BIDANG INDUSTRI
DI
BAGFARMAPOL
PERIODE 01 – 28 MARET 2023
Disusun Oleh:
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Disetujui Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil'alamin, dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
BAGFARMAPOL pada periode 01-28 Maret 2023. Laporan PKPA ini
dimaksudkan untuk memenuhi syarat sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
2. Ibu Dr. apt. Siska, M.Farm. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.
3. AKBP apt. Drs. H. Sunarto, M.Si., selaku Pembimbing Lapangan di Bagian
Farmasi Kepolisian (BAGFARMAPOL).
4. Ibu apt. Rahma Elfiyani, M.Farm. selaku Pembimbing Akademik PKPA dari
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan selama PKPA dan
penyusunan laporan ini.
5. Seluruh staff dan karyawan Bagian Farmasi Kepolisian (BAGFARMAPOL)
yang telah memberikan bimbingannya dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis, untuk itu segala
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan. Penulis berharap agar laporan
PKPA ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 28 Maret 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan PKPA 2
B. Pembahasan 8
2. Personalia 9
4. Peralatan 13
5. Produksi 15
7. Pengawasan mutu 19
iv
8. Inspeksi Diri 21
9. Dokumentasi 22
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 25
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kesejahteraan manusia
sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Peraturan
Menteri Kesehatan Indonesia No. 34 tahun 2016 Obat adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
Industri farmasi sebagai sarana produksi obat bagi masyarakat perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk mengontrol dan memastikan bahwa produk
obat yang dihasilkan aman, berkhasiat, dan bermutu. Untuk dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, setiap industri farmasi hendaklah menerapkan aspek-
aspek dalam CPOB. CPOB adalah cara pembuatan obat dan atau bahan obat yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Apoteker diatur
dalam CPOB memiliki kedudukan penting dalam industri farmasi, yaitu sebagai
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu, sehingga
seorang Apoteker dituntut untuk memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan dalam menerapkan dan mengembangkan ilmunya secara
profesional agar mampu mengatasi permasalahan - permasalahan yang muncul di
industri farmasi (BPOM RI, 2018).
Calon Apoteker dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan mengenai teori
yang telah diberikan selama perkuliahan, tetapi juga memerlukan wawasan dan
keterampilan yang dapat diterapkan secara nyata dalam bidang kefarmasian.
Salah satu cara untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada calon
Apoteker tentang ruang lingkup industri farmasi yaitu melalui kegiatan Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Bagian Farmasi Kepolisian (BAGFARMAPOL)
memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melaksanakan PKPA yang
berlangsung pada tanggal 01 – 28 Maret 2023 yang berlokasi di Jl. Cipinang Baru
Raya No. 3, Jakarta Timur.
1
B. Tujuan PKPA
Tujuan pelaksanaan kegiatan PKPA (Praktik Kerja Profesi Apoteker) di
industri BAGFARMAPOL yaitu:
1. Memahami penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) di Bagian
Farmasi Kepolisian.
2. Mengetahui dan memahami peran, tugas, dan tanggung jawab Apoteker di
industri farmasi.
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang pekerjaan
kefarmasian di industri farmasi.
4. Mempersiapkan calon Apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional di industri.
2
BAB II
TINJAUAN TEMPAT PKPA
3
BAGFARMAPOL merupakan industri farmasi yang tidak berorientasi pasar
ataupun bisnis untuk mencapai keuntungan (non-profit oriented). Obat-obatan
yang diproduksi BAGFARMAPOL merupakan me too product yaitu dengan
mencontoh sediaan yang telah beredar di pasaran. Kegiatan kefarmasian
kepolisian mendukung tugas polisi sesuai UU No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu:
1. Memelihara ketertiban masyarakat (Hankamtibnas);
2. Penegakan Hukum (GakKum);
3. Mengayomi dan melindungi masyarakat.
Sejak berlakunya BPJS dalam lingkungan POLRI pada tahun 2014 fungsi
tugas pokok BAGFARMAPOL menjadi:
1. Pelayanan laboratorium BAGFARMAPOL untuk mendukung polisi dalam
penyidikan dalam tindak pidana kefarmasian.
2. Produksi bekal kesehatan (obat-obatan dan perangkat pengujian di lapangan
untuk latihan dan operasional kepolisian).
4
Organisasi BAGFARMAPOL berada dibawah pengawasan Kepala Pusat
Kedokteran dan Kesehatan (Ka PUSDOKKES) POLRI. Struktur organisasi
BAGFARMAPOL dipimpin oleh Kombespol apt. Drs. Pancama HW, MARS.,
dan memiliki 27 personil yang diantaranya merupakan 8 orang Apoteker. Ka.
BAGFARMAPOL membawahi 3 Kasubbag, yaitu :
a) Kepala Sub Bagian Pelayanan Farmasi Kepolisian atau disingkat Kasubbag
Yanfarmapol yang dipimpin oleh apt. Fatwa Herlambang, S. Farm., bertugas
menyelenggarakan kegiatan produksi obat, bekal kesehatan, perangkat
kesehatan dan bahan kimia tertentu yang diperlukan dalam rangka kegiatan
dukungan tugas kepolisian.
b) Kepala Sub Bagian Pengawasan Mutu atau disingkat Kasubbag
Mutu/Quality Control yang dipimpin oleh Drs. apt. H. Sunarto, M.Si.,
bertugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan mutu atas obat-obatan dan
bahan baku pengadaan maupun produksi dan limbah BAGFARMAPOL,
pemeriksaan produk farmasi hasil pelaksanaan tugas operasional.
c) Kepala Sub Bagian Pembinaan Farmasi Kepolisian atau disingkat Kasubbag
Binfarmapol/Quality Assurance yang dipimpin oleh apt. Adhi Prayitno,
S.Farm., bertugas menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
penelitian dan pengembangan fungsi Farmasi Kepolisian serta pembinaan
kemampuan kefarmasian di Pusat dan Kewilayahan.
C. Visi dan Misi
1. Visi
Terwujudnya pelayanan kedokteran kepolisian dan kesehatan kepolisian
yang prima.
2. Misi
a. Menyelenggarakan fungsi farmasi kepolisian diseluruh jajaran
DOKKES POLRI sampai ke tingkat polre, yang mampu
melaksanakan tugas operasional kepolisian yang berkaitan dengan
kefarmasian.
b. Mengembangkan sarana dan prasarana farmasi kepolisian yang
modern dan mampu memproduksi obat-obat yang berkualitas tinggi
untuk pelayanan kesehatan serta peralatan khusus untuk mendukung
pelaksanaan tugas operasional kepolisian.
c. Memproduksi pbat-obatan, dan produk dukungan operasional polri
5
yang berkualitas tinggi.
d. Menjalani kerjasama melalui MOU dengan berbagai instansi yang
berkaitan dengan fungsi kefarmasian baik yang di dalam maupun luar
negeri dalam rangka pengembangan fungsi farmasi kepolisian.
e. Mengembangkan pusat rujukan farmasi kepolisian.
6
BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN
No Kegiatan
7
- Mempelajari Expired date dan BUD produk
B. Pembahasan
persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaannya. Unsur dasar dalam
manajemen mutu :
a. Pemastian mutu (quality assurance) adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
b. Pengawasan mutu (quality control) adalah bagian dari CPOB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian,
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan, bahan yang belum
diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
c. Pengkajian mutu produk (product quality review) secara berkala dilakukan
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas, obat jadi, untuk melihat tren, mengidentifikasi perbaikan
yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara
berkala biasanya dilakukan setiap tahun dan didokumentasikan.
8
2. Personalia
Personalia merupakan suatu faktor penting agar mutu produk yang
dihasilkan terjamin. Industri farmasi harus bertanggung jawab untuk
menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. BAGFARMAPOL berusaha menyediakan personil
yang terkualifikasi dan jumlah yang memadai sesuai dengan aturan yang tertera
pada CPOB 2018 dengan personil kunci yaitu Kepala Produksi, Pengawasan
Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) adalah seorang Apoteker.
Personalia di BAGFARMAFOL sudah sesuai persyaratan yang terdapat
pada CPOB, posisi Kepala Sub Bagian Yanfarmapol (produksi), Kepala Sub
Bagian Pengawasan Mutu (Quality Control) dan Kepala Sub Bagian Teknis
Farmasi Kepolisian (Quality Assurance). Kepolisian Industri Farmasi Industri
dikepalai oleh seorang Apoteker terkualifikasi dan berkompeten. Untuk
meningkatkan kualitas personilnya dilakukan kegiatan peningkatan pengetahuan
dan pelatihan tentang ilmu farmasi khususnya di bidang CPOB. Pelatihan CPOB
yang diterapkan di BAGFARMAPOL dilakukan untuk penyegaran dalam
pengetahuan yang berhubungan dengan CPOB untuk seluruh karyawan.
Pelaksanaan pelatihan CPOB dilaksanakan dibawah atasan yang bersangkutan,
para praktisi dan profesional di bidang industri farmasi.
9
menggunakan AHU (Air Handling Unit) dengan sistem resirkulasi, yaitu 20%
diambil dari luar dan 80% dari dalam. Dengan suhu diatur 25°C.
Ruangan produksi BAGFARMAPOL dilengkapi dengan sistem AHU yang
berperan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan dan sirkulasi udara. Aliran
udara yang terdapat di ruang produksi diatur berdasarkan perbedaan tekanan.
Tekanan udara dalam ruang produksi sediaan padat diatur agar lebih rendah dari
koridor, sehingga debu dari ruangan produksi tidak mengotori koridor, sedangkan
tekanan udara dalam ruang produksi sediaan cair dan setengah padat diatur agar
lebih besar dari koridor agar debu dari koridor tidak masuk ke ruang produksi dan
mencemari produk. Hal ini untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi silang.
cair dari produksi dan pengawasan mutu diaduk dan diendapkan di kolam
pertama, kemudian dilakukan penirisan busa pada kolam lima. Hasil dari endapan
kering kemudian dijadikan pupuk dan cairannya dialirkan ke kolam kedua. Pada
kolam pertama dilakukan pengecekan pH hingga pH netral.
Kolam kedua merupakan hasil cairan limbah cair dari kolam pertama dengan
pH netral. Selanjutnya pada kolam kedua ada penambahan zat basa yaitu CaCO3
yang berfungsi mempercepat pengendapan. Pada kolam kedua dilakukan
pengecekan pH, kadar fenol, TDS, COD, dan BOD, jika sudah memenuhi
parameter pengujian maka ditambahkan indikator biologis yaitu ikan hias.
Kemudian jika kehidupan indikator biologis baik di kolam kedua maka akan
dilanjutkan ke tahap pada kolam ketiga. Pada kolam ketiga terdapat lumpur aktif
yang berfungsi sebagai pengurai, dan diisi dengan ikan patin dan lele dewasa
sebagai indikator kebersihan air yang telah diproses sebelumnya jika ikan
tersebut mati maka proses diulang kembali dari kolam pertama. Selanjutnya
Kolam ke empat diisi dengan indikator biologis yang lebih sensitif contohnya
anakan ikan hias yang berumur 3-4 hari.pada kolam keempat akan dilakukan
pengecekan kadar BOD COD, PH dan TSS nya. Jika ikan tersebut masih hidup
dan seluruh uji tes memenuhi kriteria pengolahan air limbah dapat dilepas ke
alam namun di BAGFARMAPOL hasil pengolalaan limbah cair tersebut akan
dimanfaatkan kembali untuk menangkap debu dan blower yang ada diruang
produksi.
2. Prosedur Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah yang dapat didaur ulang misalnya: kertas,
kardus, dan etiket. Limbah padat yang tidak dapat didaur ulang misalnya:
aluminium foil, plastik, dan obat kadaluarsa. Limbah yang tidak dapat didaur
ulang dikumpulkan, ditimbang untuk bahan evaluasi, kemudian ditampung dalam
bak penampung limbah padat kemudian dibakar dengan menggunakan
incinerator. Limbah seperti etiket dan kemasan yang masih memiliki identitas
maka dirusak terlebih dahulu.
12
3. Prosedur Pengolahan Limbah Udara atau Debu
Limbah udara atau debu dari ruang produksi dihisap menggunakan blower
lalu debu yang terhisap diikat oleh air yang berasal dari limbah yang dinetralisir
4. Peralatan
Semua peralatan yang berada di BAGFARMAFOL yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan. Pada semua peralatan yang terdapat di
BAGFARMAPOL yang bersentuhan langsung dengan bahan menggunakan
stainless stell 316 sedangkan yang tidak bersentuhan langsung menggunakan
bahan stainless steel 304. Di Industri BAGFARMAPOL terdapat beberapa jenis
pipa yang digunakan untuk aliran air diantaranya, pipa untuk air tanah, aqua
demineralisata, dan udara bertekanan. Air yang digunakan untuk proses produksi
ditunjukkan kesesuaiannya dengan tujuan penggunaannya.
Apabila air minum tidak memenuhi persyaratan untuk menjamin mutu
produk dan dibutuhkan spesifikasi mutu air secara kimiawi dan mikrobiologi
yang lebih ketat, hendaklah ditetapkan spesifikasi yang sesuai untuk sifat fisika
atau kimiawi, angka mikroba total, organisme yang tidak diharapkan dan
endotoksin. Jika air yang digunakan pada proses, diolah oleh pabrik pembuat
untuk mencapai mutu yang ditetapkan, proses pengolahan divalidasi dan dipantau
dengan batas bertindak yang tepat.Air untuk Industri di BAGFARMAPOL
berasal dari air tanah (raw water). Proses pengelolaan air dimulai dari air yang
13
berasal dari tanah masuk ke tangki penampungan, dengan mekanisme kerja yang
terdiri dari:
14
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian suatu produk yang disebabkan
oleh kotoran-kotoran yang tertinggal di alat.
Peralatan yang ingin digunakan pada saat produksi harus melakukan
pencatatan atau pengisian prosedur tertulis mengenai alat yang digunakan serta
bertanggung jawab atas pembersihan dan pemeliharaan peralatan. Kualifikasi
pada industri sudah dilakukan sesuai dengan spesifikasi alatnya dan kalibrasi juga
sudah dilakukan dengan membandingkan alat yang ada dengan alat yang sudah
terstandarisasi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Setiap alat
diberikan kode atau nomor identifikasi yang jelas. Nomor tersebut digunakan
pada semua perintah di Catatan Pengolahan Bets untuk menunjukkan unit atau
alat tertentu yang dipakai pada proses pembuatan tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah penelusuran pemakaian alat jika terjadi penyimpangan.
5. Produksi
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin edar
(registrasi). BAGFARMAPOL merupakan suatu industri farmasi pemerintahan,
dimana sumber dana kegiatan ditanggung oleh negara sehinngga,
BAGFARMAPOL memproduksi obat-obatan hanya untuk mendukungan yaysan
kesehatan bagi masyarakat polisi Republik Indonesia dan keluarga polisi
Republik Indonesia. Tugas Apoteker di bagian produksi diantaranya membuat
usulan perencanaan, membuat jadwal produksi, bertanggung jawab selama
jalannya produksi, dan membuat anggaran untuk produksi.
Jadwal produksi akan dibuat perbulan kemudian diplot kembali pertanggal
dan produksi dilakukan dari jam 07.00 hingga 15.00 pada hari kerja yaitu Senin
hingga Jum’at. Dasar pelaksanaan produksi di BAGFARMAPOL berdasarkan
permintaan atau kebutuhan yang diajukan ke PUSDOKKES dari semua
Kepolisian Daerah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang dilakukan setiap
tahun sekali dengan mempertimbangkan kebutuhan dan anggaran yang ada.
15
dilakukan jika adanya permintaan untuk produksi. Pihak produksi akan membuat
suatu bukti laporan permintaan barang ke gudang, kemudian pihak gudang akan
menyiapkan barang dan ditimbang sesuai permintaan. Kemudian bahan tersebut
diletakkan di ruang gudang penyimpanan bahan timbang sementara dan setelah
itu baru dilakukan penyerahan ke pihak produksi.
BAGFARMAPOL sebelumnya memproduksi obat-obatan BPJS namun
pada tahun terakhir 2014 sudah tidak memproduksi obat-obatan BPJS hanya
memproduksi vitamin dan produk pendukung lainnya, seperti :
1. Produksi Kit
Kit merupakan perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi bahan-
bahan yang dicurigai berbahaya. Kit salah satu produk yang di produksi di
BAGFARMAPOL yang terdiri dari kit narkoba, psikotropika, prekursor, dan kit
makanan. Demo penggunaan kit yang didapat selama kegiatan PKPA adalah
penggunaan Kit Narkoba dan Food Security. Kit narkoba yang diproduksi antara
lain pereaksi ecstasy, LSD, cannabis, cocaine, barbiturat, dekstro, shabu,
benzodiazepine morphin, cathinon dan lain-lain. Kit narkoba digunakan untuk
mendukung kegiatan operasional POLRI di lapangan, yaitu mempermudah dalam
hal mengidentifikasi barang bukti yang berupa obat-obatan golongan narkotik
dan psikotropik yang disalahgunakan. Semua pereaksi yang diproduksi dibuat
dalam bentuk ampul yang mudah dipatahkan dan dikemas dalam wadah plastik
tahan asam serta dilengkapi penjepit plastik sebagai penutup. Dalam wadah
plastik terdapat petunjuk perubahan warna dari warna tertentu menjadi warna lain
tergantung pada tiap-tiap pereaksi. Hal ini mempermudah dalam hal identifikasi
bahan obat yang dicurigai mengandung narkotika dan psikotropika. Kemudian
penggunaan Kit Food Security untuk mendeteksi zat-zat yang berbahaya dalam
makanan. Zat tersebut antara lain formalin, boraks, arsen, sianida dan nitrit.
barulah dilakukan serah terima bahan antara pihak gudang dengan bagian
produksi.
Distribusi produk jadi dilakukan setelah ada surat keluar yang dibuat oleh
pihak administrasi, produk dikeluarkan dari gudang obat jadi untuk
didistribusikan kepada POLRI. Pihak gudang akan membuat catatan obat keluar
dan pengiriman untuk arsip. Produk yang didistribusikan oleh BAGFARMAPOL
saat ini adalah paket imunitas yang terdiri dari Fineuron 5000, Hevit Plus,
Handsanitizer 500 mL, Immu-Cea, dan masker box. Penyimpanan di gudang
BAGFARMAPOL dilakukan secara FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
17
(First In First Out), alfabetis, fisikokimia bahan, atau bentuk bentuk sediaan, dan
diletakan diatas pallet atau rak besi bertingkat. Industri Farmasi
BAGFARMAPOL sebelas gudang penyimpanan, terdiri dari:
a. Gudang Karantina
Barang datang yang dibeli oleh PPIC (Production Planning and
Inventory Control) akan dimasukkan ke gudang karantina dan diberi label
berwarna kuning yang berarti barang tidak boleh dipakai sampai ada hasil
pemeriksaan dari QC.
b. Gudang Bahan Baku
Barang yang telah diperiksa dan diloloskan oleh QC akan dimasukkan
ke dalam gudang bahan baku dan diberi label berwarna hijau yang berarti
barang boleh dipakai.
c. Gudang Stagin
Bahan baku yang yang telah ditimbang akan disimpan di gudang
staging dan dilakukan serah terima antara pihak gudang dengan pihak
produksi.
d. Gudang Produk Ruahan
Gudang untuk menyimpan produk yang sudah selesai diproduksi tapi
belum dilakukan pengemasan.
e. Gudang Produk Antara
Produk yang sudah dikemas primer akan disimpan di gudang ini
sebelum dilakukan pengemasan sekunder.
7. Pengawasan mutu
Kegiatan pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan
seperti pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian bahan awal,
produk antara, produk ruahan dan obat jadi, kontrol mikrobiologi, uji stabilitas,
pemantauan lingkungan kerja, validasi dan kualifikasi, dan dokumentasi. Contoh
pertinggal setiap batch digunakan untuk mengetahui stabilitas obat tersebut pada
kondisi penyimpanan yang sebenarnya dan sebagai bukti evaluasi jika ada
permasalahan. Ruang lingkup Kasubbag Mutu BAGFARMAPOL, antara lain
Pemeriksaan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan pengemas, pemeriksaan
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi, kesiapan Jalur Pengolahan dan
Pengemasan, Pemantauan Air Pengolahan/Produksi
BAGFARMAPOL memiliki Laboratorium Pengawasan Mutu (QC) terdiri
atas yaitu Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium Mikrobiologi yang
memiliki sertifikat ISO 17025 yang dikeluarkan oleh Komite Akreditas Nasional
(KAN). Tiap masing–masing laboratorium dipimpin oleh seorang kepala unit
yang bertanggung jawab terhadap laporan hasil analisis berupa jaminan mutu
produk yang diproduksi oleh BAGFARMAPOL kepada Kasubbag Wastu.
1. Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi adalah tempat pemeriksaan sampel bahan baku
sebelum digunakan untuk produksi. Laboratorium Mikrobiologi bertanggung
jawab atas hasil pengujian cemaran mikroba baik pada bahan baku hingga produk
jadi. Selain itu, Laboratorium Mikrobiologi juga memeriksa cemaran
mikroorganisme baik dari pengelolaan air maupun ruangan produksi dengan
metode cawan dengan media yang paling sering digunakan yaitu media TSA.
Alat-alat yang digunakan di lab mikrobiologi yaitu seperti autoklaf destruksi,
autoklaf sterilisasi, Laminar Air Flow (LAF), timbangan digital, inkubator, kulkas
reagen mikrobiologi, oven.
2. Laboratorium Kimia Fisika
Laboratorium kimia fisika adalah tempat pemeriksaan sampel bahan baku
sebelum digunakan untuk produksi. Sebelum bahan digunakan diberi label
kuning artinya “Karantina” dilakukan pemeriksaan berdasarkan Certificate of
19
Analysis (CoA). Alat-alat yang digunakan di laboratorium kimia dan fisika yaitu
seperti HPLC, lemari asam, UV-cabinet, timbangan digital, vortex mixer,
dissolution tester, friabilator, rotary evaporator, dan water bath.
Para personil QC memiliki tugas utama, pada kegiatan awal pada saat
bahan datang bersamaan dengan surat jalan, kemudian akan dilakukan
pemeriksaan nama barang, jumlah barang, kemasan, tanggal kadaluarsa serta
bentuk fisik kemasan oleh Tim Penerimaan dari PUSDOKKES terdiri dari tiga
orang dan disaksikan oleh petugas gudang BAGFARMAPOL serta petugas
gudang dari Material Kesehatan (MATKES). Setelah bahan disetujui dan masuk
ke gudang BAGFARMAPOL akan dibuat surat pemeriksaan untuk pemeriksaan
di lab kimia, fisika serta mikrobiologi, selain surat perintah pemeriksaan ikut
yang sudah dikemas tersebut dikarantina dengan label warna kuning sampai
diluluskan oleh bagian pengawasan mutu lalu diberi label warna hijau.
Penentuan waktu kadaluarsa merupakan gambaran dari stabilitas
penyimpanan obat. Stabilitas obat adalah kemampuan produk obat bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Di
BAGFARMAPOL obat disimpan dalam suhu dan kelembapan tertentu di dalam
climatic chamber. Kemudian diperiksa stabilitasnya dipercepat pada periode
tertentu misal 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan 24 bulan. Bila pada rentang waktu tersebut
masih memenuhi parameter stabilitas obat maka rentang tersebut dinyatakan
sebagai waktu kadaluarsa. Terdapat 2 jenis uji stabilitas penentuan waktu
kadaluarsa obat, yaitu uji stabilitas dipercepat (suhu dan kondisi ekstrim) dan uji
stabilitas jangka panjang untuk penentuan shelf life sesungguhnya dari suatu
produk. selain itu, Pemastian Mutu juga memiliki tambahan tugas untuk
pengawasan mutu yaitu Lidik dan Sidik. Hal ini juga yang membedakan
BAGFARMAPOL berbeda dari industri lainnya.
8. Inspeksi Diri
Di BAGFARMAPOL melakukan audit internal sekali dalam setahun. Audit
internal berupa gabungan antara kepala QC dan Produksi sebelum dilakukan
audit dari BPOM. Tujuan dari inspeksi diri adalah mengevaluasi aspek produksi
dan pengawasan mutu industri apakah sudah sesuai dengan CPOB.
Sedangkan audit eksternal dilakukan dengan cara pihak industri farmasi
akan datang ke pabrik penyuplai bahan baku dan melihat gudang teknis,
administrasi serta rantai pasokan bahan baku secara rinci. Tujuannya adalah jika
terjadi kesalahan produk maka kesalahn bisa dilacak kesalahannya, selain itu
audit internal juga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam persetujuan
21
pemasok.
