Oleh:
YOHANA SINAMBELA
NIM: 1515194058
Disusun oleh:
Yohana Sinambela
1515194058
Menyetujui
Pembimbing:
Medan, 22 September 2018
Pembimbing:
Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Medan, 2017
Yang membuat pernyataan,
Materai
60000
Bellina Elizabeth Doloksaribu
1414194014
ABSTRAK
YOHANA SINAMBELA
1515194058
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan kasih rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah : “Formulasi Sediaan Gel
Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)” yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D3 Farmasi
di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat disusun dan selesai tepat waktu, antara lain penulis
sampaikan kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes. selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes. selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si. selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes., selaku Wakil Rektor I Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
5. Teguh Suharto, SE.,M.Kes., Selaku Wakil Rektor II Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
6. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Vivi Eulis diana, S.Si., M.EM., Apt Selaku Wakil Dekan Fakultas Farmasi
dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
8. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi D3
Farmasi Institut Helvetia Medan.
9. Yulis Kartika., S.Farm., M.Si., Apt. Selaku Sekertaris Program Studi D3
Farmasi sekaligus selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat untuk Perbaikan Karya Tulis Ilmiah Iini.
10. Zakiah Kurniati S.Farm., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji III yang
memberikan masukan yang bermanfaat untuk Perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
11. Drs. Indra Ginting, MM., Apt Selaku Kepala Laboratorium Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia.
12. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai tata usaha Institut Kesehatan Helvetia
Medan yang telah memberikan pengetahuan.
13. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua tercinta ayah dan ibu, Agus Virend Siahaan serta seluruh
keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, motivasi,
nasihat, doa dan dukungan kepada penulis.
iii
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis
juga berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2018
Penulis
YOHANA SINAMBELA
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
v
2.6.1
Definisi ekstrak dan ekstrak cair .............................. 20
2.6.2
Metode-metode ekstraksi ......................................... 20
2.6.2.1 Ekstraksi dengan menggunakan Pelarut....... 20
2.6.2.2 Destilasi Uap ................................................ 22
2.6.3 Macam-macam Pelarut............................................. 23
2.7 Hand Sanitizer...................................................................... 25
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
pentingnya kebersihan tangan sering kali masih kurang. Masyarakat tidak sadar
bahwa dalam beraktivitas, tangan sering kali terkontaminasi dengan bakteri (1).
Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk
perkotaan, dan banyaknya produk-produk instant yang serba cepat dan praktis,
maka muncullah produk inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan
pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer. Hand sanitizer adalah gel dengan
tangan. Hand sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan dan pada saat
tidak perlu membersihkan tangan dengan air dan sabun. Respon yang positif
1
2
Saat ini penggunaan hand sanitizer sudah semakin luas, tidak saja untuk
tujuan memelihara kesehatan tangan akan tetapi telah digunakan untuk tujuan-
tujuan yang lebih praktis misalnya di rumah makan, di restoran cepat saji, di toilet
umum, dan di rumah sakit. Jenis produk hand sanitizer ini pun juga semakin
desinfeksi permukaan dan kulit yang bersih tetapi tidak dianjurkan pada
terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Disamping
kekeringan dan iritasi pada kulit (3,4). Karena itu, diperlukan antiseptik yang
berbahan dasar alam atau yang mengandung bahan alam yang aman apabila
diaplikasikan pada telapak tangan secara berulang. Salah satu tanaman yang dapat
populer. Tanaman ini banyak terdapat di Indonesia sebagai tanaman liar atau
tanaman pekarangan yang dimanfaatkan sebagai sayuran atau tanaman obat. Daun
coli (5,9).
konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%. Hasil penelitian menunjukkan adanya
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia oleh Aryadi, zat aktif yang terkandung
dalam ekstrak daun mengkudu yaitu minyak atsiri, saponin, fenol, tannin,
Menurut hasil penelitian sebelumnya tentang uji daya hambat ekstrak daun
dan buah mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli oleh Cut
Nirawati (2016) pada daun mengkudu tua mempunyai daya antibakteri terhadap
Escherichia coli pada konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70% masing-masing
dengan diameter zona hambat sebesar 1,7 mm, 2,7 mm, 4,7 mm, 6,8 mm, 6,5 mm
(6).
