Anda di halaman 1dari 84

FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET DARI EKSTRAK

KULIT BUAH ALPUKAT (Persea gratissima Gaertn)


SEBAGAI PELEMBAB

SKRIPSI

Oleh:

NOVA EFRIANA
1701012134

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET DARI EKSTRAK
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea gratissima Gaertn)
SEBAGAI PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Pada Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia

Oleh:

NOVA EFRIANA
1701012134

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Formulasi Sediaan Masker Sheet dari Ekstrak


Kulit Buah Alpukat (Persea gratissima Gaertn)
sebagai Pelembab
Nama Mahasiswa : Nova Efriana
Nomor Induk Mahasiswa : 1701012134
Minat Studi : Sarjana Farmasi

Menyetujui

Komisi Pembimbing:

Medan, 18 Oktober 2019

Pembimbing I Pembimbing II

(Leny, S.Farm., M.Si., Apt.) (Jacub Tarigan, Drs., M.Kes., Apt.)

Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan

(H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt.)


NIDN: 0125096601
Telah Di Uji Pada Tangal : 18 Oktober 2019

Panitia Penguji Skripsi


Ketua : Leny, S.Farm., M.Si., Apt.
Anggota : 1. Jacub Tarigan, Drs., M.Kes., Apt.
2. Dini Permata Sari, S.Farm, M.Si, Apt.
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Dan Kesehatan
Umum Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Skripsi ini murni adalah gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dan bimbingan dan masukan dari Tim
Penguji.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang diperoleh karena karya ini, serta lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini

Medan, 18 Oktober 2019


Yang membuat pernyataan

Nova Efriana
1701012134
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA
Nama : Nova Efriana
Tempat/Tanggal Lahir : Biara Barat, 16 April 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 5 bersaudara
Alamat : Panton Labu Kabupaten Aceh Utara

Nama Orang Tua


Nama Ayah : Iskandar
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Nur laila
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Panton Labu Kabupaten Aceh Utara

Riwayat Pendidikan
Tahun 2002-2008 : SD Negeri 1 Tanah Jambo Aye
Tahun 2008-2011 : MTS Swasta Al Muslimun Lhoksukon
Tahun 2011-2014 : SMA Swasta Muslimat Samalanga
Tahun 2014-2017 : D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
Tahun 2018-2019 : Menyelesaikan Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan
ABSTRAK

FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK KULIT BUAH


ALPUKAT (Persea gratissima Gaertn) SEBAGAI PELEMBAB

NOVA EFRIANA
1701012134

Kulit alpukat terkandung beberapa senyawa kimia (flavonoid) yang diduga


dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Flavonoid merupakan antioksidan
yang kuat. Formulasi masker sheet ekstrak kulit buah alpukat dimaksudkan untuk
dapat digunakan lebih praktis dan mampu meningkatkan penetrasi zat aktif ke
dalam kulit.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan masker sheet yang
mengandung ekstrak kulit buah alpukat serta mengamati kulit menjadi lebih baik
selama empat minggu perawatan dan mengukur kadar air kulit.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu
ekstrak diperoleh dengan menggunakan metode maserasi, kemudian diformulasi
menjadi sediaan masker sheet, terdiri dari gliserin, butilen glikol, xanthan gum,
nipagin, PEG 40 Hidrogenated castor oil, etanol 70%, aquadest, parfum, dan
penambahan ekstrak kulit alpukat dengan konsentrasi masing-masing F1 (2%), F2
(4%), F3 (6%). Sebagai blanko (F0) sediaan masker sheet tanpa penambahan
ekstrak. Sediaan dievaluasi meliputi uji ke sukarelawan (uji iritasi, uji organoleptis,
uji homogenitas, kadar air dengan menggunakan Moisture Checker. Perawatan
dilakukan selama 4 minggu dengan mengaplikasikan masker dua kali dalam
seminggu. Data yang diperoleh di analisa menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak kulit buah alpukat dapat
diformulasikan dalam sediaan masker sheet yang homogen, tidak berubah warna,
dan tetap stabil dalam penyimpanan 4 minggu dengan pH 6,0 – 6,6.
Kesimpulan ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan menjadi
sediaan masker sheet dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% dengan perbandingan
kontrol positif.

Kata kunci : Formulasi, ekstrak kulit buah alpukat, masker sheet.

i
ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Masker Sheet
Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea gratissima Gaertn) sebagai Pelembab”
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
program S1 Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., M.Sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan.
3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
6. Leny, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan
saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Jacub Tarigan, Drs., M.Kes., Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan
saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.
8. Dini Permata Sari, S.Farm, M.Si, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu, perhatian, ide dan saran selama seminar skripsi dan sidang
hasil penelitian.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan
Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
10. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda Iskandar, Ibunda Nurlaila serta abang
dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan baik dari segi moril,
material dan Doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.

iii
Penyusun menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan nya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Medan, 18 Oktober 2019


Penulis

Nova Efriana

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3. Hipotesis ........................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................ 3
1.6. Kerangka Konsep ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5


2.1. Uraian Tumbuhan ............................................................. 5
2.1.1. Sistematika Tumbuhan .......................................... 6
2.1.2. Habitat Tumbuhan ................................................. 6
2.1.3. Nama Daerah ........................................................ 7
2.1.4. Morfologi Tumbuhan ............................................ 7
2.1.5. Sifat dan Kandungan Senyawa Kimia Buah
Alpukat ................................................................. 8
2.1.6. Manfaat Buah Alpukat .......................................... 8
2.2. Kulit ................................................................................. 9
2.2.1. Struktur Kulit ........................................................ 10
2.2.2. Fungsi Kulit .......................................................... 11
2.2.3. Jenis Kulit ............................................................. 12
2.3. Penuaan Dini ..................................................................... 13
2.4. Uraian Kosmetika ............................................................. 13
2.4.1. Macam-macam Kosmetika .................................... 14
2.5. Masker Sheet .................................................................... 15
2.6. Essence ............................................................................. 17
2.7. Ekstrak ............................................................................. 17
2.7.1. Pengertian Ekstrak ................................................ 17
2.7.2. Pembuatan Ekstrak ................................................ 18
2.7.3. Metode Ekstraksi .................................................. 18

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 20
3.1. Metode Penelitian ............................................................. 20
3.2. Tempat Penelitian ............................................................. 20
3.3. Alat dan Bahan ................................................................. 20
3.3.1. Alat ....................................................................... 20
3.3.2. Bahan .................................................................... 20
3.4. Sukarelawan ..................................................................... 21
3.5. Prosedur Penelitian ........................................................... 21
3.5.1. Cara Pengambilan Sampel ..................................... 21
3.5.2. Pengolahan Sampel ............................................... 21
3.5.3. Pembuatan Ekstrak Kental .................................... 22
3.6. Formula Standar ............................................................... 22
3.6.1. Formula Modifikasi ............................................... 23
3.6.2. Prosedur Pembuatan Sediaan Masker Sheet Ekstrak
Kulit Alpukat ........................................................ 23
3.7. Penentuan Mutu Fisik Sediaan .......................................... 24
3.7.1. Pengujian Homogenitas Sediaan Masker Sheet ...... 24
3.7.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Ekstrak Kulit
Alpukat ................................................................. 24
3.7.3. Pengamatan Stabilitas Masker Sheet yang telah
Diberi Ekstrak Kulit Alpukat ................................. 24
3.8. Evaluasi Sediaan ............................................................... 25
3.8.1. Uji Organoleptis .................................................... 25
3.8.2. Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ................... 26
3.8.3. Uji Mengurangi Penguapan Kadar Air pada Kulit . 26
3.9. Analisis Data .................................................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 27


4.1. Hasil ................................................................................. 27
4.1.1. Hasil Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat ....... 27
4.1.2. Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Essence Masker
Sheet ..................................................................... 27
4.1.3. Hasil Pengukuran pH Sediaan ............................... 27
4.1.4. Hasil Pengujian Homogenitas ................................ 28
4.1.5. Hasil Pengamatan Stabilitas .................................. 28
4.1.6. Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ................... 29
4.1.7. Hasil Pengujian Kelembaban Kulit ........................ 30
4.1.8. Hasil Uji Organoleptis Sediaan yang Telah Dibuat 31
4.2. Pembahasan ...................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 35


5.1. Kesimpulan ...................................................................... 35
5.2. Saran ................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36


LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konsep .................................................................. 4


Gambar 2.1. Pohon Alpukat ...................................................................... 5
Gambar 2.2. Buah Alpukat ........................................................................ 6
Gambar 2.3. Struktur Kulit ........................................................................ 9
Gambar 4.1. Grafik Kadar Air (Moisture) .................................................. 33

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 3.1. Formulasi Essence Sediaan Masker Sheet .............................. 23


Tabel 4.1. Data hasil pengukuran pH rata-rata sediaan penyimpanan
selama 4 minggu ................................................................... 27
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Homogenitas ................................................ 28
Tabel 4.3. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat
sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 4 minggu ..... 29
Tabel 4.4. Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ................................... 29
Tabel 4.5. Peningkatan Persentase Rata-rata Kelembaban Masker Sheet
Ekstrak Kulit Buah Alpukat ................................................... 30
Tabel 4.6. Hasil Organoleptis ................................................................. 31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat .... 37
Lampiran 2. Bagan Pembuatan Sediaan Ekstrak Kulit Buah Alpukat
sebagai Masker Sheet ............................................................ 38
Lampiran 3. Alat dan Bahan ...................................................................... 39
Lampiran 4. Kulit Alpukat ........................................................................ 40
Lampiran 5. Proses Maserasi Kulit Buah Alpukat ..................................... 44
Lampiran 6. Sediaan Essence Ekstrak Kulit Buah Alpukat ........................ 43
Lampiran 7. Uji Homogenitas ................................................................... 44
Lampiran 8. Uji pH ................................................................................... 45
Lampiran 9. Uji Iritasi pada Sukarelawan .................................................. 46
Lampiran 10. Cara Mengaplikasikan Sediaan Masker Sheet ........................ 47
Lampiran 11. Pengemasan Masker Sheet .................................................... 48
Lampiran 12. Uji Efektivitas Kelembaban ................................................... 49
Lampiran 13. Hasil Pengolahan Data SPSS ................................................. 52
Lampiran 14. Tabel Pengukuran Kadar Air (Moisture pada Kulit
Sukarelawan) ........................................................................ 59
Lampiran 15. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi .................................... 60
Lampiran 16. Surat Izin Penelitian .............................................................. 61
Lampiran 17. Surat Selesai Penelitian ......................................................... 62
Lampiran 18. Determinasi Tumbuhan ......................................................... 63
Lampiran 19. Lembar Persetujuan Perbaikan Revisi Proposal ..................... 64
Lampiran 20. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 1........................... 65
Lampiran 21. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 2........................... 66
Lampiran 22. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 ............................ 67
Lampiran 23. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 2 ............................ 68
Lampiran 24. Lembar Persetujuan Perbaikan Revisi Skripsi ........................ 69

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya

yang melimpah. Beraneka ragam tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Hal

tersebut didukung oleh iklim tropis dan posisi strategis Indonesia yang dilewati

oleh garis khatululistiwa. Kekayaan flora yang di miliki tersebut kemudian banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-hari diantaranya

sebagai tanaman obat. Salah satunya tanaman alpukat yang memiliki banyak

manfaat. Bukan hanya sebagai tanaman obat alpukat juga banyak digunakan

sebagai bahan kosmetik (1).

Kulit alpukat terkandung beberapa senyawa kimia (flavonoid) yang di duga

dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Flavonoid merupakan antioksidan

yang kuat dan juga diduga mampu mencegah efek bahaya dari sinar UV atau

setidaknya mampu mengurangi kerusakan kulit (1).

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan

dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan

membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang

segar, lembab, halus, lentur dan bersih (2).

Wajah merupakan bagian tubuh yang menggambarkan keseluruhan kondisi

seseorang. Kulit wajah yang cantik, segar dan mulus berseri merupakan dambaan

setiap orang terutama kaum wanita. Setiap individu memiliki jenis kulit wajah yang

1
2

berbeda, karna dipengaruhi oleh kadar air dan produksi minyak dalam kulit,

kecepatan pergantian sel-sel lapisan tanduk, dan faktor lingkungan (3).

Kebutuhan manusia akan kosmetik tentu sangat beralasan, mengingat

keberadaan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial, yang dalam berinteraksi

dengan sesamanya memerlukan bekal kepercayaan diri agar dapat diterima dengan

baik. Untuk itu manusia memerlukan perawatan diri yang dengan itu diharapkan

dapat tampil mempesona, menarik, dan penuh percaya diri (4).

Untuk mendapatkan jenis kulit yang lembab, halus dan sehat maka

dibutuhkan sediaan kosmetik yang berperan sebagai pelembab (moisturizer) untuk

melindungi kulit dengan cara membentuk lapisan lemak tipis pada permukaan kulit,

sehingga dapat mencegah penguapan air pada kulit serta menyebabkan kulit

menjadi lembab dan lembut (5).

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup dikenal

dan banyak digunakan. Masker bekerja mendalam untuk mengangkat sel-sel tanduk

yang sudah mati pada kulit (6).

Masker sheet umumnya terbuat dari bahan non-woven, bahan kertas, bio

selulosa, dan sebagainya, masker ini sangat cocok digunakan karna sangat praktis

dibanding dengan sediaan masker lain (7).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai sediaan

masker sheet dari ekstrak kulit buah alpukat (persea gratissima Gaertn) yang

diharapkan mampu menjadi pelembab bagi kulit.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu:

1. Apakah ekstrak kulit buah alpukat (Persea gratissima Gaertn) dapat

diformulasikan sebagai sediaan masker sheet?

2. Apakah masker sheet dari ekstrak kulit alpukat (Persea gratissima Gaertn)

mampu melembabkan kulit?

1.3 Hipotesis

1 Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet

2 Masker sheet ekstrak kulit alpukat (Persea gratissima Gaertn) mampu

melembabkan kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ekstrak kulit buah alpukat (Persea gratissima Gaertn)

dapat diformulasikan sebagai sediaan masker sheet.

2. Untuk mengetahui kemampuan masker sheet ekstrak kulit alpukat (Persea

gratissima Gaertn) dalam melembabkan kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan

kulit buah alpukat menjadi bentuk sediaan farmasi yang praktis dan bernilai

ekonomis.
4

1.6 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

1. - Organoleptis
1. Kestabilan
Ekstrak kulit buah
sediaan - Homogenitas
alpukat dengan
2. Iritasi
konsentrasi 2% 4% - pH
3. Efektivitas
dan 6%
sebagai 2. Eritema pada kulit
pelembab
3. Kadar air

Gambar 1.1. Kerangka konsep


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Pohon buah dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga

di tanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta

tidak tergenang air. Walau dapat berbuah di dataran rendah, tetapi hasil akan

memuaskan bila ditanam pada ketinggian 200-1.000 m di atas permukaan laut pada

daerah tropis dari subtropik yang curah hujannya banyak (8). Tanaman alpukat

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Pohon alpukat

5
6

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Gambar buah alpukat dapat dilihat pada gambar 2.2. di bawah ini :

Gambar 2.2 Buah alpukat

Sistematika tumbuhan alpukat sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyleddoneae

Bangsa : Ranuculales

Suku : Lauraceae

Marga : Persea

Jenis : Persea americana Mill

Sinonim : Persea gratissima Gaertn (8).

2.1.2 Habitat Tumbuhan

Alpukat mempunyai tekstur yang luar biasa. Rasanya lembut seperti kacang.

Semula banyak ahli berpendapat bahwa alpukat berasal dari Amerika Tengah dan

Selatan. Terutama saat ditemukan laporan penjelajah Herman Cortez pada tahun
7

1519. Tanaman ini asli dari Persia, itu sebabnya nama botani alpukat adalah Persea

gratissima Gaertn. Yang masuk dalam famili Lauraceae (9).

2.1.3 Nama Daerah

Di daerah Jawa, tanaman alpukat dikenal dengan nama apokat, avokat,

polkat, di Sunda dikenal dengan nama apuket, alpuket, jambu wolanda, di daerah

Sumatra dikenal dengan nama apokat, alpokat, avokat, advokat (10).

2.1.4 Morfologi Tumbuhan

Alpukat merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20m.

Pohonnya berkayu dan sosoknya seperti kubah sehingga jauh menarik.

a. Daun dan Batang

Daunnya panjang (lonjong) tersusun seperti pilin, terpusat pada ujung

ranting. Umumnya, percabangan jarang dan arahnya horizontal. Kayunya

keras dan tidak bergetah.

b. Bunga

Bunga tanaman alpukat mencolok,berwarna kehijauan hingga kuning, lebar

bunga 5 milimeter (0,2 in) sampai dengan 10 milimeter (0,4 in).

c. Buah

Buah alpukat berbentuk berbentuk seperti buah pir dengan panjang berkisar

7 cm (2,8 in) hingga 20 cm (7,9 in). Berat buah alpukat berkisar 100 gram

(3,5 oz) hingga mencapai 1.000 gram (35 ons).

d. Akar

Tanaman alpukat berakar tunggang dan akar samping yang kuat serta dalam.

Tanaman ini cukup baik di lahan lereng (11).


8

2.1.5 Sifat dan Kandungan Senyawa Kimia Buah Alpukat

Daun alpukat berasa pahit, kelat, dan di gunakan sebagai peluruh kencing.

Sedangkan biji alpukat berguna sebagai anti radang dan penghilang rasa sakit.

Buah alpukat mengandung saponin, alkaloida, flavonoida, dan tanin.

Sedangkan daun alpukat mengandung saponin, alkaloida, flavonoida, polifenol,

quersetin, dan gula alcohol persit (12).

2.1.6 Manfaat Buah Alpukat

Ada banyak fungsi dan khasiat serta manfaat yang terkandung dalam buah

ini, seperti daging buahnya dapat dijadikan hidangan serta menjadi bahan dasar

untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan. Bukan hanya itu, biji dan kulit

pohon nya juga memiliki manfaat lain.

Dalam hal ini alpukat mengandung sumber vitamin E yang dapat membantu

menghaluskan kulit dan melembabkan kulit. Dengan kombinasi vitamin tersebut

membuat kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit terlihat muda

dan segar. Umumnya buah ini digunakan dalam kecantikan sebagai masker wajah

ataupun lulur pada wanita.

Alpukat memiliki sejuta manfaat bagi kecantikan kulit. Buah yang lezat ini

mengandung minyak yang dapat menyehatkan kulit. Kandungan lemak esensial,

vitamin C, E dan nutrisi lainnya dapat berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri,

dan efek anti kerut untuk membuat kulit tetap muda.

Dikutip dari times of india, alpukat juga mampu mencegah pertumbuhan

bakteri pada kulit yang menyebabkan jerawat, dan melembabkan serta melindungi

kulit dari kekeringan. Selain itu alpukat mampu menangkal efek buruk sinar
9

ultraviolet dan cocok untuk semua jenis kulit, termasuk mengobati masalah kulit

sensitif.

Adapun manfaat lain dari Buah alpukat yaitu dapat mengilaukan rambut,

meredakan mata bengkak, masker wajah, pelembab, scrub tangan, melembutkan

kulit kaki (11).

2.2 Kulit

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh

luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit merupakan sawar fisiologik

yang penting karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair maupun padat

baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari komponen organisme

(13).

Kulit merupakan jaringan perlindungan yang lentur dan elastis, menutupi

seluruh permukaan tubuh merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan

padapengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangandari luar serta untuk

mengeluarkan kotoran (13). Gambar struktur kulit dapat dilihat pada gambar 2.3.

dibawah ini :

Gambar 2.3 Struktur kulit


10

2.2.1 Struktur kulit

1. Lapisan epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas :

a. Stratum corneum (Lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tanpa inti, tidak

mengalami proses metabolisme, bening dan sangat sedikit mengandung

air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein

yang tidak larut dalam air,dan sangat resisten terhadap bahan-bahan

kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh

dari pengaruh luar.

b. Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,

jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak

tangan dan telapak kaki.

c. Strarum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir

kasar, berinti mengkerut.

d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri intinya besar dan oval. Setiap

sel berisi filamen-filamen kecil terdiri atas serabut protein.

2. Dermis

Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan

elastin, berada di dalam subtansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dri

gelatin mukopoli sakarida.


11

3. Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf sepi,

pembuluh darah, dan saluran getah bening (13).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi

diantaranya sebagai berikut:

a. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik,

misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan

iritasi (lisol, karbol, dan asam kuat). Gangguan panas misalnya: radiasi, sinar

ultraviolet, gangguan infeksi dari misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya

bantalan lemak,tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang

berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisik. Melanosit turut berperan

dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan taning

(pengobatan melindungi dengan asam asetil) (13).

b. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi

cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam

lemak. Permeabilitas kulit O2CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut (mengambil

bagian pada fungsi respirasi). Kemampuan absorpsi kulit di pengaruhi tebal tipisnya

kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung

melalui celah diantara sel, menebus sel-sel epidersuhumis, atau melalui saluran

kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.


12

c. Fungsi kulit sebagai pengatur panas

Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal

ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur

panas, mendulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37-5°

untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari

arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas

dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan

cairan pada permukaan tubuh) dan vasokontriksi (pembuluh dan mengeruk, kulit

menjadi pucat dan dingin) (4).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian :

1. Kulit normal

Merupakan kulit yang tampak kenyal,lembut dan indah dipandang mata

walaupun tidak memakai kosmetik.

2. Kulit berminyak

Merupakan kulit yang mempunyai komedo atau jerawat, ada noda hitam

didalam akibat timbunan pigmen di jangat.

3. Kulit kering

Ciri-ciri dari kulit kering adalah halus namun mudah terlihat kusam,

bersisik, cepat keriput, belang putih dan coklat, mengalami dehidrasi

(kekeringan), tidak terlihat kelebihan minyak pada daerah (dahi, hidung,

dagu) serta mudah timbul noda hitam


13

4. Kulit kombinasi

Kulit kombinasi biasanya tampak lembut tidak keriput. Tetapi kadang-

kadang mengalami jerawat di zona T (hidung,dahi,dagu).

5. Kulit sensitif

Kulit sensitif bisa di artikan sebagai kulit yang tipis, mudah luka, dan

kadang kala berwarna kemerahan (13).

Penggunaan kosmetika tentu tidak boleh sembarangan, kita harus benar-

benar selektif dalam memilih produk kosmetika. Hal itu untuk menghindari

dampak negatif dari pemakaian kosmetika seperti, kulit wajah menjadi

kusam, pucat, kering, dan pecah-pecah.

2.3 Penuaan Dini

Aging atau penuaan adalah proses alamiah pada kehidupan manusia, karena

adanya radikal bebas yang secara terus menerus terbentuk baik melalui proses

metabolisme maupun akhibat dampak negatif lingkungan (14).

Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya.

Bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20-30 tahun. Penuaan dini dapat terjadi

kapan saja pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 20-30 hari. Regenerasi

semakin melambat seiring dengan bertambahnya, usia. Memasuki usia 50

tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari (15).

2.4 Uraian Kosmetika

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, sediaan farmasi adalah

obat-obatan tradisional dan kosmetika.


14

Aturan kosmetik Menurut peraturan menteri Kesehatan RI

NO.1175/Menkes / Per/ VII/ 2010, Menyatakan bahwa : kosmetik adalah bahan

atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia.

Penggunaan kosmetik sudah digunakan sejak dahulu kala dan terus

berkembang seiring perkembangan zaman sehingga mengubah asumsi masyarakat

bahwa penggunaan kosmetik bukan hanya sekedar untuk berpenampilan cantik

tetapi juga sehat (16).

Kosmetik yang dalam bahasa Inggris disebut cosmetics berasal dari bahasa

yunani kosmetikos yang berarti kecakapan dalam menghias, juga dari kata kosmetik

yang berarti menata atau menghias (13).

2.4.1 Macam-macam kosmetika

Kosmetika terdiri dari atas beberapa macam, yaitu :

1. Kosmetika Pembersih (Cleansing)

Kosmetika pembersih kulit digunakan untuk membersihkan kotoran,debu,

atau makeup pada kulit.

2. Penyegar (Toner)

Kosmetika penyegar merupakan pasangan dari kosmetika pembersih.

Penyegar mempunyai fungsi utama sebagai penyegar kulit wajah,

mengangkat sisa minyak dari kulit yang di mungkinkan masih ada, serta

desinfektan ringan, dan sekaligus dapt membantu menutup pori-pori

kembali.
15

3. Kosmetika Pelembab (Moisturizing)

Kosmetika pelembab digunakan untuk memberikan dan menjaga

kelembapan terutama untuk kulit kering atau normal.

4. Kosmetika Pengelupasan Sel Tanduk (Skin Peeling)

Kosmetika Pengelupasan Sel Tanduk (Skin Peeling) berfungsi sebagai

kosmetika pembersih mendalam (deepth cleansing). Kosmetika skinpeeling

berbentuk krim atau pasta yang mengandung butiran-butiran kecil, tentunya

untuk membantu proses pengelupasan sel-sel kulit yang sudah mati dengan

cara digosokkan (Facial Scrub).

5. Krim pengurut (Massage Cream)

Sesuai dengan namanya, krim pengurut berfungsi untuk melicinkan gerakan

saat melakukan pengurutan. Krim ini dapat juga melunakkan sel tanduk

yang sudah mati sehingga dapat ikut larut pada waktu krim di angkat (17).

2.5 Masker sheet

Masker sheet telah banyak digunakan pada Asia Timur, lembaran masker

umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bio selulosa dan sebagainya.

Dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan anti-aging, tetapi kurang

mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (7).

a. Tipe non woven

Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene dan viscose rayon.

Keuntungan : Fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil

sehingga mampu meresap essence, dan tidak

meninggalkan sisa essence dalam kemasan.


16

Kerugian : Penggunaan yang terlalu lama dapat

menyebabkan kulit kering.

b. Tipe serat kertas (pulp)

Awalnya serat kertas merupakan bahan dasar pembuatan masker sheet,

tetapi telah diganti dengan bahan non woven.

Keuntungan : Tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.

Kerugian : Tingkat peresapan essence terbatas dan mudah

robek karena tipis.

c. Tipe bioselulosa

Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan

selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi

kulit.

Keuntungan : Sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak

mudah terlepas.

Kerugian : Biaya pembuatan relatif lebih mahal.

d. Tipe charcoal

Menggunakan serbuk arang dari bamboo moso yang endemik di Taiwan

yang di campurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya.

Keuntungan : Fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik,

kandungan serbuk arang dapat meningkatkan

penyerapan essence ke dalam kulit.

Kerugian : Biaya pembuatan lebih mahal di banding tipe non

woven.
17

e. Tipe jeli

Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian di cetak

dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan dengan bentuk

menyerupai wajah.

Keuntungan : Penggunaanya lebih praktis disbanding tipe

masker lainnya.

Kerugian : Kemampuan penetrasi essence kedalam kulit

lebih kurang dibandingkan jenis masker sheet

lainnya (7).

2.6 Essence

Essence bukan merupakan tipe sediaan kosmetik baru. Alasan yang

membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, sebagai

contoh, masyarakat ingin menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk

menghemat waktu, gambaran dari konsentrat berarti produk tersebut memiliki efek

lebih baik, nyaman digunakan karna pengembangan desain wadah, pengembangan

fungsi bahan pelembap, dan bahan farmasetik (18).

2.7 Ekstrak

2.7.1 Pengertian ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung.

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengestraksi zat aktif

dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
18

hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga meenuhi syarat baku yang telah ditetapkan. Ekstrak cair

(Extractum liquidum) adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol

sebagai pelarut atau sebagai pengawet (19).

2.7.2 Pembuatan ekstrak

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang sudah dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun yang mudah di serap oleh pelarut,

karena itu proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras

seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu

disebuk sampai halus.

2.7.3 Metode ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan metode berikut :

1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar)

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive ekstraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasiebenarnya (penetasan/

penampungan ekstrak). Terus menurus sampai diperoleh ekstrak.


19

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarutan pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin baik.

b. Soxhletasi

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi terus

menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik (20).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian eksperimental

Laboratorium.

3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini rencana akan dilakukan di Laboratorium Formulasi

Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik,

alat-alat gelas, lumpang, cawan porselin, stamfer, kertas perkamen, penangas air,

spatula, sudip, toples, kaca, alat penyegel, batang pengaduk, panci, penyaring, pH

meter, pipet tetes, tisu, serbet, pot plastik, termometer, dan moisture checker.

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit

alpukat, etanol 70%, gliserin, butilen glikol, xanthan gum, nipagin, aquadest,

parfum, PEG 40 Hidrogenated Castor Oil, larutan dapar pH asam (4,01), larutan

dapar pH netral (7,01) dan foil bag.

20
21

3.4 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi pada kulit berjumlah

12 orang dengan kriteria sebagai berikut :

1. Wanita berbadan sehat.

2. Usia antara 18-25 tahun.

3. Tidak ada riwayat penyakit berhubungan dengan alergi.

4. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitarnya pengujian

sehingga lebih mudah di awasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi

pada kulit yang sedang diamati.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Cara pengambilan sampel

Kulit buah alpukat dibeli dipasar tradisional, kulit buah alpukat yang

digunakan adalah berwarna hijau yang masih bagus dan segar, kulit alpukat diambil

dari pasar Seikambing Kapten Musim Medan-Helvetia.

3.5.2 Pengolahan sampel

Setelah sampel terkumpul kemudian ditimbang dan dibersihkan, setelah

itu dilakuka sortasi basah untuk memisahkan sampel denga pengotor eksternal.

Kemudian sampel dirajang lalu dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kadar

airnya berkurang.

Setelah bahan kering kemudian di blender sampai didapat serbuk dengan

kehalusan tertentu, kemudian dilakukan ekstraksi dengan pelarut etanol dalam

metode maserasi.
22

3.5.3 Pembuatan ekstrak kental

Langkah-langkah pembuatan ekstrak kental sebagai berikut :

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Timbang masing-masing serbuk sebanyak 300 g dan masukan ke dalam

wadah maserasi.

3. Dalam wadah masukkan serbuk kemudian direndam dengan pelarut etanol

70% sebanyak 2250 ml kemudian tutup wadah maserasi dan diamkan

selama 5 hari dengan sesekali diaduk.

4. Pisahkan ampas dengan sarian menggunakan kertas saring, kemudian

ampas diremaserasi dengan pelarut etanol sebanyak 750 ml dan diamkan

selama 2 hari dengan pengadukan secara konstan.

5. Saring kembali cairan sarian dan digabungkan dengan cairan sarian

pertama kemudian uapkan diatas penangas air sampai diperoleh ekstrak

kental.

3.6 Formula Standar

Formula Standar yang digunakan (Daito kasei,2015):

R/ Sacran -05 BG 2,00%

Makigreen Feel (Pentilen glikol) 5,00%

Makilene GC (Butilen Glikol) 5,00%

PEG-60 Hydrogenated Castor Oil 0,05%

Makimousse 12 (Sodium Polyacrylate) 0,20%

Pengawet 0,30%

De-Ionized Water 87,45%


23

3.6.1 Formula modifikasi

R/ Gliserin 5,00%

Butilen glikol 5,00%

PEG-40 Hydrogenated Castor Oil 0,50%

Xanthan Gum 0,30%

Nipagin 0,18%

Etanol 70% 3,00%

Parfum q.s

Aquadest ad 100%

Table 3.1 Formulasi Essense Sediaan masker Sheet

No Bahan F0 F1 F2 F3
1 Ekstrak kulit alpukat - 2g 4g 6g
2 Gliserin 5 5 5 5
3 Butilen Glikol 5 5 5 5
4 PEG hydrogenate castor oil 0,5 0,5 0,5 0,5
5 Xanthan gum 0,3 0,3 0,3 0,3
6 Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18
7 Etanol 70% 3 3 3 3
8 Parfum q.s q.s q.s q.s
9 Aquadest ad 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml

3.6.2 Prosedur pembuatan sediaan masker sheet ekstrak kulit alpukat

Xanthan gum dilarutkan dengan aquadest dalam lumpang. Ditambahkan

dengan butilen glikol dan gliserin kemudian kemudian digerus hingga homogen

(campuran 1). Nipagin dilarutkan dalam sebagian air panas (campuran II). Ekstrak

kulit alpukat dan PEG-40 Hydrogenated castor oil dilarutkan dengan sebagian

aquadest (campuran III). Campuran II dicampurkan sedikit demi sedikit ke dalam

campuran I hingga membentuk massa yang homogen. Kemudian dicampurkan


24

campuran III dan digerus hingga homogen. Ditambahkan etanol 70% dan 3 tetes

parfum ke dalam campuran dan di aduk hingga homogen.

Masker sheet dilipat sesuai ukuran dan dimasukkan ke dalam foil bag.

Sediaan masker ekstrak kulit alpukat ditimbang 20 ml dan di tuang ke dalam foil

bag. Disegel dengan alat penyegel dan diberi keterangan dengan masker.

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

3.7.1 Pengujian homogenitas sediaan masker sheet

Sejumlah tertentu sediaan jika diperoleh pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI,1979).

3.7.2 Pengamatan stabilitas sediaan ekstrak kulit alpukat

Sebanyak 100 g dari masing-masing formula sediaan dimasukan ke dalam

wadah. Kemudian dilakukan pengamatan meliputi bentuk, perubahan warna dan

bau dari sediaan masker sheet setelah selesai dibuat dan dalam penyimpanan 4

minggu.

3.7.3 Pengamatan stabilitas masker sheet yang telah diberi ekstrak kulit
alpukat

Sediaan masker sheet yang telah diberi ekstrak kulit alpukat dilakukan

pengamatan meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari sediaan masker sheet

setelah selesai dibuat dan dalam penyimpanan selama 4 minggu (setiap pengamatan

dengan 1 kemasan baru, setiap 1 minggu 2 kali pengujian). Pengamatan dilakukan

setiap satu minggu 2 kali dengan kemasan baru.


25

3.8 Evaluasi Sediaan

Dalam uji organoleptis pemeriksaan yang dilakukan adalah perubahan

warna, aroma, dan tekstur sediaan.

3.8.1 Uji organoleptis

1. Uji warna

Masker sheet dari ekstrak kulit alpukat diharapkan berwarna putih

kehijauan. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan

(mata).

2. Uji aroma

Pengamatan dilakukan menggunakan indera penciuman (hidung). Sediaan

diharapkan memili aroma khas alpukat.

3. Uji tekstur

Pengamatan dilakukan menggunakan indera peraba dan sediaan diharapkan

memiliki tekstur lembab.

4. Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar (pH

01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukan harga pH

tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling. Lalu dikeringkan

dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g

sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda

dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukan harga pH

sampai konstan. Angka yang ditunjukan pH meter merupakan pH sediaan.


26

3.8.2 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker sheet ekstrak kulit alpukat

dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker sheet yang dibuat dapat

menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Uji iritasi dilakukan pada 12

sukarelawan.

3.8.3 Uji mengurangi penguapan kadar air pada kulit

Uji efek pelembab terhadpa kulit dilakukan dengan cara mengukur

kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Uji ini dilakukan

terhadap 4 orang sukarelawan.

Uji ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Bersihkan permukaan kulit yang hendak diukur dengan tisu halus

2. Bersihkan bagian sensor pada moisture checker dengan menggunakan kain

lensa yang tersedia

3. Tekan tombol power pada moisture checker dan tunggu hingga menunjukan

angka 00.0

4. Letakkan diatas permukaan kulit yang akan diukur. Angka yang ditampilkan

pada alat merupakan presentase kadar air dalam kulit.

3.9 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data secara tabulasi.

Tabulasi merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara

memasukkan data ke dalam tabel. Hasil yang diperoleh dari pengujian uji

homogenitas, pengukuran pH, pemeriksaan stabilitas, uji iritasi, dan pengujian

kelembaban. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan

statistik yaitu uji analisis of varian (ANNOVA).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat

Kulit alpukat sebanyak 9 kg dibersihkan kemudian dicuci, dikeringkan, dan

simplisia dihaluskan kemudian ditimbang, dan diperoleh simplisia kering yang

telah dihaluskan sebanyak 300 g serbuk simplisia kulit alpukat diekstraksi dan

diperoleh ekstrak kental kulit buah alpukat sebanyak 14 gr.

4.1.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Essence Masker Sheet

Sediaan essence masker sheet dibuat dengan menggunakan formulasi

standar. Formulasi standar ini dimodifikasi dengan penambahan ekstrak kulit buah

alpukat sebagai bahan aktif. Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat yang digunakan

adalah 2%, 4%, 6%.

4.1.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan

Pengukuran pH sediaan diukur dengan pH meter dengan pengulangan

sebanyak tiga kali pengulangan selama 4 minggu. Sediaan kosmetik harus memiliki

pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7,0. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran pH rata-rata sediaan penyimpanan selama 4


minggu

Rata-rata selama 4 Minggu


Formula
0 I II III IV
F0 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6
F1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
F2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3
F3 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0

27
28

Keterangan :
F0 : Blanko (tanpa ekstrak)
F1 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 2%
F2 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 4%
F3 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 6%

4.1.4 Hasil pengujian homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping

kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka

sediaan dapat dikatakan homogen.

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Homogenitas

Pengamatan Homogenitas
Sediaan
1 2 3 4
F0 Homogen Homogen Homogen Homogen
F1 Homogen Homogen Homogen Homogen
F2 Homogen Homogen Homogen Homogen
F3 Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan
F0 : Blanko (tanpa ekstrak)
F1 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 2%
F2 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 4%
F3 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 6%

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pencampuran masing-

masing komponen dalam pembuatan masker sheet telah dicampur merata.

4.1.5 Hasil pengamatan stabilitas

Hasil pengamatan essence sediaan masker sheet selama 4 minggu

penyimpanan dapat dilihat pada tabel 4.3.


29

Tabel 4.3. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan
selesai dibuat dan penyimpanan selama 4 minggu.

Pengamatan Selama 4 Minggu


Formula 1 2 3 4
A B C A B C A B C A B C
F0 - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - -

Keterangan :
F0 : Masker sheet dengan formula blanko
F1 : Masker sheet dengan formula I (Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 2%)
F2 : Masker sheet dengan formula II (Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 4%)
F3 : Masker sheet dengan formula III (Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 6%)
A : Perubahan bau
B : Perubahan warna
C : Perubahan bentuk
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan

4.1.6 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Tabel 4.4. Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Sukarelawan
Formula Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
F0 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
F1 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
F2 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
F3 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -

Keterangan :
+ : Kemerahan
++ : Gatal-gatal
+++ : Bengkak
- : Tidak terjadi iritasi
30

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 sukarelawan wanita

tidak terdapat iritasi pada kulit, sehingga masker layak digunakan pada kulit.

4.1.7 Hasil Pengujian Kelembaban Kulit

Hasil data peningkatan persentase kadar air (moisture) pada kulit wajah 12

sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Peningkatan Persentase Rata-rata Kelembaban Masker Sheet


Ekstrak Kulit Buah Alpukat

Kadar Air
Formula Pengujian Setelah 1 Setelah 2 Setelah 3 Setelah 4
minggu minggu minggu minggu
1 0,8 9,6 15,2 16,7
Blanko 2 17,0 18,6 19,0 19,4
Rata-rata 8,9 14,1 17,1 17,9
1 18,4 30,9 31,7 43,5
F1 2 23,2 23,9 24,5 24,9
Rata-rata 20,8 27,4 28,1 34,2
1 37,4 38,1 38,5 39,2
F2 2 23,5 23,8 24,1 26,1
Rata-rata 30,4 30,9 31,3 32,6
1 31,1 31,5 31,8 32,2
F3 2 19,5 20,1 20,7 21,7
Rata-rata 25,3 25,8 26,2 26,9
1 35,0 37,3 46,8 82,2
F4 2 61,2 61,8 65,6 64,7
Rata-rata 48,1 49,5 56,2 73,4

Keterangan :
Dehidrasi 0-29. Normal 30-50. Hidrasi 51-100
F0 : Blanko (tanpa ekstrak kulit alpukat)
F1 : Ekstrak kulit alpukat 2%
F2 : Ekstrak kulit alpukat 4%
F3 : Ekstrak kulit alpukat 6%
F4 : Kontrol positif (Avocado Sheet Mask)

𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙


𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = × 100%
𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
31

4.1.8 Hasil Uji Organoleptis Sediaan Yang Telah Dibuat

Uji organoleptis untuk pengenalan awal terhadap masker sheet dengan

menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk,warna dan bau. Dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Organoleptis

Pengujian Organoleptis
Formula
Warna Bau Bentuk
F0 Tidak berwarna Tidak berbau Cairan kental
F1 Hijau Green tea Cairan kental
F2 Hijau Green tea Cairan kental
F3 Hijau Green tea Cairan kental

Keterangan :
F0 : Blanko (tanpa ekstrak)
F1 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 2%
F2 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 4%
F3 : Essence ekstrak kulit buah alpukat konsentrasi 6%

Pemeriksaan organoleptis terhadap sediaan masker sheet ekstrak kulit buah

alpukat diatas menunjukan hasil dari masker sheet dengan formula dan warna yang

berbeda-beda dari warna putih sampai warna hijau kecoklatan, dan memiliki aroma

green tea karena adanya pewangi pada masker sheet.

4.2 Pembahasan

Uji pH essence pada penelitian ini menggunakan pH meter. Sediaan diuji

setiap satu minggu sekali selama 4 minggu. Persyaratan pH yang diizinkan adalah

4,5-7. Setelah penyimpnana 4 minggu pH yang diperoleh tidak terjadi perubahan

pada sediaan essence masker sheet dan berada pada rentang standar persyaratan pH

untuk sediaan masker yaitu pH 4,5-7,0.


32

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu

sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan menunjukkan susuna yang homogen

apabila tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM RI, 1979).

Ukji stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 4 minggu dengna

pengamatan setiap 1 minggu, sediaan essence masker disimpan pada suhu kamar

dan diamati perubahan warna dan bau. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan

essence masker tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 4 minggu, suatu

sediaan menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari globul-globul dari fase

terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya

perubahan bau, dan perubahan warna. Untuk mengatasi kerusakan yang

ditimbulkan jamur atau mikroba dapat ditambahkan pengawet.

Hasil uji iritasi pada Tabel 4.4. Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker

sheet ekstrak kulit alpukat dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker sheet

yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Uji iritasidilakukan

pada 12 sukarelawan.

Essence bukan merupakan tipe sediaan kosmetik baru. Alasan yang

membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen, sebagai

contoh, masyarakat ingin menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk

menghemat waktu, gambaran dari konsentrat berarti produk tersebut memiliki efek

lebih baik, nyaman digunakan pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi

bahan pelembap, dan bahan farmasetik (18).

Ekstrak kulit dan biji persea americana mill. Dengan metanol 80% banyak

mengandung senyawa fenolik seperti golongan flavonoid,prosianidin,dan asam

hidroksinamat, baik jenis Hass maupun shepard. Kandungan fenolik tersebut lebih
33

besar di kulit alpukat dari pada biji alpukat. Menyatakan senyawa fenolik pada

persea americana Mill. Mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi dalam

berbagai uji in vitro yang telah dilakukan. Senyawa fenol memiliki kemampuan

sebagai anti-inflamasi, antikoagulan, antioksidan serta peningkatan sistem imun

(21).

Data pada tabel 4.5. menunjukkan selama 4 minggu perawatan dengan

pemberian sediaan masker seminggu 2 kali secara rutin, kelembaban pada kulit

sukarelawan mengalami peningkatan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit

alpukat maka semakin tinggi persentase peningkatan kelembaban. Grafik pengaruh

pemakaian masker sheet terhadap kelembaban kulit sukarelawan selama 4 minggu

perataan dapat dilihat pada gambar 4.1.

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Blanko F1 F2 F3 F4

Gambar 4.1. Grafik Kadar Air (Moisture)

Berdasarkan hasil analis data secara statistik menggunakan uji anova

menujukkan kondisi kadar air kulit pada minggu ke I, II, III dan IV untuk semua

formula peningkatan kemampuan untuk melembabkan kulit hampir sama.

✓ Dari tabel Post Hoc Tests Tukey HSD, Setelah pengamatan Minggu I dan
Minggu II tidak terdapat perbedaan signifikan tiap antar kelompok perlakuan.
34

✓ Pada pengamatan Minggu III, terdapat perbedaan signifikan antara Blanko


dengan Formula 4 dimana p value 0,032 < 0,05

✓ Pada pengamatan Minggu IV, terdapat perbedaan signifikan antara beberapa


kelompok perlakuan yakni :

• Blanko dengan Formula 4 dimana p value 0,012 < 0,05

• Formula 1 dengan Formula 4 dimana p value 0,049 < 0,05

• Formula 2 dengan Formula 4 dimana p value 0,042 < 0,05

• Formula 3 dengan Formula 4 dimana p value 0,025 < 0,05


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa,

ekstrak kulit buah alpukat dapat di formulasikan menjadi sediaan masker sheet.

Sediaan yang telah di buat menunjukan susunan yang homogen dan memiliki warna

hijau agak sedikit gelap. Kenaikan konsentrasi 2%,4%,6% ternyata tidak

mempengaruhi dari pH sediaan yang masih dibatas aman pH kulit, Sehingga

masker sheet dapat digunakan pada kulit wajah.

5.2. Saran

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji mikroba pada

sediaan masker sheet yang telah di beri pengawet.

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan

ekstrak kullit buah alpukat menjadi bentuk sediaan lain.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Ked RFKS. Khasiat Dahsyat Alpukat: Mengobati & Mencegah Semua


Penyakit. Lembar Langit Indonesia; 2014.
2. Kusantati H, Prihatin PT, Wiana W. Tata Kecantikan Kulit untuk Sekolah
Menengah Kejuruan. 2008.
3. Sukmawati A. Pengaruh Konsentrasi PVA, HPMC, dan Gliserin Terhadap
Sifat Fisik Masker Wajah Gel Peel Off Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah
Manggis. Skripsi Jur Farm Univ Udayana, Bali. 2013;
4. Jaelani. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Pustaka Po. Jakarta; 2009.
5. Aryani R. Formulasi Dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol
Asetat Dan Etil Vitamin C Sebagai Pelembab Kulit Ratih. J Kesehat Bakti
Tunas Husada. 2015;13(1):213–27.
6. A-Z tentang Kosmetik (Indonesian Edition)_ Dewi Muliyawan_
9786020213897_ Amazon.
7. Lee CK. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin Care. Thesis;
2013.
8. Nuraini DN. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayuran. CV Andi Offset,
Yogyakarta. 2011;
9. Prabantini D. Makanan Dengan Kekuatan Dahsyat Menangkal Kanker.
Rapha Publishing; 18AD.
10. Lailia R. Beauty and Slim. Penerbit Andi; 2017.
11. Rahmawati R. Khasiat Dan Cara Olah Alpukat: Untuk Kesehatan Dan Bisnis
Makanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2011.
12. Prasetyono DS. AZ Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita.
Yogyakarta Fashb. 2012;
13. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta. UI Press Hal.
1997;22:24.
14. Manik Worowerdi Cintakaweni D, Lydia Fransisca Hermina Tiurmauli
Tambunan D, Susanto LW, Biomed M, Lubbi Ilmiawan D, Novita Pangindo
Manoppo D, et al. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan Dalam Mencegah
Penuaan [Internet]. Vol. 24, Medicinus. 2013. 6-11 p. Available from:
http://www.dexa-medica.com/sites/default/files/MEDICINUS 2011 Jan.pdf
15. Noormindhawati L. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Elex Media
Komputindo; 2013.
16. Martin A, Swarbrick J, Commarata A. Farmasi Fisik, edisi ketiga. Penerbit
Univ Indones Jakarta, hal. 1993;1019:1022–77.
17. Fitryane R. Kiat Cantik & Menarik. Bandung: Yrama widya; 2011.
18. Mitsui T. New cosmetic science. Elsevier; 1997.
19. Marjoni R. Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan; 2016.
6-13 p.
20. Hanani E. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran, EGC;
2015.
21. Yuan AV harmony S. Uji Efek Anti-Inflamasi Ekstrak Metanol Kulit
Alpukat (Persea americana Mill.) pada Mencit Jantan Galur Swiss
Terinduksi Karagenin 1%. Universitas Sanata Dhamar Yogyakarta; 2017.

36
37

Lampiran 1. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat

300 gram simplisia kulit


buah alpukat

Dimasukkan ke dalam wadah kaca berisi 300


gram

Direndam dengan etanol 70% sebanyak 2250


ml selama 5 hari

Diaduk sesekali

Filtrat 1 Residu

Ditambahkan etanol 70% 750 ml

Direndam selama 2 hari

Diaduk sesekali

Filtrat 2 Residu

Dipekatkan dengan alat rotary


evaporator pada suhu 40OC

Ekstrak kental kulit buah


alpukat
38

Lampiran 2. Bagan Pembuatan Sediaan Ekstrak Kulit Buah Alpukat sebagai


Masker Sheet

Xanthan Gum Nipagin

Ditambahkand engan air sedikit Diaduk hingga


demi sedikit digerus homogen
Ditambahkan butilen glikol dan
gliserin
Digerus hingga homogen

Campuran 1 Larutan (nipagin)

Dicampurkan sedikit demi


sedikit larutan nipagin ke dalam
campuran 1
Digerus hingga homogen
Campuran 2 Ekstrak kulit buah
alpukat

Dilarutkan dengan
PEG 40
Ditambahkan
aquadest
Diaduk hingga
homogen

Campuran 3

Ditambahkan sedikit demi


sedikit campuran III ke dalam
campuran II
Digerus hingga homogen
Ditambahkan etanol dan parfum

Sediaan Ekstrak Kulit Buah Alpukat Masker Sheet


39

Lampiran 3. Alat dan bahan

Gambar 1. Alat dan bahan pembuatan masker sheet

Gambar 2. Alat Moistur cheker


40

Lampiran 4. Kulit Alpukat

Gambar 3. Kulit Alpukat

Gambar 4. Proses Pengeringan Kulit Alpukat


41

Lampiran 4. Lanjutan

Gambar 4. Kulit Alpukat yang Sudah Kering


42

Lampiran 5. Proses Maserasi Kulit Buah Alpukat

Proses Pembuatan Ekstrak Kental Rotary Evaporator

Ekstrak Kental Kulit Alpukat


43

Lampiran 6. Sediaan Essence Ekstrak Kulit Buah Alpukat


44

Lampiran 7. Uji Homogenitas

Gambar 5. Hasil Uji Homogenitas F0, F1, F2, F3.


45

Lampiran 8. Uji pH

F0 F1

F2 F3

Gambar 6. Uji pH F0, F1, F2, F3


46

Lampiran 9. Uji Iritasi pada Sukarelawan

F0 F1

F2 F3

Gambar 7. Uji Iritasi F0, F1, F2, F3


47

Lampiran 10. Cara mengaplikasikan sediaan masker sheet


48

Lampiran 11. Pengemasan Masker Sheet


49

Lampiran 11. Lanjutan

Kontrol Positif
50

Lampiran 12. Uji Efektivitas Kelembaban

Kondisi Awal

F0 F1

F2 F3

Kontrol Positif
51

Lampiran 12. Lanjutan

Kondisi setelah 4 minggu

F0 F1

F2 F3

Kontrol Positif
52

Lampiran 13. Hasil Pengolahan Data SPSS

Oneway

Descriptives

95% Confidence Interval


Std. Minimum Maximum
N Mean Std. Error for Mean
Deviation
Lower Bound Upper Bound

Blanko 2 8.9000 11.45513 8.10000 -94.0203 111.8203 .80 17.00

F1 2 20.8000 3.39411 2.40000 -9.6949 51.2949 18.40 23.20

F2 2 30.4500 9.82878 6.95000 -57.8581 118.7581 23.50 37.40


Minggu_1
F3 2 25.3000 8.20244 5.80000 -48.3960 98.9960 19.50 31.10

F4 2 48.1000 18.52620 13.10000 -118.3513 214.5513 35.00 61.20

Total 10 26.7100 15.98996 5.05647 15.2715 38.1485 .80 61.20

Blanko 2 14.1000 6.36396 4.50000 -43.0779 71.2779 9.60 18.60

F1 2 27.4000 4.94975 3.50000 -17.0717 71.8717 23.90 30.90

F2 2 30.9500 10.11163 7.15000 -59.8994 121.7994 23.80 38.10


Minggu_2
F3 2 25.8000 8.06102 5.70000 -46.6254 98.2254 20.10 31.50

F4 2 49.5500 17.32412 12.25000 -106.1010 205.2010 37.30 61.80

Total 10 29.5600 14.34125 4.53510 19.3009 39.8191 9.60 61.80

Blanko 2 17.1000 2.68701 1.90000 -7.0418 41.2418 15.20 19.00

F1 2 28.1000 5.09117 3.60000 -17.6423 73.8423 24.50 31.70

F2 2 31.3000 10.18234 7.20000 -60.1847 122.7847 24.10 38.50


Minggu_3
F3 2 26.2500 7.84889 5.55000 -44.2694 96.7694 20.70 31.80

F4 2 56.2000 13.29361 9.40000 -63.2383 175.6383 46.80 65.60

Total 10 31.7900 15.22983 4.81609 20.8952 42.6848 15.20 65.60

Blanko 2 17.9000 2.12132 1.50000 -1.1593 36.9593 16.40 19.40

F1 2 34.2000 13.15219 9.30000 -83.9677 152.3677 24.90 43.50

F2 2 32.6500 9.26310 6.55000 -50.5756 115.8756 26.10 39.20


Minggu_4
F3 2 26.9500 7.42462 5.25000 -39.7576 93.6576 21.70 32.20

F4 2 73.4500 12.37437 8.75000 -37.7293 184.6293 64.70 82.20

Total 10 37.0300 21.37985 6.76090 21.7358 52.3242 16.40 82.20


53

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Minggu_1 2.974E15 4 5 .000

Minggu_2 1.840E15 4 5 .000

Minggu_3 2.535E15 4 5 .000

Minggu_4 6.236E15 4 5 .000

ANOVA

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Minggu_1 Between Groups 1651.264 4 412.816 3.176 .118

Within Groups 649.845 5 129.969

Total 2301.109 9

Minggu_2 Between Groups 1318.694 4 329.673 3.096 .123

Within Groups 532.350 5 106.470

Total 1851.044 9

Minggu_3 Between Groups 1712.384 4 428.096 5.706 .042

Within Groups 375.145 5 75.029

Total 2087.529 9

Minggu_4 Between Groups 3642.346 4 910.587 9.656 .014

Within Groups 471.535 5 94.307

Total 4113.881 9
54

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Tukey HSD

95% Confidence Interval


Mean
Dependent (I) (J) Difference Upper
Variable Kelompok Kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Bound

Minggu_1 Blanko F1 -11.90000 11.40039 .827 -57.6327 33.8327

F2 -21.55000 11.40039 .423 -67.2827 24.1827

F3 -16.40000 11.40039 .633 -62.1327 29.3327

F4 -39.20000 11.40039 .087 -84.9327 6.5327

F1 Blanko 11.90000 11.40039 .827 -33.8327 57.6327

F2 -9.65000 11.40039 .905 -55.3827 36.0827

F3 -4.50000 11.40039 .993 -50.2327 41.2327

F4 -27.30000 11.40039 .254 -73.0327 18.4327

F2 Blanko 21.55000 11.40039 .423 -24.1827 67.2827

F1 9.65000 11.40039 .905 -36.0827 55.3827

F3 5.15000 11.40039 .989 -40.5827 50.8827

F4 -17.65000 11.40039 .579 -63.3827 28.0827

F3 Blanko 16.40000 11.40039 .633 -29.3327 62.1327

F1 4.50000 11.40039 .993 -41.2327 50.2327

F2 -5.15000 11.40039 .989 -50.8827 40.5827

F4 -22.80000 11.40039 .380 -68.5327 22.9327

F4 Blanko 39.20000 11.40039 .087 -6.5327 84.9327

F1 27.30000 11.40039 .254 -18.4327 73.0327

F2 17.65000 11.40039 .579 -28.0827 63.3827

F3 22.80000 11.40039 .380 -22.9327 68.5327

Minggu_2 Blanko F1 -13.30000 10.31843 .709 -54.6924 28.0924

F2 -16.85000 10.31843 .538 -58.2424 24.5424

F3 -11.70000 10.31843 .785 -53.0924 29.6924

F4 -35.45000 10.31843 .087 -76.8424 5.9424


55

F1 Blanko 13.30000 10.31843 .709 -28.0924 54.6924

F2 -3.55000 10.31843 .996 -44.9424 37.8424

F3 1.60000 10.31843 1.000 -39.7924 42.9924

F4 -22.15000 10.31843 .328 -63.5424 19.2424

F2 Blanko 16.85000 10.31843 .538 -24.5424 58.2424

F1 3.55000 10.31843 .996 -37.8424 44.9424

F3 5.15000 10.31843 .984 -36.2424 46.5424

F4 -18.60000 10.31843 .460 -59.9924 22.7924

F3 Blanko 11.70000 10.31843 .785 -29.6924 53.0924

F1 -1.60000 10.31843 1.000 -42.9924 39.7924

F2 -5.15000 10.31843 .984 -46.5424 36.2424

F4 -23.75000 10.31843 .280 -65.1424 17.6424

F4 Blanko 35.45000 10.31843 .087 -5.9424 76.8424

F1 22.15000 10.31843 .328 -19.2424 63.5424

F2 18.60000 10.31843 .460 -22.7924 59.9924

F3 23.75000 10.31843 .280 -17.6424 65.1424

Minggu_3 Blanko F1 -11.00000 8.66193 .719 -45.7474 23.7474

F2 -14.20000 8.66193 .535 -48.9474 20.5474

F3 -9.15000 8.66193 .821 -43.8974 25.5974

F4 -39.10000* 8.66193 .032 -73.8474 -4.3526

F1 Blanko 11.00000 8.66193 .719 -23.7474 45.7474

F2 -3.20000 8.66193 .995 -37.9474 31.5474

F3 1.85000 8.66193 .999 -32.8974 36.5974

F4 -28.10000 8.66193 .106 -62.8474 6.6474

F2 Blanko 14.20000 8.66193 .535 -20.5474 48.9474

F1 3.20000 8.66193 .995 -31.5474 37.9474

F3 5.05000 8.66193 .972 -29.6974 39.7974

F4 -24.90000 8.66193 .154 -59.6474 9.8474

F3 Blanko 9.15000 8.66193 .821 -25.5974 43.8974

F1 -1.85000 8.66193 .999 -36.5974 32.8974

F2 -5.05000 8.66193 .972 -39.7974 29.6974

F4 -29.95000 8.66193 .085 -64.6974 4.7974


56

F4 Blanko 39.10000* 8.66193 .032 4.3526 73.8474

F1 28.10000 8.66193 .106 -6.6474 62.8474

F2 24.90000 8.66193 .154 -9.8474 59.6474

F3 29.95000 8.66193 .085 -4.7974 64.6974

Minggu_4 Blanko F1 -16.30000 9.71118 .516 -55.2564 22.6564

F2 -14.75000 9.71118 .593 -53.7064 24.2064

F3 -9.05000 9.71118 .874 -48.0064 29.9064

F4 -55.55000* 9.71118 .012 -94.5064 -16.5936

F1 Blanko 16.30000 9.71118 .516 -22.6564 55.2564

F2 1.55000 9.71118 1.000 -37.4064 40.5064

F3 7.25000 9.71118 .936 -31.7064 46.2064

F4 -39.25000* 9.71118 .049 -78.2064 -.2936

F2 Blanko 14.75000 9.71118 .593 -24.2064 53.7064

F1 -1.55000 9.71118 1.000 -40.5064 37.4064

F3 5.70000 9.71118 .971 -33.2564 44.6564

F4 -40.80000* 9.71118 .042 -79.7564 -1.8436

F3 Blanko 9.05000 9.71118 .874 -29.9064 48.0064

F1 -7.25000 9.71118 .936 -46.2064 31.7064

F2 -5.70000 9.71118 .971 -44.6564 33.2564

F4 -46.50000* 9.71118 .025 -85.4564 -7.5436

F4 Blanko 55.55000* 9.71118 .012 16.5936 94.5064

F1 39.25000* 9.71118 .049 .2936 78.2064

F2 40.80000* 9.71118 .042 1.8436 79.7564

F3 46.50000* 9.71118 .025 7.5436 85.4564

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


57

Homogeneous Subsets
Minggu_1
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1
Blanko 2 8.9000
F1 2 20.8000
F3 2 25.3000
F2 2 30.4500
F4 2 48.1000
Sig. .087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu_2
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1
Blanko 2 14.1000
F3 2 25.8000
F1 2 27.4000
F2 2 30.9500
F4 2 49.5500
Sig. .087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Minggu_3
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2
Blanko 2 17.1000
F3 2 26.2500 26.2500
F1 2 28.1000 28.1000
F2 2 31.3000 31.3000
F4 2 56.2000
Sig. .535 .085
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
58

Minggu_3
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2
Blanko 2 17.1000
F3 2 26.2500 26.2500
F1 2 28.1000 28.1000
F2 2 31.3000 31.3000
F4 2 56.2000
Sig. .535 .085
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Minggu_4
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2
Blanko 2 17.9000
F3 2 26.9500
F2 2 32.6500
F1 2 34.2000
F4 2 73.4500
Sig. .516 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
59

Lampiran 14. Tabel Pengukuran Kadar Air (Moisture pada Kulit Sukarelawan)

Kadar Air
Formula Pengujian Kondisi Setelah 1 Setelah 2 Setelah 3 Setelah 4
awal minggu minggu minggu minggu
1 25,0 25,2 27,4 28,8 29,1
Blanko 2 25,2 29,5 29,9 30,0 30,1
Rata-rata 25,1 27,3 28,6 29,4 29,6
1 25,5 30,2 33,4 33,6 36,6
F1 2 29,7 36,6 36,8 37,0 37,1
Rata-rata 27,6 33,4 35,1 35,3 36,8
1 27,0 37,1 37,3 37,4 37,6
F2 2 30,6 37,8 37,9 38,0 38,6
Rata-rata 28,8 37,4 37,6 37,7 38,1
1 29,5 38,7 38,8 38,9 39,0
F3 2 32,7 39,1 39,3 39,5 39,8
Rata-rata 31,1 38,6 38,9 39,1 39,4
1 30,5 41,2 41,9 44,8 55,6
F4 2 34,6 55,8 56,0 57,3 57,0
Rata-rata 32,5 48,5 48,9 51,0 56,5
60

Lampiran 15. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi


61

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian


62

Lampiran 17. Surat Selesai Penelitian


63

Lampiran 18. Determinasi Tumbuhan


64

Lampiran 19. Lembar Persetujuan Perbaikan Revisi Proposal


65

Lampiran 20. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 1


66

Lampiran 21. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing 2


67

Lampiran 22. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1


68

Lampiran 23. Lembar Bimbingan Skripsi


69

Lampiran 24. Lembar Persetujuan Perbaikan Revisi Skripsi

Anda mungkin juga menyukai