PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN II
Kelas: B
Kelompok: 5
Anggota:
Febi Mulyaseva (2014210088)
Rahmi Three Wahyuni (2014210176)
Rika Nopita (2014210182)
Rossi Andriyanti (2014210191)
Sandra Yuniar (2014210197)
Sindu Hayu (2014210208)
Suci Melita (2014210215)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
I. Judul Percobaan
Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Kurkumin pada Curcumae Xanthorrhizae
Rhizoma
Deteksi Dengan Pereaksi Semprot. Untuk penentuan posisi senyawa yang tidak
berwarna pada suatu kromatogram ditambahkan pereaksi yang dapat mengubah senyawa
tersebut menjadi senyawa yang berwarna atau turunan yang memberikan fluoresensi.
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai pelat KLT dalam bentuk tetesan
yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai semprotan kasar. Jenis
penyemprotan tiga bagian yang mudah digunakan lebih menguntungkan dan lebih
murah, karena itu disarankan untuk digunakan. Sebuah tabung reaksi dapat digunakan
sebagai pengganti wadah pereaksi kaca, tabung ini berisi 1 mL pereaksi yang dapat
digunakan untuk menyemprot langsung dengan cara mencelupkan pipa dan menekan
tombol.
Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan
terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar karena senyawa polar terikat lebih
kuat pada bahan silika. Karena prosesnya yang mudah dan cepat, KLT banyak digunakan
untuk melihat kemurnian suatu senyawa organik. Jika analisis dilakukan dengan dengan
mengubah pelarut minimal 3 macam dan hasil elusi tetap menampakan 1 noda maka
dapat dikatakan bahwa sampel yang ditotolkan adalah murni. Beberapa kelengkapan
KLT adalah:
Bejana kromatografi yang terbuat dari kaca dengan bentuk yang bervariasi dan harus
dilengkapi dengan penutup yang rapat
Fasa diam berupa selapis tipis silika gel atau adsorben lain (alumin, selulosa,
kieselguhr)
Sampel sebanyak 1µL dari larutan encer yang ditotolkan pada suatu titik diatas fasa
diam menggunakan pipa kapiler
Solven/pelarut/eluen murni atau campuran yang akan mengelusi senyawa sampel
sepanjang fasa diam. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih eluen
1. Eluen yang terlalu polar akan mengelusi semua senyawa dalam sampel
2. Kepolaran senyawa-senyawa dalam sampel berbengaruh terhadap pemilihan eluen
Penampakan noda. Dari beberapa metode salah satunya adalah
1. Sinar UV: beberapa senyawa akan nampak sebagai noda yang berpendar. Cara ini
berguna untuk senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi atau
aromatis
2. Fluorosensi: Jika indikator fluorosensi sudah terdapat dalam pelat lapis tipis yang
digunakan maka pelat tersebuat akan berfluorosensi jika diletakan dibawah lampu UV
dan senyawa-senyawa akan muncul sebagai noda gelap.
Bila dibandigkan dengan KKt, kelebihan khas KLT ialah keserbagunaan, kecepatan,
dan kepekaanya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping
selulosa, sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca atau
penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi. Kecepatan KLT yang lebih besar
disebabkan oleh sifat penjerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan
merupakan keuntungan bila menelaah senyawa labil. Kepekaan KLT dapat memisahkan
bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg. Sedangkan satu kekurangan KLT
ialahkerja penyaputan pelat kaca dengan penjerap. Kerja ini kemudian agak diringankan
dengan adanya penyaputan otomatis.
Angka RF dan KLT. Untuk identifikasi ditentukan harga Rf yaitu pembanding jarak
rambat zat tersebut terhadap jarak garis depan yang dicapai pelarut, kadang-kadang
ditentukan harga Rf, yaitu perbandingan jarak rambat zat terhadap jarak rambat senyawa
baku.
hRf = 100 x Rf
b. Bahan
1. Lempeng Silika Gel GF254
2. Aquadest
3. n-heksana
4. Etil asetat
5. Anilsaldehid
6. Asam sulfat
7. Serbuk simplisia Curcumae Xanthorrhizae Rhizoma
8. Kloroform
V. Cara Kerja
a. Lempeng KLT
1. Disiapkan lapisan fase diam silika gel GF254
2. Pelat KLT siap dipakai dengan fase diam silika gel GF254
b. Pengembang (Fase Gerak)
1. Disiapkan larutan pengembang n-heksana, kloroform, etanol dengan
perbadingan
berturut-turut 45:45:10
c. Deteksi
1. Silika gel GF254 disemprotkan pereaksi dengan asam borat dan metanol
2. Diperiksa dibawa sinar biasa dan sinar UV
d. Larutan Cuplikan
a) Membuat ekstrak dari serbuk Curcumae Xanthorrhizae Rhizoma
1. Dimasukan 0,1 gram serbuk simplisia kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 1 ml etanol 96% dan dikocok agak kuat selama 5-10
menit, didiamkansebentar.
3. Kemudian filtrat ditotolkan dengan pipa kapiler 5 µL( Pada titik A)
4. Dikeringkan dengan mengipas secara perlahan
b) Larutan Pembanding
1. Senyawa kurkumin sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 1 ml etanol 96%.
2. Kemudian ditotolkan sebanyak 1 µL (pada titik B), lalu dikeringkan
dengan mengipas secara perlahan.
VI. Hasil Pengamatan & Pembahasan
Sebelum penyemprotan
Sinar UV 366 nm
Sesudah penyemprotan
Sinar UV 366 nm
Keterangan:
Tidak terlihat adanya bercak pada totolan sampel maupun baku pembanding di
bawah sinar UV 254 dan sinar UV 366 pada sebelum dan sesudah penyemprotan
pereaksi
Dibawah sinar biasa terdapat sedikit perbedaan setelah disemprotkan pereaksi
yaitu terdapat warna tambahan berupa warnya oranye pada baku pembanding
Pembahasan
1. Digunakan fase diam berupa silica gel 60 GF254 karena silica gel 60 GF254
digunakan untuk pemeriksaan umum atau yang bersifat semipolar. Penyerap ini akan
berflouresensi pada panjang gelombang 254 nm.
2. Penotolan pada silica gel 60 GF254 harus hati-hati dan perlahan, karena dapat
merusak lapisan silica gelnya. Penotolan diusahakan jangan terlalu lebar atau terlalu
besar, karena akan berpengaruh pada saat di eluasi.
3. Penyemprotan dan pemanasan terhadap lempeng KLT dilakukan karena pembentukan
warna yang optimum seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu tertentu.
4. Pereaksi semprot yang digunakan adalah asam borat – methanol. Pereaksi ini
digunakan untuk memeriksa kurkumin. Kemudian diamati di bawah sinar biasa dan
sinar UV 365. Setelah disemprot pereaksi terdapat warna tambahan berupa warna
oranye pada baku pembanding. Namun tidak terdapat perbedaan di bawah sinar UV
254 dan sinar UV 366. Sehingga tidak dapat menghitung Rf maupun hRfnya.
5. Kegagalan pada praktikum kali ini dapat dikarenakan oleh
a. Kurang tepatnya komposisi fase gerak atau larutan pengembang yang digunakan
pada percobaan
b. Kesalahan pada saat membuat larutan cuplikan baik ekstrak maupun larutan
pembanding
VII. Kesimpulan
Simplisia Curcumae Xanthorrhizae Rhizoma mengandung kurkumin namun tidak
dapat dibuktikan dengan KLT pada praktikum kali ini. Hasil KLT tidak
memperihatkan adanya bercak pada plat tempat eluasi.