antibakteriterhadap E. Coli pada konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, 100% masing-
4
masing dengan diameter zona hambat sebesar 0,00 mm, 7,3 mm, 8,5 mm, 10,4
Ekstrak Daun
Mengkudu
(Morinda - Organoleptis
citrifolia L.) - Homogenitas
- Gel Hand
- pH
Sanitizer
Konsentrasi - Iritasi
0%,10%,15%,20
TINJAUAN PUSTAKA
kopian (Rubiaceae), yang pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia
Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti,
kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap
Mengkudu yang bahasa setempat disebut “Noni” adalah salah satu jenis tanaman
obat penting yang turut di bawa. Bangsa Polinesia memanfaatkan “Noni” untuk
generasi ke generasi melalui nyayian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia dan selalu
sungai dan pekarangan. Mengkudu dapat tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim
6
7
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
2.1.3.1 Pohon
berlekah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu
2.1.3.2 Daun
tebal dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. Tepi
daun rata, ujung lancip sampai lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat
daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek,
berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar
(9).
2.1.3.3 Bunga
Bunga mengkudu betipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh
di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal.
bisa mencapai 1,5 cm. Benangsari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik
2.1.3.4 Buah
Buah mengkudu memiliki bentuk bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan
ada yang berdiameter 7,5-10cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel
warnanya putih transparan dan lunak. Setelah lunak, daging buah mengkudu
banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karna
9
pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawaan lipit atau lemak
atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga
2.1.3.5 Biji
minyak menguap asam copron dan asam caprylat. Kulit akar mengkudu
mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten, dan askorbin. Selain
alizarin, asam askorbat, asam kaproat, asam kaprik (penyebab bau busuk pada
buah), asam kaprilat (penyebab rasa buah tidak enak), zat antrakuinon, protein,
10
Seluruh bagian tanaman mengkudu seperti akar, kulit batang, daun, dan
tekanan darah, obat demam, dan tonikum. Pepagan (kulit batang) mengkudu
muntah, dan demam. Buah mengkudu untuk obat peluruh kemih, urus-urus,
usus, baruk, radang amandel, sakit lever, sariawan, luka terpukul, tekanan darah
mengobati radang selaput mata, kudis, bisul, sakit kerongkongan, batuk. Akar,
2.2 Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit beserta
tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh
seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadi kulit tahan
air. Kulit relatif tak tembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan
menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
sensasi. Kulit merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu dan tekanan
12
Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh
Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Kulit juga dapat mengabsorpsi sinar
6. Sebagai Ekskresi
dan zat kimia lainnya. Zat berlemak, air dan ion-ion seperti Na+,
7. Penunjang Penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan, fungsi lain dari
Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri dari epidermis, dermis, sub
milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
epidermis.
14
Lapisan yang paling tebal dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya
dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis.
Didalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan
juga lapisannya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut, kelenjar-
a. Lapisan papila
malfigi juga ikut berlekuk. Lapisan papila terdiri dari serat kolagen
b. Lapisan retikulosa
3. Hipodermis
jaringan pengikat longgar. Komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak.
anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis.
Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar
2.3 Antiseptik
membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptik
yang ideal adalah dapat mengambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri,
spora bakteri dan jamur, virus dan protozoa tanpa jaringan tubuh inang atau
hospes (14).
merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh suatu
cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
Dalam sistem dua fase jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi
padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok
dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal lain yang tertera
pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase
polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk
obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (15).
2.4.1.1 Carbopol
higroskopis dan memiliki sedikit bau khas. Carbopol memiliki sinonim Acrypol,
formulasi sediaan farmasi baik cairan atau semi padat, carbopol digunakan
sebagai gelling agent. Carbopol termasuk dalam basis gel liofilik yang sangat
umum digunakan oleh produk kosmetik dan obat, karena sifat stabilitas dan
18
konsentrasi carbopol dalam membentuk gel 0,5%-2%. Selain itu , carbopol larut
2.4.1.2 Gliserin
Gliserin mengadung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C3H8O3. Pemeriannya cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik dan netral
terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak, minyak lemak dan dalam
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya sukar larut dalam air,
dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
(15).
2.4.1.4 Triethanolamin
TEA merupakan cairan kental yang berwarna jingga pucat yang memiliki
digunakan secara meluas dalam formulasi sediaan farmasi topikal, terutama dalam
trolaminum. TEA harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari sinar
matahari (24).
Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi 10%,
15%, dan 20%. (7) Rancangan formula menurut Widyawati, dkk., (2017) dapat
Komponen b/v
Carbopol 2g
Gliserin 10,25 g
Metil Paraben 0,2 g
TEA 2,5 g
Air ad 100 ml
Widyawati, dkk., (2017) (18)
2.5 Simplisia
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan
2.6 Ekstrak
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
telah ditetapkan.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika
tidak dinyatakan lain pada monografi, tiap ml ektrak mengandung bahan aktif dari
1. Cara Dingin
a. Maserasi
seterusnya.
b. Perkolasi
2. Cara Panas
a. Refluks
b. Soxhlet
pendingin balik.
22
c. Digesti
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( >30 0C) dan
atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara
kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campur
mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut
dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi
(16).
23
Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah
yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang
digunakan dalam proses ekstrak memiliki beberapa sifat penting. Diantara sifat-
2. Kecepatan menguap.
3. Trayek didih.
5. Flashpoint.
1. Air
Air merupakan salah satu pelarut yang mudah, murah dan dipakai secara
luas oleh masyarakat. Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik
lainnya.
2. Etanol
Berbeda dengan air yang dapat melarutkan berbagai macam zat aktif,
etanol hanya dapat melarutkan berbagai macam zat aktif, etanol hanya
3. Gliserin
Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari
yang baik untuk golongan tanin dan hasil-hasil oksidannya, berbagai jenis
4. Eter
5. Heksana
Heksana adalah pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi,
baik untuk lemak dan minyak. Pelarut ini biasannya dipergunakan untuk
6. Aceton
pemakaian dalam.
7. Chloroform
digunakan karena alasan kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand
sanitizer mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air.
Kelebihan ini diutarakan menurut US FDA (Food and Drug Administration) dapat
bahan antibakterial seperti triclosan, glycerol atau agen antimikroba lainnya (23).
BAB III
METODE PENELITIAN
eksperimental laboratorium.
(Morinda citrifolia L.) sebanyak 5 kg yang diperoleh dari Kelurahan Deli Tua
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (pyrex)
seperti beakerglass, gelas ukur, pipet tetes, pH meter, lumpang dan stamper,
timbangan digital, timbangan kinetik, waterbath, objek glass, blender, dan cawan
penguap.
26
27
Bahan yang digunakan dalam pembuatan gel antiseptik tangan ini adalah
ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.), Carbopol , gliserin, TEA , methyl
dari daerah lain. Sampel yang diambil dari kelurahan Deli Tua.
1. Pencucian
dipisahkan dari pengotor lalu dicuci hingga bersih pada air mengalir
2. Pengeringan
3. Pembuatan serbuk
simplisia disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari sinar
matahari langsung.
bagian etanol ditutup dengan aluminium foil selama 5 hari (setiap hari diaduk)
kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh filtrat 1 dan ampas 1.
bagian etanol selama 2 hari (setiap hari diaduk), kemudian disaring dan diperoleh
filtrat 2 dan ampas. Selanjutnya filtrat 1 dan 2 dicampur menjadi satu, kemudian
Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan variasi konsentrasi 10%,
15%, 20%. Formulasi gel yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Formula Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu yang telah dimodifikasi
Bahan F1 F2 F3 F4
Ekstrak daun mengkudu 0g 10 g 15 g 20 g
Carbopol 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g
TEA 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g
Gliserin 10,25 g 10,25 g 10,25 g 10,25 g
Metil Paraben 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g
Pengharum 10 gtt 10 gtt 10 gtt 10 gtt
Aquadestad 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml
Keterangan : F1 : Blanko
F2 : Konsentrasi 10%
F3 : Konsentrasi 15%
F4 : Konsentrasi 20%
29
Disiapkan mortil dan stamper. Carbopol ditimbang sebanyak 1,5 gram dan
yang sudah ditaburkan digerus cepat didalam mortir sampai terbentuk massa gel
dan ditambahkan TEA sebanyak 2,5 gram. Setelah terbentuk massa gel,
homogen. Metil paraben ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dilarutkan kedalam
kemudian ditimbang dan di cukupkan kan hingga 100 gram dengan aquadest dan
diberi label.
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari gel yang
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (1).
30
3.6.3 Uji pH
dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat
lalu dikeringkan dengan tissu. 1 gram sediaan yang akan diperiksa dilarutkan
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(Patch Test) Pada lengan bawah bagian dalam terhadap 5 panelis. Uji tempel
dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan
luas tertentu (2,5 x 2,5cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan
bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+),
gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda
(-) (19).
31
BAB IV
Tabel 4.1 Hasil uji organoleptis gel Hand Sanitizer ekstrak daun mengkudu
bentuk setengah padat dan agak encer, warna coklat hingga coklat kehitaman dan
Tabel 4.2 Hasil uji homogenitas gel hand sanitizer ekstrak daun mengkudu
31
32
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh blanko. Sedangkan pada konsentrasi 20%
menunjukkan hasil yang tidak homogen dan memiliki butiran kasar.
4.1.3. Uji pH
menggunakan pH meter. Hasil pengujian pH sediaan dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil uji pH gel hand sanitizer ekstrak daun mengkudu
Konsentrasi Gel pH
F1 7,5
F2 6,1
F3 5,9
F4 5,7
Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Gel Hand Sanitizer ekstrak daun mengkudu
Panelis
Pengamatan Formula 1 2 3 4 5
F1 (-) (-) (-) (-) (-)
Kulit F2 (-) (-) (-) (-) (-)
kemerahan F3 (-) (-) (-) (-) (-)
F4 (-) (-) (-) (-) (-)
F1 (-) (-) (-) (-) (-)
Kulit gatal- F2 (-) (-) (-) (-) (-)
gatal F3 (-) (-) (-) (-) (-)
F4 (-) (-) (-) (-) (-)
F1 (-) (-) (-) (-) (-)
Kulit F2 (-) (-) (-) (-) (-)
bengkak F3 (-) (-) (-) (-) (-)
F4 (-) (-) (-) (-) (-)
33
menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap iritasi yang
4.2. Pembahasan
Pengujian organoleptis dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari
gel yang dibuat. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah padat (1). Hasil
uji organoleptis pada sediaan blanko berwarna bening dan memiliki bentuk
setengah padat kental. Sedangkan hasil uji organoleptis pada sediaan gel
bahwa gel yang dihasilkan pada konsentrasi 10% memiliki bentuk setengah padat
kental, pada konsentrasi 15% dan 20% gel memiliki bentuk agak cair yang
Bau yang dihasilkan pada formula blanko, konsentrasi 10%, 15% dan 20%
Pada penelitian ini parfum yang digunakan adalah parfum yang beraroma
khas apel. Parfum apel dibuat dengan formula yang tepat sehingga menghasilkan
tingkat keharuman buah apel yang menyegarkan dan khas. Penambahan parfum
34
apel ini pada keempat formula gel antiseptik tangan adalah untuk menutupi bau
khas dari ekstak daun mengkudu yang menyengat sehingga dapat meningkatkan
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (1).
pada konsentrasi blanko, 10% dan 15% sediaan gel memperlihatkan hasil yang
homogen dan tidak ada butiran kasar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan gel
yang dibuat mempunyai susunan yang homogen dengan persamaan warna yang
hasil yang tidak homogen dan memiliki butiran kasar, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi dari ekstrak daun mengkudu maka sediaan gel
4.2.3. Uji pH
topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 (18). Nilai pH yang terlalu
asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan apabila terlalu basa dapat
Hasil uji pH sediaan gel antiseptik ekstrak daun mengkudu berkisar 7,5-
5,7. Pada blanko dihasilkan pH 7,5, konsentrasi 10% dihasilkan pH 6,1, pada
35
5,7. Nilai pH yang didapat dari masing-masing konsentrasi gel sesuai dengan pH
pH sediaan gel semakin menurun. Hal ini menunjukkan penambahan ekstrak daun
ekstrak daun mengkudu berupa flavonoid dan tannin diantaranya senyawa fenol.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(Patch Test) Pada lengan bawah bagian dalam terhadap 5 panelis. Uji tempel
dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan
luas tertentu (2,5 x 2,5cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan
bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+),
gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi diberi tanda
(-) (19).
iritasi yang diamati yaitu adanya kemerahan, gatal-gatal atau pembengkakan pada
kulit. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak
BAB V
5.1. Kesimpulan
mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan gel hand
sanitizer. Tetapi sediaan Gel dari ekstrak daun mengkudu masih meninggalkan
warna jika diaplikasikan ke telapak tangan. Warna yang dihasilkan dari sediaan
5.2. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Manus, N., Yamlean, Y.V.P., Novel S.K. Formulasi Sediaan Gel Minyak
Atsiri Daun Sereh (Cymbopogon citratus) Sebagai Antiseptik Tangan.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat, 5(3) : 85-93; 2016
2. Radji, M., Suryadi, H., Ariyanti, A. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa
Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian,
4(1) : 1-6; 2007
3. Permatasari, S.V. Pengaruh Konsetrasi Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent
Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Hand Sanitizer Minyak Daun Mint
(Oleum Mentha Piperita). Skipsi. Yogyakarta : Fakulitas Farmasi Universitas
Sanata Dharma; 2014
4. Sari, R., Isardiartuti, D. Studi Efektivitas Sediaan Gel antiseptik tangan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) Majalah Farmasi Indonesia, 17(4) : 163-
169; 2006
5. Kameswari, S.M., Mahatmi, H., Besung, K.N.I. Perasan Daun Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli
Secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus, 2(2) : 216-224; 2013
6. Nirawati, C. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun dan Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Sebagai
Penunjang Praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi. Skripsi. Banda Aceh :
Fakulitas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri AR. RANIRY
Darussalam; 2016
7. Aryadi, P.I.A.G.I. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Terhadap Pertumbuhan Stapyhlococcus Auretus Sebagai Penyebab Abses
Periodontal Secara In Vitro. Skripsi. Denpasar : Fakulitas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati; 2014
8. Sasmito, E. Imunomodulator Bahan Alami. Yogyakarta : Andi; 2017
9. Bangun, A.P., Sarwono, B. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta : Agro
Media Pustaka; 2002
10. Hariana, A.H. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Swadaya; 2013
11. Syaifuddin. Anatomi Fisiologi, Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2011
12. Kalangi, R.J.S. Histologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), 5(3); 2013
13. Setiadi. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Edisi 1. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka; 2016
14. Ahmad, F.F. Formulasi dan Uji Efektifitas sediaan Gel Antiseptik Ekstrak
Sabut Kelapa (Cocos nucifera Linn.). Skripsi. Makkasar : Fakulitas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin; 2012
15. Ditjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1995
16. Ditjen POM. Parameter Standart Umum Ektrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia;2000
17. Marjoni Mhd. R. Dasar-dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.
Jakarta:Trans Info Media; 2016
37
38
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lanjutan 1. (Lampiran)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1.(Lanjutan)