Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KERJA PRAKTEK

IDENTIFIKASI SENYAWA 1,4-BENZENEDIOL (HIDROKUINON)


DALAM KOSMETIK SEDIAAN KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI-PHOTO DIODEARRAY
62/KO/MA-PPPOMN/18

OLEH:
LOLA ANDINI
08031381823076

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI SENYAWA 1,4-BENZENEDIOL (HIDROKUINON) DALAM


KOSMETIK SEDIAAN KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI-PHOTO DIODEARRAY
62/KO/MA-PPPOMN/18
DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT MAKANAN PALEMBANG

LAPORAN KERJA PRAKTIK


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mata Kuliah Kerja Praktik

Oleh:
Lola Andini
08031381823076

Indralaya, 24 Maret 2021


Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Lapangan

Dr. Hasanudin, M.Si Dwi Romadhanayanti, S. Farm., Apt


NIP. 1967205151997021003 NIP. 198804242015022006

Mengetahui,
Ketua Jurusan MIPA Kimia

Dr. Hasanudin, M.Si


NIP. 1967205151997021003

ii

Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul
“Identifikasi Senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon) dalam Kosmetik Krim
Sediaan Pemutih Wajah Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggo-Photo Diode
Array (62/KO/MA- PPPOMN/18)”. Laporan ini disusun berdasarkan hasil dari
uraian kegiatan selama pelaksanaan kerja praktek yang dilaksanakan pada tanggal
01 Februari 2021 sampai dengan 12 Februari2021.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan bukti bahwa
penulis telah menyelesaikan dan melaksanakan kerja praktek sebagai syarat mata
kuliah kerja praktek. Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dankarunia-Nya.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara
doa, moral, danmaterial.
3. Bapak Dr. Hasanudin, S.Si., M.Si selaku ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya sekaligus
dosen pembimbing yang telah menyetujui dan mengizinkan kegiatan kerja
praktekini.
4. Bapak Prof. Dr. Ishak Iskandar M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya yang telah menyetujui
dan mengizinkan kegiatan kerja praktek ini.
5. Bapak Yosef Dwi Irawan, S.Si., Apt selaku Kepala Balai Besar POM di
Palembang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk penulis
melaksanakan kerjapraktek.
6. Ibu Sri Arini, S.Si., Apt selaku kepala bidang pengujian di Balai Besar POM
Palembang.
7. Ibu Nurul Ilmiyati Bastari, S.farm., Apt., M.Sc selaku kepala kisi
laboratorium kimia di Balai Besar POM Palembang
8. Pembimbing laboratorium kosmetik mbak Henny Sartika, S.Si., Apt dan
mbak Dwi Romadhanayanti, S. Farm., Apt

iii

Universitas Sriwijaya
9. Seluruh staff Laboratorium, seluruh staff office, produksi, security Balai
Besar POM Palembang yang tak bisa di sebutkan satu persatu dan telah
banyak membantu dalam menyelesaikankerja praktek ini.
10. Semua pihak tertentu yang telah membantu dan memberikan informasi
baik secara langsung atau pun tidak langsung dalam pembuatan laporan
kerja praktek ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pada pembaca demi kesempurnaan laporan kerja praktek ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan kerja praktek ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu kimia di masa yang akandatang.

Indralaya, 18 Maret 2021

Lola Andini
NIM. 08031381823076

iv

Universitas Sriwijaya
Identifikasi Senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon) Dalam Kosmetik
Sediaan Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-
Photo Diode Array
62/Ko/Ma-Pppomn/18
ABSTRAK
Lola Andini

Dibimbing oleh Dr. Hasanudin, M.Si


Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya

Abstrak

Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor


HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika Hidrokuinon telah di larang digunakan sebagai pemutih dalam
kosmetik. Penggunaan hidrokuinon yang berlebihan dapat menyebabkan
ookronosis, yaitu kulit berbintil seperti pasir dan berwarna cokelat kebiruan,
penderita ookronoisis akan merasa kulit seperti terbakar dan gatal. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa 1,4-benzenediol
(Hidrokuinon) dalam kosmetik sedian krim pemutih wajah yang beredar
dimasyarakat di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Palembang. Alat yang
digunakan berupa seperangkat alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil yang
didapatkan dalam analisis ini negatif karena terdapat perbedaan matriks yang
didapat pada larutan baku dan larutan uji sehingga krim pemutih wajah tersebut
aman digunakan dikalangan masyarakat.

