjutnya memfermentasi sukrosa

menjadi asam. Asam yang dihasilkan dapat mempercepat pemasakan plak yang

berakibat pada turunnya pH permukaan gigi. Apabila pH tersebut terus turun

hingga angka kritis (5,2-5,5), maka email gigi akan larut dan timbulah karies gigi

(Brotosoetarno, 1997)

Presentase penyakit gigi dan mulut di Indonesia tergolong cukup tinggi,

6,3% orang Indonesia menderita karies gigi aktif. Berdasarkan data Survei

Kesehatan Rumah Tangga, prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05%.

1
Tingginya prevalensi karies disebabkan sering terabaikannya masalah kesehatan

gigi dan mulut di masyarakat (Combe, 1992)

Pencegahan karies dan penyakit periodontal telah menjadi tujuan utama

dalam dunia kedokteran gigi sejak diketahui plak gigi merupakan faktor yang

mendominasi penyebab hilangnya gigi oleh karies dan penyakit periodontal

(Brotosoetarno, 1997)

Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor

penyebab sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap penyebab tersebut.

Secara teori ada tiga cara mencegah karies yaitu mengurangi diet karbohidrat,

meningkatkan ketahanan gigi, dan menghambat bakteri kariogenik. Usaha

pencegahan yang paling sering dilakukan adalah pengendalian aktifitas bakteri

Streptococcus mutans (Farah, 2009)

Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan plak secara

mekanis dan secara kimia dengan bahan anti kuman terutama untuk menekan

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Secara mekanis, menyikat gigi

membantu kontrol plak dan merupakan langkah awal untuk mengontrol karies

serta penyakit periodontal baik untuk individu maupun populasi. Sedangkan

bahan anti kuman yang digunakan berupa bahan kimiawi seperti pasta gigi dan

obat kumur. Namun beberapa penelitian menemukan bahwa bahan kimia yang

terkandung dalam pasta gigi mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan

seperti fluoride dan DEG (Diethylene Glycol) (Oktanauli, 2017).

Beberapa tahun terakhir penelitian tentang tumbuhan obat sebagai

antibakteri telah banyak dilakukan untuk mendukung upaya peningkatan

2
kesehatan gigi. Obat tradisional yang berasal dari tanaman herbal ini banyak

sekali digunakan oleh masyarakat terutama masyarakat Indonesia dikarenakan

harganya terjangkau, lebih bersahabat, serta di Indonesia masih banyak tanaman

atau bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisonal (Mardiana,

2013).

Negara Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya.

Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari

1000 jenis, salah satunya yaitu sirih (Piper betle L.). Daun sirih dapat digunakan

untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut,

sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk

dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung,

gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma (Mardiana, 2013).

Kandungan kimianya bersifat antiseptik karena daun sirih mengandung

minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih disebabkan kandungan

senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.

Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya, salah

satunya adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat

dibandingkan fenol (Siddesha, 2017)

Berdasarkan uraian diatas, maka bisa disimpulkan bahwa praktikum yang

akan dilakukan yakni memformulasikan sediaan obat kumur (Gargarisma) ekstrak

daun sirih.

3
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi sediaan gargarisma ekstrak daun sirih?
2. Bagaimana hasil uji yang dilakukan terhadap obat kumur ekstrak daun
sirih ?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui formulasi dalam pembuatan sediaan gargarisam
ekstrak daun sirih
2. Untuk mengetahui hasil uji dari obat kumur ekstrak daun sirih.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sediaan Gargarisma


Obat kumur adalah sediaan yang digunakan untuk mencuci mulut,

tenggorokan dan gigi dengan maksud untuk membasmi mikroorganisme dan

menghilangkan bau mulut (Jas, 2007). Sediaan ini sebaiknya aman digunakan

setiap hari, tidak mendukung pertumbuhan bakteri, rasa sediaan dapat

diterima, sebaiknya larutan jernih dan berbusa untuk mendorong konsep

pembersihan mulut, dapat menyegarkan nafas serta meninggalkan rasa segar

di mulut setelah menggunakannya (Claffey, 2003)

Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), obat kumur

(gargarisma/gargle) adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang

harus diencerkan dahulu sebelum digunakan sebagai pencegahan atau

pengobatan infeksi tenggorokan.

