Kelompok 3
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri
dan Antrakuinon
• Aji Firda Lia F • Nanda Daru Wahdini
• Eka Arianti • Rainhard D.P. Ruslan
• Khusnul Patimah • Suryani
TUJUAN PRAKTIKUM
A. ALAT B. BAHAN
1. TLC Chamber 1. Ekstrak eter ( non polar)
2. Pipa Kapiler 2. Fraksi kloroform (semi polar)
3. Lampu UV 254 dan 366 nm 3. Plat KLT silica gel GF 254
4. Alat gelas 4. Toluen
5. Alat penyemprot untuk penampak 5. Etil Asetat
bercak/noda 6. Pereaksi Anisaldehid
6. Pinset 7. H2SO4 pekat
8. N-propanol
9. Air (Aquades)
10. Pereaksi KOH 5%
11. Metanol
C. CARA KERJA
1. Identifikasi golongan senyawa dengan metode klt.
Fraksi ditotolkan pada lempeng klt dengan jarak penotolan 1 cm (jenis fraksi dan lempeng klt
disesuaikan dengan golongan senyawa yang akan dianalisis).
↓
dieluasi dengan fase gerak yang sesuai.
↓
divisualisasi dengan penampak noda yang sesuai.
↓
dieringkan pada suhu kamar.
↓
diamati seluruh noda termasuk warna noda dan dihitung RF noda yang positif.
2. Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri
Menggunakan KLT Penampak Noda
1. Disiapkan ekstrak eter (nonpolar) yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya
2. Disiapkan fase diam yaitu plat KLT silika gel GF 254 yang telah diberi garis atas dan bawah masing-
masing 1 cm
3. Ditotolkan ekstrak eter pada plat KLT menggunakan pipa kapiler
4. kemudian dimasukkan plat KLT ke dalam Chamber dengan pinset, kemudian diamati pada lampu UV
366 nm, akan muncul beberapa senyawa berfluoresensi
5. Disiapkan alat penyemprot dan pereaksi penampak noda (pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat Lalu
dipanaskan 110oC selama 5-10 menit
6. kemudian plat KLT tadi disemprotkan menggunakan campuran pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat dan
dilakukan pada lemari asam
7. Setelah disemprotkan, diamati pada Sinar tampak, jika ekstrak eter tersebut mengandung senyawa
minyak atsiri Maka akan muncul warna hijau, biru, merah atau coklat
Identifikasi Senyawa Antrakuinon Menggunakan KLT Penampak Noda
1. Disiapkan fraksi kloroform (semi polar) yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya
2. Disiapkan fase diam yaitu plat KLT silika gel GF 254 yang telah diberi garis batas atas dan bawah
3. dijenuhkan dalam Chamber dengan menggunakan fase gerak yaitu campuran pelarut n-propanol-etil asetat-air
(4:4:3)
4. Ditotolkan fraksi kloroform pada plat KLT menggunakan pipa kapiler
5. Kemudian dimasukkan plat KLT ke dalam chamber yang sudah jenuh lalu ditutup kembali Chamber
6. Kemudian dikeluarkan plat KLT menggunakan pinset. diamati pada lampu UV 366 nm jika berfluoresensi merah
menunjukkan adanya senyawa antrakuinon, jika berfluoresensi kuning maka menunjukkan adanya senyaawa
antron dan antranol
7. Disiapkan alat penyemprot dalam pereaksi penampak noda (pereaksi KOH 5% dalam metanol)
8. kemudian plat KLT tadi disemprotkan dengan menggunakan KOH 5% dalam etanol dan dilakukan pada lemari
asam
9. setelah disemprotkan akan muncul warna merah, jika fraksi kloroform mengandung senyawa antrakuinon dan
muncul warna kuning jika mengandung senyawa antron dan antranol baik pada Sinar tampak dan sinar UV 366
nm
HASIL PERHITUNGAN
Faktor Retardasi (Rf) minyak atsiri
No Minyak Atsiri
1 3,6
2 4,2
3 5,4
4 6,0
5 6,4
NO Antrakuinon/Antron
1 1,6
2 2,1
3 4,4
4 5,3
5 6,1
Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder Suatu bahan alam skrining
fitokimia dapat dilakukan secara kualitatif, semi kuantitatif, maupun kuantitatif sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat
dilakukan melalui reaksi warna gunakan suatu reaksi tertentu (Vifta, 2018).
PEMBAHASAN
Pada identifikasi senyawa minyak atsiri menggunakan KLT penampak
noda, setelah plat KLT diseprotkan pereaksi anisaldehid-H2SO4
pekat dan diamati sinar tampak, jika ektrak eter tersebut mengandung
senyawa minyak atsiri maka akan muncul warna hijau, biru, merah
atau coklat. pada hasil praktikum terdapat bercak noda warna
coklat dan merah pada nomor 3 dan 5 , hal tersebut menandakan
pada bercak noda ke 3 dan 5 terdapat positif minyak atsiri.
Lanjutan..
Sedangkan pada identifikasi senyawa antrakuinon menggunakan KLT penampak noda setelah
disemprotkan pereksi KOH 5% dalam metanol akan muncul warna merah jika fraksi koroform
mengandung senyawa antrakuinon dan muncul warna kuning jika fraksi alkohol mengandung
antron dan antronol. Pada hasil praktikum tidak terdapat warna merah yang menandakan
negatif antrakuinon, dan terdapat warna kuning pada noda nomor 5 yang menandakan
postif terdapat antron dan antronol. sesuai dengan literatur yang didapat yaitu Antrakuinon
berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa
berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa
dengan membentuk warna violet merah (Sindora, 2017).
Volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih
besar dari 2-10 μl maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan
antar totolan. Jarak antar pusat penotolan bercak sebaiknya lebih dari 1 cm, bercak sebaiknya
berdiameter antara 2-5 mm dan tidak terlalu dekat dengan ujung lempeng (sebaiknya jaraknya 1,5
cm dari ujung pada lempeng 20 × 20 cm) (Primadiamanti dkk, 2018).
Primadiamanti Annisa, dkk . 2018. IDENTIFIKASI HIDROKUINON PADA KRIM PEMUTIH RACIKAN YANG holEDAR
DI PASAR TENGAH BANDAR LAMPUNG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT). Jurnal Analisis Farmasi.
Indonesia Lampung.
Sofiah, Baiq, et all. 2019. Skrining Fitokimia Dan Potensi Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Hijau Dan Daun
Merah Kastuba. Jurnal Ilmu Kefarmasi Indonesia. Vol. 17, No.1, Hal:27-33.
Sulistiana Ulfah, dkk. 2018. Sintesis Senyawa Turunan Antrakuinon Menggunakan Vanilil Alkohol dan Ftalat
Antihidrida. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Sindora, Gloria. et all. 2017. Identifikasi Golongan Senyawa Antraquinon Pada Fraksi Kloroform Akar Kayu Mengkudu
(Morinda Citrifolia, L). JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41.
Vifta, Rissa Laila. 2018. Skirting Fitokimia, Karakterisasi Dan Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Dan Fraksi-
Fraksi Buah Parijoto. Prosiding Seminar Nasional Unimus. Vol. 1, Hal 9.