9. Dokumentasi
Industri Farmasi BAGFARMAPOL sudah melakukan beberapa kegiatan
dokumentasi yang sesuai dengan CPOB No 34 Tahun 2018. Dokumentasi
memiliki beberapa aspek diantaranya pembuatan dan pengendalian dokumen,
penyimpanan dokumen, spesifikasi, dokumen produksi induk, formula
pembuatan dan prosedur produksi, prosedur pengemasan induk, catatan
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAGFARMAPOL telah menerapkan peran Apoteker maupun aspek-aspek
yang tercantum dalam CPOB sesuai dengan ketentuan, namun disarankan
BAGFARMAPOL untuk melakukan pengkajian maupun evaluasi ulang terhadap
pedoman CPOB 2018 serta memperbaiki sarana dan fasilitas penunjang dalam
kegiatan produksi yang dilakukan agar lebih dapat menunjang proses dan hasil
produksi yang lebih akurat, aman dan bermutu.
24
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2018). Peraturan Kepala Badan pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Bpom, 70–73.
Indonesia, R. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/Menkes/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Peraturan Menteri
Kesehatan, 21–26.
Indonesia, R. (2016). Permenkes nomor 34 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. jdih.pom.go.id
25
LAMPIRAN
Keterangan :
26
Lampiran 2. Skema Alur Barang Masuk Ke BAGFARMAPOL
27
Lampiran 3. Sertifikat CPOB
28
Lampiran 4. Denah Pabrik BAGFARMAPOL
29
Lampiran 5. Produk BAGFARMAPOL
30
Lampiran 6. Daftar Produk BAGFARMAPOL
Tramadol 50 mg Tramafi 50
3 Natrium diklofenak 25 mg Poltaren 25
Anti inflamasi
Natrium diklofenak 50 mg Poltaren 50
Antalgin 500mg, vitamin B 150 Dolo Fineuron
mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12
100 mcg
Kalium diklofenak 50 mg Kafiflam 50
Piroksikam 20 mg Laficam 20
Vitamin B1 50mg, vitamin B6 Fineuron
100mg, vitamin B12 100 mcg
4 Vitamin Vitamin B1 50mg, vitamin B6 100 Fineuron 5000
mg, vitamin B12
5000 mcg
Parasetamol 500mg, Fenilpropanolamin
12,5mg, Ficold
CTM 2mg
Parasetamol 500mg, Fenilpropanolamin Fiflu
5 Sistem Pernapasan 15mg
Parasetamol 500mg, Fenilpropanolamin
12,5mg, CTM 2mg, Dekstrometorfan HBr Poltusin
15mg
Dextrometorfan HBr 15mg Dextromethorphan
15 mg
Ammonium hidroksida koloid 325 mg,
magnesium trisilikat 325 mg, papaverine Fimag
HCL 310 mg, klordiazepoksid HCL 5
mg
Loperamid HCL 2 mg Fimoduim
31
Sistem Pencernaan Famotidin 20 mg Fimocid 20
Famotidin 40 mg Fimocid 40
6
Parasetamol 500 mg, hiosina butil Buscofi plus
bromide 10mg
Astemizol 10mg Fistemiz
Anti Alergi Loratadin 10mg Loraphist 10
7
CTM 4mg CTM 4 mg
32
Lampiran 7. Alur Kegiatan Produksi BAGFARMAPOL
Alur Produksi Sediaan Salep / Krim Alur Produksi Sediaan Tablet Salut
33
Lampiran 8. Sistem Pengolahan Tata Udara
Filter
Cooling coil
Ducting HVAC
34
Lampiran 9. Alur Pengolahan Air Bersih
35
Lampiran 10. Sistem Pengolahan Limbah
36
Lampiran 11. Label Bahan atau Produk Karantina, Ditolak, dan Diluluskan
37
Lampiran 12. Label dan Dokumen Untuk Pengambilan Sampel
38
Lampiran 13. Lembar Pemeriksaan Sample Liquid, Solid, Semisolid dan
Granul
39
Lampiran 14. Label dan Dokumen Pemakaian dan Pembersihat Alat
40
Lampiran 15. Catatan Permintaan Bahan Baku dan Bahan Pengemas
41
Lampiran 16. Uji Coba Kit Identifikasi Narkotika
42