Kata Kunci: krim pemutih wajah, Hidrokuinon, Kromatografi Cair Kinerja


Tinggi.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
ABSTRAK...............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Kerja Praktik.................................................................................2
1.4 Manfaat Kerja Praktik...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Kosmetik...................................................................................................4
2.2 Krim Pemutih Wajah.................................................................................5
2.3 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon).................................................................6
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.............................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................10
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................10
3.3 Prosedur...................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................16
5.1 Kesimpulan..............................................................................................16
5.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTKA...............................................................................................17

Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur 1,4-Benzenediol.......................................................................6


Gambar 2. Seperangkat Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.............................8
Gambar 3. Hasil Kromatogram UKS.....................................................................13
Gambar 4. Hasil kromatogram Identifikasi 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon)..........14

vii

Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Kromatogram UKS.........................................................................12


Tabel 2. Hasil kromatogram Identifikasi 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon)..............13

Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data UKS (Uji Kestabilan Sistem)....................................................19


Lampiran 2. Data Identifikasi Hidrokuinon...........................................................20

ix

Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, maka
kebutuhan terhadap kecantikan terus berkembang, sejalan dengan kebutuhan
untuk mempercantik diri pun kini menjadi prioritas utama kaum perempuan dalam
menunjang penampilan sehari-hari. Kaum perempuan akan selalu berusaha untuk
mengubah penampilan atau mempercantik diri dengan menggunakan kosmetika.
Keinginan untuk mempercantik diri secara berlebihan, salah pengertian akan
kegunaan kosmetik, menyebabkan kaum perempuan sering berbuat kesalahan
dalam memilih kosmetik tanpa memperhatikan kondisi kulit dan pengaruh
lingkungan. Hasil yang didapatkan tidak membuat kulit menjadi sehat dan cantik,
tetapi malah terjadi berbagai kelainan kulit yang disebabkan oleh penggunaan
kosmetika tersebut (Pangaribuan, 2017).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang persyaratan Teknik Bahan
Kosmetika, Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Indriaty dkk,
2018).
Bentuk sediaan kosmetik cukup beragam. Umumnya, bentuk sediaan
kosmetik berupa cairan, krim, suspense dan serbuk. Dari beberapa bentuk sediaan
tersebut, krim adalah yang paling banyak dipilih sebagai bentuk sediaan kosmetik
terutama untuk produk perawatan kulit. Krim adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. Biasanya sebagai emulsi air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Penggunaan krim pencerah wajah yang
semakin meningkat ini berpengaruh pula terhadap penelitian mengenai bahan
aktifyang dapat mencerahkan kulit. Di sisi lain, penambahan bahan-bahan
berbahaya yang berefek memutihkan juga sering terjadi. Beberapa penelitian

Universitas Sriwijaya
2

telah dilakukan untuk menentukan kandungan bahan berbahaya dalam kosmetika


krim pencerah kulit (Haryanti dkk, 2018).
Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak digunakan
untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja pemucatan
hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang lebih tinggi.
Kadar yang tinggi akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan seperti
munculnya sejumlah penyakit, seperti vitilgo (pigmen kulit hilang sehingga
terbentuk area putih seperti panu) hingga okronosis (kulit yang berubah hitam
atau biru dan kulit seperti terbakal dan gatal). Pemakaian hidrokuinon selama
bertahun-tahun juga bisa memunculkan gejala kanker, kelainan pada ginjal,
proliferasi sel, dan berpotensi sebagai karsinogenik dan teratogenik (Chakti dkk,
2019).
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor
HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika Hidrokuinon telah di larang digunakan sebagai pemutih dalam
kosmetik. Hidrokuinon hanya digunakan sebagai kosmetik kuku artifisial dengan
kadar 0,02% (BPOM, 2011).
Melihat Uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi senyawa
Hidrokuinon dalam produk krim pemutih wajah secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi- photo diodearray yang dilaksanakan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan Palembang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana identifikasi senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon) dalam
Kosmetik Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi- Photo Diode Array ?
2. Apakah sampel krim pemutih wajah mengandung hidrokuinon?
1.3 Tujuan Kerja Praktik
1. Mempelajari cara mengidentifikasi senyawa 1,4-Benzenediol
(Hidrokuinon) dalam Kosmetik Krim Pemutih Wajah Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi- Photo Diode Array.

Universitas Sriwijaya
3

2. Mengetahui ada tidaknya senyawa 1,4-Benzenediol (hidrokuinon)


didalam sampel yang diuji.
1.4 Manfaat Kerja Praktik
1. Memenuhi persyaratan kurikulum yang ada di silabus Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Memberikan pengalaman suasana kerja sehingga dapat mengembangkan
wawasan ilmu kimia.
3. Mendapatkan bekal dengan mengetahui bagaimana cara oenggunaan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dalam mengidentifikasi zat
terlarang dalam kosmetika, sehingga dapat diterapkan dilaboratorium
manapun nantinya.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam
peraturan kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011
tentang Metode Analisis Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar),
atau gigi dan membrane mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,
mewangukan, dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Briliani dkk,
2016).
Menurut Tranggono (1996), berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik yang
diperlukan untuk merias atau memperindah penampilan kulit da kosmetik
perawatan kulit atau skin care adalah kosmetik yang diutamakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan kadang-kadang untuk
menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit.
Menurut Tranggono (1996), Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan untuk membuat kosmetik yang aman, yaitu:
1) Tujuan pemakaian kosmetik, sesuai iklim lingkungan pemakainya, dan
bagaimana jenis kulit pemakainya.
2) Pemilihan bahan baku yang berkualitas tinggi dan tidak berbahaya untuk
kulit dan tubuh.
3) Pemilihan zat pewarna dan zat pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika
terkena sinar matahari.
4) Cara pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis.
5) Harus dibuat pH seimbang (pH-balanced)
6) Pengujian klinis hasil produk sebelum diedarkan ke masyarakat.
7) Pemilihan kemasan yang baik, yang tidak merusak produk dan kulit
pemakainya.

Universitas Sriwijaya
5

Kosmetik adalah bahan yang diguanakan untuk mempercantik


penampilan terutama pada wanita. Kosmetik yang saat ini tren di kalangan
para wanita yang

Universitas Sriwijaya
5

digunakan untuk memutihkan wajah yaitu krim racikan. Krim racikan saat ini
banyak dijual diberbagai tempat bahkan dipasaran dan yang menual krim racikan
tersebut tidak mengetahui apa saja zat-zat yang membahayakan yang terjandung
dalam krim racikan tersebut dan dengan saja menjual tanpa pengawasan dari
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan tidak memiliki izin edar (Anggi
dan Imelda, 2019).
2.2 Krim Pemutih Wajah
Produk kosmetika pencerah/pemutih kulit pada umumnya dibuat dalam
bentuk krim. Pemilihan bentuk krim ini memiliki tujuan untuk memudahkan
pemakaiannnya yaitu aplikasi pada kulit. Menurut farmakope Indonesia IV,
krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relative cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak
(A/M).
krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikro kristal
asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci
dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian yang estetika. Ada dua tipe
krim yaitu, krim tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air minyak (a/m).
pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
koleterol, dam cera sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabut
monovalen seperti trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum,
casenium, CMC, dan emulgidum (Haryanti, 2017).
Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika sistem campurannya
terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau
zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Penyimpanan krim
dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk. Krim pemutih
kulit yang beredar dipasaran biasanya merupakan campuran komponen bahan.
Tujuannya agar memberikan efek sebagaimana yang diinginkan. Namun
sayangnya, tidak semua produk krim pemutih kulit aman digunakan.

