Anda di halaman 1dari 26

REVIEW JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA KELOMPOK 1

IDENTIFIKASI SENYAWA KUMARIN (DAUN TANAMAN MURBEI)

DI SUSUN OLEH:

1. Alfira Naida Prahesti (1811102415005)


2. Fredy Dian Kurniawan (1811102415040)
3. Nina Hasiholan (1811102415086)
4. Rabiatul Adawiyah (1811102415105)
5. Rahmayani Awaluddin (1811102415109)
6. Siti Sulayha (1811102415137)

KELAS :B
KELOMPOK :1
DOSEN PENGAMPU : Apt. SINTA RATNA DEWI, S.Farm, M.Si.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


2018

Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 4 Nomor 1, Maret 2015 77
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KUMARIN DARI
EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN TANAMAN MURBEI
(Morus alba L)
Mico Diotoma, Hasnirwan, Djaswir Darwis
Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail: hasnirwan_1953@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract
Secondary metabolites of coumarin compound has been isolated from Mulberry’s
leaves (Morus alba L). The powder of leaves was extracted by maceration method
using hexane, ethyl acetate, and methanol as solvent. The isolated compound has the
shape of yellowish-white powder, melts at 125-1260C and based on test on TLC
given single spot that blue fluorescent under UV light at λ 365 nm. Based on the UV
and IR spectrum of this compound, it showed absorption chromophore of lactone ring
and has a functional group O-H at 3431.87 cm-1, C-H stretching at 2924.48 cm-1,
C=O stretching at 1718.93 cm-1, C=C stretching 1624.30 cm-1 and C-O stretching at
1263.84 cm-1. The toxicity test with the method of brine shrimps test showed that the
fraction of hexane, ethyl acetate and methanol has toxicity activity. Ethyl acetate
extract has a high toxicity with LC50 134.152 mg/L.

Keywords: Mulberry (Morus alba L), coumarin, toxicity activity

I. Pendahuluan
Senyawa kumarin dan turunannya banyak memiliki aktifitas biologis
diantaranya sebagai antikoagulan darah, antibiotik, dan ada juga yang
menunjukkan aktifitas menghambat karsinogenik. Selain itu, kumarin juga banyak
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan sebagai bahan fluorisensi
pada industri tekstil dan kertas. Beberapa turunan dari senyawa kumarin telah
dilaporkan memiliki aktifitas sebagai anti aging, antibakteri, dan sifat fotosensitif.
Tanaman Murbei (Morus alba L) banyak digunakan sebagai tanaman
obat antara lain yaitu mengobati kelelahan, anemia. selain itu juga digunakan
untuk mengobati inkontinensia, pusing, sembelit pada pasien lanjut usia, pereda
demam, penerang penglihatan, penurun tekanan darah tinggi, mengatasi diabetes
mellitus, memperbanyak air susu ibu, mengatasi gangguan pencernaan, kolesterol
tinggi,sakit kulit, kaki gajah, sakit kepala, batuk, demam, dan malaria.
Taksonomi Tanaman Murbei

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus alba L
II. Metode Penelitian
1. Bahan kimia peralatan dan instrumentasi
Bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi adalah daun Murbei (Morus
alba L), pelarut teknis yang telah didistilasi yaitu nheksana (Merck), etil
asetat (Merck) dan metanol (Merck). Silika gel 60 F254 (Merck) sebagai
adsorben pada kromatografi kolom, untuk analisa kromatografi lapis tipis
(KLT) digunakan plat jadi yaitu DCAlufolien Kieselgel 60 F254 Merck
(20x20 cm), kertas saring dan aluminium voil. natrium hidroksida (Merck)
untuk identifikasi kumarin dan akuades (Merck).
Peralatan yang digunakan untuk proses isolasi dan pemurnian senyawa
metabolit sekunder yaitu seperangkat alat distilasi, alat rotary evaporator
(Heidolph Laborota 4000), oven, kolom kromatografi, neraca analitik,
chamber, pipa kapiler, plat KLT, dan Lampu UV (λ 254 dan 356 nm) sebagai
pengungkap noda. Untuk mengukur titik leleh digunakan Melting Point
(Stuart SMP10).
2. Prosedur Penelitian
a. Persiapan sampel
Pengambilan sampel daun murbei sebanyak 3 kg dilakukan di Kecamatan
Matur, Agam, Sumatera Barat pada bulan Januari 2014. Sampel basah
daun murbei terlebih dahulu dikering anginkan yang bertujuan untuk
menghilangkan kadar air alam sampel basah tersebut, sampel kering yang
didapat sebanyak 1,6 kg.
b. Ekstraksi dan isolasi senyawa
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Pelarut yang
digunakan untuk maserasi adalah n-heksana, etil asetat, dan methanol
Ekstrak etil asetat dikromatografi kolom dengan menggunakan pelarut n-
heksana, etil asetat dan metanol dengan sistem step gradient polarity
(SGP). Hasil kromatografi kolom didapatkan sebanyak 679 vial. Hasil
kromatografi tersebut kemudian di monitoring pada plat Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) hingga didapatkan fraksi-fraksi yang lebih kecil.
Fraksi yang positif mengandung kumarin dan memiliki pola noda
sederhana direkromatografi kolom dengan fasa diam silica gel dan fasa
gerak perbandingan eluen (n-heksana dan etil asetat). Hasil dari
kromatografi kolom ini dimonitor dengan uji KLT, hingga didapat satu
noda pada plat KLT .
3. Uji Kemurnian dan Karakterisasi senyawa
Senyawa hasil isolasi diuji secara kualitatif ada tidaknya senyawa kumarin
yaitu dengan menggunakan pereaksi NaOH. Selain itu juga dilakukan uji titik
leleh senyawa hasil isolasi tersebut. Karakterisasi senyawa murni hasil isolasi
dilakukan dengan alat spektroskopi UV dan IR.
III. Hasil dan Pembahasan
Uji kandungan metabolit sekunder dari daun murbei menunjukkan adanya
senyawa kumarin. Hasil maserasi dan pemekatan dari daun murbei didapatkan
ekstrak heksan sebanyak 34,927 g, ekstrak etil asetat sebanyak 36,399 g dan
ekstrak methanol sebanyak 5,096 g. Ekstrak etil asetat kemudian dikromatografi
kolom menggunakan sistem SGP. Hasil kromatografi didapatkan sebanyak 679
vial. Hasil tersebut dimonitoring pada plat KLT sehingga didapatkan fraksi yang
lebih sedikit yaitu sebanyak 28 fraksi. Dari 28 fraksi yang didapatkan, fraksi O
(vial 300-316) diambil untuk dilakukan rekromatografi kolom menggunakan
silika gel sebagai fasa diam dan dilakukan pengelusian dengan sistem
pelarut kepolaran bertingkat atau SGP dimulai dari pelarut n-heksana hingga etil
asetat. Hasil rekromatografi didapatkan sebanyak 163 vial. Hasil tersebut
dimonitoring pada plat KLT sehingga didapatkan 9 fraksi yang lebih sederhana
lagi.
Dari hasil dengan monitoring menggunakan plat KLT, terlihat noda
tunggal dengan sedikit pengotor pada fraksi O.6. Fraksi ini diambil karena
terdapat noda yang berfluorisensi biru terang dibawah lampu UV 365 nm. Pada
dasarnya, senyawa-senyawa kumarin memiliki ciri khas berfluorisensi biru
dibawah lampu UV 365 nm. Selanjutnya padatan yang di dapat di cuci dengan
pelarut n-heksana dan dilakukan monitoring kembali menggunakan lampu UV
365 nm. Senyawa yang didapat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan.
Hasil Uji titik leleh senyawa hasil isolasi adalah didapatkan titik leleh nya
yaitu 125- 126ºC. senyawa hasil isolasi dikarakerisasi menggunakan
spektrometer Ultraviolet (UV-1700 series). Spektrum UV-Vis di atas
menunjukkan serapan maksimum senyawa hasil isolasi pada panjang gelombang
204,60; 294,60 dan 344,20 nm. Adanya serapan pada panjang gelombang 204,60
dan 294,60 nm mengindikasikan adanya Transisi π → π* diperkirakan
merupakan transisi yang terjadi pada ikatan rangkap dalam struktur
kumarin, Sedangkan serapan pada panjang gelombang 344,20 nm
megindikasikan adanya transisi n → π* yang merupakan transisi gugus karbonil
pada struktur kumarin. Berdasarkan jenis transisi yang ada dapat menguatkan
hasil karakterisasi senyawa yang di isolasi secara kimia, dimana senyawa yang
berhasil diisolasi merupakan golongan kumarin karena cincin piron pada
senyawa kumarin memiliki serapan pada panjang gelombang > 300 nm.
IV. Kesimpulan
Pada pengujian kandungan metabolit sekunder dari daun murbei
menunjukkan adanya senyawa kumarin. Dari hasil dengan monitoring
menggunakan plat KLT, terlihat noda tunggal dengan sedikit pengotor pada
fraksi O.6 Fraksi ini diambil karena terdapat noda yang berfluorisensi biru terang
dibawah lampu UV 365 nm. Pada dasarnya, senyawa-senyawa kumarin memiliki
ciri khas berfluorisensi biru dibawah lampu UV 365 nm. Berdasarkan jenis
transisi yang ada dapat menguatkan hasil karakterisasi senyawa yang di isolasi
secara kimia, dimana senyawa yang berhasil diisolasi merupakan golongan
kumarin karena cincin piron pada senyawa kumarin memiliki serapan pada
panjang gelombang > 300 nm.
ISOLASI FLAVONOID DAUN MURBEI (MORUS ALBAL.)
SERTA UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI PENURUN TEKANAN DARAH
ARTERI PADA ANJING TERANESTESITHE
Siti Aminah dan Suwijiyo Pramono
Majalah Farmasuetik, Vol. 9 No. 1 Tahun 2013