B. Komposisi Obat Kumur :


1. Bahan aktif Secara spesifik dipilih untuk kesehatan rongga mulut. Seperti

antimikroba, antiinflamasi.

2. Pelarut Biasanya air atau alkohol, digunakan untuk melarutkan bahan

aktif, bahan perasa atau bahan-bahan tambahan lain untuk memperlama

masa simpan.

3. Surfaktan berfungsi sebagai agen pembusa dan membantu pengangkatan

plak dan memungkinkan pembersihan hingga ke sela-sela gigi. Surfaktan

juga digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih. Sebagai

surfaktan dapat digunakan sodium lauril sulfat, Tween 80 (Mitsui,1997).

5
Universitas Sumatera Utara Selain bahan tersebut, obat kumur juga

mengandung zat tambahan lain berupa korigensia (saporis, odoris, koloris)

untuk memperbaiki rasa, aroma maupun warna. Obat kumur harus

memiliki rasa dan aroma yang dapat diterima dan memiliki sensasi rasa

yang menyegarkan mulut. Sebagai bahan korigensia yang umum dipakai

adalah peppermint oil, mentol, spearmint oil, sakarin.

D. Daun Sirih (Piper bettle L.)


1. Taksonomi dan Morfologi Daun sirih (Piper bettele)

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : P. Betle Linn

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di

sekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar

hati, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal

daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis. Permukaan

daunnya berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna

hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta

6
berkerut-kerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang

tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

mencukupi. Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya.

Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat

hangat dan pedas.

2. Kandungan Senyawa dan Manfaat Daun Sirih


Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, sengak, dan tajam.

Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol

yang terkandung dalam minyak atsiri. Di samping itu, faktor lain yang

menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur

sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun, dan kondisi

dedaunan bagian atas tumbuhan. Daun sirih mengandung minyak atsiri di

mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti

kavikol, cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak

atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,

vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal

sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh

bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini

disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima

kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula,

glukan juga merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat

antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka

dan mengobati pendarahan hidung/mimisan. Daun sirih juga sering digunakan

oleh masyarakat untuk menghilangkan bau mulut, mengobati luka,

menghentikan gusi berdarah, sariawan, dan menghilangkan bau badan.

7
E. Tinjauan Bahan
1. Gliserol

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon.

Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat

mengikat satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut

monogliserida, digliserida dan trigliserida. Sifat fisik dari gliserol : Merupakan

cairan tidak berwarna, Tidak berbau, Cairan kental dengan rasa yang manis,

Densitas 1,261, Titik lebur 18,2°C, Titik didih 290 °C Gliserol juga digunakan

sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam obat batuk dan syrup atau

untuk pelembab (Rowe, 2003).

2. Menthol

Mentol merupakan padatan kristal berwarna putih yang memiliki bau khas.

Mentol dapat disintesis dari tanaman mentol (Mentha arvensis L) dengan cara

diekstraksi, namun kesediaan bahan tanaman mentol yang tidak mencukupi

maka diperlukan proses sintesis dari bahan lain. Mentol dapat disintesis dari

sitronelal, sitronelal oleh pengaruh asam dapat diubah menjadi isolulegol dan

bila isopulegol dihidrogenasi dapat diperoleh mentol. Mentol digunakan secara

luas baik dalam bidang obat-obatan, maupun sebagai bahan yang dicampurkan

dalam makanan, minuman, pasta gigi dan sebagainya (Rowe, 2009).

3. Etanol

Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) merupakan bahan kimia organik yang

mengandung oksigen yang paling eksotik karena kombinasi sifat-sifat uniknya

yang dapat digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku,

bahan bakar, bahan depressant dan khususnya karena kemampuannya sebagai

8
bahan kimia intermediet untuk menghasilkan bahan kimia yang lain. Etanol

merupakan nama IUPAC dari bahan kimia ini. Selain itu, nama etil alkohol

juga lazim digunakan. Nama alkohol nama umum yang berasal dari bahasa

arab dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu al dan kohl yang

didefinisikan sebagai debu lembut yang digunakan oleh wanita Asia untuk

menggelapkan alis mata. Etanol merupakan senyawa penyusun minuman

beralkohol. Sebagai minuman beralkohol, etanol telah dikenal sejak dahulu

oleh raja-raja Mesir. Sebagai bukti adalah fakta tentang Nabi Nuh yang

dipercaya telah berkebun anggur yang dapat difermentasi menjadi minuman

beralkohol (Farah, 2009).

4. Aquadest
Merupakan bahan yang memiliki Rumus empiris H2O, Berat

molekulnya : 18,02, berwujud Cairan jernih dan tidak berwarna serta tidak

berbau, memiliki rentang pH antara 5,0 dan 7,0. Bahan yang sangat stabil sifat

fisiknya maupun kimianya.

E. Evaluasi
Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi organoleptis, evaluasi

pH, evaluasi daya sebar, evaluasi homogenitas, dan evaluasi aseptabilitas.

Evaluasi yang pertama adalah uji organoleptis. Uji organoleptis

menggunakan panca indera yang meliputi bau, warna, tekstur dan bentuk

sediaan yang dibuat. Konsistensi pelaksanaanya menggunakan subjek

responden (dengan kriteria tertentu) dengan menerapkan kriteria pengujian,

menghitung persentase masing-masing kriteria yang diperoleh dan

pengambilan keputusan dengan analisa statistic.

9
Evaluasi kedua adalah uji pH. Uji pH menggunakan pH ukur untuk

mengetahui pH pada sediaan, dengan cara mengambil 500 mg sediaan dan

ditambah dengan 5 ml aquadest kemudian diaduk. Masukkan alat pengukur

pH ke dalam campuran sediaan tersebut dan lihat pH yang terbentuk.

Evaluasi ketiga adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk

mengetaui homogenitas dan sediaan yang ditaruh pada kertas perkamen lalu

diratakan. Diamati permukaan kertas perkamen, apakah masih ada butiran

partikel atau tidak.

Evaluasi keempat adalah uji sedimentasi. Uji sedimentasi dilakukan

untuk mendapatkan nilai derajat flokulasi. Volume sedimentasi (F) adalah

perbandingan dari volume endapan yang terjadi (Vu) terhadap volume awal

dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspensi didiamkan.

10
BAB III
METODOLOGI

A. Bentuk Sediaan yang Dipilih


Sediaan solutio yang dipilih berupa obat kumur, karena penggunaan obat

kumur sangat efektif untuk menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan

sikat gigi, sehingga akan memudahkan penggunaan ekstrak buah mengkudu

yang berkhasiat sebagai anti jamur.

B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain mortir dan

stamper, timbangan analitik, cawan, sendok tanduk, kertas perkamen, pH

meter, piknometer, gelas ukur, kertas saring, corong, dan beaker glass.

C. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ekstrak

kental Morinda citrifolia, gliserin, mentol, etanol 70%, dan aquadest.

D. Formulasi
No. Bahan Fungsi Konsentrasi
1 Ekstrak kental Piper bettle L. Zat aktif 10%
2 Gliserin Pengawet 18%
3 Mentol Perawatan obat kumur 1%
4 Etanol 70% Pelarut ekstrak 15%
5 Aquadest Palarut ad 100

E. Penimbangan Bahan

11
1. Ekstrak kental Piper bettle L.

= 10 g + 10 % = 11 g

2. Gliserin g = 18 g

= 18 g + 10 % = 19.8 g

3. Mentol

= 1 g + 10 % = 1.1 g

4. Etanol 70%

= 15 g + 10 % = 16.5 g

5. Aquadest

= 56 g + 10 % = 61.6 g

Pengenceran etanol 70% :


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 96% = 15 mL x 70%
V1 = 10,94 mL
Jadi, volume aquadest yang dibutuhkan = 15 mL – 10,94 mL = 4,06 mL

F. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi simplisia daun sirih

 100 g serbuk simplisia daun sirih direndam dalam 1 L etanol 70% selama 3
hari

 Maserat dipisahkan menggunakan kain flannel

12
 Semua maserat dikumpulkan

 Dipekatkan di atas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental

2. Pembuatan sediaan obat kumur

 Menyiapkan alat dan bahan

 Menimbang ekstrak kental 10 g, gliserin 18 g, mentol 1 g, serta mengukur


etanol 70% 15 g, dan aquadest 56 mL

 Pembuatan etanol 70% :

- Mengisi labu takar dengan aquadest 4,06 mL


- Menambahkan etanol 96% 10,94 mL secara perlahan
- Menggooyangkan labu sampai larutan homogen

 Mendispersikan ekstrak kental ke dalam etanol 70% hingga homogeny

 Memasukkan mentol dan gliserin dan diaduk hingga homogen

 Menambahkan aquadest hingga volume 100 mL dan diaduk hingga


homogen

 Menyaring sediaan hingga jernih

 Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis, uji pH dan uji berat jenis

13
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil Evaluasi
1. Uji Organoleptis

Bentuk : Liquid (gargarisma)

Warna : Coklat

Bau : Berbau khas

Rasa : Dingin

2. pH : 6,06

3. Uji Berat Jenis : 1,0224


M2 (Berat piknometer dengan sediaan) : 80,21 mL
M1 (Berat piknometer kosong) : 29,09 mL
V (Volume yang tertera pada piknometer) : 50 mL

B. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sediaan solutio dipilih formulasi:
R/ Esktrak Daun Sirih 10%
Gliserin 18%
Mentol 1%
Etanol 70% 15%

14
Aquadest ad 100 ml

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan liquida solutio berupa

gargarisma. Solutio adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut (FI ed III halaman 32). Gargarisma atau obat kumur adalah sediaan

berupa larutan, umumnya dalam pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum

digunakan, digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi pada mulut

atau tenggorokan. Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah dimaksudkan

agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir

sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat itu menjadi

pelindung selaput lendir. Karena itu, obat berupa minyak yang memerlukan

zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai untuk dijadikan

obat kumur.

Sediaan solutio memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara

lain aman dalam pneggunaannya, homogen, zat aktif harus terlarut sempurna

dan stabil dalam medium, tidak boleh ada partikel yang mengapung atau

mengendap pada sistem larutan. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi

oleh obat kumur antara lain dapat membasmi kuman yang menyebabkan

gangguan kesehatan gigi dan mulut, tidak menyebabkan iritasi, tidak

mengubah indera perasa, tidak mengganggu keseimbangan flora mulut, tidak

meningkatkan resistensi mikroba, tidak menimbulkan noda pada gigi. Obat

kumur diberi penandaan penggunaan seperti “Petunjuk pengenceran sebelum

digunakan” dan “Hanya untuk kumur,tidak ditelan”.

Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan solutio kelompok kami

yaitu Esktrak Daun Sirih (Piper Bettle L.) yang berfungsi sebagai antiseptic

15
sehingga bisa mengatasi infeksi pada rongga mulut ataupun

membersihkannya.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu merendam serbuk simplisia

100 gram dalam etanol 70% selama 3 hari dengan sesekali dilakukan

pengadukan, lalu disaring menggunakan kain flanel, esktrak cair yang didapat

kemudian dipekatkan di atas waterbath dengan derajat suhu yang sesuai

sehingga didapat ekstrak kental. Langkah selanjutnya yaitu pembuatan

sediaan solutio (gargarisma). Langkah pertama yaitu penimbangan ekstrak

buah mengkudu 10 g, gliserin 18 g, mentol 1 g, etanol 70% 15 g, dan

mengukur aquadest 56 mL. Ekstrak buah mengkudu ditambah dengan etanol

70%, aduk sampai homogen. Selanjutnya masukkan mentol dan gliserin, aduk

sampai homogen. Masukkan aquadest sampai volume 100 ml. Diamkan

selama 10 menit, saring sediaan, lalu masukkan ke dalam wadah.

Uji evaluasi mutu fisik emulsi yang bertujuan untuk mengetahui

kestabilan sediaan, diantaranya uji organoleptis, uji pH, dan uji berat jenis.

Berdasarkan uji organoleptis didapatkan bentuk sediaan cair solution

(gargarisma), berwarna coklat, berbau khas, rasa dingin. Berdasarkan uji pH

didapatkan pH 6,06. Hasil uji pH tersebut tidak sesuai dengan pH mulut yaitu

6,5-7,5. Berdasarkan uji berat jenis didapatkan hasil 1,0224.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada prakikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan

sediaan berupa solution (gargarisma) dikarenakan Ektrak Daun Sirih

memiliki khasiat sebagai anti jamur dan dengan dilakukan beberapa uji

evaluasi mutu fisik yang telah dilakukan yaitu pada uji organoleptis

dihasilkan bentuk liquida (gargarisma), warna coklat, bau khas, rasa dingin.

Pada uji pH dihasilkan pH 6,06 yang tidak masuk ke dalam kategori pH

mulut. Pada uji berat jenis menghasilkan berat jenis sebesar 1,0224.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih hati-hati dan memahami langkah kerja

dalam pembuatan sediaan gel sehingga hasil sesuai dengan yang diinginkan

dan memenuhi persyaratan dari uji-uji yang dilakukan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akarina, W. 2011. Pengaruh Konsentrasi Humektan terhadap Stabilitas Formula


Obat Kumur. USU: Medan.

Angkasa, S. dan Nazaruddin. 1994. Sukun dan Keluwih. Jakarta :Penebarswadaya

Brotosoetarno, S., 1997, Peran Serta Mikroorganisme dalam Proses Terjadinya


Karies Gigi, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,
Volume 7, Edisi Khusus KPPIKG IX, FKG Universitas
Indonesia, Jakarta.

Chu, L.-C., C.-L. Lee, et al. (2013). "How Personality Traits Mediate the
Relationship Between Flow Experience and Job
Performance." The Journal of International Management
Studies 8(1): 33-46.

Claffey, N., 2003, Essential Oil Mouthwash: a Key Component in Oral Health
Management. 22-24, Journal Of Clinical Periodontology,
London.

Combe E.C. (1992). Sari Dental Material. Jakarta :Balai Pustaka. p:211.

18
Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pengujian dan Pengembangan
Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinik.Jakarta :Depkes RI pp 15-17.

Depkes RI. (1999). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat


2010. Jakarta.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Farah, C.S., McIntosh, L., McCullough, M.J. 2009, Mouthwashes. Australian


Prescriber. 32(6) : 162-164.

Fauzi, Y., 2002, KelapaSawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran, Edisi revisi, 44,
PenebarSwadaya, Jakarta.

Hariana A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2 Cet. 6. Jakarta (ID):
PenebarSwadaya.

Harris, N. O. and Christen, A. G., 1987, Primary preventive dentistry, 2nd ed,
149, Appleton and Lange, California,.

Jackson, E. B., 1995, Sugar Confectionery Manufacture, second Edition, 89,


Cambridge University Press, Cambridge.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-dasarBiokimia, Jlilid 1, Alihbahasa, Maggi


Thenawijaya, Erlangga, Jakarta.

Mardiana, Lina. 2013. Daun Ajaib TumpasPenyakit. Jakarta :PenebarSwadaya.

Michalek, S. M. and Mc Ghee, J. R., 1982, Dental Microbiology, 4th Ed., 680-
687, Harper & Raw Publisher, Philadelphia.

Muchtadi, Deddy. 2009. PengantarIlmuGizi. Bandung :Alfabeta

Nazaruddin. 1994. Budidaya dan PengaturanPanenSayuran Dataran Rendah.


PenebarSwadaya. Jakarta.

Oktanauli, P., Taher, P., dan Prakasa, A, D. (2017) ‘Efek Obat Kumur Beralkohol
Terhadap Jaringan Rongga Mulut (Kajian Pustaka)’, Jurnal

19
Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi, 13(1). Hal 4. doi:
10.32509/jitekgi.v13i1.850.

Power, J. M. And Sakaguchi, R. I., 2006. Craig’s Restorative Dental Material.


12th ed., 164-167, C.V. Mosby Co., Toronto.

Rowe, R.C dkk, 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed,


Pharmaceutical Press, Washington, DC. 219-221.

Rowe, R. C., P. J. Sheskey, dan M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press. Pp.
326-329; 441-444; 592-594; 596-598.

Siddesha, M. J., Angaswamy, N., and Vishwanath, B.S., 2011. Phytochemical


Screening And Evaluation Of In Vitro Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitory Activity Of Artocarpusaltilis Leaf. Natural
Product Research 25 (20): 1931-1940

Volpe, A. R., 1997. Dentrifices and Mouthrinses, dalam Caldwell, R. C. dan


Stallard, R. E., (editor), A Text Book of Preventive Dentistry,
175, 183, W. B. Saunders Co., Philadelphia.

Wang, Y., &Ruhe, G. R. (2007). The Cognitive Process of Decision Making.


International Journal of Cognitive Informatics and Natural
Intelligence, 1(2), 73-85.

20

Anda mungkin juga menyukai