Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

ANTI HIPERTENSI

NAMA: Afifatuljannah

NIM: 34190282

KELAS : A/DF/III

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRODI D3 FARMASI

2020
PRAKTIKUM II FARMAKOLOGI

OBAT ANTI HIPERTENSI

A. TUJUAN

Mahasiswa memahami pemahaman, penggolongan, indikasi kerja, indikasi indikasi, dan efek
samping dari berbagai jenis obat anti hipertensi.

B. DASAR TEORI

Hipertensi adalah suatu kelainan, gejala dari gangguan pada regulasi TD. Hipertensi hipertensi dibagi
menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau
idiopatik yang merupakan lebih dari 90% kasus hipertensi, adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologi yang jelas. Penyebabnya faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
merupakankepekaan terhadap pembuluh natrium, stres, reaktivitas darah terhadap vasokonstriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Faktor lingkungan yang berperanan antara lain diet, merokok, stres,
stres, obesitas, dan lain-lain. Hipertensi sekunder termasuk 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam
kelompok iniantara lain yang disebabkan karena penyakit ginjal (hipertensi ginjal, misalnya stenosis
arterirenalis, glomerulonefritis, pielonefritis, nefropati diabetic, dan lain-lain), hipertensiendokrin
(hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, tumor medullaadrenal / feokromositoma,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain- lain), kelainan sarafpusat (tumor otak, ensefalitis),
obat-obatan (efedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin, amfetamin, kokain, siklosporin, eritropoetin),
dan lain-lain.

Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar TD tidak menurun
terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian setiap 2 minggu dosis dinaikkan sampai tercapai efek
yang diinginkan. Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula untukmencegah Maka
mencegah TD dengan kuat (rebound effecti Antihipertensiva hanya menghilangkan gejala TD tinggi
dan tidak penyebabnya. Obat pada hakikatnya harus dikurangi, tetapi setelah beberapa waktu dosis
pemeliharaan pada umumnya dapat diturunkan.

terapi hipertensi dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Diuretika;

Obat golongan diuretik sering juga disebut sebagai pil air. Sebab, obat ini bekerja dengan cara
membuang kelebihan sodium dan air di tubuh melalui urine. Saat mengonsumsi obat ini, Anda akan
merasa sering ingin buang air kecil.Dengan berkurangnya jumlah cairan di pembuluh darah, maka
tekanan darah pun akan ikut menurun. Contoh obat hipertensi yang masuk ke dalam golongan obat
diuretik antara lain:

Acetazolamide

Chlorthalidone

Hydrochlorothiazide

Indapamide

Metolazone

b. Beta blocker
Obat hipertensi golongan beta blocker bekerja dengan cara mengurangi efek adrenalin pada jantung
dan pembuluh darah jantung. Selain itu, obat ini juga akan memperlambat detak jantung, dan
mengurangi tekanan kerja berlebih pada jantung serta pembuluh darahnya.Contoh obat yang masuk
ke dalam golongan beta blocker di antaranya adalah:

Acebutolol

Atenolol

Betaxolol

Propranolol

Labetalol

Bisoprolol

Penbutolol

Carvedilol

Metoprolol

c. ACE inhibitor

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor adalah golongan obat hipertensi yang berkerja
dengan cara mencegah tubuh memproduksi hormon angiostenin, yang bisa membuat pembuluh
darah menyempit. Dengan berkurangnya jumlah hormon ini, maka pembuluh darah akan tetap
terbuka, dan tekanannya pun akan stabil di angka normal.Contoh obat yang masuk dalam golongan
ini adalah:

Captopril

Benazepril

Enalapril

Fosinopril

Lisinopril

Moexipril

Ramipril

Perindropil

d. Calcium channel blocker (CCB)

Untuk bisa bekerja, semua otot di tubuh membutuhkan kalsium untuk keluar dan masuk sel otot.
Obat golongan CCB membantu kalsium masuk ke sel otot jantung dan pembuluh darah. Hal tersebut
kemudian akan membuat kerja jantung menjadi lebih ringan dan pembuluh darah menjadi lebih
rileks. Hasilnya, tekanan darah akan menurun.Contoh dari obat CCB adalah:

Amlodipine

Diltiazem
Felodipine

Isradipine

Nicardipine

Nifedipine

Nisoldipine

Verapamil

e. Angiostenin II receptor blockers (ARB)

Sama seperti obat hipertensi golongan ACE inhibitor, ARB juga bekerjan dengan cara melinudungi
pembuluh darah dari hormon angiostenin. Untuk bisa bekerja, hormon ini perlu berikatan dengan
reseptor, dan obat golongan ARB akan mencegah ikatan itu terjadi, sehingga tekanan darah bisa
menurun.Contoh obat ARB antara lain:

Candesartan

Eprosartan

Irbesartan

Losartan

Telmisartan

Valsartan

f. Alpha Beta Blocker

Selain mengurangi impuls saraf ke pembuluh darah, alpha-beta blocker memperlambat detak
jantung untuk mengurangi jumlah darah yang harus dipompa melalui pembuluh darah. Contoh
obatnya adalah carvedilol dan labetalol.

g. Vasodilator.