ABSTRAK
Daun murbei (Morus albaLinn.) secara tradisional digunakan untuk
menurunkan tekanan darah dan pada penelitian terdahulu endapan fraksi airnya
telah terbukti memiliki efek penurunan tekanan darah arteri anjing teranestesi
dan didalamnya terdeteksi senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi flavonoid yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas penurunan tekanan darah pada anjing teranestesi.Endapan air dekokta
daun murbei difraksinasi dengan eter, etil asetat dan air.Isolasi flavonoid masing-
masing fraksi dilakukan secara kromatografi kertas dengan fase gerak campuran
tersier butanol, toluene, asam asetat, dan air dalam berbagai perbandingan.
Pengujian aktivitas penurunan tekanan darah dilakukan dengan memberikan
larutan isolat aktif 1% dalam larutan NaCl fisiologis secara intravena.
Identifikasi isolat aktif dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis.Hasil
menunjukkan bahwa daun murbei mengandung 3 isolat yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas penurunan tekanan darah arteri anjing teranestesi, yaitu
biflavonoid yang tersusun oleh flavon dengan 3’, 4’ dihidroksi dan auron dengan
5,4’ dihidroksi (21,66 % penurunan), senyawa kumarin yang struktur parsialnya
mengarah pada eskuletin (24,30 %) dan flavonoid rutin (35,95 %).
Kata kunci : daun murbei (Morus albaL.), flavonoid, kumarin, aktivitas hipotensi
I. Pendahuluan

Tanaman murbei (Morus alba L.) merupakan tanaman yang banyak ditanam
orang di halaman dan dikebun sebagai tanaman buah-buahan atau untuk
memelihara ulat sutera. Tumbuhan ini dapat juga digunakan untuk mengobati
demam, kencing manis, kencing nanah, tekanan darah tinggi (daunnya), sakit gigi,
datang haid tidak teratur (akarnya). (Heyne, 1950; Mardisiswojo, 1965; Perry,
1980). Menurut Chang dan But (1987), murbei mengandung beberapa golongan
kandungan kimia antara lain flavonoid, minyak atsiri, asam amino, asam organik,
vitamin dan mineral. Diantara berbagai kandungan kimia tersebut, berdasarkan
literatur, yang mempunyai kemungkinan berefek antihipertensi adalah flavonoid
(Paris et al., 1977). Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang larut dalam etil
asetat jika terdapat dalam bentuk glikosida dengan satu molekul gula dan larut
dalam eter jika terdapat dalam bentuk aglikon (Markam, 1982). Kuersetin yang
juga merupakan flavonoid diketahui memiliki sifat penting sebagai vasorelaksan
pada arteri terisolasi dan menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi spontan
(Duarte et al., 1993) serta dapat mengurangi tekanan darah pada subjek yang
mengalami hipertensi (Edwards et al., 2007).

II. Metode Penelitian


1. Bahan
Daun murbei (Morus alba Linn.) dari daerah Gunung Kidul, anjing (Canis
canis) dari kedua jenis kelamin dengan berat badan 5,0 – 8,0 kg, ketalar
injeksi, alfa khloralose, larutan borax 5 %, heparin injeksi 5.000 I.U./ml, NaCl
(E. Merck,p.a.), Toluena (E.Merck, p.a.), Etanol 95 %, tersier butanol, asam
asetat, metanol, kloroform, amoniak, kertas whatman, dietil eter, eter asetat,
natrium hidroksida, natrium asetat, asam borat, aluminium khlorida, asam
khlorida.
2. Alat
Drop recorder (Folkow), manometer air raksa, kymograph (Arthur H.Thomas
Co.), satu set alat destilasi, EKG (Cardiofax), meja operasi, alat-alat gelas.

III. Penelitian
Isolasi senyawa kumarin fraksi etil asetat Fraksi etil asetat hasil pemisahan
endapan ditotolkan pada kertas dalam bentuk pita dan dielusi dengan fase gerak
toluene-asam asetat air (2:2:1:5, v/v, fase atas). Deteksi dilakukan di bawah sinar
UV 366 nm, UV 254 nm sebelum dan setelah diuapi amoniak. Pita yang
dominan dikerok dan dilarutkan kembali dalam methanol p.a. dan diuji
kemurniannya secara kromatografi dua dimensi pada kertas dengan fase gerak
pertama tersier butanol-toluena-asam asetat-air (2:2:1:5, v/v, fase atas) dan fase
gerak kedua kloroform-metanol (95:5, v/v). Deteksi dilakukan di bawah sinar
UV 366 nm dan UV 254 nm sebelum dan setelah diuapi amoniak.
IV. Pembahasan
Identifikasi isolat aktif B Data kromatografi : Rf TBA=0,8; Rf Asam asetat
15%=0,1. Warna dan fluoresensi bercak: - Sinar tampak : tidak berwarna, -Uap
amoniak : tak berwarna, -Sinar UV 366 : biru, -Uap amoniak : hijau.Hasil
hidrolisis : tidak terjadi hidrolisis. Data spektra UV-Vis pada isolat B dapat
dilihat pada tabel III.
Adanya dua puncak yang setara pada 300 nm dan 322 nm menunjukkan
serapan khas untuk kumarin. Adanya pergeseran batokromik pita I sebesar 50
nm pada spektra dengan NaOH dan sebesar 60 nm pada spektra Na asetat
dibanding spektra dalam metanol menunjukkan adanya gugus OH fenolik. Tidak
adanya pergeseran batokromik pada spektra dengan AlCl3-HCl dibanding
spektra dalam metanol menunjukkan tidak adanya gugus hidroksi karbonil.
Adanya pergeseran hipsokromik sebesar 48 nm pada spektra dengan AlCl3-HCl
dibanding AlCl3 menunjukkan gugus ortodihidroksi pada cincin benzena. Hal ini
dikonfirmasi oleh adanya pergeseran batokromik sebesar 26 nm pada spektra
dengan asam borat dibanding spektra dalam metanol. Berdasarkan data
kromatografi dan spektrofotometri UV-Vis yang dianalisis, kemungkinan
struktur parsial isolat B adalah kumarin dengan gugus OH bebas pada posisi 6
dan 7 atau eskuletin
V. Kesimpulan
Kandungan aktif daun murbei yang mempunyai aktivitas menurunkan tekanan
darah arteri dapat diisolasi secara kromatografi kertas dengan fase gerak
bervariasi menggunakan campuran tersier butanol, toluene, asam asetat dan
Dosis isolat aktif daun murbei yang memiliki aktivitas menurunkan tekanan
darah arteri adalah 0,1 cc/kg berat badan. Isolat aktif daun murbei memiliki
kemungkinan struktur parsial sebagai berikut :. Isolat B adalah senyawa kumarin
yaitu eskuletin.
Isolasi dan Identifikasi Jenis Senyawa Flavonoid dalam Fase n-Butanol
Daun Murbei (Morus alba L.) secara Spektrofotometri

RATNA DJAMIL*, FATIMAH BAKRIYYAH


Unit Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jl. Srengseng
Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640, Indonesia.
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2015

Abstrak: Murbei (Morus alba L.), suku Moraceae adalah salah satu tanaman
yang tumbuh di Indonesia dan banyak digunakan dalam pengobatan secara
tradisional. Daun murbei banyak mengandung senyawa kimia seperti flavonoid
yang menunjukkan berbagai khasiat farmakologi dan aktivitas biologi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui senyawa flavonoid yang terdapat pada daun
murbei. Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia dari fase n-butanol
daun murbei menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin, tanin dan
kumarin. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam fase
n-butanol dari ekstrak metanol daun murbei dengan cara kromatografi kertas
menggunakan eluen n-butanol-asam asetat-air (4:5:1). Hasil identifikasi dengan
spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak diduga mengandung senyawa
flavonoid, yaitu isolat NB III merupakan senyawa flavonol dengan gugus OH
pada posisi 5, 4’, dan o-diOH pada cincin A serta gugus prenil pada posisi 6.
Isolat NB IV merupakan senyawa flavonol dengan gugus OH pada posisi 5, 4’,
dan o-diOH pada cincin A serta gugus prenil pada posisi 6. Isolat NB V
merupakan senyawa flavonol dengan gugus o-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8).
Isolat NB VI merupakan senyawa dihidroflavonol dengan adanya gugus o-diOH
pada cincin A (6,7 atau 7,8) dan gugus OH pada posisi 4’.
Kata kunci: Murbei (Morus alba L.), flavonoid, n-butanol, spektrofotometri
ultraviolet-cahaya tampak.

I. Pendahuluan
Daun murbei (Morus alba L.) banyak mengandung senyawa kimia seperti
flavonoid seperti rutin, moracetin, isoquarsetin, senyawa polifenol dan saponin.
Daun murbei juga merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan dalam
masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit seperti demam, batuk, sakit
kepala, darah tinggi, kencing manis, kaki gajah, sakit kulit dan gangguan
pencernaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
dan mengidentifikasi jenis senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun murbei
menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak. Penelitian
yang dilakukan meliputi penapisan fitokimia terhadap serbuk simplisia,
pembuatan ekstrak daun murbei dengan cara maserasi menggunakan pelarut
metanol. Kemudian ekstrak metanol dipartisi berturut-turut dengan
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan n-butanol, terhadap ekstrak n-
butanol dilakukan isolasi flavonoid secara kromatografi kertas preparatif dan
identifikasi isolat menggunakan spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak.
II. Bahan dan Metode
1. Bahan dan Alat
Bahan yaitu Simplisia daun murbei, metanol, n-heksan, etil asetat, n-butanol,
amonia 25%, kloroform, pereaksi Dragendorff, asam klorida (1:10 v/v),
pereaksi Meyer, serbuk magnesium, asam klorida pekat, amil alkohol, asam
klorida 2 N, air suling, besi (III) klorida 1%, pereaksi Stiassny (formaldehid
30%-asam klorida pekat 2:1), natrium asetat, natrium hidroksida 1 N, eter,
asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, amonia 10%, petroleum eter, etanol 95
%, serbuk seng, asam borat, asam oksalat, asam asetat glasial, asam asetat
15%. Alat Timbangan analitik, timbangan kasar, Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia
penangas air, kompor listrik, blender, rotavapor, peralatan gelas yang umum
digunakan di laboratorium, kertas Whatman No.3, spektrofotometer
ultraviolet- cahaya tampak.
2. Metode
a. Pengumpulan Sampel. Sampel daun murbei diperoleh dari Balitro, Bogor,
Jawa Barat. Sampel diidentifikasi di Pusat Penelitian Biologi- Herbarium
Bogoriense di Cibinong Bogor, Jawa Barat. Sampel dikeringkan di udara
panas untuk proses analisis lebih lanjut.
b. Penyiapan Ekstrak. Pembuatan Ekstrak. Pembuatan ekstrak dilakukan
dengan cara mengekstraksi serbuk simplisia secara maserasi menggunakan
pelarut metanol, maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan
rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental methanol
c. Partisi Ekstrak. Ekstrak kental metanol dipartisi berturut-turut dalam
corong pisah dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan n-butanol. Kemudian
fase n-butanol dipekatkan dengan rotavapor sampai diperoleh ekstrak
kental n-butanol
d. Skrining Fitokimia. Penapisan fitokimia merupakan pemeriksaan terhadap
kandungan golongan senyawa kimia dari simplisia dan ekstrak n-butanol
daun murbei meliputi identifikasi senyawa golongan alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid, kumarin dan minyak atsiri.
III. Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi. Hasil ekstraksi dari 500,7 g simplisia daun murbei secara
maserasi kinetik dengan menggunakan pelarut metanol sebanyak 18 kali,
didapatkan maserat yang kemudian diuapkan dengan vakum rotavapor sehingga
didapatkan ekstrak kental metanol sebanyak 80,5423 g.
Partisi. Sebanyak 40,1467 g ekstrak kental metanol yang didapat, dipartisi
secara berturut-turut dengan menggunakan pelarut n-heksan etil asetat dan n-
butanol. Fase n-butanol yang didapat kemudian dipekatkan dengan
menggunakan vakum rotavapor hingga diperoleh ekstrak kental n-butanol
sebanyak 6,03 g.
Skrining Fitokimia. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia yang
menunjukkan bahwa simplisia daun murbei mengandung flavonoid, saponin,
steroid, triterpenoid, tanin, minyak atsiri, dan kumarin. Sedangkan pada ekstrak
n-butanol dari daun murbei mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan kumarin.
Pada identifikasi menggunakan spektrofotometer ultraviolet-cahaya
tampakdalam pelarut metanol (MeOH) isolat memberikan serapan maksimum
pada panjang gelombang 327 nm untuk pita I dan 281 nm untuk pita II. Hasil
tersebut mengarah dugaan bahwa isolat adalah golongan kumarin. Pada
penambahan natrium hidroksida (NaOH) serapan maksimum pita II 269 nm
terjadi pergeseran hipsokromik sebesar 12 nm dan tidak terjadi penurunan
kekuatan setelah 5 menit
IV. Kesimpulan
Penapisan fitokimia pada fase n-butanol daun murbei menunjukkan adanya
senyawa flavonoid, saponin, tanin dan kumarin. Berdasarkan hasil identifikasi
spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak dalam fase n-butanol dari ekstrak
metanol daun murbei dihasilkan beberapa senyawa flavonoid dengan perbedaan
letak gugusnya, yaitu isolat NB III diduga adalah senyawa flavonol dengan
gugus OH pada posisi 5, 4’ dan o-diOH pada cincin A serta gugus prenil pada
posisi 6. Isolat NB IV diduga adalah senyawa kumarin
Coumarin and Moracin Derivatives from Mulberry Leaves (Morus albaL.)
with Soluble EpoxideHydrolase Inhibitory Activity

Hong Xu Li1, Myungsook Heo3, Younghoon Go, Young Soo Kim, Young Ho
Kim,Seo Young Yang and Wei Li
Received: 20 July 2020; Accepted: 31 August 2020; Published: 31 August 2020
Molecules2020,25, 3967; doi:10.3390/molecules25173967

Abstract:This study identified three coumarins (1–3), and six moracin derivatives
(4–9). The structuresof these natural compounds were determined by the
spectroscopic methods, including 1D and 2DNMR methods, and comparison with
previous reported data. All of the isolated compounds wereassessed for the effects
on the soluble epoxide hydrolase (sEH) inhibitory activity. Among
them,compounds1–7exhibited significant inhibitory effect with 100% inhibitory,
with IC50values of 6.9, 0.2,15.9, 1.1, 1.2, 9.9, and 7.7μM, respectively. A kinetic
study revealed that compounds1–4, and6werecompetitive types of inhibitors,
compounds5and7were mixed types of inhibitors. These resultssuggest that moracin
and coumarin derivatives from mulberry leaves are significant sEH inhibitors.
Keywords:Morus alba; coumarin; moracin; soluble epoxide hydrolase (sEH)
I. Pendahuluan
Morus, genus tumbuhan berbunga dalam keluarga Moraceae, terdiri dari
10–16 spesies pohon gugur yang biasa dikenal dengan mulberry. Dalam studi ini,
kami mempelajari dua jenis senyawa kumarin dan moracin. Coumarin termasuk
dalam jenis senyawa benzopyrone. Analog kumarin terdiri dari berbagai zat jenis
kelas fenolik.
Biosintesis kumarin pada tumbuhan mengikuti jalur fenilpropanoid .
Apalagi yang khas dan mudah beradaptasi oksigen yang mengandung struktur
heterosiklik menyatakan perancah penting dalam senyawa kumarin pada kimia
obat . Dalam beberapa dekade terakhir, banyak turunan coumarin telah digunakan
sebagai agen antikoagulan karena kemiripannya dengan Vitamin K. Selain itu
kumarin telah dilaporkan sebagai inhibitor sEH dalam literatur yang dilaporkan
sebelumnya , serta banyak inhibitor lainnya agen. Kulit akar, kulit batang, dan
daun Morus alba, M. lhou, Morus macroura adalah yang utama sumber turunan
aril-benzofuran, termasuk moracins. Sejumlah besar penelitian telah dilakukan
dilakukan pada moracin dan turunannya, yang telah menunjukkan pentingnya
farmakologis ini benzofuran inti heterosiklik.
Morus alba L. (Moraceae) dibudidayakan secara luas di Asia dan telah
digunakan dalam pengobatan tradisional selama beberapa dekade. Ramuan M.
alba digunakan untuk mengobati diabetes, peradangan, dan obesitas . Heterosiklus
benzofuran adalah unit struktural fundamental dalam rentang yang luas produk
alami yang aktif secara biologis serta bahan sintetis. Keluarga Moracin aktif
secara biologis produk alami yang mengandung benzofuran heterocycle sebagai
unit struktur dasar. Itu telah dibuktikan aryl-benzofurans yang diisolasi dari
tanaman ini menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap
oksida nitrat produksi . Selain itu, penelitian kami sebelumnya menunjukkan
bahwa beberapa aryl benzofuran dan flavonol turunan ditampilkan aktivitas yang
kuat dalam pengobatan obesitas dan melanogenesis. Karenanya, M. alba
merupakan sumber potensial dari berbagai produk alam dengan aktivitas biologis
yang penting.
II. Bahan dan Metode
1. Bahan dan Alat
Rotasi optik ditentukan menggunakan polarimeter otomatis Jasco DIP-370.
NMR tersebut spektrum direkam menggunakan spektrometer JEOL ECA 600
(1H, 600 MHz; 13C, 150 MHz), The LCQ keunggulan spektrometer massa
perangkap (Thermo Finnigan, San Jose, CA, U.S.A.) dilengkapi dengan
sumber ionisasi semprotan listrik (ESI), dan spektrum massa ionisasi
semprotan listrik resolusi tinggi (HR-ESI-MS) diperoleh dengan menggunakan
sistem Agilent 6530 Accurate-Mass Q-TOF LC / MS. Persiapan HPLC
dilakukan dengan menggunakan pompa GILSON 321, 151 detektor UV / VIS
(Gilson, VILLIERS-LE-BEL, Prancis), dan kolom RStech HECTOR-M C18
(5-mikron, 250 × 21,2 mm) (RS Tech Crop, Chungju, Korea Selatan).
Kromatografi kolom dilakukan dengan menggunakan silika gel (Kieselgel 60,
70-230, dan 230-400 mesh, Merck, Darmstadt, Jerman), resin YMC RP-18,
dan kromatografi lapis tipis (TLC) dilakukan dengan menggunakan pelat
silika-gel 60 F254 dan RP-18 F254S yang telah dilapisi (keduanya 0,25 mm,
Merck, Darmstadt, Jerman). Bahan Tanaman Daun kering Morus alba L. dibeli
dari perusahaan jamu, Naemome Dah, Ulsan, Korea, pada September 2015.
Nama ilmiahnya diidentifikasi oleh salah satu penulis (Prof. Young Ho Kim).
Sebuah voucher spesimen (CNU 16004-1) disimpan di Herbarium College of
Pharmacy, Chungnam National Universitas, Republik Korea.
2. Metode Ekstraksi dan Isolasi
Daun kering M. alba (2,9 kg) diekstraksi refluxing dengan MeOH (10 L × 3)
kali. Jumlah seluruhnya ekstraksi (384.0 g) MeOH disuspensikan dalam air
deionisasi dan dipartisi dengan n-heksana, menghasilkan fraksi n-heksan (1A,
166,0 g) dan fraksi air. Kemudian fraksi air dipartisi Molecules 2020, 25, 3967
8 of 10 berurutan dengan EtOAc dan n-BuOH, menghasilkan fraksi EtOAc
(1B, 16.1 g), fraksi n-BuOH (1C, 65.0 g) dan fraksi air (1D, 94.0 g). Fraksi
EtOAc dilakukan kromatografi kolom silika gel dengan gradien CHCl3:
MeOH: water (20: 1: 0, 15: 1: 0, 10: 1: 0, 8: 1: 0, 6: 1: 0.1, 4: 1: 0.1, 2: 1: 0,1,
dan 100% MeOH) menghasilkan 8 fraksi (1B-1–1B-8). Fraksi 1B-1 dilakukan
pemisahan dengan gradient MeOH: air (1: 4, 1: 3, 1: 2, 1: 1, dan MeOH)
dengan kromatografi cair tekanan menengah (MPLC) menggunakan Kolom
C18 menghasilkan 5 pecahan (1B-1-1–1B-1-4). Subfraksi 1B-1-2 dipisahkan
oleh Sephadex LH-20 kolom dan dielusi dengan MeOH dan subfraksinya
diisolasi dengan prep-HPLC menghasilkan senyawa 1 (3,2 mg) dan 2 (10,1
mg). Subfraksi 1B-1-4 dipisahkan oleh kolom Sephadex LH-20 dan dielusi
dengan MeOH dan subfraksinya diisolasi dengan prep-HPLC menghasilkan
senyawa 4 (6,1 mg). Pecahan 1B-4 diisolasi dengan gradien MeOH: air (1: 4,
1: 3, 1: 2, 1: 1, dan MeOH) dengan MPLC menggunakan kolom C18
memberikan 3 pecahan (1B-4-1–1B-4-3). Fraksi 1B-5 diisolasi dengan gradien
MeOH: air (1: 3, 1: 2, 1: 1, dan MeOH) dengan MPLC menggunakan kolom
C18 menghasilkan 4 fraksi (1B-5-1–1B-5-4). Subfraksi 1B-5-2 dipisahkan oleh
kolom Sephadex LH-20 dan dielusi oleh MeOH dan subfraksinya adalah
diisolasi dengan prep-HPLC menghasilkan senyawa 5 (6,5 mg). Fraksi 1B-8
diisolasi dengan gradien MeOH: air (1: 2, 1: 1, dan MeOH) dengan MPLC
menggunakan kolom C18 menghasilkan 9 fraksi (1B-8-1–1B-8-9). Subfraksi
1B-8-5 dipisahkan oleh kolom Sephadex LH-20 dan dielusi oleh MeOH dan
subfraksinya. diisolasi dengan prep-HPLC untuk menghasilkan senyawa 3 (1,1
mg). Subfraksi 1B-8-7 dipisahkan oleh a Kolom Sephadex LH-20 dan dielusi
dengan MeOH dan subfraksinya diisolasi dengan prep-HPLC untuk
menghasilkan senyawa 6 (20,1 mg). Subfraksi 1B-8-8 dipisahkan oleh kolom
Sephadex LH-20 dan dielusi oleh MeOH dan subfraksinya diisolasi dengan
prep-HPLC menghasilkan senyawa 8 (9,7 mg). Subfraksi 1B-8-9 dipisahkan
oleh kolom Sephadex LH-20 dan dielusi dengan MeOH dan subfraksinya
diisolasi dengan preparat HPLC menghasilkan senyawa 7 (6,1 mg). Fraksi air
diberikan pada kolom HP-20, dan dielusi dengan air, 25% MeOH, 50%
MeOH, 75% MeOH, dan 100% MeOH, menghasilkan 5 fraksi (1D-1–1D-5).
Fraksi 1D-2 dan 1D-3 digabungkan (1D-2-1), dan diisolasi dengan gradien
MeOH: air (1: 4, 1: 3, 1: 2, 1: 1, dan MeOH) dengan MPLC menggunakan
kolom C18 menghasilkan 5 fraksi (1D-2-1-1–1D-2-1-5). Subfraksi 1D-2-1-2
dipisahkan oleh kolom Sephadex LH-20 dan dielusi oleh MeOH dan subfraksi
diisolasi dengan prep-HPLC menghasilkan senyawa 9 (17,8 mg)
III. Pembahasan
Aktivitas penghambatan sEH dari coumar yang dibangun pada
penelitian ini menyediakan platform berharga untuk evaluasi bioaktivitas
lebih lanjut. Patut dicatat bahwa analog kumarin memiliki berat molekul
rendah dan menunjukkan tingkat kelarutan lipid yang tinggi, memfasilitasi
difusi transmembran . Kami menentukan bahwa senyawa1 memiliki nilaiIC50
lebih rendah (6.9μM) daripada derivatif3 (15.9μM). Selain itu, derivatif2 tidak
hanya menampilkan efek penghambatan sEH yang kuat, tetapi juga
menunjukkan nilai IC50 terendah (0.2μM) dari kesembilan senyawa yang
diisolasi. Adanya tiga jenis gugus fungsi dalam molekul, khususnya -OH, -
OCH3, dan -OGlc, khususnya menarik perhatian kami. Baik efek
penghambatan dan nilai IC50 dipengaruhi oleh kelompok fungsional yang
berbeda. Mengganti gugus –OH pada posisi C-6 dalam senyawa1 dengan
gugus –OCH3 menyebabkan penurunan nilai IC50 sebanyak 34 kali lipat dari
sebelumnya. Di sisi lain, adanya beberapa gugus fungsi, misalnya –OGlc,
mengakibatkan peningkatan nilai IC50. Mirip dengan turunan kumarin,
analog moracin mengandung tiga jenis gugus fungsi yang sama (yaitu, -OH, -
OCH3, dan -OGlc). Oleh karena itu, sifat struktural dan efek penghambatan
sEH yang ditentukan dari senyawa1-9 memungkinkan kita untuk menyelidiki
hubungan struktur-aktivitas (gambar 3)

Berdasarkan efek penghambatan yang ditunjukkan, aril benzofuran dapat


dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama meliputi senyawa4and5,
sedangkan yang kedua, derivatives6and7. Semua senyawa dalam kelompok ini
menunjukkan aktivitas penghambatan = 100% dengan nilai IC50 berturut-turut
1.1, 1.2, 9.9, dan 7.7μM. Kategori terakhir termasuk derivatif8and9 dengan
aktivitas penghambatan rendah masing-masing 18,3% dan 17,1%. Klasifikasi
tidak hanya berdasarkan nilai IC50, tetapi juga keberadaan gugus fungsi tertentu.
Compounds7,8and9all berisi – OGlc functionalgroup; namun, mereka
menunjukkan berbagai efek penghambatan dan nilai IC50. Itu berspekulasi
bahwa ketidaksamaan adalah konsekuensi dari fungsi yang berbeda pada cincin
A atau B dalam struktur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam kasus
senyawa moracin, bagian -OGlc pada Aring menurunkan efek penghambatan
sEH. Namun, keberadaan fungsi ini pada cincin B memiliki efek kecil pada
aktivitas penghambatan. Perbedaan antara struktur isomer 4 dan 5, yang memiliki
cincin B identik, adalah posisi substituen pada posisi C-5 dan C-6. Perbandingan
data untuk senyawa ini menunjukkan bahwa gugus -OCH3 memainkan peran
penting dalam Penghambatan sEH, menghasilkan peningkatan efek
penghambatan dan penurunan nilai IC50. Lebih lanjut, untuk senyawa 6 dan 7,
penggantian bagian -OH dengan gugus -OCH3 menyebabkan peningkatan nilai
IC50. Secara keseluruhan, ditetapkan bahwa fungsi -OCH3 meningkatkan efek
penghambatan sEH paling signifikan, diikuti oleh kelompok -OH. Selain itu,
adanya gugus –OGlc mengakibatkan peningkatan nilai IC50 untuk beberapa
senyawa atau penurunan efek penghambatan untuk turunan lainnya.
IV. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, sembilan senyawa ( 1 - 9 ) diisolasi dari ekstrak MeOH M.
alba. Analisis efek penghambatan sEH menunjukkan bahwa turunan kumarin
dan aril benzofuran menunjukkan potensi aktivitas biologis. Aktivitas
penghambatan = 100% dicatat untuk beberapa senyawa, menunjukkan potensi
coumarins dan aryl benzofurans untuk pengobatan gangguan inflamasi.
Khususnya, IC sangat rendah 50 nilai ditentukan dalam kasus senyawa 2 (0,2
M). Meskipun begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan
senyawa 1 - 7 sebagai kandidat obat potensial untuk pengobatan penyakit
radang. Oleh karena itu, kami mengidentifikasi beberapa senyawa bioaktif yang
sesuai dengan penggunaan pengobatan tradisional, yang dapat dibuktikan dengan
metode in vitro, simulasi docking molekuler, dan analisis farmakofor. Sebagai
sumber daya hasil alam yang kaya dari famili Moraceae.
Identification and Characterization of Compound of Leaf Extract Mulberry
(Morus alba L.)

Identifikasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun Murbei (Morus


alba L.)

Subehan Lallo, Hamdayani L A2, Besse Hardianti, Rizki Asmawati Bahar


Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Perintis Kemerdekaan Street Km 13,7 Daya
Makassar-Indonesia
Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2017 2(2): pp 68-72

ABSTRACT
Mulberry (Morus alba L.) is commonly use in the cultivation of silkworms and
medicinal plants in Indonesia. Traditionally, the leave are used to decrease arterial
blood pressure. This study has been carried out the identification and characterization
of compounds that isolated from the M. alba leaves collected from South Sulawesi.
Extraction was done by maceration of their leaves using ethanol 0%, separation and
purification using chromatography method. The results of the stationary phase
column chromatography with silica gel with the mobile phase n-hexane:ethyl acetate
in a gradient system obtained fractions with the fraction showed clear spot at TLC
was continued for isolation. The isolated compound was analyzed with IR and UV-
VIS spectrophotometry. Analysis of IR spectrum indicated the presence of an O-H
(2285 to 2385 cm), C-H (2854 to 2954 cm -1) and the C=C (1521 to 1577 cm -1),
these isolates indicate the presence of flavanoid compounds and their functional
group at wavenumber 1336; 3421; and 968-1273 cm-1 indicated the presence of C-N;
N-H; and C-O functional groups, respectively. These data also indicated the
possibility of alkaloids. In addition characterization with UV sprectrum showed
absorption at a wavelength of 239 and 413 nm, they indicated the presence of
flavonoid group.

Pendahuluan
Daun M. alba telah pernah dipalorkan oleh peneliti sebelumnya mengandung
ekdisteron, inokosteron, lupeol, beta-sitosterol, morasetin, iso-quersetin, skopoletin,
skopolin, α,β-hexenal, cis-lamda-heksenol, benzaildehid, eugenol, linalool, benzil
alkohol, trigonelin, kolin, adenin, asam amino, tembaga, zink, vitamin (A, B1, C dan
karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, dan asam formiltetrahidrofolik.
Bagian ranting mengandung tanin dan vitamin A. Buahnya mengandung isoquersetin,
sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan
C). Kulit akar telah dilaporkan mengandung senyawa aktif derivat flavon mulberin,
mulberokromen, sikomulberin, siklomulberokromen, morusin dan mulberrofuran A,
juga beberapa penelitian melaporkan adanya kandungan asam betulinik, skopoletin,
α-amirin, β-amirin, undecaprenyl dan dodocaprenyl. Sedangkan biji mengandung
urease (Agoes, 2010; Ferlinahayati, 2012). Penentuan senyawa yang terkandung
dalam suatu tumbuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti metode
kimiawi ataupun dengan teknik spektroskopi. Sebelum dilakukan penentuan tentunya
dilakukan isolasi terhadap senyawa yang terkandung dan dilanjutkan dengan
mengkarakterisasi sifat fisika dan kimiawi senyawa tersebut dengan berbagai metode.
Isolasi senyawa kimia dari tumbuhan obat adalah proses pemisahan senyawa yang
bercampur sehingga menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Sedangkan
karakterisasi yaitu metode yang digunakan untuk menentukan karakterisasi senyawa
hasil isolasi (Hunawa, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan
penelitian untuk mengidentifikasi, mengisolasi dan mengkarakterisasi kandungan
senyawa dari ekstrak daun M. alba. Diharapkan senyawa kimia yang terkandung
dalam daun tanaman ini dapat memberikan kontribusi langsung terhadap
perkembangan dan penemuan obat baru di Indonesia yang juga dapat digunakan
sebagai senyawa identitas marker tanaman tersebut sehingga pemalsuan produk dapat
diantisipasi dengan memberikan perlindungan bagi pengguna (masyarakat).
Kebenaran ilmiah khasiat produk dapat dilakukan dengan penetapan senyawa
penanda dari hasil identifikasi senyawa aktif tanaman tersebut.

Metode Penelitian
Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aquadest, etanol 70%, eter, etil
asetat, FeCl3 , HCl, H2 SO4 , lempeng KLT 60 F254 ukuran 20x20 cm No Seri
1.055554.0001 (KgaA, 64271 Darmstadt, Germany), kertas saring, lempeng KLTP
60 F254 ukuran 20x20 cm No Seri 1.057115.0001 (KgaA, 64271 Darmstadt,
Jerman).
Pengambilan dan penyiapan sampel
Sampel daun M. alba diperoleh dari desa Ta’juncu, Kecamatan Donri-Donri,
Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Sampel yang telah dikumpulkan,
dibersihkan, dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan ditimbang. Kemudian
sampel dirajang dan dikeringkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar matahari
langsung, setelah kering sampel dipotongpotong kecil lalu ditimbang dan selanjutnya
dilakukan proses ekstraksi.
Pembuatan ekstrak
Simplisia kering sebanyak 2 kg dimaserasi dengan menggunakan etanol
sebanyak 15 L. Simplisia dimasukkan kedalam wadah maserasi kemudian
ditambahkan pelarut secukupnya untuk proses pembasahan lalu didiamkan ± 15-30
menit. Sisa pelarut ditambahkan hingga simplisia terendam sempurna kemudian
didiamkan ditempat yang terlindung dari cahaya matahari selama 3 hari dan diaduk
setiap 12 jam sekali lalu disaring. Residu dimaserasi kembali (remaserasi) dengan
perlakuan yang sama seperti sebelumnya sebanyak satu kali. Filtrat dikumpulkan
kemudian dipekatkan dengan evaporator (Buchi) hingga diperoleh ekstrak kental.

Hasil dan Pembahasan


Tahapan penelitian ini meliputi preparasi sampel, ekstraksi komponen zat aktif,
pemisahan senyawa aktif menggunakan kromatografi kolom yang dilanjutkan dengan
kromatografi lapis tipis preparatif dan karakterisasi senyawa menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan FT-IR. Simplisia daun M. alba (2 kg) yang diekstraksi
dengan metode maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak 64,09 g (rendamen=
3,20%). Adapun tujuan dilakukan remaserasi yaitu untuk melarutkan zat aktif yang
belum terekstraksi pada maserasi pertama sehingga didapatkan zat aktif yang lebih
banyak. Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa dari simplisia. Metode
ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena dianggap aman, karena resiko kehilangan ataupun kerusakan
zat aktif selama proses ekstraksi karena pengaruh panas dapat diminimalisir pada
metode ini. Selain itu metode maserasi juga merupakan metode yang paling
sederhana dan paling mudah dilakukan jika dibandingkan dengan metode ekstraksi
lainnya. Namun kelemahan dari metode ini adalah lamanya kontak antara pelarut
dengan simplisia memungkinkan terjadinya reaksi antar senyawa yg ada dalam
simplisia membentuk senyawa artifak yang diproduksi tidak melalui proses
metabolisme (Saifuddin et al., 2011).
Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui
kandungan kimianya. Pengujian ini dilakukan dengan meliputi uji alkaloid, flavonoid,
terpenoid dan steroid, saponin dan tanin yang merupakan golongan senyawa yang
umum terdapat dalam tanaman yang merupakan metabolik sekunder yang paling
banyak dilaporkan memiliki aktivitas biologi. Hasil pengujian tersebut diperoleh
bahwa ekstrak etanol daun M. alba mengandung senyawa golongan alkaloid,
flavonoid, steroid dan tanin (Tabel 1).
Orientasi eluen dilakukan dengan menggunakan lempeng KLT yang telah
diaktifkan terlebih dahulu selama 15 menit pada suhu 1150 C. Dilarutkan ekstrak
etanol daun murbei dan ditotol pada lempeng KLT kemudian dielusi dengan
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan (8:2), (5:5), dan (7:3)
kemudian dilakukan pengamatan dengan penampakan noda dengan menggunakan
sinar UV 254 dan 365 nm. Hasil kromatografi kolom dengan fase diam silica gel dan
fase gerak n-heksan : etil asetat dengan menggunakan perbandingan berturut-turut
sesuai tingkat kepolaran (10% = 1:9, 20% = 2:8, 30% = 3:7, 40% = 4:6, 50% = 5:5,
60% = 6:4, 70% = 7:3, 80% = 8:2, 90% = 9:1 dan 100% = 0) hasil fraksi ditampung
ke dalam vial dan diperoleh sebanyak 57 buah vial. Dilakukan orientasi fraksi pada
vial 1, 10, 20, 30, 40, 50 dan 57 dengan perbandingan eluen n-heksan : etil asetat 5:5,
1;9, dan 8:2, fraksi nomor 1, 10, 40, dan 50 dengan perbandingan eluen 8:2. Setelah
itu, dilakukan penggabungan fraksi yaitu nomor 1-6, 12-15, 16-22, 23- 30, dan 31-35,
kemudian dilakukan KLT pada fraksi nomor 1, 10, 40 dan 50 dengan perbandingan
eluen 8:2. Dilakukan tahapan selanjutnya yaitu KLTP dengan fraksi yang dipilih
yaitu fraksi No 10 dan diperoleh 4 pita namun yang dikerok hanya pada pita nomor
tiga kemudian dilarutkan dengan etil asetat. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengukuran spektrofotometer FTIR dan spektrofotometer UV-Vis.
Isolat yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi menggunakan FT-IR. Data
spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 742 dan 798 cm-1
mengidentifikasikan adanya gugus alkena dan aromatik. Data spektra pada frekuensi
968, 1074, 1112, dan 1273 cm-1 mengidentifikasikan adanya gugus C-O dan spektra
pada frekuensi 1336 cm-1 mengidentifikasikan adanya gugus C-N (Silverstein,
2014). Data spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 1377 dan 1462 cm-
1, hal ini mengidentifikasikan adanya gugus C-H karena absorbsi alkana terjadi pada
bilangan gelombang 1350-1470 cm-1. Data spectra menunjukkan adanya serapan
pada frekuensi 1521, 1539 dan 1577 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya gugus
C=C karena absorbsi cincin aromatik terjadi pada bilangan gelombang 1500-1600
cm-1 (Silverstein, 2014) dan 1450-1600 cm-1 (Fessenden, 1999). Data spektra
menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 1656 cm-1, hal ini mengidentifikasikan
adanya gugus C=C karena absorbsi alkena terjadi pada bilangan gelombang 1640-
1680 cm-1 (Silverstein, 2014). Data spektra menunjukkan adanya serapan pada
frekuensi 2285, dan 2385 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya gugus O-H
karena absorbsi (fenol, alkohol (ikatan H)) terjadi pada bilangan gelombang 2000-
3600 cm-1. Data spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 2854, 2921 dan
2954 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya gugus C-H karena absorbsi alkana
terjadi pada bilangan gelombang 2850-2960 cm-1 (Silverstein, 2014). Data spektra
menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 3421 cm-1, hal ini mengidentifikasikan
adanya gugus N-H karena absorbsi amin terjadi pada bilangan gelombang 3310 cm-1
(Silverstein, 2014).
O-H, C-H, C-O dan C=C dapat disimpulkan isolat ini mengandung senyawa
flavonoid, adanya gugus fungsi O-H, C=O, C-O, C=C aromatic dan C-H alifatik yang
mendukung bahwa isolatnya positif suatu senyawa flavonoid dan adanya gugus
fungsi N-H, dan C-N dapat disimpulkan mengandung senyawa alkaloid. Spektrum
yang tampak terdapat 2 pita yang dihasilkan oleh isolat. Serapan yang muncul pada
panjang gelombang 239 dan 413 nm merupakan ciri senyawa flavonoid yang
umumnya memiliki dua daerah serapan karena resonans elektron pada gugus benzoil
dan cinnamoyl yang punya absorpsi pada panjang gelombang 240-285 nm dan 300-
400 nm (Silverstein, 2014).

Kesimpulan
Isolat ekstrak etanol daun M. Alba mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid
dengan gugus fungsi utama O-H, C-H, C-O dan C=C, serta serapan UV pada panjang
gelombang 239 dan 413 nm. Diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut
menggunakan spektrofotometer Nuclear Magnetic Resonance (NMR) dan
spektrofotometer Massa (GC-MS) untuk mengetahui karakteristik yang lebih detail
dari isolat.
INTERNATIONAL JOURNAL OF PHARMACEUTICAL SCIENCES AND
RESEARCH Projected Impact Factor (2019): 1.230

IDENTIFICATION, QUANTITATIVE DETERMINATION AND


ANTIDEPRESSANT ACTIVITY OF CHLOROGENIC ACID AND GALLIC
ACID FROM MORUS ALBA LEAVES
Shiv Bhadra Singh * 1 and Aaditya Singh 2
Hygia Institute of Pharmacy 1, Lucknow - 226020, Uttar Pradesh, India.
Faculty of Pharmacy 2, Aryakul Group of Colleges, Lucknow - 226002, Uttar
Pradesh, India.

ABSTRACT: Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan komponen awal


fitokimia, parameter fisikokimia, studi kromatografi HPTLC dan aktivitas
antidepresan asam klorogenat & asam galat yang terdapat dalam ekstrak daun Morus
alba. Metode: Kandungan fenol total, kandungan flavonoid total, kandungan total
tanin, analisis sidik jari HPTLC untuk senyawa seperti asam klorogenat & asam galat
yang bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan dan aktivitas antidepresan oleh
TST & FST. Hasil: Studi awal fitokimia menunjukkan adanya kandungan fenol
(21.75 ± 1.21) dan flavonoid (14.83 ± 2.34) yang baik. Sidik jari HPTLC dengan
membandingkan nilai ekstrak dengan standar asam klorogenat dan asam galat yang
tersedia juga menunjukkan adanya komponen ini dalam ekstrak metanol dan etanol
daun Morus alba, yang selanjutnya digunakan untuk menyaring aktivitas antidepresan
dan menunjukkan aktivitas antidepresan yang substansial di tanaman. Kesimpulan:
Hasil kami merekomendasikan bahwa daun Morus alba dapat dibuktikan sebagai
antioksidan dan antidepresan alami yang dapat diterima dengan berbagai komponen
bioaktif yang digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit lainnya.

PENDAHULUAN: Tumbuhan alami digunakan sebagai sumber nutrisi pangan


persisten yang sangat baik serta sebagai sumber berbagai unsur kimia yang berperan
dalam penyembuhan berbagai penyakit yang mungkin diperlukan sebagai unsur aktif
biologis. Saat ini tumbuhan alam sangat banyak di petisi dalam bentuk obat-obatan
karena efek sampingnya yang lebih sedikit, dianggap sebagai sumber potensial
berbagai senyawa bioaktif dan juga mudah didapat dari sumber alam.

Dalam konteks yang sama Morus alba, tanaman Murbei yang pada dasarnya terkenal
dengan serikultur, pembuatan sutera yang dilakukan melalui ulat sutera dan daunnya
juga digunakan untuk mengurangi gejala diabetes dalam pengobatan vernakular serta
untuk meningkatkan risiko kardiovaskular, termasuk efek anti-hiperglikemik,
antihiperlipidemia, antiobesitas, antihipertensi, antioksidan, anti-inflamasi, anti-
aterosklerotik dan efek kardioprotektif 1 dalam pengobatan Cina digunakan untuk
mengobati sembelit, untuk mengencangkan darah, uban prematur, batuk, edema,
untuk meningkatkan buang air kecil, demam , sakit kepala, mata kering & perih 2 dan
masih banyak lagi. Jadi, daun-daun tersebut digunakan lebih lanjut dalam penelitian
ini untuk mendalami lebih jauh tentang aktivitas biologis daun.

Tanaman murbei yang termasuk dalam genus Morus memiliki 68 spesies yang
merupakan tanaman berbunga berkelamin anggota famili Moraceae dari subclass
Urticales. Tanaman adalah semak atau pohon (tinggi 20 sampai 30 kaki) seringkali
seukuran pohon apel kecil, memiliki daun yang tipis, mengkilap, dan berwarna hijau
muda dengan 5 lobus atau memiliki satu lobus, dua lobus, tiga lobus, atau tidak ada
lobus sama sekali. Morus alba L. juga dikenal sebagai murbei putih dan dapat
ditanam dari biji serta ditanam dari stek besar akar dengan mudah. Umumnya,
perkebunan ditinggikan dalam pondasi blok dengan susunan 6 kaki × 6 kaki, atau 8
kaki × 8 kaki, sebagai ruang tanam ke tanam dan baris ke baris. Tanaman biasanya
dipangkas setahun sekali selama musim hujan (Juli - Agustus) hingga ketinggian 5–6
kaki dan dibiarkan tumbuh dengan maksimal 8–10 pucuk di 3 bagian atas. Tanaman
ini tersebar luas di India, Cina, Jepang, Afrika Utara, Arab, Eropa Selatan, dll.

Daun Morus alba L. telah digunakan sebagai sumber obat, minuman, dan makanan
fungsional di banyak negara. Ini digunakan dalam minuman seperti teh hijau dengan
beberapa obat herbal lain seperti tulsi dan ashwagandha karena antioksidan peningkat
kekebalannya seperti asam klorogenat, rutin, isoquercitrin, dan astragalin. Alkaloid
antikanker seperti 1- deoxynojirimycin, morroles B – F 4, (2R, 3R, 4R) - 2-
hydroxymethyl-3, 4-dihydroxy-pyrrolidine-N-propionamide dari kulit akar dan 4-
ORD-galactopyranosyl-calystegine B2 dan 3β, 6β-dihydroxynortropane dari buah-
buahan 5, mulbaines A, B & C 6. Delapan belas asam amino penting dengan kalsium,
kalium, natrium, magnesium, seng, besi, tembaga, mangan, kromium, selenium,
arsenik, vitamin dan tidak mengandung kafein Properti. Konstituen kimia lain yang
ada dalam daun adalah coumarin, flavonoid, antosianin dan polifenol termasuk
quercetin 3 - (- malonyl-glukosida), rutin, isoquercitin, cyaniding-3-rutinoside
apigenin, luteolin, quercetin, morin, asam caffeic, asam galat, umbelliferone, asam
klorogenat, dan kaempferol 7. Ekstrak tumbuhan yang kaya akan polifenol digunakan
sebagai agen penyembuhan alami yang tidak beracun, yang juga memiliki aplikasi
prospektif tinggi sebagai agen pemutih kulit karena sifat penghambat tirosinase yang
kuat.

BAHAN DAN METODE: Instrumen & peralatan seperti timbangan digital Citizen,
ruang UV Systronics, Spektrofotometer UV-Visible Systronics, Oven udara panas
dari Science Tech, Pemanasan mental Science Tech dan pH meter Systronics
digunakan pada langkah yang berbeda sesuai kebutuhan. Persyaratan. Bahan kimia
yang digunakan seperti petroleum eter, metanol, etanol, reagen Folin-Ciocalteus,
asam galat, asam tanat, rutin, Na2CO3, aluminium klorida, NaNO3, NaOH, memiliki
kualitas analitik dan dibeli secara komersial dari SD Fine, Mumbai. Barang-barang
kaca seperti peralatan Soxhlet, labu kerucut, gelas kimia, silinder ukur, RBF, corong
pisah, labu ukur, tabung reaksi, dll. Digunakan untuk Borosilikat.

Persiapan Ekstrak Kasar: Daun Morus alba dikumpulkan dari Lucknow lokal dan
disahkan oleh CSIR-NBRI. Daun segar dicuci dan dikeringkan melalui udara pada
suhu kamar. Setelah dua minggu pengeringan udara, daun dihancurkan dengan
bantuan penggiling Campuran. Bahan bubuk yang digunakan untuk ekstraksi dengan
peralatan Soxhlet menggunakan pelarut seperti petroleum eter, etanol, dan metanol
secara berturut-turut. Selama proses ekstraksi suhu dipertahankan antara 40-60 ºC
selama 6 jam. Produk terkonsentrasi dari bahan yang diekstraksi dikumpulkan dan
disimpan di lemari es untuk analisis eksperimental lebih lanjut.

Skrining Fitokimia: Skrining fitokimia awal dilakukan untuk menyelidiki


fitokonstituen yang ada dalam ekstrak petroleum eter, etanol, dan metanol. Dilakukan
sesuai dengan metode & prosedur yang diberikan dalam buku Praktik Farmakognosi
CK Kokate 9. Hasilnya ditabulasikan pada Tabel 1. Ekstrak yang diperoleh dari
beberapa ekstraksi memberikan tes positif untuk alkaloid, karbohidrat, kumarin,
senyawa fenolik, tanin, protein & asam amino, dll.

Studi Fisikokimia: Parameter fisikokimia seperti karakteristik ekstrak (konsistensi,


warna di siang hari, analisis fluoresensi &% hasil), kadar air, kandungan Klorofil,
nilai abu, dll dalam ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode yang dilaporkan
dalam AOAC 1990 10. Analisis fitokimia kuantitatif untuk Total kandungan fenol,
kandungan flavonoid total, kandungan total tanin juga diperkirakan dan hasilnya
ditabulasi. Asam galat, Rutin dan asam tanat digunakan sebagai standar untuk
estimasi kandungan total fenol, flavonoid, dan tanin.

Densitometri Kromatografi HPTLC: Lima larutan standar kerja dari metanol baru
disiapkan dalam konsentrasi mulai dari 0,1 - 0,5 mg / ml untuk kurva kalibrasi dari
larutan stok standar 1 mg / mL. Larutan kerja standar (1 mg / mL) dan sampel (10 mg
/ ml) baru disiapkan dalam pelarut serupa.

Fase gerak yang digunakan untuk pengembangan pelat HPTLC adalah toluena: etil
asetat: asam format dengan perbandingan 7: 2,5: 0,5 v / v untuk asam galat dan etil
asetat: asam asetat: asam format: air dengan perbandingan 10: 1,1 : 1.1: 2.3 v / v
untuk asam klorogenat. Analisis dilakukan dengan menggunakan sistem HPTLC
Camag yang dilengkapi aplikator Linomat-V dan syringe 100 µl. Sampel terlihat
sesuai dengan standar menggunakan mikroliter syringe di atas pelat HPTLC silika gel
60 F254 pra-lapis, dan pengembangan pelat yang diterapkan dilakukan di bilik
kembar-trough Camag yang sudah jenuh. Kemudian plat dikeringkan dan
divisualisasikan dalam sinar UV 254 nm, dan panjang gelombang 366 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN: Sejumlah besar radikal bebas secara konstan


diproduksi di dalam tubuh melalui reaksi biokimia yang berbeda; Jika kadar radikal
bebas ini melebihi nilai normal, maka akan menyebabkan kerusakan oksidatif pada
sel dan jaringan yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif dalam tubuh.
Ekstrak tumbuhan sering digunakan sebagai sumber antioksidan alami, yang dapat
mencegah gangguan degeneratif ini. Antioksidan menetralkan radikal bebas dalam
tubuh yang memperbaiki kondisi penyakit. Asam klorogenat dan galat adalah
antioksidan yang ada di tanaman Morus alba, yang ditunjukkan dalam artikel
menggunakan skrining fitokimia dan sidik jari HPTLC. Antioksidan in-vitro ini dapat
melawan radikal bebas yang diproduksi dalam tubuh dan karenanya menghasilkan
perbaikan kondisi penyakit depresi dan penyakit lain seperti diabetes dan penyakit
kardiovaskular. Melalui hasil kami, ditunjukkan bahwa daun Morus alba dapat
diterima sebagai antioksidan dan antidepresan alami dengan berbagai komponen
bioaktif yang digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit lainnya.

KESIMPULAN: Hasil kami merekomendasikan bahwa daun Morus alba dapat


dibuktikan sebagai antioksidan alami dan antidepresan yang dapat diterima dengan
berbagai komponen bioaktif yang digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai