Anda di halaman 1dari 128

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER

PASTA BERBAHAN DASAR BENGKUANG


(Pachyrrhizus erosus)

SKRIPSI

Oleh :
AROZATO NAZARA
1501196014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATA HELVETIA
MEDAN
2019
2

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER


PASTA BERBAHAN DASAR BENGKUANG
(Pachyrrhizus erosus)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Farmasi (S.Farm) Pada Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia

Oleh :

AROZATO NAZARA
1501196014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATA HELVETIA
MEDAN
2019
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Formulasi Dan Uji Efektivitas Anti-Aging Masker


Pasta Berbahan Dasar Bengkoang (Pachyrrhizus
erosus)
Nama Mahasiswa : Arozato Nazara
Nim : 1501196014
Minat Studi : S1 Farmasi

Medan, ………………
Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Tetty Noverita Khairani S, S.Si., M.Si.) (Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt)

Mengetahui :

Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan


Instutut Kesehatan Helvetia Medan

(Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt)


NIDM : 0125096601
4

LEMBARAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini adalaha asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Sarjana Farmasi (S.Farm), di Fakultas Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan
masukkan tim penelaah/tim penguji.
3. Isi skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicatumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam penyartaan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi.

Medan,
Yang membuat pernyataan

Arozato Nazara
Nim. 1501196014
5

Telah Diuji pada Tanggal :

KOMISI PENGUJI SKRIPSI


Ketua : Tetty Noverita Khairani S, S.Si., M.Si
Anggota : 1. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt
2. Yulis Kartika, S.Farm., M.Si., Apt
ABSTRAK

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER PASTA


BERBAHAN DASAR BENGKOANG
(Pachyrrhizuserosus)

AROZATO NAZARA
1501196014

Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai penghasil bahan


pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan
dapat dijumpai.Bengkuang mempunyai potensi sangat baik untuk dikembangkan
karena manfaat dari tanaman bengkuang ini sangat banyak diantaranya umbi
bengkuang mengandung inulin yang tidak dapat dicerna, dapat diolah sebagai
bahan makanan, rendah kalori dan baik untuk kesehatan. Bengkuang yang
menyegarkan dan tinggi kadar air ini kaya akan berbagai nutrisi, diantaranya yang
terkandung di dalam bengkuang ini adalah Vitamin C, sedangkan kandungan
mineralnya adalah fosfor, besi dan kalsium. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ekstrak bengkoang dapat diformulasikan sebagai
sediaan pasta dan untuk mengetahui apakah ekstrak bengkoang dapat
menghilangkan kerutan pada kulit wajah.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental
laboratorium. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Umbi Tanaman
Bengkoang (Pachyrrhizuserosus) dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6% yang
diperoleh dari pasar Tradisional sei sekambing Medan. Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan sama
dari daerah lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan pasta bengkoang dengan
konsentrasi 2%, 4% dan 6% menghasilkan pasta bengkoang yang memiliki
tekstur, warna, aroma serta memiliki uji pengeringan masker yang baik. pH
sediaan berkisar 4,7-5,8, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.Hasil uji one-
way anova pada kadar air (Monsturaizer), pori (Pore), noda (Spot) dan keriput
(Wrinkle) menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bengkoang dapat
diformulasikan sebagai sediaan pasta untuk uji aktivitas Anti-Aging.

Kata Kunci :Bengkoang, Pasta, Masker Alami

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkana tas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi ini
untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasipada
Program Studi SI Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan. Judul skripsi ini
adalah “Formulasi Dan Uji Efektivitas Anti-Aging Masker Pasta
Berbahan Dasar Bengkoang (Pachyrrhizuserosus)” skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) pada Program Studi SI Farmasi Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan
moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes.,selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes, selaku KetuaYayasan
Helvetia
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si.,selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi SI Farmasi
Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
6. Tetty Noverita Khairani S, S.Si., M.Si selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini.
7. Hanafis Sastra Winata, S.Farm, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. Yulis Kartika, S.Farm., M.Kes., Apt selaku penguji III yang sekaligus
memberikan masukan yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Program Studi SI Farmasi yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Teristimewa keluarga besar dan kedua orang tua penulis terlebih buat
bapak Ade Efrat sebagai wali dan sekaligus orangtua saya, yang telah
memberikan motivasi, semangat, serta doa dalam menyelesaikan
perkuliahan penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya.
11. Bagi teman-teman seperjuangan program studi S1 Farmasi yang telah
mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan.

Medan,
Penulis

Arozato Nazara

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
Nama : Arozato Nazara
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/tanggal lahir : Lawira Sara, 15 Oktober 1996
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Lawira Sara Kecamatan Lotu
Email : aronazara1510@gmail.com
Anak Ke : 5 (lima) dari 5 (lima) bersaudara
Nama Ayah : (Alm) Taligolo Nazara
Nama Ibu : (AlmH)Satima Nazara

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


Tahun 2003-2009 : SDN Tabaloho Dahana Gunungsitoli
Tahun 2009-2012 : SMP Swasta Masyarakat Damai Gunungsitoli
Tahun 2012-2015 : SMK N.1 Dharma Caraka Gunungsitoli Selatan
Tahun 2015-2019 : Sarjana Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBARAN KEASLIAN PENELITIAN
LEMBAR PENGUJI
ABSTRAK ............................................................................................ i
ABSTRACT........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 7
1.3. Hipotesa ............................................................................ 7
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
1.6. Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 9


2.1. UraianTanaman Bengkoang (Pachyrrhizuserosus)............. 9
2.1.1. KlasifikasiTumbuhan ............................................... 9
2.1.2. Nama Daerah Tumbuhan ......................................... 9
2.1.3. MorfologiTumbuhan ................................................ 10
2.1.4. Kandungan Bengkoang Bagi Kesehatan ................... 11
2.1.5. Manfaat Bengkuang ................................................. 13
2.2. Anatomi Fisiologi Kulit ..................................................... 14
2.2.1. Pengertian Kulit .............................................................. 14
2.2.2. Anatomi Kulit Secara Hispatologik .......................... 15
2.2.3. Fungsi Kulit ............................................................. 17
2.2.4. Jenis-Jenis Kulit ....................................................... 18
2.2.5. Kerutan Pada Kulit .................................................. 18
2.3. Kosmetik ........................................................................... 19
2.3.1. Defenisi Kosmetik ................................................... 19
2.3.2. Penggolongan Kosmetik .......................................... 20
2.4. Pasta .................................................................................. 22
2.5. Masker .............................................................................. 23
2.5.1. Defenisi Masker ....................................................... 23
2.5.2. Macam-macam Bentuk Masker ................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 25


3.1. Metode Penelitian .............................................................. 25

vi
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitan.............................................. 25
3.3. Sampel Penelitian .............................................................. 25
3.4. Alat Dan Bahan ................................................................. 25
3.4.1. Alat Yang Digunakan .............................................. 25
3.4.2. Bahan ...................................................................... 25
3.5. Pengumpulan Dan PengolahanSampel ............................... 26
3.5.1. Pengempulan Sampel ............................................... 26
3.5.2. Pengolahan Sampel .................................................. 26
3.6. Formulasi Sediaan ............................................................. 26
3.6.1. Formulasi Dasar Sediaan Pasta ................................ 26
3.6.2. Formulasi Modifikasi ............................................... 27
3.6.3. Prosedur Pembuatan Basis Masker Pasta Bengkoang 27
3.6.4. Formula Mengandung Ekstrak Bengkoang ............... 28
3.7. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan.............................................. 28
3.7.1. Uji Homogenitas ...................................................... 28
3.7.2. Pengukuran pH ........................................................ 28
3.7.3. Pengukuran Lama Pengeringan Masker ................... 29
3.7.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan ................................. 29
3.7.5. UjiIritasi Kulit Sukarelawan..................................... 29
3.7.6. Pengujian Efektivitas ............................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 31


4.1. Hasil Dan Pembahasan ...................................................... 31
4.1.1. Hasil Identifikasi Tanaman Bengkoang .................... 31
4.1.2. Hasil Uji Homogenitas ............................................. 31
4.1.3. Hasil Uji pH............................................................. 32
4.1.4. Hasil Uji Lama Pengeringan Masker ........................ 32
4.1.5. Hasil Uji Stabilitas Sediaan ...................................... 33
4.1.6. Hasil Uji Iritasi Kulit Sukarelawan........................... 34
4.1.7. Pengujian Efektivitas ............................................... 35

BAB V PENUTUP ............................................................................... 44


5.1. Kesimpulan ....................................................................... 44
5.2. Saran ................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 45


LAMPIRAN ......................................................................................... 47

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 8
Gambar 2.1. Umbi Tanaman Begkoang (Pachyrrhizuserosus) ............... 9
Gambar 3.1. Anatomi Kulit ................................................................... 14
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pengukuran Kadar Air ................................... 37
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pengukuran Besar Pori .................................. 39
Gambar 4.3. Grafik Hasil Pengukuran Noda Pada Kulit Sukarelawan .... 40
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengukuran Keriput Pada Sukarelawan ......... 42

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


Tabel 4.1. Hasil Pengukuran pH ........................................................... 32
Tabel 4.2. Hasil Uji Lama Pengeringan Masker Pasta ........................... 33
Tabel 4.3. Hasil Uji Evaluasi Stabilitas Sediaan Pasta ........................... 33
Tabel 4.4. Hasil Uji Iritasi Sediaan ....................................................... 35
Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Kadar Air (Monsturaizer) Pada
Kulit Sukarelawan ................................................................ 36
Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Besar Pori (pore) Pada Kulit
Sukarelawan ......................................................................... 38
Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Banyaknya Noda (Spot) ................... 40
Tabel 4.8. Data Hasil Pengukuran Keriput (Wrinkle) Pada Kulit
Sukarelawan ......................................................................... 42

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


Lampiran 1 : HasilI dentifikasi Tanaman Bengkoang .............................. 49
Lampiran 2 : Data gambar pengolahan Bengkoang.................................... 50
Lampiran 3 : Data gambar uji homogenitas ............................................... 51
Lampiran 4 : Data uji pH........................................................................... 52
Lampiran 5 : Data uji stabilitas sediaan ..................................................... 53
Lampiran 6 : Data uji iritasi sukarelawan .................................................. 54
Lampiran 7 : Gambar Alat Skin Analyzer .................................................. 55
Lampiran 8 : Data uji efektivitas ............................................................... 56
Lampiran 9 : Data statisitik uji One-Way ANOVA ................................... 80
Lampiran 10 : Lembar pengajuan judul ....................................................... 98
Lampiran 11 : Lembar Konsul Dosen Pembimbing I Proposal .................... 99
Lampiran 12 : Lembar Konsul Dosen Pembimbing II Proposal ................... 100
Lampiran 13 : Lembar Persetujuan Revisi Proposal .................................... 101
Lampiran 14 : Lembar konsul dosen pembimbing I Skripsi ......................... 102
Lampiran 15 : Lembar konsul dosen pembimbingb II Skripsi ...................... 103
Lampiran 16 : Lembar Revisi dosen Pembimbing I Skripsi ......................... 104
Lampiran 17 : Lembar Revisi dosen Pembimbing II Skripsi ........................ 105
Lampiran 18 : Lembar Revisi dosen Penguji III Skripsi .............................. 106
Lampiran 19 : Lembar Persetujuan Revisi Skripsi ....................................... 107
Lampiran 20 : Surat izin penelitian Institut Kesehatan Helvetia Medan ....... 108
Lampiran 21 : Surat Balasan Izin Penelitian Institut Kesehatan Helvetia ..... 109
Lampiran 22 : Surat izin penelitian Laboratorium Kosmetologi USU .......... 110
Lampiran 23 : Surat Balasan Izin Penelitian Laboratorium USU ................. 111
Lampiran 24 : Permohonan Ethical Clearance ............................................. 112
Lampiran 25 : Surat balasan Ethical Clearance ............................................ 113

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai penghasil bahan

pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan

dapat dijumpai. Hal ini karena kondisi wilayah Indonesia yang cocok untuk

tumbuh dan berkembangnya aneka ragam tanaman sebagai bahan pangan yang

dihasilkan cukup melimpah. Salah satu sumber pangan yang cukup potensial

untuk dikembangkan dan dimanfaatkan adalah bengkuang (1).

Kota Padang, Sumatera Barat, merupakan salah satu daerah sentra

bengkuang yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu, Kecamatan Koto Tangah,

Nanggalo, Kuranji dan Pauh. Menurut data BPS Padang (2013) tahun 2011 areal

tanam bengkuang mencapai 128 ha dengan rata-rata produksi 190 kuintal/ha (total

produksi 2.432 ton). Tahun 2012, areal seluas 130 ha dan produksi rata-rata 193

kuintal/ha (total 2.509 ton). Dari data diatas dapat dilihat bahwa bengkuang

memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan pengolahannya (1).

Bengkuang mempunyai potensi sangat baik untuk dikembangkan karena

manfaat dari tanaman bengkuang ini sangat banyak diantaranya umbi bengkuang

mengandung inulin yang tidak dapat dicerna, dapat diolah sebagai bahan

makanan, rendah kalori dan baik untuk kesehatan. Bengkuang yang menyegarkan

dan tinggi kadar air ini kaya akan berbagai nutrisi, diantaranya yang terkandung di

dalam bengkuang ini adalah Vitamin C, sedangkan kandungan mineralnya adalah

fosfor, besi dan kalsium (1).

1
2

Kosmetika merupakan kebutuhan yang penting peranannya dalam bidang

kecantikan untuk keindahan tubuh manusia. Peraturan Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) tentang persyaratan teknis kosmetika menyelaskan

bahwa:Bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar

tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau

gigi, membrane mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan, dan/ memperbaiki badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetika yang beredar di pasaran sangat

beragam baik merek, jenis, kegunaanya, maupun warna dan bentuknya sehingga

sering membingungkan para konsumen dalam pemilihan kosmetik. Tranggono

(2007:8) mengatakan bahwa “penggolongan kosmetik menurut penggunaanya

bagi kulit terbagi dalam 2 jenis yaitu: a. kosmetik perawatan kulit (skin-care

cosmetic) merupakan kosmetik untuk memelihara, merawat dan mempertahankan

kondisi kulit. b.kosmetik riasan (dekoratif atau make up) merupakan kondisi untuk

memperindah wajah (2).

Proses penuaan kulit terjadi secara alami sesuai penambahan umur secara

internal dan eksternal, yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Penuaan

internal seperti chronological-aging, biological-aging (genetik), catabolic-aging

(penyakit kronis, karsinoma), dan hormonal-aging (3).

Kulit wajah merupakan hal pertama yang terlihat saat mulai mengalami

permasalahan kulit. Pengaruh radiasi matahari dan populasi udara menjadi

penyebab utama terjadinya masalah di kulit wajah terlihat kusam, tekstur kulit

terlihat kasar dan tidak lagi bercahaya (4).


3

Paparan sinar matahari yang mengeluarkan radiasi ultraviolet (UV) dapat

memicu kemunculan keriput pada wajah. Keriput muncul karena adanya

penurunan produksi kolagen dan akumulasi elastis abnormal. Kolagen merupakan

senyawa protein rantai panjang yang tersusun atas asam amino yaitu alanin,

arginin, lisin, glisin, prolin, dan hidropolin. Kolagen berperan untuk

mempertahankan struktur kulit (5).

Secara umum sinar matahari sangat bermanfaat, tetapi salah satu akibat

paparan sinar matahari yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama adalah

terjadinya perubahan pada bentuk kulit yang disebut dermatoheliosis, yaitu kulit

menjadi berwarna pucat kekuningan, keriput, disertai timbulnya bercak-bercak

hitam yang tidak merata pada permukaan kulit yang terkena paparan sinar

tersebut. Bercak-bercak hitam dikulit terjadi karena peningkatan produksi melanin

akibat paparan sinar matahari. Melanin adalah pigmen warna utama pada kulit,

rambut, dan mata. Melanin dikelompokkan ke dalam 2 kekompok, yaitu

eumelanin yang berwarna hitam dan coklat dan phaecomelanin yang berwarna

coklat kemerahan dan kuning (6).

Masker adalah salah satu perawatan kulit wajah yang biasa digunakan

sehingga kulit terlihat segar dan bersih. Masker ini dapat digunakan dari berbagai

kalangan mulai dari remaja hingga orang tua. Masker sangat bermanfaat untuk

menjaga dan merawat kulit wajah, dapat menyegarkan kulit wajah, dapat

mengembalikan sel kulit mati dengan sel kulit baru serta dapat mengencangkan

kulit wajah. Masker wajah bertindak merangsang sirkulasi aliran darah maupun
4

limpa, memperbaiki proses regenerasi, dan memperbaiki nutrisi kulit kulit pada

jaringan kulit wajah (7).

Masker kulit wajah merupakan salah satu jenis kosmetika tradisional yang

dapat dipergunakan sebagai perawatan wajah untuk mepertahankan kesehatan

kulit wajah. Masker kulit wajah berguna untuk meningkatkan taraf kebersihan

kulit, kesehatan kulit, kecantikan kulit, memperbaiki dan merangsang kembali

kegiatan sel-sel kulit. Bahan yang digunakan untuk membuat masker kulit wajah

pada umumnya bertujuan untuk menyegarkan, mengencangkan kulit, dan sebagai

antioksidan (8).

Pasta merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari 50% bahan padat,

sehingga memiliki keuntungan dapat mengikat cairan eksudat, daya lekatnya lebih

kuat dari sediaan salep dan dapat memberikan lapisan tipis (film) untuk

melindungi kulit atau jaringan dibawahnya (9).

Kelebihan pasta dibanding sediaan topikal yang lain yaitu pasta mengikat

cairan sekret sehingga sehingga lebih baik untuk digunakan, bahan yang

digunakan pada sediaan pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan

daya kerja lokal, konsentrasi pasta lebih kental dari salep, dan daya absorbsi pasta

lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep (10).

Tanaman bengkuang (pachyrrhizus erosus) dikenal baik oleh masyarakat

kita. Umbi tanaman bengkuang biasa dimanfaatkan sebagai buah atau bagian dari

beberapa jenis masakan seperti rujak, asinan atau dimakan segar. Umbi

bengkuang mengandung agen pemutih (whitening agent) yang dapat memutihkan

dan menghilangkan tanda hitam dan pigmentasi di kulit. Bengkuang mengandung


5

vitamin C dan senyawa fenol yang dapat berfungsi sebagai sumber antioksidan

bagi tubuh.Hasil analisis de Melo dkk (1994) menyatakan bahwa 100 g umbi

segar bengkuang (pachyrrhizus erosus) memiliki kandungan air sebesar 78% -

94%, 2,1 g – 10,7 g pati, 1 g – 2,2 g protein, 0,1 g – 0,8 g lemak, 14 g – 21 g

vitamin C, dan 22 kalori – 58 kalori energi (11).

Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari umbi (cormus) berwarna

putih. Bengkuang potensial di kota Padang sehingga Padang dikenal juga sebagai

kota bengkuang dan dijadikan maskot kota Padang. Pemanfaatan bengkuang di

kota Padang selama ini belum mendapat perhatian yang cukup besar oleh

pemerintah maupun masyarakat. Pengolahan bengkuang menjadi produk pangan

belum banyak ditemukan, biasanya hanya sebagai komponen rujak, asinan, dan

bahan baku bedak dingin (12).

Umbi bengkuang berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan

kulit umbi yang tipis, berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih

dengan cairan segar agak manis. Bengkuang merupakan buah yang kaya akan

berbagai zat gizi yang penting untuk keehatan terutama vitamin dan mineral.

Secara kimia bengkuang banyak mengandung vitamin C, kalsium, fosfor, dan

serat yang sangat dibutuhkan tubuh. Bengkuang mengandung kadar air yang

cukup tinggi sekitar 86 – 90% sehingga dapat menyegarkan tubuh, bengkuang

juga memiliki efek pendingin (12).

Pada penelitian sebelumnya bahwa pemberian bengkuang sebelum

dipaparkan sinar matahari pada kulit mencit dapat menurunkan jumlah pigmen

melanin.(13) Pada penelitian sebelumnya bahwa bengkuang afkir (sisa yang tidak
6

terjual) mempunyai potensi dan dapat serta aman untuk dijadikan bedak dingin.

Hasil penelitian (pengujian) bedak dingin bengkuang afkir memberikan hasil yang

hampir sama dengan bedak dingin menggunakan bengkuang segar ataupun

bengkuang yang panen tua (5-5,5 bulan). Pati bengkuang afkir lebih tinggi dari

bengkuang segar dengan kadar air yang lebih rendah (14).

Pada penelitian sebelumnya bahwa krim ekstrak bengkuang (pachyrrhizus

erosus) dapat dibuat dalam sediaan krim, kemudian krim ekstrak buah bengkoang

(Pachyrhizus erosus) memiliki aktivitas anti bakteri, terhadap bakteri

Propionibacterium acnes (15).

Pengaruh proporsi pati bengkuang dilihat dari warna, tekstur, aroma, dan

daya lekat terhadap hasil jadi masker untuk perawatan kulit wajah berminyak dan

berjerawat. Bengkuang mengandung vitamin C, Flavonoid dan saponin yang

merupakan tabir surya yang alami untuk mencegah kulit rusak oleh radikal bebas

dan zat Fenolik dalam bengkuang cukup efektif menghambat proses pembentukan

melanin, sehingga pigmentasi akibat hormon, sinar matahari dan bekas jerawat

dapat dicegah dan dikurangi (16).

Pada latar belakang diatas penelitian ini memanfaatkan bangkuang sebagai

sediaan masker dalam bentuk pasta sehingga dalam pemakaiannya efisien dan

tidak membutuhkan tambahan apapun sehingga bisa langsung dipakai. Penelitian

ini bertujuan untuk mengangkat manfaat bahan alami sebagai bahan dasar masker

wajah yang aman untuk jenis kulit kering. Pentingnya penggunaan masker alami

inilah yang melatarbelakangi pembuatan formulasi masker alami berbahan dasar


7

bengkoang untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat

merusak kulit wajah (5).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini, yaitu :

1. Apakah ekstrak bengkoang dapat diformulasikan sebagai sediaan pasta

2. Apakah ekstrak bengkuang dapat menghilangkan kerutan pada wajah.

1.3 Hipotesa

1. Ekstrak bengkuang dapat diformulasikan sebagai sediaan pasta.

2. Ekstrak bengkuang dapat digunakan untuk menghilangkan kerutan pada kulit

wajah.

1.4 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui ekstrak bengkuang dapat diformulasikan sebagai sediaan

pasta.

2. Untuk mengetahui apakah ekstrak bengkuang dapat menghilangkan kerutan

pada kulit wajah.


8

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat meningkatkan daya dan hasil guna dari bengkoang.

b. Dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan bengkoang yang dpat

digunakan sebagai pasta untuk menghilangkan kerutan pada wajah

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel bebas variabel terikat

parameter
 Uji
Homogenitas
Uji evaluasi sediaan
 Uji pH
 Uji lama
pengeringan
Ekstrak bengkuang masker
dengan konsentrasi  Uji Stabilitas
2%,4%,6% sediaan

uji aktivitas anti agent  Uji iritasi kulit


 Uji efektivitas

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Bengkuang (pachyrrhizus erosus)

Uraian mengenai tanaman bengkuang (pachyrrhizus erosus), meliputi

beberapa aspek seperti klasifikasi tumbuhan, nama daerah, morfologi tumbuhan

dan manfaatnya.

2.1.1 Klasifikasi tumbuhan

Gambar 2. Umbi Tanaman Bengkuang (Pachrrhizus erosus)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polo-polongan)

Genus : Pachyrhizus

Spesies : P. erosus (L)

2.1.2 Nama Daerah Tumbuhan

Tanaman bengkuang yang kini ditanam diberbagai negara di dunia,

ternyata berasal dari benua Amerika, terutama bagian benua yang beriklim tropis.

9
10

Sumber lain memastikan bahwa bengkuang berasal dari Amerika Tengah dan

Selatan, terutama Meksiko. Dari Amerika menyebar keseluruh dunia, terutama

daerah-daerah yang beriklim tropis seperti Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia

Pasifik. Tanaman bengkuang diperkenalkan di Indonesia akhir abad 17, yakni

pada zaman Rumphius. Tanaman ini didatangkan dari Manila melalui Pulau

Ambon dan kemudian menyebar ke pulau-pulau lain. Sekarang tanaman

bengkuang banyak dibudidayakan di Jawa dan Madura, di tanah Sawah dataran

rendah. Di tempat asalnya, tanaman bengkuang dikenal sebagai xicama atau

mexican potato dan mexican Turnip. Bengkuang juga disebut jicama (Mexico),

yam bean (Inggris), heekahmah (Aztex), heekah-mahti (Spanyol) dan di Indonesia

disebut bengkuang (17).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Bengkuang (pachyrhizus erosus) merupakan buah tahunan yang

tanamannya dapat mencapai panjang 2-6 m, sedangkan akarnya dapat mencapai 2

m. Buah bengkuang memiliki panjang 6-13 cm dan lebar 8-17 mm dengan bentuk

pipih, bulat atau persegi. Batangnya menjalar dan membelit dengan rambut-

rambut halus yang mengarah ke bawah. Bengkuang termasuk tanaman merambat,

dengan cara memelilitkan dirinya. Tanaman bengkuang berbunga kupu-kupu dan

berdaun majemuk. Daun bengkuang berwarna hijau tua dan berbentuk mirip

jantung. Bunga bengkuang berwarna biru keunguan dan tersusun indah dalam

tangkai yang memanjang (1).

Produk utama tanaman bengkuang adalah umbinya yang berwarna putih

dan mengandung banyak air. Umbi ini biasanya di panen pada umur 4-6 bulan
11

yaitu ketika diameternya mencapai 10-15 cm dan beratnya sekitar 2 kg. Pada

kondisi ini umbi bengkuang akan mempunyai tekstur yang renyah, citarasa yang

manis dengan flavor disukai. Varietas bengkuang yang banyak dibudidayakan di

indonesia adalah bengkuang gajah dan bengkuang badur. Perbedaan di antara

kedua jenis bengkuang ini adalah waktu panennya. Varietas bengkuang gajah

dapat di panen ketika usia tanam memasuki empat sampai lima tahun. Varietas

bengkuang badur memiliki waktu panen lebih lama. Jenis ini baru dapat di panen

ketika tanamannya berusia tujuh sampai sebelas bulan (1).

2.1.4 Kandungan Bengkuang Bagi Kesehatan

Bengkuang (pachyrhizus) adalah umbi yang memiliki kandungan-

kandungan zat yang bermanfaat. Kandungan zat meliputi antioksidan, vitamin C,

air, antibakteri dan flavonoid. Flavonoid merupakan tabir surya alami untuk

mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas dan zat fenolik efektif untuk

menghambat proses pembentukan melanin. Zat antibakteri adalah suatu senyawa

kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang

merugikan manusia. Fungsi dari masing-masing kandungan dalam bengkuang

untuk kulit yaitu melembabkan, menjaga kesehatan kulit, memutihkan kulit,

mencegah proses penuaan dini, menyembuhkan bisul/jerawat. Kandungan pati

dalam masker dapat berfungsi sebagai perekat dan pengental masker (18).

Pati bengkuang adalah zat pati dari umbi bengkuang yang didapatkan dari

proses pengendapan air bengkuang. Pati bengkuang yang berawarna putih bersifat

dingin dan menyejukkan sehingga dapat digunakan untuk mendinginkan lapisan

kulit yang telah terkena sinar matahari (19).


12

Bengkuang mengandung zat zat kesehatan yang bermanfaat,yaitu:Fosfor,

Kalsium, Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin B1, Vitamin C, Zat besi.

Bengkuang juga bermanfaat untuk membantu memperbaiki jaringan kulit yang

rusak, membantu menguatkan tulang, mencerahkan wajah dan leher,

menghilangkan flek hitam pada wajah, mengobati ginjal, menunda proses

penuaan dini, menurunkan demam, menurunkan kadar kolesterol, menyehatkan

gigi, menyembuhkan sariawan (20).

Tanaman bengkoang (Pachyrrhizus erosus) juga mengandung :

1. Saponin

Pada tanaman bengkoang senyawa ini terdapat pada daun dan bijinya.

Senyawa ini rnempunyai sifat menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa

aktif permukaan yang kuat yang dapat menimbulkan busa bila dikocok

dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan

hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin

sangat beracun untuk ikan , dan tumbuh-tumbuhan yang mengandung

saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun.

Beberapa saponin juga bekerja sebagai anti mikroba.

2. Flavonoid

Pada tanaman bengkoang flavonoid juga terdapat pada daun dan bijinya.

Dalam tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif

maupun dalam bunga. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid untuk

tumbuhan yang mengandungnya antara lain sebagai pigmen bunga yang

berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga,


13

untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis dan kerja anti mikroba.

Efek flavonoid terhadap bermacam-macam organisme sangat banyak

diantaranya flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan

dengan menghambat kerja enzim-enzim pernafasan.

3. Minyak Atsiri

pada tanaman bengkoang minyak atsiri ini terdapat pada bijinya. Berbagai

senyawa atsiri yaitu berbagai alkohol, aldehid , keton dan ester yang

mudah menguap terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya hanya

sedikit sekali. Senyawa ini walaupun dalam konsentrasi rendah dari segi

estetika dan niaga penting oleh karena peran yang diberikannya kepada

cita rasa dan bau makanan, bunga, parfum dan sebagainya. Minyak atsiri

mengandung galangol, galagin, alpinen, kamfer dan metil sinamat yang

mempunyai sifat anti bakteri karena mampu membunuh organisme (21).

2.1.5 Manfaat Bengkuang

Tanaman bengkuang memiliki rasa manis, bersifat sejuk serta

mendinginkan. Efek pendingin dari bengkuang karena mengandung kadar air

yang cukup tinggi yaitu 80-90%. Umbi yang memiliki rasa manis berasal dari

senyawa oligosakarida disebut inulin yang tidak bisa dicerna tubuh manusia.

Komponen ini berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah

kalori. kandungan kimia lainnya pachyrhizon, retenon, pati, protein, fosfor, besi,

vitamin B1, dan vitamin C. Sedangkan daun dan biji bengkuang mengandung

saponin dan flavonoid yang juga sering digunakan untuk bahan kesehatan (22).
14

Dalam umbi bengkuang terkandung komponen aktif asam karboksilat

yang didapat dengan cara mengisolasi sari bengkuang atau mengambil patinya,

mempunyai sifat mendinginkan, memutihkan kulit atau mengatasi flek serta noda

di wajah. Penggunaan pati bengkuang sebagai bedak dingin telah dilakukan sejak

lama dalam ramuan tradisional. Pati bengkuang bisa dicampur dengan talk atau

dijadikan krim pembersih kulit (bedak/krim kecantikan) (22).

Selain dengan produk yang sudah tersedia praktis tersebut,, bengkuang

pun dapat diguanakan dengan cara yang konvensional. Maksudnya seperti dengan

memarut bengkuang kemudian dijadikan luluran atau masker untuk wajah. Untuk

mengatasi flek atau noda diwajah dapat dilakukan dengan melakukan masker

wajah menggunakan bengkuang. Haluskan atau parut umbi bengkuang segar, lalu

ambil air perasannya. Gunakan air tadi untuk mengompres seluruh wajah dengan

menggunakan kapas. Setelah itu didiamkan selama 15 menit sebelum dicuci

hingga bersih (22).

2.2 Anatomi Fisologi Kulit

Gambar 3. Anatomi kulit manusia


15

2.2.1 Pengertian kulit

Kulit merupakan organ yang membatasi antara lingkungan luar dengan

tubuh kita, kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam

tubuh dan lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan

beratnya 15% dari berat badan secara keseluruhan. Kulit merupakan organ

terbesar pada tubuh, mencakup 12-15% berat tubuh dan luas permukaannya

mencapai 1-2 meter. Sistem integumen berperan dalam homeostatis, proteksi,

pengaturan suhu,reseptor, sintesis biokimia dan penyerapan zat. Kulit terdiri atas

tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis/subdermis (23).

2.2.2 Anatomi kulit secara hispatologik

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:

1. Epidermis

Lapisan epidermis terdiri dari 5 lapisan yang tersusun dari bawah ke atas

permukaan kulit yaitu:

a. Lapisan germinatum. Lapisan ini juga disebut lapisan basal. Disusun

oleh sel basal aktif yang terus menerus membelah diri, sel di bagian ini

mempunyai inti berwarna gelap yang sangat penting dalam proses

pembelahan sel, sehingga bagian inilah yang terus menerus membuat

sel-sel kulit baru untuk mengantikan bagian sel-sel yang tua dan rusak,

oleh karena itu sel basal disebut juga sebagai sel induk.

b. Lapisan stratum soinosum. Lapisan ini biasa juga disebut prickle-cell

layer. Yaitu lapisan di atas sel basal yang tersusun dari sel keratinocyt.

Berfungsi melindungi lapisan sel basal yang aktif membelah agar


16

terhindar dari subtansi yang dapat merusak seperti infeksi mikro

organisme dan mengurangi kehilangan kelembaban sel.

c. Lapisan stratum granulosum. Lapisan ini merupakan lapisan sel kulit

mati dan tidak dapat membelah diri yang tersusun dari sel- sel keratin

atau sel yang sudah berisi bahan protein dan mengeras. Karena letak

lapisan ini makin jauh dari pembuluh darah maka sedikit saja aliran

darah yang mengalir sehingga jika karena suatu hal aliran darah

terhambat, maka sel kulit di lapisan ini akan menjadi semakin pipih dan

mati sebelum waktunya.

d. Lapisan stratum corneum. Lapisan ini juga disebut lapisan horny atau

lapisan tanduk atau lapisan bersisik. Lapisan ini terbanyak berada pada

telapak tangan dan kaki dan jarang dijumpai dilapisan kulit wajah.

Merupakan lapisan paling atas tersusun dari 5 - 20 lapisan sel, diantara

sel-selnya terdapat lemak yang berfungsisebagai perekat antara sel-

sel.(24)

e. Lapisan basal (stratum germinativum) merupakan lapisan epidermis

paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat

melasonit. Melasonit adalah sel yang membentuk melanin yang

berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari (25).

2. Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal. Lapisan ini

elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung saraf,

kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea folikel jaringan rambut dan


17

pembuluh darah yang juga merupakan penyediaan nutrisi bagi lapisan

dalam dermis. Tersusun atas 2 lapisan:

a. Stratum papilare : banyak mengandung kapiler dan makrofag,

limfosit,sel mast dan leukosit.

b. Stratum retikulare : merupakan bagian dalam dermis lebih tebal

dibanding stratum papilare, terdapat sel lemak dalam kelompok

besar/kecil.

3. Subdermis

Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan

antara lapisan kulit dengan struktur internal seperti otot & tulang. Terdapat

pembuluh darah, saraf & limfe dengan jaringan penyambung yang terdiri

dari sel lemak. Jaringan lemak bekerja sebagai penyekat panas &

menyediakan penyangga bagi lapisan kulit diatasnya (26).

2.2.3 Fungsi Kulit

a. Pemeliharaan- kulit melindungi stuktur-stuktur dalam yang lembut. Kulit

yang tidak terluka merupakan benteng yang menahan serangan bakteri.

b. Organ indra- ujung saraf di dalam kulit menerima rangsangan sensorik dan

menghantarkan rangsang suhu, sentuhan dan sakit ke otot.

c. Ekskresi- keringat merupakan salah satu limbah dari tubuh; air yang

mengandung natrium karbonat dikeluarkan dari tubuh melalui kulit tubuh.

Keringat juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh.

d. Minyak yang dihasilkan oleh kulit membasahi dan melembutkan kulit

serta mencegah rambut menjadi kering dan rapuh


18

e. Ergosterol yang terdapat di dalam kulit ketika terpapar terhadap sinar uv

matahari diubah menjadi vitamin D. Oleh sebab itu, kulit merupakan

sumber vitamin D bagi tubuh

f. Penyerapan- sedikit bahan berminyak jika digosokkan dapat menyerap

kedalam kulit

g. Kuku dan rambut berasal dari kulit (27).

2.2.4. Jenis-Jenis Kulit Wajah

Ada empat jenis kulit wajah,yaitu:

a. Kulit normal: wajah terlihat lebih lembut, cerah, sehat, kelembaban cukup,

tidak kering, dan pori-pori masih tampak, tetapi tidak terlalu besar.

b. Kulit berminyak: produksi minyak berlebihan sehingga apabila diraba

akan terasa berminyak, terlihat mengkilap dan pori-pori terlihat besar.

Jenis kulit ini lebih sering mengalami masalah, seperti jerawat dan sering

terkesan kotor.

c. Kulit kering: memproduksi edikit minyak sehingga kulit terasa kencang

dan kering, bahkan menjadi bersisik halus. Jenis kulit ini cenderung cepat

berkeriput dengan garis-garis yang jelas sehingga terkesan lebih tua

dibanding usianya.

d. Kulit sensitive: merupakan kulit yang mudah alergi yang dapat

menimbulkan bercak kemerahan gatal-gatal akibat penggunaan kosmetika

tertentu (28).
19

2.2.5. Kerutan Pada Kulit

Hidup selalu identik dengan pertambahan umur, seseorang akan hidup

lebih panjang. Hal ini terjadi karena kombinasi makanan cukup, sehat dan hygiene

serta pelayanan kesehatan yang lebih baik, disamping itu semakin sedikit orang

bekerja dilingkungan yang berbahya atau beban fisik yang berat. Bertambahnya

umur kondisi dan penampilan kulit manusia akan berubah. Perubahan pada

struktur, mengurangi kekencangan, kehalusan dan penurunan kemampuan fungsi

kulit adalah fenomenan yang menyertai penuaan pada kulit. Bertambahnya

kekeringan dan kekasaran kulit sekaligus kehilangan kekencangan dan warna kulit

yang merata juga tanda bertambahnya penuaan kulit. Batasan usia dalam

penelitian ini usiannya biasanya 25-60 tahun karena dalam kurun waktu usia

tersebut biasanya di wajah mulai timbul keriput-keriput halus, otot-otot mulai

mengendur, kulit memperlihatkan noda-noda gelap dan terang. Untuk itu perlu

pemakaian kosmetik wajah yang cocok yang disesuabikan dengan jenis dan

kondisi kulit wajah untuk mendapatkan wajah tampak awet mudah dan mencegah

penuaan dini (29).

2.3. Kosmetika

2.3.1. Defenisi Kosmetik

Kosmetik telah dikenal sejak zaman nenek moyang, dengan

memanfaatkan bahan-bahan baku alami yang tujuannya untuk mempercantik diri.

Berdasarkan menteri kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76, kosmetik adalah

bahan atau campuran untuk digosokkan, diletakkan, dituangkan, dipercikkan atau


20

disemprotkan pada bagian tubuh, dimasukkan kedalam kulit, dipergunakan pada

badan atau bagaian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan dan

memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk

golongan obat (18).

Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu

selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Kosmetik berasal dari kata Yunani

“kosmetikos”yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik

dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

No.HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuhmanusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (30).

2.3.2. Penggolongan Kosmetik

Penggolongan kosmetik antara lain menurut peraturan Menteri Kesehatan

RI, menurut sifat modern atau tradisional, dan menurut kegunaannya bagi tubuh.

A. Menurut peraturan menteri kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13

kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll.

3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.

5. Preparat untuk rambut, misalnya hair foam, hair spray, dll.


21

6. Preparat untuk pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dll.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth wash, dll.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, nail lotion, dll.

11. Preparat perawatnan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll.

B. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk antaranya adalah cosmedics).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari

bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet

agar tahan lama.

c. Hanya namanya saj tradisional, tetapi bahan-bahannya tidak diramu

secara trdisional dan juga tanpa ada komponen yang tradisional,

melaiankan dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai

kosmetik berbahan tradisional.


22

C. Penggolongan menurut kegunaanya bagi kulit:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).

2. Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk

didalamnya adalah:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing

cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya

moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreem

foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),

misalnya scrub cream yang berisikan butiran-butiran halus yang

berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

D. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek spikologis

yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peranan

zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (31).

2.4. Pasta

Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk

serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau dengan bahan dasar tidak

berlemak yang dibuat dengan gliserol, digunakan sebagai antiseptikum atau


23

pelindung kulit. Penggunaan pasta dapat memungkinkan kontak dengan tempat

aplikasi lebih lama sehingga pelepasan zat aktif akan lebih maksimal. Selain itu

sediaan pasta lebih juga disukai karena lebih praktis, mempunyai sifat pengering

untuk luka akut yang cenderung mengeras, menggelumbung atau mengeluarkan

cairan, melindungi daerah yang terluka dari udara luar dan mempermudah

perbaikan kulit serta menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal.

Pelepasan zat aktif dalam sediaan pasta tidak lepas dari pemilihan basis yang

cocok, karena basis pasta juga turut berperan pada keberhasilan terapi pemakaian

pasta (32).

Bahan yang paling banyak digunakan sebagai basis adalah vaselin

mengingat konsistensi, kelunakan dan sifatnya yang netral serta kemampuan

menyebarnya yang mudah pada kulit. Hal ini sesuai dengan sifat vaselin yang

merupakan basis yang berminyak dan bebas air sehingga dapat bertahan pada

kulit untuk waktu yang lama. Basis vaselin juga mudah bercampur dengan bahan

obat dan stabil dalam penyimpanan (32).

Menurut FI Edisi IV, 2010 bahwa pasta adalah sediaan semipadat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.

Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta

Natrium Karboksimetilselulosa, kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya

Pasta Zink Oksidasi, merupakan salep yang pariat, kaku, yang tidak meleleh pada

suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
24

2.5. Masker

2.5.1. Defenisi Masker

Masker adalah bahan kosmetik yang digunakan pada akhir perawatan

kulit. Masker macam-macam bentuknya, ada yang diolah secara kimiawi

(modern) dan ada pula yang dibuat secara tradisional. Penggunaan masker

didasari oleh alasan bahwa setelah pengompresan air hangat atau uap airpanas,

pori-pori terbuka dan mudah mengeluarkan kotoran, dimasuki debu menyebabkan

jerawat, dan lain-lain, sehingga keadaan kulit yang merenggang tersebut dapat

dinormalkan kembali menggunakan masker, karena penggunaan masker bertujuan

untuk mengecilkan pori-pori, membersihkan, mencerahkan, menyehatkan dan

mengencangkan kulit wajah (33).

2.5.2. Macam-Macam Bentuk Masker Yaitu:

1. Masker bubuk(non setting)

Adalah masker yang masih harus diolah dengan menambah cairan

sehingga bahan-bahan yang berupa bubuk menjadi berbentuk pasta. Masker

bubuk termasuk dalam jenis masker perawatan, karena zat-zat dan komponen

dasar campuran masker yang sesuai dapat menyebabkan peningkatan suhu kulit

sehingga peredaran darah menjadi lancar.

2. Masker gelatin (setting mask)

Adalah masker yang bila dioleskan akan meninggalkan lapisan transpara

pada kulit(tembus terang). Bahan dasar adalah bersifat jelly dari gum, tragocant,

latex dan biasanya dikemas dalam tube.


25

3. Masker buatan sendiri

Masker ini dibuat dari bahan alami, misalnya ekstrak dari buah-buahan,

tumbuh-tumbuhan, kuning telur, susu dan madu.

4. Masker kertas

Masker yang terbentuk dari katun tipis yang dibasahi dengan formula yang

berfungsi untuk melembabkan, mencerahkan dan mengatasi garis-garis halus pada

wajah. Masker kertas biasanya tersedia dalam satu ukuran (33).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Formulasi Steril dan

Farmakognosi Program Studi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan dan

Laboratorium Kosmetologi Sumatera Utara (USU). Penilitian ini dilakukan mulai

bulan maret sampai Mei 2019.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Umbi Tanaman

Bengkuang (pachyrrhizus erosus), yang diperoleh dari Pasar Tradisional Sei

Sikambing Medan.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat Yang Digunakan

Blender, lumpang dan alu, sudip, spatula, tube, cawan, saringan, pipet

tetes, pH meter, timbangan analitik, elemeyer, beaker gelas.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentonite, kaolin,

xanthan Gum, gliserin, natrium lauril sulfat, nipagin, parfum, natrium

metabisulfat, aquadest dan ekstrak bengkuang.

26
27

3.5 Pengumpulan Dan Pengolahan Sampel

3.5.1 Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang

digunakan adalah tanaman bengkuang (pachyrrhizus erosus) yang diperoleh dari

pasar tradisional sei sekambing medan.

3.5.2 Pengolahan Sampel

Umbi bengkoang diblender selama 1 menit sampai halus, kemudian

diperas airnya di atas saringan hingga dipastikan kadar air dalam umbi bengkoang

habis.

3.6 Formulasi Sediaan menurut.(34)

3.6.1 Formulasi Dasar Sediaan Pasta menurut Agustina Syaputri Damanik,

2018 yaitu:

R/ Bentonite 1g

Kaolin 34 g

Xanthan Gum 0,8 g

Gliserin 2g

Natrium lauril sulfat 2 g

Ampas kopi zat aktif

Nipagin 0,1 g

Parfum q.s

Natrium Metabisulfit 0,2 g


28

Aguadest ad 100 ml

3.6.2 Formulasi Modifikasi

Tabel formulasi modifikasi sediaan

Bobot per formulasi


Bahan
F0 FI FII FIII
Bentonit 1g 1g 1g 1g
Kaolin 40 g 40 g 40 g 40 g
Xanthan gum 0,8 g 0,8 g 0,8 g 0,8 g
Gliserin 2g 2g 2g 2g
Ekstrak bengkuang - 2g 4g 6g
Nipagin 0,1 g 0,1 g 0,1 g 0,1 g
Parfum q.s q.s q.s q.s
Natrium metabisulfat O,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g
Ad 100 Ad 100
Aguadest ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml
ml ml

3.6.3 Prosedur Pembuatan Basis Masker Pasta Bengkuang

1) Aguadest dituangkan didalam lumpang dan tambahkan bentonit.

2) Bentonit dibiarkan terbasahi lalu tambahkan xantan gum dan digerus cepat

sampai seluruh gum melarut.

3) Kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus

dan ditambahkan gliserin dalam lumpang.

4) Larutkan Na Metabisulfit dengan Nipagin dalam air panas.

5) Setelah larut masukkan kedalam lumpang sedikit demi sedikit dan gerus

cepat

6) Setelah homongen tambahkan bahan aktif (bengkoang) dan aduk sampai

homogen.
29

3.6.4 Formula Mengandung Ekstrak Bengkuang

Konsentrasi ekstrak bengkuang yang digunakan adalah 2%, 4% dan 6%.

Formula dasar masker yang tidak mengandung ekstrak bengkuang digunakan

sebagai blanko

Komposisi formula 2%, 4% dan 6%.

Konsentrasi
Bahan Formula
Blanko Formula 2% Formula 4%
6%
Ekstrak
0 2 4 6
Bengkuang
Basis 100 98 96 94

Cara pembuatan:

Ekstrak bengkuang ditimbang sesuai dengan konsentrasi, kemudian ditambahkan

basis masker yang telah dibuat hingga 100 g dan di gerus merata hingga terbentuk

pasta homogen.

3.7 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan

3.7.1. Uji Homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar.

3.7.2. Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

digital. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
30

pH tersebut. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan

dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam

larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan angka pH sampai konstan.

3.7.3. Pengukuran Lama Pengeringan Masker

Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu ±25°C dengan

mengambil ±2 g sediaan masker dan dioleskan pada wajah sukarelawan, ditandai

lalu diukur waktu saat sediaan mengering. Dilakukan tiga kali pengkuran lama

pengeringan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.

3.7.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan

Masing-masing formula sediaan diambil 50 g dan dimasukkan kedalam

pot plastik, dengan tujuan untuk pengamatan perubahan warna, bau, dan bentuk

(konsistensi).

3.7.5. Uji Iritasi Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker ekstrak bengkuang dengan

maksud untuk mengetahui bahwa masker yang dibuat dapat menimbulkan iritasi

pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer

yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada

kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah

penyentuhan atau pelekatan pada kulit.

3.7.6. Pengujian Efektivitas

Pengujian efektivitas dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang

dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : 3 sukarelawan untuk masker pasta Fo (blanko)


31

b. Kelompok II : 3 sukarelawan untuk masker pasta FI (2%)

c. Kelompok III : 3 sukarelawan untuk masker pasta FII (4%)

d. Kelompok IV : 3 sukarelawan untuk masker pasta FII (6%)

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa yang

tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih

dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan metode pengukuran normal dan

polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer

menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat.(Rara

Lavenia, 2017)

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah

dioleskan masker pasta. Pengujian dilakukan meliputi: kadar air (moisture),

banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dengan menggunakan skin analyzer.

Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasikan masker hingga merata pada

kulit seluas area uji yang telah ditandai, masker diaplikasikan berdasarkan

kelompok yang telah ditetapkan diatas. Perubahan kondisi kulit diukur saat

sebelum aplikasi dan setelah aplikasi masker sediaan pasta disetiap 7 dan 14 hari

dengan menggunakan alat skin analyzer (35).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Dan Pembahasan

4.1.1. Hasil Identifikasi Tanaman Bengkoang

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Hebarium Medanense, Universitas

Sumatera Utara. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sampel termasuk family

Fabaceae dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.2. Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan atau dioleskan pada

sekeping kaca untuk melihat susunan yang homogeny pada suatu sediaan dalam

konsentrasi 2%, 4% dan 6% telah memberikan susunan yang homogendan tidak

terdapat butiran kasar.

Sediaan masker bentuk pasta yang menggunakan basis yang optimal

dengan tambahan zat aktif pati bengkoang (Pachyrhizus erosus L) dengan

konsentrasi 2%, 4% dan 6% diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan

sejumlah sediaan tertentu pada objek gelas. Sediaan harus menunjukkan susunan

yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar. Hasil yang dilakukan

terlihat tidak terdapat partikel kasar pada keempat formula (36).

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara dioleskan pada kaca

objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lainnya untuk diamati

homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas kaca objek

tersebut maka pasta yang diuji homogen (37).

32
33

4.1.3. Hasil Uji pH

Tabel 4.1.Pengukuran pH
Sediaan pH
F0 4,7
F1 5,2
F2 5,5
F3 5,8

Uji pH dilakukan untuk menjamin sediaan masker pasta tidak

menyebabkan iritasi kulit. Formula masker pasta diukur pH nya dengan

menggunakan alat pH meter digital. Formula masker pasta harus memenuhi

kriteria pH kulit yaitu dalam internal 4,5 – 6,5. Pemeriksaan pH dilakukan sesaat

setelah pembuatan sediaan. Pada pengamatan evaluasi terhadap nilai pH sediaan

terlihat bahwa keempat formula sudah memenuhi syarat terhadap pH kulit yaitu

4,5 – 6,5. Jika sediaan memiliki pH terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit

menjadi kering, sedangkan jika pH terlalu asam menimbulkan iritasi kulit (36).

Pengujian pH dilakukan dengan caramencelupkan elektroda pH meter ke

dalam setiap sediaan masker pasta bengkoang yang sebelumnya telah dilarutkan

dengan aquadest. Setelah elektroda tercelup, nyalakan pH meter kemudian

didiamkan hingga layar pada pH meter menunjukkan angka yang stabil (38).

4.1.4. Hasil Uji Lama Pengeringan Masker

Uji lama pengeringan dilakukan pada setiap sukarelawan dengan cara

mengoleskan di punggung tangan atau dibelakang telinga.


34

Tabel 4.2. Hasil Uji Lama Pengeringan Masker Pasta

Formula Waktu
Fo 1-5 menit
F1 1-5 menit
F2 1-5 menit
F3 1-5 menit

Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan masing masing formula

sediaan kepunggung tangan atau dibelakang telinga, kemudian dilihat

menggunakan stopwatch waktu yang disediakan untuk mengering, yaitu waktu

untuk sediaan membentuk film. Pada tabel diatas menunjukkan tidak adanya

perbedaan waktu mengering dari masing masing basis masker pasta. Waktu

kering dari keempat formula masker pasta berkisar 1 menit – 5 menit. Hal ini

menunjukkan bahwa keempat formula tersebut masih memenuhi syarat waktu

kering yang baik (36).

4.1.5. Hasil Uji Stabilitas Sediaan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama 4 minggu penyimpanan.

Sediaan pasta disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan warna, bau, dan

bentuk atau tekstur dari sediaan. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat

dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Stabilitas Sediaan Pasta

Pengamatan (minggu)
Formula 0 1 2 3 4
x Y Z X Y z x Y z x y z X y z
F0 - - - - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - - - - -
35

Keterangan :
Pasta F0 : Blanko (tanpa partikel bengkoang)
Pasta F1 : Pasta Bengkoang dengan konsentrasi 2%
Pasta F2 : Pasta Bengkoang dengan konsentrasi 4%
Pasta F3 : Pasta Bengkuang dengan konsentrasi 6%
X : Perubahan Warna
Y : Perubahan Bau
Z : Perubahan Bentuk Pasta
- : Tidak terjadi perubahan stabilitas sediaan
+ : Terjadi Perubahan Stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas ini bertujuan untuk mendeskripsikan sediaan pasta

yang meliputi warna, bau, dan bentuk secara visual untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh selama masa penyimpanan 28 hari. Pengamatan stabilitas

sediaan pasta meliputi warna, bau, dan bentuk dari sediaan. Sediaan dinyatakan

stabil apabila warna, bau, dan bentuk dari sediaan tidak berubah secara visual

selama penyimpanan dan juga tidak ditumbuhi jamur dari hari pertama sampai 28

hari. Hasil pengamatan sediaan pasta menunjukkan bahwa semua sediaan pasta

tidak mengalami perubahan yang berarti dari segi penampilan baik warna, bau,

dan bentuk selama penyimpanan 28 hari. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan

pasta dari bahan bengkoang stabil (39).

4.1.6. Hasil Uji Iritasi Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 orang panelis yang dilakukan

dengan cara mengoleskan sediaan pasta dibelakang telinga selama 2 hari berturut-

turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi dapat dilihat

pada Tabel 4.3 berikut.


36

Tabel 4.4. Data Hasil Uji Iritasi Sediaan

Panelis
formula
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fo - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - -

Keterangan :
- : Tidak ada reaksi alergi
+ : Ada reaksi alergi

Uji tempel adalah uji iritasi kulit dan kepekaan kulit yang dilakukan

dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan

maksud untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau

kepekaan kulit atau tidak. Iritasi atau kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadaap

toksikan kulit, jika toksikan diletakkan diatas kulit akan menyebabkan kerusakan

kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan

golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena

pelekatan toksikan golongan alergen. Tanda tanda yang ditimbulkan kedua reaksi

kulit tersebut antara lain hiperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Jadi, dari

hasil evaluasi uji iritasi yang dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang

tidak mengalami iritasi atau masalah pada sediaan pasta (40).

4.1.7. Pengujian Efektivitas

Pengujian efektivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer ASW

Aram Huvis perbesaran lensa 30×, dimana parameter uji meliputi : pengukuran

keriput (wrinkle), pengukuran pigmen hitam (melanin), besar pori (pore), dan

pengukuran kadar air (moisture). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai

dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan perawatan, hal ini
37

bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh pasta yang digunakan

dalam memulihkan kulit setelah mengalamai penuaan tersebut (39).

1. Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran

terdapat dalam tabel 4.5 dan gambar 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.5 : Data Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) Pada Kulit
Sukarelawan

Kadar air Peningkatan


Formula sukarelawan Kondisi kadar air
1 2 3
awal (%)
1 24 26 28 29 17,2
2 24 25 27 28 14,3
F0
3 23 24 25 27 14,8
Rata-rata 23,67 25 26,67 27,67 15,4
1 22 25 28 29 24,1
2 25 27 28 30 16,7
F1
3 26 27 28 30 13,3
Rata-rata 24,33 26,33 28 29,67 18
1 24 25 28 30 20
2 25 26 28 27 7,4
F2
3 24 25 26 28 14,3
Rata-rata 24,33 25,33 27,33 28,33 13,9
1 19 19 23 24 20,8
2 25 25 26 26 3,8
F3
3 19 26 26 29 34,5
Rata-rata 21 23,33 25 26,33 19,7

Ket : Dehidrasi : 0-29; Normal : 30-50; Hidrasi : 51-100


Pasta F0 : Blanko ( tanpa adanya bengkoang)
Pasta F1 : Masker pasta 2%
Pasta F2 : Masker pasta 4%
Pasta F3 : Masker pasta 6%
38

Hasil pengukuran kadar air

35
30
25 f0
20
f1
15
f2
10
f3
5
0
kondisi awal minggu 1 minggu 2 minggu 3

Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengukuran Kadar Air Pada Kulit Punggung
Tangan Sukarelawan Selama 2 Minggu: Pemakaian

Dari hasil pengukuran pada tabel 4.5 dan grafik 4.1 menunjukkan adanya

peningkatan kadar air kulit sukarelawan setelah menggunakan masker pasta.

Diketahui persentase perubahan kadar air pada sukarelawan yang menggunakan

blanko sebesar 15,4%; F1 18%; F2 13,9%; F3 19,7%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa formula F3 dengan konsentrasi 19,7% memiliki persentase

peningkatan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase formula

lainnya.

Berdasarkan hasil uji one-way anova kadar air yang menunjukkan nilai F

hitung minggu 1 = 1,098 < F tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya

perbedaan signifikan antar formula, nilai F hitung minggu 2 = 2,983 < F tabel =

4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula,

nilai F hitung minggu 3 = 2,256 < F tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak

adanya perbedaan signifikan antar formula.


39

2. Pori (pore)

Pengukuran besar pori menggunakan perangkat skin analyzer dengan lensa

60× dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru, pada waktu

melakukan analisa besar pori maka akan terbaca (Aramo,2012). Hasil pengukuran

besar pori dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) Pada Kulit Sukarelawan

Pori (pore) Peningkatan


Formula sukarelawan Kondisi kadar air
1 2 3
awal (%)
1 38 33 29 21 44,7
2 27 24 24 23 14,8
F0
3 27 24 24 23 14,8
Rata-rata 30,67 27 25,67 22,3 24,8
1 34 28 25 25 26,5
2 24 31 19 19 20,8
F1
3 36 25 33 24 33,3
Rata-rata 31,3 28 25,67 22,67 26,9
1 27 27 23 19 29,6
2 54 37 32 23 57,4
F2
3 53 32 23 23 56,6
Rata-rata 44,67 32 26 21,67 47,9
1 51 37 25 20 60,8
2 54 39 38 29 46,3
F3
3 40 39 34 33 17,5
Rata-rata 48,3 38,3 32,3 27,3 41,5

Ket : kecil : 0-19; beberapa besar : 30-39; sangat besar : 40-100


Pasta F0 : Blanko (tanpa pati bengkoang)
Pasta F1 : Masker pasta bengkoang 2%
Pasta F2 : Masker pasta bengkoang 4%
Pasta F3 : Masker pasta bengkoang 6%
40

Hasil pengukuran pori (pore)

60
50
40 f0
30 f1
20
f2
10
f3
0
kondisi minggu 1 minggu 2 minggu 3
awal

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran besar pori

Dari hasil pengukuran pada tabel 4.6 dan grafik 4.2 menunjukkan adanya

peningkatan pengecilan besar pori sukarelawan setelah menggunakan masker

pasta. diketahu persentase pengecilan pori pada sukarelawan yang menggunakan

blanko sebesar 24,8%; F1 26,9%; F2 47,9%; dan F3 41,5%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa formula F2 dan formula F3 memiliki persentase pengecilan

pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan F0 dan F1.

Berdasarkan hasil uji one-way anova pori (pore) yang menunjukkan nilai

F hitung minggu 1 = 5,091 < F tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak

adanya perbedaan signifikan antar formula, nilai F hitung minggu 2 = 1,002 < F

tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar

formula, nilai F hitung minggu 3 = 1,312 < F tabel = 4,07 yang berarti

menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula.

3. Banyaknya noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda (spot) menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 60× dan mode pembacaan polarisasi dengan lampu
41

sensor berwarna jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.7 Data Hasil Pegukuran Banyaknya Noda (Spot)

Banyaknya noda (spot) Peningkatan


Formula sukarelawan Kondisi kadar air
1 2 3
awal (%)
1 26 25 24 22 15,4
2 25 21 19 18 28
F0
3 27 27 23 22 18,5
Rata-rata 26 24,3 22 20,67 20,6
1 31 27 23 21 32,3
2 30 27 23 23 23,3
F1
3 30 27 27 23 23,3
Rata-rata 30,3 27 24,3 22,3 26,3
1 32 29 23 23 23,3
2 46 29 24 23 50
F2
3 35 31 29 23 34,3
Rata-rata 37,67 29,67 25,3 23 35,9
1 50 31 27 20 60
2 43 38 22 22 48,8
F3
3 38 33 32 20 47,4
Rata-rata 43,67 34 27 20,67 52,0

Ket : sedikit : 0-19; beberapa noda : 20-39; banyak noda : 40-100


Pasta F0 : Blanko (tanpa adanya pati bengkoang)
Pasta F1 : Pasta bengkoang 2%
Pasta F2 : Pasta bengkoang 4%
Pasta F3 : Pasta bengkoang 6%

Hasil pengukuran banyaknya noda (spot)


50

40

30 f0
f1
20
f2
10
f3
0
kondisi minggu 1 minggu 2 minggu 3
awal

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Noda Pada Kulit Sukarelawan


42

Dari hasil pengukuran pada tabel 4.7 dan grafik 4.3 menunjukkan adanya

pengurangan jumlah noda sukarelawan setelah menggunakan masker pasta.

Diketahui persentase pengurangan noda pada sukarelawan yang menggunakan

blanko sebesar 20,6%; F1sebesar 26,3%; F2 sebesar 35,9% dan F3 sebesar 52,0%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa formula F2 dan F3 memiliki persentase

pengurangan noda yang sangat besar dibandingkan dengan formula lainnya.

Berdasarkan hasil uji one-way anova noda (spot) yang menunjukkan nilai

F hitung minggu 1 = 8,615 < F tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak

adanya perbedaan signifikan antar formula, nilai F hitung minggu 2 = 1,100 < F

tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar

formula, nilai F hitung minggu 3 = 2,111 < F tabel = 4,07 yang berarti

menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula.

4. Keriput (wrinkle)

Pengukuran keriput menggunakan perangkat skin analyzer lensa

perbesaran 10× dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru.

Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
43

Tabel 4.8 Data Hasil Pengukuran Keriput (Wrinkle) Pada Kulit Sukarelawan

Keriput (wrinkle) Peningkatan


Formula sukarelawan Kondisi kadar air
1 2 3
awal (%)
1 39 25 24 22 43,6
2 25 24 21 20 20
F0
3 39 39 28 24 38,5
Rata-rata 34,3 29,3 24,3 22 34,0
1 25 23 22 20 20
2 23 23 23 22 4,3
F1
3 27 23 23 22 18,5
Rata-rata 25 23 22,67 21,3 14,3
1 39 26 23 21 46,1
2 27 26 26 23 14,8
F2
3 39 27 24 23 41,0
Rata-rata 35 26,3 24,3 22,3 33,9
1 46 28 27 27 41,3
2 49 45 44 43 12,2
F3
3 39 39 22 10 74,3
Rata-rata 44,67 37,3 31 26,67 42,6

Ket : sedikit : 0-19; tidak berkeriput : 20-52; berkeriput parah : 53-100


Pasta F0 : Blanko (tanpa pati bengkoang)
Pasta F1 : Pasta bengkoang 2%
Pasta F2 : Pasta bengkoang 4%
Pasta F3 : Pasta bengkoang 6%

Hasil pengukuran keriput (wrinkle)


50
40
30 f0
f1
20
f2
10
f3
0
kondisi minggu 1 minggu 2 minggu 3
awal

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Keriput Pada Sukarelawan

Dari hasil pegukuran pada tabel 4.8 dan grafik 4.4 menunjukkan adanya

pengurangan keriput sukarelawan setelah menggunakan masker pasta. Diketahui


44

persentase pengurangan keriput pada sukarelawan yang menggunakan blanko

sebesar 34,0%; F1 sebesar 14,3%; F2 sebesar 33,9% dan F3 sebesar 42,6%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa formula F3 dan F4 memiliki persentase

pengurangan keriput yang lebih besar dibandingkan formula lainnya.

Berdasarkan hasil uji one-way anova keriput (wrinkle) pada tabel 4.12

menunjukkan nilai F hitung minggu 1 = 3,108 < F tabel = 4,07 yang berarti

menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula, nilai F hitung

minggu 2 = 1,107 < F tabel = 4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya

perbedaan signifikan antar formula, nilai F hitung minggu 3 = 0,253 < F tabel =

4,07 yang berarti menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar formula.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Ekstrak bengkoang dapat diformulasikan sebagai sediaan pasta. Dari hasil

uji aktivitas Anti-Aging dengan menggunakan skin analyzer ASW Aram

Huwis perbesaran lensa 30x menunjukkan adanya perubahan pada kulit

sukarelawan setelah dilakukan perawatan dengan menggunakan masker

pasta.

2. Ekstrak bengkoang dapat menghilangkan kerutan pada kulit wajah.

Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka efek untuk uji aktivitas

Anti-Aging semakin tinggi, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

untuk uji aktivitas Anti-Aging pada konsentrasi 6% memiliki efek yang

lebih tinggi.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian

lebih lanjut dalam bentuk sediaan lain seperti sediaan gel untuk obat luka dengan

menggunakan ekstrak bengkoang atau sediaan sabun cair untuk uji aktivitas Anti-

Aging.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Yulianti L. Pengaruh perbandingan terigu dengan parutan bengkuang


(Pachyrhizus erosus) terhadap mutu karakteristik ccokis yang dihasilkan.
2016. p. 1–76.
2. Sukristiani D. Pengetahuan tentang kosmetika perawatan kulit wajah dan
riasan pada mahasiswa jurusan kesejahteraan keluarga fakultas teknik
universitas negeri padang. 2014;(September):1–17.
3. Anggowarsito JL. Aspek fisiologi penuaan kulit. 2014;2(1):56–61.
4. Nazara NQ. Formulasi krim pemutih wajah ekstrak etanol dari ekstrak
bengkuang (pachyrhizus erosus) dan kentang (solanum tuberosum L.).
2017.
5. AF SM, Widodo, Widiyanti S. Formulasi masker alami berbahan dasar
bengkuang dan jintan hitam untuk mengurangi kerutan pada kulit wajah.
2016;4(2):22–35.
6. Warnida H. Formulasi Gel Pati Bengkuang ( Pachyrhizus erosus ( L .) Urb
.) dengan Gelling Angent Metilselulosa. 2015;1(2):121–6.
7. Virgita VM. Pemanfaatan ketan hitam sebagai masker wajah. 2015;1–138.
8. Rahma ANA, Wahini, Dr. Meda MS. Pengaruh proporsi daging kurma dan
madu pada sifat organoleptik masker wajah tradisional. 2017;6(1):162–9.
9. Sari NT, Riayah PD, Fasya N, A AM. Pengembangan Formulasi Pasta
Antiinflamasi Piroksikam Berbasis Ampas Tahu dalam Pemanfaatan
Limbah Tahu Di Purwokerto ( Formulation of Piroksikam Anti-Inflamation
Paste from Soybean Curd Residue in Utilization Soybean Waste at
Purwokerto ). 2017;15(2):148–54.
10. Ningsih S, Hidayati L, Akbar R. Pasta Zinc Oxide sebagai Mild Astrigent
menggunakan basis Amilum Singkong ( Manihot utilisima Pohl ).
2015;7(2):95–103.
11. Panggabean FD, Mawarni L, Nissa TC. Respon pertumbuhan dan produksi
bengkuang (pachyrhizus erosus (L) Urban) terhadap waktu pemangkasan
dan jarak tanam. 2014;2(2337):702–11.
12. Hermianti W, Diza YH, Firdaus, Wahyuningsih T. Pengaruh pengurangan
kadar air dan penggunaan bahan pengikat kadar air dalam pembuatan cake
Bengkuang. 2016;6(2):117–25.
13. Fitrah SIH, Lintong PM, Loho LL. Pengaruh pemberian Umbi Bengkuang(
Pachyrrhizus erosus l urban ) terhadap jumlah pigmen melanin kulit mencit
( Mus musculus ) yang dipaparkan sinar matahari. 2015;3(1):216–20.
14. Asben A, Permata DA, Rahmi ID, Fiana RM. Pemanfaatan Bengkuang (
Pachyrhizus Erosus) Afkir untuk pembuatan bedak dingin pada kelompok
wanita tani berkat yakin Kec. Batang Anai Kab. Padang Pariaman.
2018;2(1):37–47.

46
47

15. Yusriani. Uji Aktivitas krim ekstrak bengkuang (pachyrrhizus erosus)


terhadap bakteri propionibacterium acnes. 2010;1–7.
16. Adreshina P, Dr. Maspiyah MK. Pengaruh proporsi pati bengkuang
(pachyrhizus erosus) dan ekstrak okra (abelmoschus esculentus) terhadap
hasil jadi masker untuk perawatan kulit wajah berminyak dan berjerawat.
Biomass Chem Eng. 2018;7(2):106–13.
17. Rukmana HR, Yudirachman HH. Kiat sukses budi daya bengkuang. 2014.
18. Irawati L, Sulandjari, Dra. Hj. Siti MS. Pengaruh Komposisi Masker Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L) dan pati bengkuang terhadap hasil
penyembuhan jerawat pada kulit wajah berminyak. 2013;2(2):40–8.
19. Meliani FI. Pemanfaatan biji pepaya dan pati bengkoang (Pachyrrhzus
erosus) sebagai lulur tradisional untuk kulit kering. 2016;1–61.
20. Suparni I, Wulandari A. Herbal Bali khasiat dan ramuan tradisional asli
dari Bali. 2017.
21. Azani S. Pemanfaatan ekstrak biji bengkoang (Pachyrrhizus erosus)
sebagai larvisida terhadap larva nyamuk aedeps spp. 2003;1–47.
22. Yeni G, Failisnur, Firdausni. Membuat aneka olahan bengkuang. 2013.
23. Judha M. Rangkuman sederhana anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa
kesehatan. 2016.
24. Setiawan AF, Wijoyo, Sunaryo. Sistem Cerdas Penghitung Sel Kulit Mati
Manusia dengan Metode Improved Counting Morphology. J EECCIS.
2013;7(1):28–34.
25. Meliartha C. Uji efektivitas sediaan lotion anti nyamuk ekstrak etanol daun
sirih (Piper betle L.) kombinasi minyak bunga kenanga (Cananga odorata).
2018.
26. Suroyo, dr. Hj. Razia Begum, M. Se MK, Fitriani, dr. Hj. Arifah Devi M
kes. Anatomi fisiologi untuk paramedis. 2015.
27. Dwisang, Evi Luvina SS. Anatomi dan fisiologi. 2014.
28. Nurbaiti. Formulasi sediaan sabun mandi padat dari kulit pisang kepok
(Musa normalis L.). 2018. p. 10–1.
29. Atmaja NS, Marwiyah, Setyowati E. Journal of Beauty and Beauty Health
Education. J Beauty Beauty Heal Educ. 2012;1(1):1–7.
30. Pangaribuan L. Efek Samping Kosmetik Dan Penangananya Bagi Kaum
Perempuan. J Kel Sehat Sejah. 2017;15(30):20–8.
31. Tranggono, Dr. Retno I.S SK, Latifah, Dra. Fatma A. Kosmetologi. 2014.
32. Anggi V. Formulasi Pasta Serbuk Kopi dengan variasi konsentrasi sebagai
daya hambat bakteri Staphylococcus Aureus. 2016;4(3):90–8.
33. Anisah N. Studi Eksperimen pembuatan masker dengan Komposisi Bunga
Pukul Empat , kencur dan binahong untuk kulit jerawat. 2015;1–121.
48

34. Damanik, Syaputri A. Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Masker Clay
yang Mengandung Ampas Kopi ( Coffea arabica L .). 2018. 29-33 p.
35. Rara L. Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-Aging Masker Gel Peel-Off
yang Mengandung Minyak Macadamia. 2017. 1-119 p.
36. Hanan DM, Puji ANH. Formulasi dan evaluasi sediaan masker gel pati
bengkoang (pachyrrhizus erosus.L) untuk flek hitam bekas jerawat.
2018;3(2):1–10.
37. Rabina, Marshall. Uji stabilitas formulasi sediaan krim antioksidan ekstrak
etanol dari biji melino (Gnetum gnemon L.). 2017;2(1):107–21.
38. Septiani S, Wathoni N, Mita SR. Formulasi sediaan masker gel antioksidan
dari ekstrak etanol biji melinjo (gnetun gnemon Linn.). 2011;1–27.
39. Risnanto. Formulasi Gel Anti-Aging Ekstrak Etil Asetat Daun Jelatang (
Urtica dioica L .). 2018;
40. Indonesia departemen republik. Formularium kosmetika indonesia. 1985.
49

Lampiran 1 : Hasil Identifikasi Tanaman Benlgkoang


50

Lampiran 2 : Data gambar pengolahan bengkoang

sampel hasil setelah di blender hasil setelah dikeringkan


51

Lampiran 3 : Data gambar uji homogenitas


52

Lampiran 4 : Data uji Ph

FO : Blanko F1 : Konsentrasi 2%

F2 : Konsentrasi 4% F3 : Konsentrasi 6%
53

Lampiran 5 : Data uji stabilitas sediaan


54

Lampiran 6 : Data uji iritasi sukarelawan


55

Lampiran 7 : Gambar Alat Skin Analyzer


56

Lampiran 8 : Data uji efektivitas

F0 : Blanko

KADAR AIR

 Minggu 0

 MINGGU 1
57

 MINGGU 2

 MINGGU 3

PORI (Pore)

 MINGGU 0
58

 MINNGU 1

 MINGGU 2

 MINGGU 3
59

NODA (Spot)

 MINGGU 0

 MINGGU 1

 MINGGU 2
60

 MINGGU 3

KERIPUT (Wrinkle)

 MINGGU 0
61

 MINGGU 1

 MINGGU 2

 MINGGU 3
62

F1 : Masker Pasta Bengkoang 2%

KADAR AIR

 MINGGU 0

 MINGGU 1

 MINGGU 2
63

 MINGGU 3

PORI (Pore)

 MINGGU 0

 MINGGU 1
64

 MINGGU 2

 MINGGU 3

NODA (Spot)

 MINGGU 0
65

 MINGGU 1

 MINGGU 2

 MINGGU 3
66

KERIPUT (Wrinkle)

 MINGGU 0

 MINGGU 1

 MINGGU 2
67

 MINGGU 3

F2 : Masker Pasta Bengkoang 4%


KADAR AIR
 MINGGU 0

 MINGGU 1
68

 MINGGU 2

 MINGGU 3

PORI (Pore)

 MINGGU 0
69

 MINGGU 1

 MINGGU 2

 MINGGGU 3
70

NODA (Spot)

 MINGGU 0

 MINGGU 1

 MINGGU 2
71

 MINGGU 3

KERIPUT (Wrinkle)

 MINGGU 0
72

 MINGGU 1

 MINGGU 2

 MINGGU 3
73

F3 : Masker Pasta Bengkoang 6%


KADAR AIR

 MINGGU 0

 MINGGU 1

 MINGGU 2
74

 MINGGU 3

PORI (Pore)

 MINGGU 0

 MINGGU 1
75

 MINGGU 2

 MINGGU 3
76

NODA (Spot)

KADAR AIR

 MINGGU 0

 MINGGU 1
77

 MINGGU 2

 MINGGU 3

KERIPUT (Wrinkle)

 MINGGU 0
78

 MINGGU 1

 MINGGU 2
79

 MINGGU 3
80

Lampiran 9 : Data statistik uji one-way Anova

1. Kadar air (moisture)

Descriptives

95% Confidence Interval for


Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

Minggu 1 Fo 3 25.00 1.000 .577 22.52 27.48 24 26

F1 3 26.33 1.155 .667 23.46 29.20 25 27

F2 3 25.33 .577 .333 23.90 26.77 25 26

F3 3 23.33 3.786 2.186 13.93 32.74 19 26

Total 12 25.00 2.089 .603 23.67 26.33 19 27

minggu 2 Fo 3 26.67 1.528 .882 22.87 30.46 25 28

F1 3 28.00 .000 .000 28.00 28.00 28 28

F2 3 27.33 1.155 .667 24.46 30.20 26 28

F3 3 25.00 1.732 1.000 20.70 29.30 23 26

Total 12 26.75 1.603 .463 25.73 27.77 23 28

minggu 3 Fo 3 28.00 1.000 .577 25.52 30.48 27 29

F1 3 29.67 .577 .333 28.23 31.10 29 30

F2 3 28.33 1.528 .882 24.54 32.13 27 30

F3 3 26.33 2.517 1.453 20.08 32.58 24 29

Total 12 28.08 1.832 .529 26.92 29.25 24 30

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Minggu 1 6.519 3 8 .015

minggu 2 4.256 3 8 .045

minggu 3 1.697 3 8 .244


81

Lampiran 9 (lanjutan)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Minggu 1 Between Groups 14.000 3 4.667 1.098 .404

Within Groups 34.000 8 4.250

Total 48.000 11

minggu 2 Between Groups 14.917 3 4.972 2.983 .096

Within Groups 13.333 8 1.667

Total 28.250 11

minggu 3 Between Groups 16.917 3 5.639 2.256 .159

Within Groups 20.000 8 2.500

Total 36.917 11

Multiple Comparisons

Tukey HSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


Dependent Monstur Monstur Mean Difference
Variable aizer aizer (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Minggu 1 Fo F1 -1.333 1.683 .856 -6.72 4.06

F2 -.333 1.683 .997 -5.72 5.06

F3 1.667 1.683 .759 -3.72 7.06

F1 Fo 1.333 1.683 .856 -4.06 6.72

F2 1.000 1.683 .931 -4.39 6.39

F3 3.000 1.683 .347 -2.39 8.39

F2 Fo .333 1.683 .997 -5.06 5.72

F1 -1.000 1.683 .931 -6.39 4.39

F3 2.000 1.683 .650 -3.39 7.39

F3 Fo -1.667 1.683 .759 -7.06 3.72

F1 -3.000 1.683 .347 -8.39 2.39

F2 -2.000 1.683 .650 -7.39 3.39

minggu 2 Fo F1 -1.333 1.054 .607 -4.71 2.04


82

Lampiran 9 (lanjutan)

F2 -.667 1.054 .919 -4.04 2.71

F3 1.667 1.054 .439 -1.71 5.04

F1 Fo 1.333 1.054 .607 -2.04 4.71

F2 .667 1.054 .919 -2.71 4.04

F3 3.000 1.054 .083 -.38 6.38

F2 Fo .667 1.054 .919 -2.71 4.04

F1 -.667 1.054 .919 -4.04 2.71

F3 2.333 1.054 .199 -1.04 5.71

F3 Fo -1.667 1.054 .439 -5.04 1.71

F1 -3.000 1.054 .083 -6.38 .38

F2 -2.333 1.054 .199 -5.71 1.04

minggu 3 Fo F1 -1.667 1.291 .593 -5.80 2.47

F2 -.333 1.291 .993 -4.47 3.80

F3 1.667 1.291 .593 -2.47 5.80

F1 Fo 1.667 1.291 .593 -2.47 5.80

F2 1.333 1.291 .736 -2.80 5.47

F3 3.333 1.291 .120 -.80 7.47

F2 Fo .333 1.291 .993 -3.80 4.47

F1 -1.333 1.291 .736 -5.47 2.80

F3 2.000 1.291 .455 -2.13 6.13

F3 Fo -1.667 1.291 .593 -5.80 2.47

F1 -3.333 1.291 .120 -7.47 .80

F2 -2.000 1.291 .455 -6.13 2.13


83

Lampiran 9 (lanjutan)

Minggu 1
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05
Monstur
aizer N 1

F3 3 23.33

Fo 3 25.00

F2 3 25.33

F1 3 26.33

Sig. .347

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.

minggu 2
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05
Monstur
aizer N 1

F3 3 25.00

Fo 3 26.67

F2 3 27.33

F1 3 28.00

Sig. .083

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.
84

Lampiran 9 (lanjutan)

minggu 3
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05
Monstur
aizer N 1

F3 3 26.33

Fo 3 28.00

F2 3 28.33

F1 3 29.67

Sig. .120

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.

2. pori (pore)

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

minggu 1 F0 3 27.00 5.196 3.000 14.09 39.91 24 33

F1 3 28.00 3.000 1.732 20.55 35.45 25 31

F2 3 32.00 5.000 2.887 19.58 44.42 27 37

F3 3 38.33 1.155 .667 35.46 41.20 37 39

Total 12 31.33 5.742 1.658 27.69 34.98 24 39

minggu 2 F0 3 25.67 2.887 1.667 18.50 32.84 24 29

F1 3 25.67 7.024 4.055 8.22 43.11 19 33

F2 3 26.00 5.196 3.000 13.09 38.91 23 32

F3 3 32.33 6.658 3.844 15.79 48.87 25 38

Total 12 27.42 5.680 1.640 23.81 31.03 19 38

minggu 3 F0 3 22.33 1.155 .667 19.46 25.20 21 23

F1 3 22.67 3.215 1.856 14.68 30.65 19 25


85

Lampiran 9 (lanjutan)

F2 3 21.67 2.309 1.333 15.93 27.40 19 23

F3 3 27.33 6.658 3.844 10.79 43.87 20 33

Total 12 23.50 4.079 1.177 20.91 26.09 19 33

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

minggu 1 1.596 3 8 .265

minggu 2 .732 3 8 .561

minggu 3 3.333 3 8 .077

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

minggu 1 Between Groups 238.000 3 79.333 5.091 .029

Within Groups 124.667 8 15.583

Total 362.667 11

minggu 2 Between Groups 96.917 3 32.306 1.002 .440

Within Groups 258.000 8 32.250

Total 354.917 11

minggu 3 Between Groups 60.333 3 20.111 1.312 .336

Within Groups 122.667 8 15.333

Total 183.000 11
86

Lampiran 9 (lanjutan)

Multiple Comparisons

Tukey HSD

95% Confidence Interval


Dependent Mean Difference
Variable (I) pori (J) pori (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

minggu 1 F0 F1 -1.000 3.223 .989 -11.32 9.32

F2 -5.000 3.223 .454 -15.32 5.32


*
F3 -11.333 3.223 .032 -21.66 -1.01

F1 F0 1.000 3.223 .989 -9.32 11.32

F2 -4.000 3.223 .621 -14.32 6.32


*
F3 -10.333 3.223 .050 -20.66 -.01

F2 F0 5.000 3.223 .454 -5.32 15.32

F1 4.000 3.223 .621 -6.32 14.32

F3 -6.333 3.223 .276 -16.66 3.99


*
F3 F0 11.333 3.223 .032 1.01 21.66
*
F1 10.333 3.223 .050 .01 20.66

F2 6.333 3.223 .276 -3.99 16.66

minggu 2 F0 F1 .000 4.637 1.000 -14.85 14.85

F2 -.333 4.637 1.000 -15.18 14.52

F3 -6.667 4.637 .513 -21.52 8.18

F1 F0 .000 4.637 1.000 -14.85 14.85

F2 -.333 4.637 1.000 -15.18 14.52

F3 -6.667 4.637 .513 -21.52 8.18

F2 F0 .333 4.637 1.000 -14.52 15.18

F1 .333 4.637 1.000 -14.52 15.18

F3 -6.333 4.637 .551 -21.18 8.52

F3 F0 6.667 4.637 .513 -8.18 21.52

F1 6.667 4.637 .513 -8.18 21.52

F2 6.333 4.637 .551 -8.52 21.18

minggu 3 F0 F1 -.333 3.197 1.000 -10.57 9.91

F2 .667 3.197 .997 -9.57 10.91

F3 -5.000 3.197 .448 -15.24 5.24


87

Lampiran 9 (lanjutan)

F1 F0 .333 3.197 1.000 -9.91 10.57

F2 1.000 3.197 .989 -9.24 11.24

F3 -4.667 3.197 .501 -14.91 5.57

F2 F0 -.667 3.197 .997 -10.91 9.57

F1 -1.000 3.197 .989 -11.24 9.24

F3 -5.667 3.197 .351 -15.91 4.57

F3 F0 5.000 3.197 .448 -5.24 15.24

F1 4.667 3.197 .501 -5.57 14.91

F2 5.667 3.197 .351 -4.57 15.91

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

minggu 1
a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

pori N 1 2

F0 3 27.00

F1 3 28.00

F2 3 32.00 32.00

F3 3 38.33

Sig. .454 .276

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


88

Lampiran 9 (lanjutan)

minggu 2
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

pori N 1

F0 3 25.67

F1 3 25.67

F2 3 26.00

F3 3 32.33

Sig. .513

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.

minggu 3
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

pori N 1

F2 3 21.67

F0 3 22.33

F1 3 22.67

F3 3 27.33

Sig. .351

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.
89

Lampiran 9 (lanjutan)

3. Noda (spot)
Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

minggu 1 F0 3 24.33 3.055 1.764 16.74 31.92 21 27

F1 3 27.00 .000 .000 27.00 27.00 27 27

F2 3 29.67 1.155 .667 26.80 32.54 29 31

F3 3 34.00 3.606 2.082 25.04 42.96 31 38

Total 12 28.75 4.267 1.232 26.04 31.46 21 38

minggu 2 F0 3 22.00 2.646 1.528 15.43 28.57 19 24

F1 3 24.33 2.309 1.333 18.60 30.07 23 27

F2 3 25.33 3.215 1.856 17.35 33.32 23 29

F3 3 27.00 5.000 2.887 14.58 39.42 22 32

Total 12 24.67 3.499 1.010 22.44 26.89 19 32

minggu 3 F0 3 20.67 2.309 1.333 14.93 26.40 18 22

F1 3 22.33 1.155 .667 19.46 25.20 21 23

F2 3 23.00 .000 .000 23.00 23.00 23 23

F3 3 20.67 1.155 .667 17.80 23.54 20 22

Total 12 21.67 1.614 .466 20.64 22.69 18 23

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

minggu 1 4.078 3 8 .050

minggu 2 .503 3 8 .691

minggu 3 7.111 3 8 .012


90

Lampiran 9 (lanjutan)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

minggu 1 Between Groups 152.917 3 50.972 8.615 .007

Within Groups 47.333 8 5.917

Total 200.250 11

minggu 2 Between Groups 39.333 3 13.111 1.100 .404

Within Groups 95.333 8 11.917

Total 134.667 11

minggu 3 Between Groups 12.667 3 4.222 2.111 .177

Within Groups 16.000 8 2.000

Total 28.667 11

Multiple Comparisons

Tukey HSD

95% Confidence Interval


Dependent Mean Difference
Variable (I) spot (J) spot (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

minggu 1 F0 F1 -2.667 1.986 .564 -9.03 3.69

F2 -5.333 1.986 .104 -11.69 1.03


*
F3 -9.667 1.986 .005 -16.03 -3.31

F1 F0 2.667 1.986 .564 -3.69 9.03

F2 -2.667 1.986 .564 -9.03 3.69


*
F3 -7.000 1.986 .032 -13.36 -.64

F2 F0 5.333 1.986 .104 -1.03 11.69

F1 2.667 1.986 .564 -3.69 9.03

F3 -4.333 1.986 .208 -10.69 2.03


*
F3 F0 9.667 1.986 .005 3.31 16.03
*
F1 7.000 1.986 .032 .64 13.36

F2 4.333 1.986 .208 -2.03 10.69

minggu 2 F0 F1 -2.333 2.819 .840 -11.36 6.69


91

Lampiran 9 (lanjutan)

F2 -3.333 2.819 .653 -12.36 5.69

F3 -5.000 2.819 .351 -14.03 4.03

F1 F0 2.333 2.819 .840 -6.69 11.36

F2 -1.000 2.819 .984 -10.03 8.03

F3 -2.667 2.819 .782 -11.69 6.36

F2 F0 3.333 2.819 .653 -5.69 12.36

F1 1.000 2.819 .984 -8.03 10.03

F3 -1.667 2.819 .932 -10.69 7.36

F3 F0 5.000 2.819 .351 -4.03 14.03

F1 2.667 2.819 .782 -6.36 11.69

F2 1.667 2.819 .932 -7.36 10.69

minggu 3 F0 F1 -1.667 1.155 .510 -5.36 2.03

F2 -2.333 1.155 .257 -6.03 1.36

F3 .000 1.155 1.000 -3.70 3.70

F1 F0 1.667 1.155 .510 -2.03 5.36

F2 -.667 1.155 .936 -4.36 3.03

F3 1.667 1.155 .510 -2.03 5.36

F2 F0 2.333 1.155 .257 -1.36 6.03

F1 .667 1.155 .936 -3.03 4.36

F3 2.333 1.155 .257 -1.36 6.03

F3 F0 .000 1.155 1.000 -3.70 3.70

F1 -1.667 1.155 .510 -5.36 2.03

F2 -2.333 1.155 .257 -6.03 1.36

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


92

Lampiran 9 (lanjutan)

minggu 1
a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

spot N 1 2

F0 3 24.33

F1 3 27.00

F2 3 29.67 29.67

F3 3 34.00

Sig. .104 .208

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

minggu 2
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

spot N 1

F0 3 22.00

F1 3 24.33

F2 3 25.33

F3 3 27.00

Sig. .351

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.
93

Lampiran 9 (lanjutan)

minggu 3
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

spot N 1

F0 3 20.67

F3 3 20.67

F1 3 22.33

F2 3 23.00

Sig. .257

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.

4. Keriput (Wrinkle)
Descriptives

95% Confidence Interval for Mean


Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

minggu 1 F0 3 29.33 8.386 4.842 8.50 50.17 24 39

F1 3 23.00 .000 .000 23.00 23.00 23 23

F2 3 26.33 .577 .333 24.90 27.77 26 27

F3 3 37.33 8.622 4.978 15.92 58.75 28 45

Total 12 29.00 7.556 2.181 24.20 33.80 23 45

minggu 2 F0 3 24.33 3.512 2.028 15.61 33.06 21 28

F1 3 22.67 .577 .333 21.23 24.10 22 23

F2 3 24.33 1.528 .882 20.54 28.13 23 26

F3 3 31.00 11.533 6.658 2.35 59.65 22 44

Total 12 25.58 6.171 1.781 21.66 29.50 21 44

minggu 3 F0 3 22.00 2.000 1.155 17.03 26.97 20 24

F1 3 21.33 1.155 .667 18.46 24.20 20 22

F2 3 22.33 1.155 .667 19.46 25.20 21 23


94

Lampiran 9 (lanjutan)

F3 3 26.67 16.503 9.528 -14.33 67.66 10 43

Total 12 23.08 7.452 2.151 18.35 27.82 10 43

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

minggu 1 6.159 3 8 .018

minggu 2 7.003 3 8 .013

minggu 3 3.435 3 8 .072

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

minggu 1 Between Groups 338.000 3 112.667 3.108 .089

Within Groups 290.000 8 36.250

Total 628.000 11

minggu 2 Between Groups 122.917 3 40.972 1.107 .401

Within Groups 296.000 8 37.000

Total 418.917 11

minggu 3 Between Groups 52.917 3 17.639 .253 .857

Within Groups 558.000 8 69.750

Total 610.917 11
95

Lampiran 9 (lanjutan)

Multiple Comparisons

Tukey HSD

95% Confidence Interval


Dependent (I) (J) Mean Difference
Variable wrinkle wrinkle (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

minggu 1 F0 F1 6.333 4.916 .594 -9.41 22.08

F2 3.000 4.916 .926 -12.74 18.74

F3 -8.000 4.916 .417 -23.74 7.74

F1 F0 -6.333 4.916 .594 -22.08 9.41

F2 -3.333 4.916 .903 -19.08 12.41

F3 -14.333 4.916 .075 -30.08 1.41

F2 F0 -3.000 4.916 .926 -18.74 12.74

F1 3.333 4.916 .903 -12.41 19.08

F3 -11.000 4.916 .193 -26.74 4.74

F3 F0 8.000 4.916 .417 -7.74 23.74

F1 14.333 4.916 .075 -1.41 30.08

F2 11.000 4.916 .193 -4.74 26.74

minggu 2 F0 F1 1.667 4.967 .986 -14.24 17.57

F2 .000 4.967 1.000 -15.90 15.90

F3 -6.667 4.967 .564 -22.57 9.24

F1 F0 -1.667 4.967 .986 -17.57 14.24

F2 -1.667 4.967 .986 -17.57 14.24

F3 -8.333 4.967 .393 -24.24 7.57

F2 F0 .000 4.967 1.000 -15.90 15.90

F1 1.667 4.967 .986 -14.24 17.57

F3 -6.667 4.967 .564 -22.57 9.24

F3 F0 6.667 4.967 .564 -9.24 22.57

F1 8.333 4.967 .393 -7.57 24.24

F2 6.667 4.967 .564 -9.24 22.57

minggu 3 F0 F1 .667 6.819 1.000 -21.17 22.50

F2 -.333 6.819 1.000 -22.17 21.50

F3 -4.667 6.819 .900 -26.50 17.17


96

Lampiran 9 (lanjutan)

F1 F0 -.667 6.819 1.000 -22.50 21.17

F2 -1.000 6.819 .999 -22.84 20.84

F3 -5.333 6.819 .861 -27.17 16.50

F2 F0 .333 6.819 1.000 -21.50 22.17

F1 1.000 6.819 .999 -20.84 22.84

F3 -4.333 6.819 .918 -26.17 17.50

F3 F0 4.667 6.819 .900 -17.17 26.50

F1 5.333 6.819 .861 -16.50 27.17

F2 4.333 6.819 .918 -17.50 26.17

minggu 1
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

wrinkle N 1

F1 3 23.00

F2 3 26.33

F0 3 29.33

F3 3 37.33

Sig. .075

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.
97

Lampiran 9 (lanjutan)

minggu 2
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

wrinkle N 1

F1 3 22.67

F0 3 24.33

F2 3 24.33

F3 3 31.00

Sig. .393

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.

minggu 3
a
Tukey HSD

Subset for alpha


= 0.05

wrinkle N 1

F1 3 21.33

F0 3 22.00

F2 3 22.33

F3 3 26.67

Sig. .861

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size


= 3,000.
98

Lampiran 10 : Lembar Pengajuan Judul Skripsi


99

Lampiran 11 : Lembar Konsul Dosen Pembimbing I Proposal


100

Lampiran 12 :Lembar Konsul Pembimbing II Proposal


101

Lampiran 13 : Lembar persetujuan Revisi Proposal


102

Lampiran 14 : Lembar Konsul Dosen Pembimbing I Skripsi


103

Lampiran 15 : Lembar Konsul Dosen Pembimbing II Skripsi


104

Lampiran 16 : Lembar Revisi Dosen Pembimbing I Skripsi


105

Lampiran 17 : Lembar Revisi Dosen Pembimbing II Skripsi


106

Lampiran 18 : Lembar Revisi Dosen Penguji III Skripsi


107

Lampiran 19 : Lembar persetujuan Revisi Skripsi


108

Lampiran 20 : Surat Izin Penelitian Institut Kesehatan Helvetia Medan


109

Lampiran 21 : Surat Balasan Izin Penelitian Institut Kesehatan Helvetia Medan


110

Lampiran 22 : Surat Izin Penelitian Laboratorium Kosmetologi USU


111

Lampiran 23 : Surat Balasan Izin Penelitian Laboratorium Kosmetologi USU


112

Lampiran 24 : Permohonan Ethical Clearance


113

Lampiran 25 : Surat Balasan Ethical Clearance

Anda mungkin juga menyukai