Apa itu obat hipertensi vasodilator? Vasodilator artinya pelebar pembuluh darah. Contoh obatnya
adalah hydralazine dan minoxidil, yang bekerja langsung pada otot-otot di dinding pembuluh darah
arteri sehingga mencegahnya dari penyempitan.

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan di
tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

Deuretik Thiazid Merupakan obat utama dalam terapi antihipertensi pada penderita dengan fungsi
ginjal normal

Tiazid digunakan sebagai obat tunggal pada penderita hipertensi ringan sampai sedang

Mekanisme kerja : bekerja pada tubulus distal, yaitu menurunkan reabsorpsi natrium (Na) 
sehingga memperbanyak ekresi Na dan Cl lewat urin.

Efek Samping : Hipokalemia, hipomagnesia, hiperkalsemia, hiperuresemia, hiperglisemia,


hyperlipidemia dan disfungsi seksual.
Thiazide bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau klorida pada distal tubulus
ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu, thiazide dapat merelaksasi
pembuluh darah, sehingga efektif dalam menurunkan tekanan darah.

C. Skenario

1. Bapak AG, 65 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan pusing dan tengkuk terasa berat.
Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien 180/110 mmHg. Oleh dokter jaga puskesmas yang
diberikan obat Captopril 12,5 mg dua kali sehari. Pada waktu melakukan kontrol sebulan setelahnya,
bapak AG mengeluh sering mengalami batuk kering semenjak mengkonsumsi obat yang diberikan
oleh dokter selama sebulan tersebut, dan tidak kunjung sembuh dengan memberikan antitusif.
Karena batuk yang diderita, Bapak AG tidak patuh dalam minum obat dan tekanan darahnya menjadi
tidak terkontrol.

2. RF, 28 tahun, telah beberapa kali memeriksakan tekanan darahnya di apotek. Rata-rata kisaran
tekanan darah RF 140/90 - 160/100 mmHg. RE suka kan makanan asin, minum soda, merokok,
memiliki tekanan pekerjaan yang berat, dan tidak pernah sempat untuk berolahraga. RF
mengeluhkan mengapa di usianya yang tergolong muda justru telah mengalami hipertensi. RF
menanyakan kepada farmasis tentang obat amlodipin yang diminum sejak seminggu yang lalu,
sedangkan RF takut mengkonsumsi obat rutin dapat berdampak pada ginjalnya.

Jawab :

Skenario 1

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan
masyarakat dunia. Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dimana kenaikan tekanan darah sistolik
140mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali
kesempatan. Hipertensi yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi tersebut berkaitan dengan kenaikan tekanan darah yang tetap (dengan konsekuensi
terjadinya perubahan pada sistem vaskular tubuh dan jantung) atau berkaitan
dengan artherosclerosis yang menyertai dan dipercepat karena adanya hipertensi yang lama (long-
standing hypertension).

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan
adanya kenaikan tekanan darah yang abnormal. Komplikasi yang berkaitan dengan jantung adalah
penyebab utama morbiditas dan mortalitas dalam hipertensi esensial, dan mencegahnya merupakan
tujuan utama dari terapi. Hipertrofi pada ventrikular jantung bagian kiri dapat
menyebabkan congestive heart failure (CHF), myocardial ischemia (MI), aritmia ventrikular, dan
kematian mendadak.

Gagal jantung (Heart Failure) merupakan suatu kondisi dimana cardiac output tidak mencukupi
kebutuhan sirkulasi tubuh (pada saat istirahat maupun beraktivitas) atau dengan kata lain, jantung
tidak mampu memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Gagal jantung dapat terjadi dari berbagai
penyakit yang menurunkan pengisian pembuluh (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik). Jantung dapat gagal memompa darah dikarenakan preload yang
berlebihan seperti pada aliran balik darah (valvular regurgitation) atau afterload yang berlebihan
seperti pada penyempitan aorta dekat jantung (aortic stenosis) atau pada hipertensi yang parah.
Fungsi pompa dapat juga menjadi tidak memadai saat jantung tidak dapat beradaptasi dengan baik
terhadap variasi yang terjadi pada preload, afterload, maupun tempo jantung seperti pada layaknya
jantung yang berfungsi dengan normal.

Sasaran dari terapi pada pasien hipertensi dengan gagal jantung adalah mengurangi/menghilangkan
tanda dan gejala dari gagal jantung. Tujuan terapi ini adalah untuk memperlambat laju keparahan,
mengurangi frekuensi perawatan intensif (hospitalization), dan mengurangi/mencegah mortalitas
(memperpanjang usia pasien). Strategi terapi yang dilakukan adalah meningkatkan perfusi jaringan,
menurunkan tekanan pada venous sentral, dan mencegah terjadinya udem.

Obat pilihan yang digunakan dalam terapi farmakologi pasien hipertensi dengan gagal jantung
adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. ACE inhibitor direkomendasikan sebagai obat
pilihan pertama didasarkan pada sejumlah studi yang menunjukkan penurunan morbiditas dan
mortalitas. Akan tetapi, diuretik juga menjadi bagian dari terapi lini pertama (first line therapy)
karena dapat memberikan penghilangan gejala udem dengan menginduksi diuresis.

ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan


menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi
dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga
terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan bradikinin, suatu
vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin
meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab
terhadap efek samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada
pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus dirawat di
rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi
gejala.

ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk menghindari resiko
hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum potassium harus diawasi dalam 1-2
minggu setelah terapi dilaksanakan terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat
yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama yang
digunakan secara klinis.

Pada kasus tersebut, bapak AG mengalami efek samping dari captopril yakni batuk kering, hal ini
disebabkan karna bapak AG tidak konsisten meminum obatnya, akibatnya bapak AG mengalami efek
samping.

Kepatuhan menggunakan obat merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam
mencapai keberhasilan terapi pada pasien hipertensi. Kepatuhan dan pemahaman yang baik dalam
menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi.
Menurut survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Pada tahun 2018 di Indonesia ditemukan 34, 1%
kasus hipertensi.

Captopril Bekerja dengan menghambat enzim peptidil dipeptidase yang mengkatalisis pembentukan
angiotensin II dan pelepasan bradikinin (suatu senyawa vasodilator). Dengan demikian, akan   terjadi
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan
air, serta retensi kalium. Akibatnya terjadi penurunan TD.2). Angiotensin II Reseptor
Antagonist/AIIRA (Cth: Losartan)Bekerja dengan bertindak sebagai antagonis reseptor angiotensin II
yang terdapat di otot jantung, dinding pembuluh darah, sistem syaraf pusat, ginjal, anak ginjal, dan
hepar sehingga efek sekresi aldosteron yang disebabkan oleh angiotensin II tidak terjadi. Akibatnya
akan terjadi penurunan tekanan darah.Digunakan sebagai obat kombinasi dengan ACEI sebagai
penurun TD yang efektif, karena kerja kedua kelas obat ini saling sinergi.
Skenario 2

Amlodipine adalah obat darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah yang terkontrol dapat
mencegah penyakit stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.

Amlodipine, atau tepatnya amlodipine besylate, bisa dikonsumsi sebagai obat tunggal atau
dikombinasikan dengan obat lain dalam mengatasi hipertensi. Obat ini tersedia dalam 2 jenis
sediaan, yaitu amlodipine 5 mg dan 10 mg.

Amlodipine bekerja dengan cara melemaskan dinding pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar
aliran darah menuju jantung dan mengurangi tekanan darah. Selain untuk mengatasi hipertensi,
amlodipine juga digunakan untuk meredakan gejala nyeri dada atau angina pektoris pada penyakit
jantung koroner.

Dosis dan Aturan Pakai Amlodipine

Dosis amlodipine ditentukan berdasarkan usia, kondisi kesehatan, dan respons pasien terhadap
obat. Berikut adalah dosis amlodipine berdasarkan tujuan penggunaannya:

Untuk mengatasi hipertensi
Dewasa: 5-10 mg per hari.
Anak-anak 6-17 tahun: 2.5-5 mg per hari.

Untuk mengatasi angina pektoris


Dewasa: 5-10 mg per hari.

Efek Samping dan Bahaya Amlodipine

Ketika pertama kali mengonsumsi amlodipine, penderita hipertensi dapat mengalami keluhan sakit
kepala atau merasa kegerahan. Akan tetapi, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena gejala ini
umumnya akan membaik dalam beberapa hari.

Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi akibat konsumsi amlodipine adalah:

Merasa lelah

Pusing

Mual

Pembengkakan tungkai

Jantung berdebar

Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan
merokok dan pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan antihipertensi
tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari ada tidaknya kondisi
khusus (komorbid maupun komplikasi).

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara yang
dapat dilakukan adalah:

Konsumsi makanan yang sehat.

Menjaga berat badan ideal.


Rutin berolahraga.

Berhenti merokok.

Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur
hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin, terutama
bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.

Daftar pustaka

Indonesia) 2000, DepKes RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Sagung Seto:
Jakarta.

Anonim, 2007, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 42, Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, PT Ikrar Mandiri: Jakarta.

Pathophysiologic Approach, 6th edition, The McGraw-Hill   Company, USA         

Katzung, G. dan Bertram, M., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, 10th edition, The McGraw-Hill
Company, USA         

Tatro, David S., Pharm D, 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, 80-82, Wolters Kluwer Health, Inc.,
USA

Anda mungkin juga menyukai