Universitas Sriwijaya
6

Akibatnya bukan kulit wajah yang putih bersih yang diperoleh namun
gangguan kulit maupun penyakit berbahaya seperti kanker, yang justru
didapatkan. Penyebabnya adalah adanya penambahan bahan berbahaya dalam
krim pemutih wajah itu (Bocca, 2014).
Berdasarkan hasil pengawasan rutin Badan POM seluruh Indonesia
terhadap kosmetika yang beredar dari Oktober 2014 sampai September 2015,
ditemukan 30 jenis kosmetika yang mengandung bahan berbahaya yang terdiri
dari 13 jenis kosmetika produksi luar negeri dan 17 jenis kosmetika produksi
dalam negeri. Bahan berbahaya yang teridentifikasi terkandung dalam
kosmetika tersebut, yaitu bahan pewarna Merah K3 dan Merah K10
(Rhodamin B), Asam Retinoat, Merkuri dan Hidrokuinon (Thaib dan Artha,
2020).
2.3 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon)
Hidrokuinon adalah bahan kimia larut dalam air dengan nama kimia
1,4-Benzenediol. Sinonimnya adalah Para-Dihidroxy benzene, Para-
Benzenediol dan 1-Hidrokuinonon. Kepadatannya berbentuk kristal berwarna
cokelat, abu-abu terang. Kandungan diatas 2% dikategorikan sebagai bahan
berbahaya bagi kesehatan dan bersifat toksik bagi tubuh. Hidrokuinon
merupakan zat alami ditemukan di beberapa makanan (jagung/buah-buahan),
minuman (diseduh kopi, daun the dan anggur merah) (Disinger et al, 1996).

Gambar 1. Struktur 1,4-Benzenediol


Pemakaian hidrokuinon telah berkembang sangat luas dalam berbagai
bidang mulai dari bidang industri, pertanian dan kosmetik sekitar 0,05% di
produksi dalam krim pemutih kulit, Hidrokuinon dalam kosmetik mampu
mengelupas kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin yang

Universitas Sriwijaya
7

membuat kulit tampak hitam. Penggunaan krem hidrokuinon di bawah 1%


dalam produk pencerah kulit untuk mengontrol hiperpigmentasi telah
dianggap aman dan efektif (Rubiyati, 2016).
Salah satu sifat dari hidrokuinon dapat masuk dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan dan kulit. Zat ini larut dalam air dan
didistribusikan keseluruh tubuh. Selama produksi rokok zat ini berpotensi
dilepaskan 2% ke udara bisa mencemari lingkungan dan dapat terhirup oleh
manusia terutama ibu hamil berbahaya bagi janinnya (Taylor, 1995).
Dalam pemakaian kosmetik hidrokuinon yang terkandung didalamnya
dengan mudah diserap kedalam tubuh melalui pori-pori kulit dan dialirkan
keseluruh tubuh hingga mencemari darah dan akan sampai ke janin yang
sedang dikandung dari suplai darah ibu yang membawa oksigen serta sari-sari
makanan. Hidrokuinon sangat berbahaya terutama pada wanita hamil, dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terganggu, bisa jadi keguguran dan cacat
lahir (Hutahean, 2002).
Hidrokuinon mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat
kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin yang membuat kulit
tampak hitam, penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik tidak boleh lebih dari
2%, hidrokuinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan
jika pemakaian lebih dari 2% haru dibawah control dokter (FDA, 2006).
Penggunaan hidrokuinon yang berlebihan dapat menyebabkan ookronosis,
yaitu kulit berbintil seperti pasir dan berwarna cokelat kebiruan, penderita
ookronoisis akan merasa kulit seperti terbakal dan gatal (Astuti, 2016).
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(padat atau cair) dan fase gerak (cair dan gas). Berdasarkan fase gerak yang
digunakan, krimatografi dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu gas
chromatography dan liquid chromatography (Ulfa dkk, 2017).
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah salah satu instrument yang dipakai untuk

Universitas Sriwijaya
8

teknik analisis pemisahan secara kualitatif, kuantitatif, pemisahan/isolasi dan


pemurnian. Kromatografi pertama kali ditemukan oleh Tsweet pada tahun
1903, dimana Tsweet berh asil melakukan pemisahan pigmen dari daun
dengan menggunakan kolom berisi kapur (CaSO4). Tsweet juga menciptakan
istilah kromatografi untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak
menuju bawah kolom (Anggraini dan Putri, 2020).

Gambar 2. Seperangkat Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Pemisahan dengan HPLC mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan metode konvesional seperti waktu analisis yang cepat,
biaya yang rendah dan kemungkinan untuk menganalisis sampel yang tidak
stabil. Pada saat ini, HPLC merupakan metoda kromatografi cair yang
pemakaiannya tekah sangat berkembang, baik untuk analisis rutin maupun
untuk preperatif pada banyak laboratorium. Dibandingkan dengan
kromatografi gas, HPLC dioperasikan pada suhu kamar, dimana senyawa
yang tidak tahan panas dapat ditentukan dengan mudah dan sifat fase gerak
dapat diubah dengan merubah komposisi dari fasa gerak yang digunakan
(Gritter et al., 1991).
Adanya proses adsorpsi dinamis dimana molekul analit akan bergerak
melewati celah berpori merupakan prinsip dasar HPLC. Material kolom (fase
diam) akan berinteraksi dengan komponen sampel sehingga terjadi pemisahan.
Lamanya waktu interaksi (retention time) dipengaruhi oleh kekuatan interaksi

Universitas Sriwijaya
9

(retention time) dipengaruhi oleh kekuatan interaksi dari material kolom dan
komponen sampel.
HPLC menggunakan dua fase kerja yaitu fase gerak (mobile phase) dan
fase diam (stationary phase). Fase gerak berupa cairan atau pelarut yang
berfungsi untuk membawa komponen campuran menuju detector sedangkan
fase diam adalah fase tetap didalam kolom berupa partikel dengan pri yang
kecil dan memiliki area surface tinggi.
Fase gerak ditampung dalam reservoir. Botol kaca merupakan jenis dari
reservoir yang paling umum digunakan, dari reservoir, fase gerak akan
dialirkan secara terus menerus dengan kecepatan alir yang tetap oleh pompa.
Pengaturan kecepatan alor fase geral dilakukan dengan menggunakan program
dalam HPLC. Kemudian sampel diinjeksikan melalui injector dan akan
terbawa oleh fase gerak menuju kolom. Didalam kolom akan terjadi proses
pemisahan dimana komponen sampel akan larut oleh fase gerak yang terus
menerus dialirkan sehingga melewati kolom untuk menuju ke detektor.
Detektor akan mendeteksi adanya komponen sampel didalam kolom dan
menghitung kadarnya sehingga keluar dalam bentuk angka pada layar
komputer (Anggraini dan Putri, 2020).

Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari sampai dengan 12
Februari 2021 yang dilaksanakan di Laboratorium Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Palembang dengan judul penelitian “Identifikasi senyawa
1,4-Benzenediol (Hidrokuinon) dalam Kosmetik Sediaan Krim Pemutih Wajah
Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Photo Diode Array (62/KO/MA-
PPPOMN/18)”.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktek berupa vortex,
penangas air, sentrifugan, dan seperangkat peralatan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor PDA, kolom C18, penyaring
membran filter PTFE 0,45µm, penyaring vakum, dan peralatan gelas.
3.2.2 Bahan
Krim pemutih wajah X, baku pembanding berupa 1,4-Benzenediol (Hi
drokuinon). Pereaksinya berupa air suling, Metanol (Kelas HPLC), fase gera
k: campuran air dan methanol dengan perbandingan 45:55.
3.3 Prosedur
3.3.1 Larutan Baku
Timbang sebanyak 0,05 gram senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon)
kedalam labu ukur 50 ml. kemudian ditambahkan 25 ml fase gerak dan diho
mogenkan. Lalu ditambahkan fase gerak sampai tanda batas. Kemudian pipe
t 5 ml larutan tersebut kedalam labu ukur 50 ml. lalu diencerkan dan tambah
kan fase gerak sampai tanda batas dan dihomogenkan (Larutan A).
3.3.2 Larutan Uji
Timbang 1±0,1 gram sampel X ke dalam gelas kimia 25 ml. lalu tamb
ahkan secara bertahap fase gerak sebanyak 25 ml, aduk hingga homogen. K
emudian pindahkan kedalam labu ukur 50 ml, lalu di vortex selama satu me
nit, lalu masukkan larutan sampel kedalam penangas air dengan suhu 60°C s
elama 15 menit, dan didinginkan pada suhu kamar.

10

Universitas Sriwijaya
11

Kemudian ditambahkan fase gerak sampai tanda batas, lalu saring larutan meng
gunakan filter membran 0,45µm (bila perlu di sentrifugasi selama sepuluh
menit) (Larutan B).
3.3.3 Cara Penetapan
Larutan A dan B masing-masing disuntikkan secara berurutan dan dila
kukan penetapan secara KCKT dengan kondisi sebagai berikut:
Kolom : C-18 (250 x 4,6 mm, ukuran partikel 5 µm), missal:
Waters-X Bridge
Fase Gerak : Metanol:Air (55:45)
Suhu Kolom: 40°C
Laju Alir :1,0 ml/menit
Detektor : PDA 295 nm
3.3.4 Interpretasi Sampel
Hasil uji dinyatakan positif jika waktu retensi, profil spektrum dan paj
ang gelombang maksimum dari Larutan Uji sama dengan Larutan Baku.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji identifikasi senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon) dalam krim
pemutih wajah dilakukan berdasarkan metode analisis dari Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Palembang dimana identifikasi sampelnya
dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau
metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Uji ini dilakukan
untuk mengidentifikasi senyawa 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon) dalam krim
pemutih wajah yang beredar dikalangan masyarakat.
Pada penelitian ini pemisahan campuran senyawa didasarkan pada
proses partisi yaitu fase diam dan fase gerak memiliki polaritas yang berbeda.
Sistem yang digunakan yaitu sistem fase terbalik (reversed phase), dimana
fase diam bersifat lebih non polar dari fase gerak. Kolom yang digunakan
pada KCKT mengandung silika gel yang terikat pada gugus oktadesil (C18)
yang bersifat non polar dan fase gerak terdiri dari campuran metanol dan air
(55:45) yang bersifat polar sehingga dapat menarik senyawa 1,4-Benzenediol
(hidrokuinon) didalam sampel.
Berdasarkan hasil pengujian untuk mengidentifikasi senyawa 1,4-
Benzenediol (Hidrokuinon) dalam krim pemutih wajahSecara Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi-Photo Diode Array, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. UKS (Uji kesesuaian Sistem)
UKS (Uji kesesuaian Sistem) dilakukan sebanyak 5 kali pada simpangan
baku relatif sehingga didapatkan hasil tabel dan gambar dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Kromatogram UKS

Tailing Heoretical
Title Ret. Time Area Heigh
Factor plate
Uks 4.lcd 2.752 2312654 457021 1.580 5604.581
Uks 5.lcd 2.752 2368224 467974 1.573 5568.948
Uks 6.lcd 2.752 2391916 469872 1.604 5556.878
Uks 7.lcd 2.747 2345755 470308 1.578 5841.035
Uks 8.lcd 2.747 2409533 480665 1.578 5792.860

12

Universitas Sriwijaya
13

average 2.750 2365616 469168 1.583 5672.860


%RSD 0.103 1.613 1.793 0.765 2.358
Maximum 2.752 2409533 480665 1.604 5841.035
Minimum 2.747 2312654 457021 1.573 5556.878
Standart
0.003 38166 8411 0.012 133.786
deviation

Gambar 3. Hasil Kromatogram UKS


Menurut hasil diatas pada larutan simpangan baku diperoleh waktu retensi
antara 2.747 sampai 2.752, untuk penyuntikan ulang tidak lebih 2,0%. dari hasil
pengujian diperoleh simpangan baku relatif penyuntikan ulang sebesar 0,103%,
sehingga telah memenuhi persyaratan tersebut dan dapat dikatakan bahwa alat
sudah stabil serta dapat dilanjutkan untuk identifikasi senyawa 1,4-Benzenediol
(Hidrokuinon).
2. Identifikasi senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuionon)
Dari hasil penyuntikan larutan baku dan larutan uji untuk mendeteksi ada
tidaknya senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuionon) diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 2. Hasil kromatogram Identifikasi 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon)

Tailing Heoretical
Title Ret. Time Area Height
Factor Plate
Uks 4.lcd 2.752 2312654 457021 1.580 5604.581
Pelarut.lcd 0.000 0 0 0 0.000
MATRIKS 1.1.lcd 0.000 0 0 0 0.000
MATRIKS 1.2.lcd 0.000 0 0 0 0.000

Universitas Sriwijaya
14

Gambar 4. Hasil kromatogram Identifikasi 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon)


Menurut interpretasi hasil diketahui bahwa apabila hasil uji dinyatakan
positif maka waktu retensi, profil spektrum dan panjang gelombang maksimum
dari larutan uji sama dengan larutan baku. Akan tetapi berdasarkan hasil diatas
menunjukkan bahwa senyawa 1,4-Benzendiol (Hidrokuionon) negatif pada
sampel. Hal itu dikarenakan hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat
puncak pada kromatogram larutan matriks sampel dan tidak mempunyai waktu
retensi dan panjang gelombang yang sama dengan larutan baku senyawa 1,4-
Benzendiol (Hidrokuinon). Waktu retensi hasil pengukuran hidrokuinon dalam
krim pemutih wajah yaitu 0 dan tidak terdapat matriks didalam kromatogram
sehingga dinyatakan tidak terdapat senyawa 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon) di
dalam sampel.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika Hidrokuinon telah di larang digunakan sebagai pemutih dalam
kosmetik. Hidrokuinon hanya digunakan sebagai kosmetik kuku artifisial dengan
kadar 0,02%. Apabila didalam suatu sampel terdapat kadar yang melebihi dari
peraturan maka sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama pada kulit dan wajah.
Apabila pemakaian hidrokuinon selama bertahun-tahun juga bisa memunculkan
gejala kanker, kelainan pada ginjal, proliferasi sel, dan berpotensi sebagai
karsinogenik dan teratogenik.
Penelitian yang dilakukan identifikasi senyawa 1,4-Benzendiol

Universitas Sriwijaya
15

(Hidrokuinon) dalam kosmetik sediaan krim pemutih wajah dengan menggunakan


metode Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT) Photo Diode Array yang
dilaksanakan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan didapatkan hasil negatif
yang berarti bahwa sampel tidak mengandung senyawa 1,4-Benzendiol
(Hidrokuinon) sehingga sampel tersebut aman digunakan di kalangan masyarakat.

Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam
identifikasi 1,4-Benzendiol (Hidrokuinon) dalam Krim Pemutih Wajah dengan
Metode kromatografi cair kinerja tinggi-Photo Diode Array menunjukkan hasil
sebagai berikut:
1. Waktu retensi yang dihasilkan pada larutan baku adalah 2.752 dan terdapat
kromatogram yang lebar dan tidak simetris.
2. Waktu retensi yang dihasilkan pada larutan uji adalah 0 dan tidak terdapat
kromatogram pada sampel.
3. Kromatogram yang terdapat pada larutan baku dan larutan uji didapatkan hasil
berbeda sehingga sampel negatif senyawa 1,4-Benzenediol (Hidrokuinon).
5.2 Saran
Diharapkan untuk dapat mempelajari metode sekaligus menggunakan
instrumen yang lebih banyak lagi serta diperpanjang waktu kerja prakteknya
sehingga penulis akan benar-benar paham dengan prosedur kerja dari
Laboratorium pengujian yang baik dan benar di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan Palembang, sehingga nantinya bisa diterapkan di Laboratorium
manapun.

16

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTKA
Anggi, V dan Sanutu, I. 2019. Analisis Kandungan Hidrokuinon dalam Krim
Racikan Pencerah Wajah yang Beredar di Pasar Masomba Kota Palu
Sulawesi Tengah dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Acta
Holist. Pharm. 1(1):19-24.
Anggraini, N dan Desmaniar, P. 2020. Optimasi Penggunaan High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) untuk Analisis Asam Askorbat guna
menunjang Kegiatan Praktikum Bioteknologi Kelautan. Jurnal Penelitian
Sains. 22 (2):69-75.
Astuti, D. W., Prasetya, H. R., dan Irsalina, D. 2016. Hydroquinone Identification
in Whitening Creams Sold at Minimarkets in Minomartini, Yogyakarta.
Journal of Agromedicine and Medical Sciences. 2(1): 13-20.
Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang
Metode Analisis Kosmetika:Jakarta.
Bocca, B., Pino, A., Alimonti, A., Forte, G. 2014. Toxic Metals Contained in
Cosmetocs. Regulatory Toxicologu and Pharmacology. 68(3):447-467.
Briliani, R. A dkk,. 2016. Analisis Kecenderungan Pemilihan Kosmetik Wanita di
Kalangan Mahasiswi Jurusan Statitiska Universitas Diponegoro
Menggunakan Biplot Komponen Utama. Jurnal Gaussian. 5(3):545-551.
Chakti, A. S dkk,. 2019. Analisis Merkuri dan Hidrokuinon pada Krim Pemutih
yang Beredar di Jayapura. Jurnal Sains dan Teknologi. 8(1):1-11.
Deisinger, 1996. Human exposure to Naturally Occurung Hydroquinon. Journal
of Toxicology and Environmental Health. 47:101-116.
Gritter, R. J., J. M. Bobbitt, A. E. Schwarting. 1985. Intpduction to
Chromatography Halden Day Inc Oaland, USA. Diterjemahlan oleh K.
Padmawinata. 1991. Pengantar Kromatografi. ITB Bandung.
Haryanti, R dkk,. 2018. Tinjauan Bahan Berbahaya dalam Krim Pencerah Kulit.
Farmaka. 16(2):214-224.
Haryanti, R. 2017. Krim Pemutih Wajah dan keamanannya. Majalah
Farmasetika. 2(2):5-9.
Hutahen. 2002. Perkembangan Embrio Mamalia. Jakarta:FKM Universitas
Indonesia.
Indriaty, S dkk,. 2018. Bahaya Kosemtika Pemutih yang Mengandung Merkuri
dan Hidroquinon serta Pelatihan Pengecekan Registrasi Kosmetika di
Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Jurnal Surya Masyarakat. 1(1):8-11.
Pangaribuan, L. 2017. Efek Samping Kosmetik dan Penanganannya Bagi Kaum
Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera. 15(2):20-28.

17

Universitas Sriwijaya
18

Rubiyati. 2016. Pengaruh Pemberian Hidrokuinon Terhadap Perkembangan Fetus


Mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster. Jurnal Penelitian Sains. 18(1):
34-40.
Taylor, P. 1986. Pratical Teratology. London Academic Press.
Thaib, C. M dan Sianipar, A. Y. 2020. Bahaya Merkuri pada Krim Pemutih
Wajah di Kelurahan Tanjung Gusta Medan. Jurnal Abdimas Mutiara.
1(1):102-106.
Tranggono, R.I.S. 1996. Kiat Apik Menjadi Sehat dan Cantik: Petunjuk Praktis
Perawatan Kulit dan Penggunaan Kosmetik bagi Remaja.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Ulfa, A. M dkk,. Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
pada Pemisahan Ambroksol HCL dalam Sediaan Obat Sirup Merek X.
Jurnal Analisis Farmasi. 2(3):214-220.

Universitas Sriwijaya
Lampiran 1. Data UKS (Uji Kesesuaian Sistem)

19

Universitas Sriwijaya
Lampiran 2. Data Identifikasi Hidrokuinon

20

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai